Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KEPERAWATAN MATERNITAS
“KONSEP TEORI DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
HIPERBILIRUBIN”

Dosen Pembimbing:
Amellia Mardhika, S.Kep., Ns., M.Kes.

Disusun Oleh Kelompok 4:


1. Feby Diah Lestari (151811913019)
2. Maya Arieska Wulandari (151811913022)
3. Yeni Rohma Liana (151811913024)
4. Aprillia Ayu Kartika (151811913044)
5. Iin Novita Sari (151811913049)
6. Aini Nurul Fatimatuz Zahroh (151811913083)
7. Prinatono (151811913088)
8. Alpian Rona Asmoro Jati (151811913094)
9. Yuniar Sutrisno (151811913102)
10. Muhammad Ilyas (151811913121)
11. Jhohan Roby Yanto (151811913124)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
HALAMAN PERSETUJUAN
MATA KULIAH KEPERAWATAN MATERNITAS
Makalah Ini Berisi Tentang: “KONSEP TEORI DAN ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN HIPERBILIRUBIN”

Disusun Oleh Kelompok 4:


1. Feby Diah Lestari (151811913019)
2. Maya Arieska Wulandari (151811913022)
3. Yeni Rohma Liana (151811913024)
4. Aprillia Ayu Kartika (151811913044)
5. Iin Novita Sari (151811913049)
6. Aini Nurul Fatimatuz Zahroh (151811913083)
7. Prinatono (151811913088)
8. Alpian Rona Asmoro Jati (151811913094)
9. Yuniar Sutrisno (151811913102)
10. Muhammad Ilyas (151811913121)
11. Jhohan Roby Yanto (151811913124)

Dosen Pembimbing:

Amellia Mardhika, S.Kep., Ns., M.Kes.

ii
KATA PENGANTAR
Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT, Tuhan sumber segala ilmu
pengetahuan yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik tepat pada waktunya.  Shalawat  dan salam  selalu
terlimpah curahkan kepada Rasulullah SAW.  Berkat rahmat-Nya penulis mampu 
menyelesaikan  tugas  makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Maternitas. Tidak lupa penulis sampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, karena
berkatnya lah kami dapat menyusun makalah ini.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas kaitannya dengan,
KONSEP TEORI DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
HIPERBILIRUBINyang kami sajikan dari berbagai sumber informasi dan
referensi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya teman-teman. Kami
sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu, kami menerima berbagai saran maupun kritikan yang bersifat
membangun. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, semoga tulisan ini
bermanfaat bagi para pembaca.

Surabaya , 31 Maret 2020

Penulis,

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
....................................................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN
....................................................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR
....................................................................................................................................
iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
BAB 1. PENDAHULUAN
............................1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Rumusan Masalah
2
1.3 Tujuan Penulisan
2
1.4 Manfaat Penulisan
2
BAB 2. TINJAUAN TEORI....................................................................................3
2.1 Konsep Teori...........................................................................................3
2.1.1 Pengertian....................................................................................3
2.1.2 Etiologi........................................................................................5
2.1.3 Patofisiologi.................................................................................5
2.1.4 Manifestasi Klinis........................................................................6
2.1.5 Komplikasi..................................................................................7
2.1.6 Penatalaksanaan ..........................................................................7
2.2 Asuhan Keperawatan...............................................................................9
2.2.1 Pengkajian Keperawatan.............................................................9
2.2.2 Masalah/Diagnosa Keperawatan.................................................10

iv
2.2.3 Intervensi Keperawatan...............................................................10
2.2.4 Implementasi Keperawatan.........................................................11
2.2.5 Evaluasi Keperawatan.................................................................12
BAB 3. PENUTUP....................................................................................................13
3.1 Simpulan..................................................................................................13
3.2 Saran........................................................................................................13
REFERENSI.............................................................................................................14

