Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ISPA

Dosen pembimbing : Sylvi Harmiardillah, M. kep.

Kelas : 4b Keperawatan

Disusun oleh kelompok 3 :

Rista Nur Ayuni ( 1802012633 )

Dewi Yulinasari ( 1802012593 )

Mega Marhaenis Putri B. ( 1802012616 )

Alfiatun Kusmiati. ( 1802012653 )

Satya Galih Wahyu P. ( 1802012665 )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah dengan judul
Asuhan Keperawatan ISPA ini dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, pada kesempatan
ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk
penyempurnaan pada tugas pembuatan berikutnya.
Semoga makalah ini dapat diterapkan sehingga berguna bagi mahasiswa
keperawatan secara umum.

Lamongan 28 mei 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2
1. Tujuan Umum ............................................................................... 2
2. Tujuan Khusus .............................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Medis ISPA........................................................................... 4
1. Definisi .......................................................................................... 4
2. Etiologi .......................................................................................... 5
3. Klasifilasi ...................................................................................... 5
4. Patofisiologi .................................................................................. 6
5. Manifestasi Klinis ......................................................................... 9
6. Komplikasi .................................................................................... 10
7. Pemeriksaan Penunjang ................................................................ 11
8. Penatalaksanaan Medis ................................................................. 11
B. Konsep Asuhan Keperawatan ISPA................................................... 12
1. Pengkajian ..................................................................................... 12
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................. 14
3. Intervensi Keperawatan ................................................................ 15
4. Implementasi Keperawatan ........................................................... 20
5. Evaluasi Keperawatan ................................................................... 20

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................ 22
B. Saran .................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya
dengan masalah pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Usia balita dan
anak-anak merupakan usia yang rentan penyakit. Kegiatan pemberantasan
Penyakit Menular (P2M) baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif disemua aspek lingkungan kegiatan pelayanan kesehatan.Hingga saat
ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut).
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan istilah yang digunakan
untuk menguraikan peradangan yang terjadi pada hidung, paranasal sinus, hulu
kerongkongan, pangkal tenggorokan, batang tenggorokan, dan saluran
pernapasan diagnosis umum yang termasuk didalamnya adalah rhinosinusitis
virus(flu biasa), sinusitis akut, dan pharyngitis akut. Sistem saluran pernapasan
atas lain, yang lebih serius termasuk epigglotis dan penyakit batuk yang disertai
dengan sesak napas. Terjadinya ISPA karena masuknya virus, dan bakteri. Sebab
utama ISPA adalah Virus dan kemudian diikuti oleh bakteri. Kebanyakan ISPA
disebabkan oleh virus yang akan sembuh dengan sendirinya, tanpa pemberian
obat-obat terapeutik, namun pemberian antibiotik dapat mempercepat proses
penyembuhan.
World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di
atas 40 per 1.000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia
balita. Menurut WHO sekitar 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun
dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara berkembang, dimana
pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh
sekitar 4 juta anak balita setiap tahun.
Penyakit ISPA masih merupakan penyakit yang mengakibatkan angka
kematian yang cukup tinggi pada balita. Penyakit ini dapat berupa batuk pilek
pada balita dengan angka kesakitan di Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai

1
6 kali pertahun. Sebanyak 40% - 60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15%
- 30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap Rumah Sakit yang
disebabkan oleh ISPA. Dalam satu tahun angka kejadian ISPA yaitu tiga kali
populasi balita yang terbagi atas 70% ISPA ringan, 10% ISPA yang tergolong
penyakit infeksi telinga dan tenggorokan, 14% ISPA sedang dan 6% ISPA berat
(Depkes RI, 2012).
Dari uraian diatas, menunjukkan bahwa keteraturan ibu dalam melakukan
pencegahan penyakit ISPA masih sangat perlu mendapatkan perhatian serius
karena hal tersebut merupakan faktor yang terkait dengan tingginya angka
kematian dan angka kesakitan akibat penyakit ini.
Untuk mengendalikan angka kematian dan angka kesakitan dapat dilakukan
dengan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan pemberian
pendidikan kesehatan mencangkuppencegahan penyakit ISPA. Perawat sebagai
tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan
mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka kematian dan angka kesakitan
melalui upaya preventif, promotor, kuratif dan rehabilitatif.
Berdasarkan pemaparan diatas, kelompok tertarik membahasnya lebihi
lanjut dalam bentuk penyusunan makalah dengan judul Asuhan Keperawatan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penyusunan makalah ini adalah :
1. Bagaimanakah konsep medis ISPA, yang meliputi : definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, dan
penatalaksanaan ?
2. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan ISPA, yang meliputi : pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memperoleh informasi tentangkonsep asuhan
keperawatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