v
vi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Neonatus merupakan bayi dengan umur 0-28 hari, yang mempunyai risiko gangguan
kesehatan paling tinggi dan berbagai masalah kesehatan yang bisa muncul, sehingga tanpa
penanganan yang tepat, bisa menyebabkan komplikasi pada neonatus (Depkes RI, 2016).
Salah satu komplikasi pada neonatus yang sering terjadi yaitu hiperbilirubinemia, sebanyak
25-50% terjadi pada bayi cukup bulan dan 80% pada bayi dengan berat badan lahir rendah.
Hiperbilirubinemia merupakan kondisi ketika neonatus mengalami peningkatan
pemecahan sel darah merah (SDM), yang melepaskan bilirubin. Anak menunjukkan ikterus
akibat lipid-larut tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek di dalam jaringan. Ikterus terjadi
jika terdapat jika terdapat penurunan ikatan bilirubin lipid-larut dengan albumin yang
seharusnya berjalan menuju hati untuk menjalani proses.
Bilirubin terkonjugasi bersifat larut-air dan telah diproses oleh enzim glukuronil
transferase, dan biasanya diekskresikan melalui urine dan empedu bayi.
Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir paling sering terjadi jika fungsi hati imatur secara
fisiologis atau ketika terjadi peningkatan penghancuran SDM. Awitan biasanya terjadi ketika
neonatus berusia tiga hari. Untuk bayi batu lahir yang normal tanpa diagnosis
hiperbilirubinemia, kadar bilirubin yang sedikit meningkat akan turun tanpa intervensi pada
hari ke-10 kehidupan.
Hiperbilirubinemia ialah terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah, baik oleh
faktor fisiologik maupun non-fisiologik, yang secara klinis ditandai dengan ikterus.
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan kadar bilirubin serum total yang lebih dari 10 mg/dl
pada 24 jam pertama kehidupan yang ditandai dengan tampaknya ikterik pada kulit, sklera,
dan organ lain (Ridha, 2014).
Hiperbilirubinemia akan menyebabkan ikterik neonatus. Ikterik neonatus yang parah
ketika kadar bilirubin tinggi diatas 25 mg/dl dapat menyebabkan ketulian, cerebral palsy,
atau bentuk lain dari kerusakan otak. Ikterik Neonatus dapat menjadi tanda dari kondisi lain ,
seperti infeksi atau masalah tiroid. Semua bayi disarankan mendapat pemeriksaan Ikterik
beberapa hari setelah lahir (Mendri, 2017).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan penyakit Hiperbilirubin?
1.2.2 Apa penyebab penyakit Hiperbilirubin?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi dan komplikasi penyakit Hiperbilirubin?
1.2.4 Bagaimana gejala dan pengobatan penyakit Hiperbilirubin?
1.2.5 Bagaimana Asuhan Keperawatan penyakit Hiperbilirubin?

7
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mampu menjelaskan definisi penyakit Hiperbilirubin
1.3.2 Mampu menjelaskan penyebab penyakit Hiperbilirubin
1.3.3 Mampu menjelaskan patofisiologi dan komplikasi penyakit Hiperbilirubin
1.3.4 Mampu menjelaskan gejala dan pengobatan penyakit Hiperbilirubin
1.3.5 Mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan penyakit Hiperbilirubin

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Mendapat pengetahuan tentang definisi penyakit Hiperbilirubin
1.4.2 Mendapat pemahaman tentang penyebab penyakit Hiperbilirubin
1.4.3 Mendapat pemahaman tentang patofisiologi dan komplikasi penyakit Hiperbilirubin
1.4.4 Mendapat pemahaman tentang gejala dan pengobatan penyakit Hiperbilirubin
1.4.5 Mendapat pemahamantentang Asuhan Keperawatan penyakitHiperbilirubin

8
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Teori


2.1.1 Pengertian
Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering
ditemukan pada bayi baru lahir. Lebih dari 85% bayi cukup bulan yang kembali
dirawat dalam minggu pertama kehidupan disebabkan oleh keadaan ini. Bayi
dengan hiperbilirubinemia tampak kuning akibat akumulasi pigmen bilirubin yang
berwarna kuning pada sklera dan kulit.
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar
nilainya lebih dari normal >5mg/dl (Suriadi. 2001). Nilai normal: bilirubin indirek
0,3 – 1.1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
Pada janin, tugas mengeluarkan bilirubin dari darah dilakukan oleh plasenta,
dan bukan oleh hati. Setelah bayi lahir, tugas ini langsung diambil alih oleh hati,
yang memerlukan sampai beberapa minggu untuk penyesuaian. Selama selang
waktu tersebut, hati bekerja keras untuk mengeluarkan bilirubin dari darah.
Walaupun demikian, jumlah bilirubin yang tersisa masih menumpuk di dalam
tubuh. Oleh karena bilirubin berwarna kuning, maka jumlah bilirubin yang
berlebihan dapat memberi warna pada kulit, sklera, dan jaringan-jaringan tubuh
lainnya.
Pada setiap bayi yang mengalami ikterus harus dibedakan apakah ikterus yang
terjadi merupakan keadaan yang fisiologik atau non-fisiologik. Selain itu, perlu
dimonitor apakah keadaan tersebut mempunyai kecenderungan untuk berkembang
menjadi hiperbilirubinemia berat yang memerlukan penanganan optimal.
Menurut Klous dan Fanaraft (1998) bilirubin dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek atau bilirubin bebas yaitu
bilirubin tidak larut dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport dan
komponen bebas larut dalam lemak serta bersifat toksik untuk otak karena bisa
melewati sawar darah otak.
2. Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk atau bilirubin terikat yaitu bilirubin
larut dalam air dan tidak toksik untuk otak.
Macam-macam Ikterus:
1. Ikterus Fisiologik
Ikterus fisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ke tiga
serta tidak mempunyai dasar patologis atau tidak mempunyai potensi menjadi
kern iketrus. Adapun tanda-tandanya sebagai berikut:
a) Timbul pada hari kedua dan ketiga

9
b) Kadar bilirubin indirek tidak melibihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan
dan 12,5% untuk neonatus kurang bulan.
c) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5% per hari
d) Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%
e) Ikterus menghilang pada 10 hari pertama
f) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis.
2. Ikterus non-Fisiologik
Jenis ikterus ini dahulu dikenal sebagai ikterus patologis, yang tidak mudah
dibedakan dengan ikterus fisiologik. Iketrus patologis adalah ikterus yang
mempunyai dasar parhologis atau kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang
disebut Hyperbilirubinemia.
Adapun tanda-tandanya sebagai berikut:
a) Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama
b) Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi
12,5% pada neonatus kurang bulan
c) Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% / hari
d) Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama
e) Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%
f) Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.
2.1.2 Etiologi
Etiologi Hiperbilirubin antara lain:
1. Hemolisis akibat inkompatibilitas golongan darah ABO atau defisiensi
gangguan pembuluh darah
2. Perdarahan tertutup misalnya trauma kehamilan
3. Inkompatibilitas Rh

4. Hipksia: ke jaringan  metabolism anaerob  asam lemak 

bilirubin indirect 
5. Dehidrasi
6. Asidosis
7. Polisitemia
8. Prematur
9. ASI
10. Kelebihan produksi bilirubin
11. Gangguan kapasitas sekresi konjugasi bilirubin dalam hati
Kurangnya enzim glukoroni transferase sehingga kadar bilirubin meningkat

10
2.1.3 Patofisiologi
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban
Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat
peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia.
Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan
kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z
berkurang, atau pada bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan
peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi Hepar
atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran
empedu.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan
tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar
larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya
efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi dapat menembus sawar darah
otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut Kernikterus. Pada umumnya dianggap
bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar
Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati
sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin
Indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan Berat
Badan Lahir Rendah, Hipoksia, dan Hipoglikemia (Markum, 1991).

2.1.4 Manifestasi Klinis


Sebagian besar kasus hiperbilirubinemia tidak berbahaya, tetapi kadang-kadang
kadar bilirubin yang sangat tinggi bisa menyebabkan kerusakan otak (Kern icterus).
Gejala klinis yang tampak ialah rasa kantuk, tidak kuat menghisap ASI/susu
formula, muntah, opistotonus, mata terputar-putar keatas, kejang, dan yang paling
parah bisa menyebabkan kematian. Efek jangka panjang Kern icterus ialah retardasi
mental, kelumpuhan serebral, tuli, dan mata tidak dapat digerakkan ke atas.

2.1.5 Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan penyakit ini yaitu terjadi terjadi kern
ikterus yaitu kerusakan otak akibat perlangketan bilirubin indirek pada otak. Pada
kern ikterus gejala klinis pada permulaan antara lain: bayi tidak mau menghisap,
mata berputar-putar, gerakan tidak menentu (involuntary movements), kejang tonus
otot meninggi, leher kaku, dan akhirnya opistotonus. Selain itu dapat juga terjadi
infeksi atau sepsis, peritonitis, pneumonia.