2
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah :
a. Mengetahui konsep medis ISPA, yang meliputi : definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, dan
penatalaksanaan.
b. Mengetahui konsep asuhan keperawatan ISPA, yang meliputi :
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

BAB II

3
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis ISPA


1. Definisi
ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang terutama
mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring,tetapi
kebanyakan,penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara
simultan atau berurutan (Nelson,edisi 15).
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran
pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang
menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafasdan akan menyebabkan retraksi
dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel& Ian Roberts;
1990; 450).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih
dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran
bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah
dan pleura. ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari. Yang termasuk
dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga,
radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan
infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah
satunya adalah Pneumonia (WHO).
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan
seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik.
Infeksi pernapasan jarang memilki ciri area anatomik tersendiri. Infesi sering
menyebar dari satu struktur ke struktur lainya karena sifat menular dari
membran mukosa yang melapisi seluruh saluran. Akibatnya,infeksi saluran
pernapasan akan melibatkan beberapa area tidak hanya satu struktur,
meskipun efek pada satu individu dapat mendominasi penyakit lain.
2. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus,
Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan

4
Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan
Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma,
Herpesvirus dan lain-lain.
Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak
biasanya sukar diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih
didasarkan pada hasil penelitian di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO,
penelitian diberbagai negara menunjukkan bahwa di negara berkembang
streptococcus pneumonia dan haemophylus influenza merupakan bakteri yang
selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni 73,9% aspirat paru
dan 69,1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju,
dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka
kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari
air susu ibu. Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut
berpengaruh didalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang
semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara
keseluruhan dari jalan nafas.
3. Klasifikasi
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut:
a. Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
b. Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
c. Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit


ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan
untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2
bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu : Pneumonia berat : diisolasi dari cacing
tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas

5
napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau
lebih dan Bukan pneumonia : batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda
tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit
yaitu :
a. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
b. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2
-12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun
adalah 40 kali per menit atau lebih.
c. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Rasmaliah, 2004).
4. Patofisiologi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) disebabkan oleh virus atau
kuman golongan A streptococus, stapilococus, haemophylus influenzae,
clamydia trachomatis, mycoplasma, dan pneumokokus yang menyerang dan
menginflamasi saluran pernafasan (hidung, pharing, laring) dan memiliki
manifestasi klinis seperti demam, meningismus, anorexia, vomiting, diare,
abdominal pain, sumbatan pada jalan nafas, batuk, dan suara nafas wheezing,
stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan.
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan tubuh.Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke
atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks
spasmus oleh laring.Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan
epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk
kering (Jeliffe, 1974).Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan
menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada
dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang
melebihi noramal.Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan

6
gejala batuk (Kending and Chernick, 1983).Sehingga pada tahap awal gejala
ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah
banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan
juga menyebabkan batuk yang produktif.Invasi bakteri ini dipermudah
dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi.Suatu laporan
penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus
pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan
anak (Tyrell, 1980).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-
tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam,
dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak
infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga
bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan
atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga
menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan
aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di
saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan
sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri
dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system
imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan
pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah.Diketahui
pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan
integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).

7
Multi faktor
(Bakteri, Virus, mikroplasma, dll)

Respon pada dinding Peradangan pada saluran pernapasan Inflamasi saluran


bronkus (faring/laring dan tonsil) bronkus

Bronkus menyempit Kuman melepaskan Peningkatan produksi


endotoksin sekret

Bronkospasme Merangsang tubuh mengeluarkan zat Obstruksi jalan nafas


pirogen oleh leukosit

Pola napas tidak efektif


Suhu tubuh Bersihan jalan napas tidak
Perkembangan penyakit meningkat efektif

Perubahan status kesehatan Hipertermi Kesulitan/sakit mengunyah dan


menelan

Koping inefektif Merangsang pengeluaran zat mediator,


Malas makan/
bradisinin, serotinin, histamin,
anoreksia
prostaglandin
Ansietas
Defisit nutrisi
Nyeri dipersepsikan

Nyeri akut

5. Manifestasi klinis

8
Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul
karena menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena
kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering
dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung
tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan
mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut
membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak
terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi
yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah,
infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang
paru).
Adapun tanda dan gejala ISPA yang seering ditemui adalah :
a. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam
muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun.
Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu
tubuh bisa mencapai 39,50C-40,50C.
b. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada
meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas,
gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta
kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
c. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan
menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.
d. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama
bayi tersebut mengalami sakit.
e. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran
pernafasan akibat infeksi virus.
f. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
g. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan
lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.

9
h. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan,
mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran
pernafasan.
i. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak
terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).
6. Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh
sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya.
a. Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan
anak kecil sinus paranasal belum tumbuh.Gejala umum tampak lebih
besar, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya
didaerah sinus frontalis dan maksilaris.Diagnosis ditegakkan dengan
pemeriksaan foto rontgen dan transiluminasi pada anak besar. Proses
sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala malaise, cepat lelah dan
sukar berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-kadang disertai sumbatan
hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus menerus disertai
secret purulen dapat unilateral ataupun bilateral.Bila didapatkan
pernafasan mulut yang menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa
sebab yang jelas perlu yang dipikirkan terjadinya komplikasi
sinusitis.Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan memberikan
antibiotik.
b. Penutupan tuba eusthachii
Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat
menembus langsung kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis
media akut (OMA).Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai
suhu badan yang tinggi (hiperpireksia) kadang menyebabkan kejang
demam. Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau
memegang telinganya yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan
menekan telinganya dan biasanya bayi akan menangis keras). Karena bayi
yang menderita batuk pilek sering menderita infeksi pada telinga tengah
sehingga menyebabkan terjadinya OMA dan sering menyebabkan kejang

10
demam, maka bayi perlu dikonsul kebagian THT.Biasanya bayi dilakukan
parsentesis jika setelah 48-72 jam diberikan antibiotika keadaan tidak
membaik.Parasentesis (penusukan selaput telinga) dimaksudkan
mencegah membran timpani pecah sendiri dan terjadi otitis media
perforata (OMP).
c. Penyebaran infeksi
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti
laryngitis, trakeitis, bronkiis dan bronkopneumonia.Selain itu dapat pula
terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis purulenta.
7. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa :
a. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.
b. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia.
c. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Benny, 2010).
8. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan:
1) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
2) Immunisasi.
3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
4) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Prinsip perawatan ISPA antara lain:
1) Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
2) Meningkatkan makanan bergizi
3) Bila demam beri kompres dan banyak minum
4) Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan
sapu tangan yang bersih
5) Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak
terlalu ketat.

11
6) Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak
tersebut masih menetek
b. Pengobatan antara lain:
Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau
dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera
dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara
pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus
dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain
bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). Mengatasi batuk dianjurkan
memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis
½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan
tiga kali sehari.