11
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Fototerapi
Fototerapi dapat digunakan tunggal atau dikombinasi dengan transfusi
pengganti untuk menurunkan bilirubin. Bila neonatus dipapar dengan cahaya
berintensitas tinggi, tindakan ini dapat menurunkan bilirubin dalam kulit.
Secara umum, fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5
mg/dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus
difototerapi bila konsentrasi bilirubin 5 mg/dl. Beberapa pakar mengarahkan
untuk memberikan fototerapi profilaksis 24 jam pertama pada bayi berisiko
tinggi dan berat badan lahir rendah.
2. Transfusi tukar darah. Indikasi transfusi tukar darah:
a. Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek > 20 mg%
b. Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat, yaitu 0,3-1 mg%
c. Anemia yang berat pada bayi baru lahir dengan gejala gagal jantung
d. Kadar Hb tali pusat < 14 hari mg% dan uji Coombs direk positif.
3. Intravena Immunoglobulin (IVIG)
Pemberian IVIG digunakan pada kasus yang berhubungan dengan faktor
imunologik. Pada hiperbilirubinemia yang disebabkan oleh inkompatibilitas
golongan darah ibu dan bayi, pemberian IVIG dapat menurunkan kemungkinan
dilakukannya transfusi tukar.
4. Transfusi Pengganti
Transfusi pengganti digunakan untuk mengatasi anemia akibat eritrosit yang
rentan terhadap antibodi erirtosit maternal; menghilangkan eritrosit yang
tersensitisasi; mengeluarkan bilirubin serum; serta meningkatkan albumin yang
masih bebas bilirubin dan meningkatkan keterikatannya dangan bilirubin.
5. Penghentian ASI
Pada hiperbilirubinemia akibat pemberian ASI, penghentian ASI selama
24-48 jam akan menurunkan bilirubin serum. Mengenai pengentian pemberian
ASI (walaupun hanya sementara) masih terdapat perbedaan pendapat.
6. Terapi Medikamentosa
Phenobarbital dapat merangsang hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini efektif
diberikan pada ibu hamil selama beberapa hari sampai beberapa minggu
sebelum melahirkan.
Penggunaan phenobarbital post natal masih menjadi pertentangan oleh
karena efek sampingnya (letargi). Coloistrin dapat mengurangi bilirubin

12
dengan mengeluarkannya melalui urin sehingga dapat menurunkan kerja siklus
enterohepatika.
2.2 Asuhan Keperawatan
KASUS
By Ny. S lahir pada tanggal 31 Desember 2017. Bayi lahir spontan. Usia gestasi 37
minggu dari ibu G1P0A0. Bayi berjenis kelamin laki-laki dengan BB 2300 gram. Panjang badan
42 cm, LD: 37 cm dan LK: 39 cm. Saat dikaji, bayi tampak tenang, menangis lemah, reflek hisap
lemah, akral dingin, BAK dan BAB (+),warna feces hitam kehijau-hijauan. tidak ada perdarahan
tali pusat. Saat ini klien tampak kekuningan pada sklera, wajah, dan permukaan badan.Diperoleh
TTV,RR: 43x/menit N:120x/menit S:36,8 0C. tidak terdapat retraksi dinding dada , tidak ada
penggunaan alat bantu pernapasan, tidak ada suara napas tambahan, suara napas vesikuler,
pernapasan secara spontan, dan tidak ada sianosis. Saat pengkajian klien menjalani fototerapi.

I. PENGKAJIAN
A. Identitas
Identitas Bayi
Nama Klien : By. Ny. S
Nama Ayah :  Tn.A (42 th)
Umur :  6 hari
Nama Ibu :  Ny.S (37 th)
Jenis Kelamin :  Laki-laki                   
Pekerjaan Ayah :  PNS
Agama/Suku :  kristen               
BB :  2000 gram                     
Identitas Orang Tua
Nama Ayah :  Tn.A (42 th)
Nama Ibu :  Ny.S (37 th)
Pekerjaan Ayah :  PNS
Pekerjaan Ibu :  IRT
Agama             :  Kristen
Pendidikan       :  Sarjana
Alamat              : Wanea
B. Keluhan Utama
Badan bayi berwarna kuning
C. Keluhan saat dikaji
Bayi dalam keadaan lemah, Bayi dalam keadaan lemah,bayi tampak tenang, menangis
lemah, Tampak kuning diseluruh permukaan tubuh.
D. Riwayat Kesehatan Dahulu

13
By Ny. S lahir pada tanggal 31 Desember 2017. Bayi lahir spontan. Usia gestasi 37
minggu dari ibu G1P0A0. Bayi berjenis kelamin laki-laki dengan BB 2300 gram. Panjang
badan 42 cm, LD: 37 cm dan LK: 39 cm. APGAR skor 4-5-6, bayi tidak langsung
menangis saat dilahirkan.
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu bayi mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang
sedang sakit, dan juga tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit menular seperti
TBC, atau penyakit menurun seperti DM, Asma.
F. Pola Aktivitas
 Pola respirasi
Klien terlihat nafas normal, RR 43x/mt,
 Eliminasi
Saat dikaji , bayi sudah BAK dan BAB warna feces hitam kehijau-hijauan.
 Suhu tubuh
Suhu tubuh bayi pada saat pengkajian 36,8oC
G. Pemeriksaan Fisik
a. Reflek menggenggam : lemah
b. Refleks menghisap : lemah
c. Kekuatan menangis : lemah
d. BB: 2300 gram, Panjang badan 42 cm, LD: 37 cm dan LK: 39 cm.
e. Kepala : Rambut hitam, , tidak ada lesi dikulit kepala. LK: 39cm
f. Wajah : Warna wajah terlihat kuning, tidak ada lesi pada wajah,
kulitbersih.
g. Leher : Tidak ada kelainan (pembesaran kelenjar tiroid/distensi
venajugolaris)
h. Mata : Tampak kuning pada sklera
i. Hidung : Tidak ada lesi pada hidung, lubang hidung bersih, tidak
terpasang O2dan NGT.
j. Mulut : Mukosa bibir kering, mulut berwarna kekuning-kuningan
k. Telinga : Bentuk simetris, tidak ada serumen
l. Dada : Warna dada terlihat kuning, tidak ada lesi, tidak terdapat
retraksi dinding dada , tidak ada penggunaan alat bantu pernapasan,tidak
ada suara napas tambahan, suara napas vesikuler, pernapasan secara
spontan, dan tidak ada sianosis
m. Abdomen : Tidak kembung, tidak ada nyeri tekan
n. Ekstermitas: Atas bawah tidak ada lesi, kuku klien pendek, hangat dan tidak ada
kelainan ekstermitas.

14
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan bilirubin : 1 Januari 2018
Kimia Hasil Satuan Nilai
Klinik Normal
Bilirubi H mg/dL 0.20 –
n total 21.98 mg/dL 1.00
Bilirubi H mg/dL 0.00 –
n direk 0.34 0.20
Bilirubi H 0.00 –
n indirek 21.64 1.00

b. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Normal
Darah
lengkap 21.2 g/dL 15.0 –
Hemoglobin 8220 u/L 24.6
Leukosit 62 % 5000 –
Hematokrit 55 10ˆ6/uL 21000
Eritrosit L /uL 50 – 82
Trombosit 147.000 4.0 – 6.8
217.000-
497.000

15
c. Pemeriksaan Bilirubin : 8 januari 2018
1 minggu setelah pemeriksaan bilirubin pertama
Kimia Hasil Satuan Nilai
Klinik Normal
Bilirubi 5.77 mg/dL 0.20 –
n total 0.17 mg/dL 1.00
Bilirubi 5.60 mg/dL 0.00 –
n direk 0.20
Bilirubi 0.00 –
n indirek 1.00

I. Terapi Obat
No. Nama Obat Dosis
1. Infus D10% 5 tpm
2. Inj 2 x 80 mg
3. Ampicilin 1 x 8 mg
4. Inj 40cc/hari
Gentamicin
Aminofusin