12
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ISPA

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Pengkajian dilakukan dengan cara berurutan, perawat harus
mengetahui data aktual apa yang diperoleh, faktor resiko yang penting,
keadaan yang potensial mengancam pasien dan lain-lain (Nursalam, 2001).
Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat
data dasar pasien. Pengkajian dilakukan saat pasien masuk instansi pelayanan
kesehatan. Data yang diperoleh sangat berguna untuk menentukan tahap
selanjutnya dalam proses keperawatan.
Pengumpulan data pasien dapat dilakukan dengan cara :
a. Anamnesis/wawancara.
b. Observasi.
c. Pemeriksaan fisik.
d. Pemeriksaan penunjang/diagnostik.
Klasifikasi dan Analisa Data
a. Klasifikasi data adalah aktivitas pengelompokan data-data klien atau
keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan
atau keperawatan berdasarkan kriteria permasalahanya. Klasifikasi ini
dikelompokan dalam data subyektif dan data obyektif.
b. Analisa Data adalah mengaitkan data dan menghubungkan dengan konsep
teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
mentukan masalah kesehatan dan keperawatan.
c. Analisa data dibuat dalam bentuk tabel yang terdiri dari kolom : Data,
Penyebab, dan Masalah. Kolom data berisi ; data subyektif, data obyektif
dan faktor resiko.Kolom penyebab berisi : 1 (satu) kata/kalimat yang
menjadi penyebab utama dari masalah. Kolom masalah berisi : pernyataan
masalah keperawatan.

13
Data yang perlu dikaji pada pasien ISPA dapat berupa :
a. Identifikasi klien yang meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
agama, suku bangsa, alamat, tanggal MRS dan diagnose medis.
b. Riwayat penyakit meliputi : keluhan utama, biasanya klien datang dengan
keluhan batuk pilek serta panas, kesehatan sekarang, kesehatan yagn lalu,
riwayat kesehatan keluarga, riwayat nutrisi, eliminasi, personal hygiene.
c. Pemeriksaan fisik berfokus pada system pencarnaan meliputi : keadaan
umum (penampilan, kesadaran, tinggi badan, BB dan TTV), kulit, kepala
dan leher, mulut, abdomen.
d. Aktivitas dan isrirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, cape atau lelah, insomnia, tidak bisa tidur
pada malam hari, karena badan demam.
e. Eliminasi
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak, bau, atau berair
Tanda : kadang – kadang terjadi peningkatan bising usus.
f. Makanan atau cairan
Gejala : klien mengalami anoreksia dan muntah, terjadi penurunan BB.
Tanda : kelemahan, turgor kulit klien bisa buruk, membrane mukosa
pucat.
2. Diagnosa Keperawatan ( SDKI )
1. Bersihan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (infeksi)
3. Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi)
3. Intervensi SLKI & SIKI
1. Bersihan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
SLKI :
- Dispneu menurun
- Produksi sputum meningkat
- Gelisah menurun
- Frekuensi nafas membaik
- Pola nafas membaik
SIKI :
1) Latihan Batuk Efektif

14
Observasi :
- Identifikasi kemampuan batuk
- Monitor adanya retensi sputum
- Monitor tanda dan gejala innfeksi saluran napas
- Monitor input dan output cairan (mis. Jumlah dan
karakteristik)
Terapeutik :
- Atur posisi semi fowler atau fowler
- Buang secret pada tempat sputum
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
- Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik
- Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
SLKI :
- Keluhan nyeri menurun
- Pengalaman takut mengalami cidera munurun
- Pola napas membaik
- Nafsu makan membaik
SIKI :

1) Menejemen nyeri
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi. Kualitas,
intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan kayakinan tentang nyeri

15
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat tidur
Edukasi

- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri


- Ajarkan diet yang dprogramkan
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan ( mis. Pereda

nyeri, antiematik ), jika perlu

- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori

dan jenis nutrient yang dibutuhkan jika perlu

3. Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi)


SLKI :
- Mengigil menurun
- Suhu tubuh membaik
- Suhu kulit membaik
SIKI :
1) Manajemen hipertermia
Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermia
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis
- Hindari pemberian antipiretik dan aspirin

16
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika
perlu.
4. Implementasi

Implementasi merupkan tahap ketika perawat mengaplikasikan atau

melaksanakan rencana atau melaksanakan rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk

intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan

( Nursalam, 2001 ).