ANALIS DATA
NAMA : By Ny. S RUANG: 86xxx
UMUR : 6 Hari NO.REG: Melati
Tanggal Data Klien Etiologi Masalah
06 DS : Ikterik Kulit bayi
januari - Ibu bayi neonatus kuning
2018 mengatakan
kalaun bayinya
kuning
- Ibu bayi
mengatakan
bahwa bayinya
jarang minum
ASI
DO :
- Tampak
kekuningan pada
sklera, wajah,
dan permukaan

16
badan
- Pemeriksaan
bilirubin :
Total H 21.98
Direk H 0.34
Indirek H 21.64
- Pasien
sedang menjalani
fototerapi
- TTV :
N : 120 x/m
R : 43 x/m
S : 36.8˚C

DS : Menyusui
06 - Ibu bayi Tidak tidak
Januari mengatakan bahwa adekuatnya efektif
2018 bayinya tidak mau intake
menyusu ASI cairan,
menghisap
DO : ASI lemah
- Bayi malas
menyusu
- Hisapan bayi
lemah
- Badan klien
terpapar sinar
fototerapi

17
RUMUSAN DIAGNOSA
NAMA : By Ny. S RUANG: 86xxx
UMUR : 6 Hari NO.REG: Melati
TANGGAL TANGGAL
RUMUSAN DIAGNOSA TTD
NO DITEMUKAN TERATASI
1. ikterus neonatus b.d kulit bayi 06 Januari 2018 ¥
kuning (SDKI D. 0024)
06 Januari 2018
2. Menyusu tidak efektif b.d Tidak
adekuatnya intake
cairan,menghisap ASI lemah
(SDKI D.0028)

18
IMPLEMENTASI
NAMA : By Ny. S RUANG: 86xxx
UMUR : 6 Hari NO.REG: Melati
NO DX. KEP TGL/ JAM IMPLEMENTASI TTD
1. ikterus neonatus 06 Januari Observasi
b.d kulit bayi 2018 1. Memonitor ikterik pada sklera dan
kuning kulit bayi
R/ kulit bayi kuning dan sklera ikterik
2. Mengidentifikasi kebutuhan cairan
sesuaikan dengan usia gestasi dan BB
R/ kebutuhan cairan bayi diketahui
3. Memonitor suhu dan tanda vital setiap
4 jam sekali
R/ suhu bayi dan tanda vital diketahui
4. Memonitor efek samping fototerapi
mis. Hipotermi,diare,dll
06 Januari R/ Ada diare setelah fototerapi

2018 Terapeutik :
1. Menyiapkan lampu fototerapi dan
inkibator atau kotak bayi
R/ lampu fototerapi terpasang
2. Melepaskan pakaian bayi kecuali
popok
R/ pakaian bayi dilepas kecuali popok
3. Memerikan penutup mata
R/ mata bayi tertutup dengan penutup
mata
4. Mengukur jarak antara lampu dan
permukaan kulit bayi
R/ jarak antara lampu dan permukaan
bayi diketahui
5. Mengganti segera popok setelah
BAB/BAK
R/ popok bayi sudah diganti
6. Menggunakan linen berwarna putih
agar memantulkan cahaya
sebanyak mungkin
R/ linen dipasang

19
Edukasi :
1. Menganjurkan ibu menyusui sekitar
20-30 menit
R/ ibu mencoba menyusui sekitar 20-30
menit

Observasi
1. Mengidentifikasi kesiapan dan
2. Menyusu tidak kemampuan menerima informasi
efektif b.d Tidak R/ ibu dan keluarga menerima informasi

adekuatnya intake dengan baik

cairan, 2. Mengidentifikasi tujuan atau keinginan

menghisap ASI menyusui


lemah R/ tujuan dan keinginan menyusui
diketahui

Terapeutik
1. Menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
R/ materi sudah tersedia
2. Mendukung ibu Meningkatkan
kepercayaan diri dalam menyusui
R/ ibu percaya diri untuk menyusui
3. Melibatkan sistem pendukung :
suami,keluarga, tenaga kesehatan, dan
masyarakat
R/ keluarga terlibat
Edukasi :
1. Memberikan konseling menyusui
R/ konseling sudah diberikan
2. Menjelaskan manfaat menyusui
bayi
R/ ibu bayi mengetahui manfaat
menyusui
3. Mengajarkan 4 posisi menyusui
dan perlekatan(lacth on) dengan
benar
R/ ibu mengetahui dan