Pada tahap pelaksanaan ini kita benar-benar siap untuk melaksanakan intervensi

keperawatan dan aktivitas-aktivitas keperawatan yang telah dituliskan dalam rencana

keperawatan pasien. Dalam kata lain dapat disebut bahwa pelaksanaan adalah peletakan

suatu rencana menjadi tindakan yang mencakup :

a. Penulisan dan pengumpulan data lanjutan

b. Pelaksanaan intervensi keperawatan

c. Pendokumentasian tindakan keperawatan

d. Pemberian laporan / mengkomunikasikan status kesehatan pasien

dan respon pasien terhadap intervensi keperawatan

Pada kegiatan implementasi diperlukan kemampuan prawat terhadap penguasaan

teknis keperawatan, kemampuan hubungan interpersonal, dan kemampuan intelektual

untuk menerapkan teori-teori keperawatan kedalam praktek.

5. Evaluasi

Yang diharapkan pada pasien dengan ISPA setelah perawatan meliputi :

Diangnosa 1 :

S : pasien mengatakan batuk tidak efektif / tidak mampu batuk

17
O : pasien mengatan sudah bisa batuk sendiri

A : masalah sebagian teratasi

P : intervensi dilanjutkan

Diagnosa 2 :

S : pasien mengeluh nyeri

O : pasien mengatakan nyeri berkurang / hilang

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

Diagnosa 3 :

S : pasien mengatakan suhu tubuh panas diatas nilai normal

O : pasien mengatakan suhu tubuh sudah dalam batas normal

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

18
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka kesimpulan
dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Penyakit ISPA mempunyai variasi klinis yang bermacam-macam, maka
timbul persoalan pada pengenalan (diagnostik) dan pengelolaannya. Sampai
saat ini belum ada obat yang khusus antivirus. Idealnya pengobatan bagi
ISPA bakterial adalah pengobatan secara rasional. Pengobatan yang rasional
adalah apabila pasien mendapatkan antimikroba yang tepat sesuai dengan
kuman penyebab. Untuk dapat melakukan hal ini , kuman penyebab ISPA
dideteksi terlebih dahulu dengan mengambil material pemeriksaan yang tepat,
kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologik , baru setelah itu diberikan
antimikroba yang sesuai.
2. Asuhan keperawatan klien ISPA berpusat pada peningkatan ventilasi
khususnya pada saluran pernapasan dengan mempertahankan jalan nafas yang
bersih, mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal, meningkatkan rasa
nyaman dengan peredaran nyeri, pola nafas efektif, meningkatkan masukan
nutrisi, dan peningkatan pengetahuan tentang proses penyakit dan
pencegahannya.

B. Saran
Adapun yang menjadi saran dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Diharapkan pada semua calon perawat maupun perawat dapat memahami tentang
Asuhan Keperawatan ISPA, dimana nantinya perawat akan mengaplikasikan apa
yang dipelajari ini dalam praktek keperawatannya. Oleh karena itu sangat perlu
untuk kita semua calon-calon perawat masa depan memahami hal tersebut.
2. Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi
pembaca makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama
perawat dalam membuat asuhan keperawatan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Barbara Engram., 1999,  Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1,


Penerbit EGC, Jakarta.

Corwin E., 2001, Patofisiologi, Cetakan I, EGC, Jakarta

Dongoes, E. Marlyn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk


Perawatan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI., 2017., Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI., 2019., Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI., 2018., Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Hadi Nur. 2013. Penyakit Ispa. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-


gdl- nurhadig2a-6164-2-babii.pdf

Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC

Nuzulul,2013. Asuhan Keperawatan Ispa .http://nuzulul-


fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail- 35511-Kep%20Respirasi-Askep
%20ISPA.html

20

Anda mungkin juga menyukai