20
melaksanakan
4. Mengajarkan perawatan
payudara antepartum dengan
mengkompres dengan kapas yang
telah diberikan minyak kelapa
R/ ibu melakukan
5. Mengajarkan perawatan payudara
Postpartum mis. Memerah ASI, pijat
payudara, pijat oksitosin
R/ ibu melakukan perawatan payudara

21
EVALUASI
NAMA : By Ny. S RUANG: 86xxx
UMUR : 6 Hari NO.REG: Melati
N DX. KEP TGL/ CATATAN PERKEMBANGAN TT
O JAM D
1. Ikterik 06 S:
neonatus Januar - Ibu bayi mengatakan kuning pada matanya berkurang,
b.d kulit i 2018 bayi mulai mau minum ASI
bayi O:
kuning - Kuning pada sklera dan kulit tubuh mulai berkurang
- Suhu : 36,8 C
A
- Masalah teratasi sebagian
P
- Lanjutkan Intervensi
- Kei copas intervensie
2. Menyusui 06
tidak Januar S:
efektif b.d i 2018 - Ibu bayi mengatakan bayi sering merasa haus dan
Tidak diberikan asi atau minuman per oral.
adekuatny O:
a intake - Turgor kulit normal
cairan, - Suhu tubuh : 36,7 C
menghisap - Bb : 2600 mg
ASI lemah A:
- Masalah teratasi
P:
- Intervensi dihentikan.

22
INTERVENSI
NAMA : By Ny. S RUANG: 86xxx
UMUR : 6 Hari NO.REG: Melati
T DX. TUJUAN INTERVENSI RASIONAL T
G KEP T
L/ D
JA
M
1. ikteru Setelah Intervensi utama : Observasi
s dilakukan fototerapi neonatus 1. Mengetahui ikterik
neona tindakan Observasi pada sklera dan kulit
tus keperawat 1. Monitor bayi
b.d an selama ikteeik pada 2. Mengetahui
kulit 3x24 jam sklera dan kebutuhan cairan
bayi diharapkan kulit bayi sesuaikan dengan usia
kunin tidak 2. Identifikasi gwstasi dan BB
g terjadi kebutuhan 3. Mengetahui suhu dan
gangguan cairan tanda vital setiap 4
integritas sesuaikan jam sekali
kulit. dengan usia 4. Mengetahui efek
KH: gwstasi dan samping fototerapi
 BB mis.
3. Monitor suhu Hipotermi,diare,dll
dan tanda
vital setiap 4
jam sekali
4. Monitor efek Terapeutik :
samping 1. Untuk menyiapkan

fototerapi fototerapi bayi

mis. 2. Agar sinar

Hipotermi,dia menyerap ke
re,dll tubuh bayi
3. penutup mata agar

1
mata bayi
terlindungi dari
Terapeutik : sinar
1. Siapkan 4. Mengetahui jarak
lampu antara lampu dan
fototerapi dan permukaan kulit
inkibator atau bayi
kotak bayi 5. Ganti segera
2. Lepaskan popok setelah
pakaian bayi BAB/BAK agar
kecuali popok bayi tidak gatal
3. Berikan 6. linen berwarna
penutup mata putih agar
4. Ukur jarak memantulkan
antara lampu cahaya sebanyak
dan mungkin
permukaan
kulit bayi Edukasi :
5. Ganti segera 1. ibu menyusui sekitar
popok setelah 20-30 menit agar bayi
BAB/BAK tidak kekurangan cairan
6. Gunakan
linen
berwarna Observasi
putih agar 1. Mengetahui
memantulkan kesiapan dan
cahaya kemampuan
sebanyak menerima
mungkin informasi
2. Mengetahui tujuan
Edukasi : atau keinginan
1. Anjurkan ibu menyusui

2
menyusui
sekitar 20-30 Terapeutik
menit 1. Sediakan materi
danedia
pendidikan
kesehatan agar ibu
memahami
2. Dukung ibu
Meningkatkan
Meny kepercayaan diri
usui dalam menyusui
2. tidak Intervensi agar ibu menysui
efektif utama: Observasi terus menerus
b.d edukasi 1. Identifikasi 3. Libatkan sistem
Tidak menyusui kesiapan dan pendukung :
adeku (SIKI kemampuan suami,keluarga,
atnya I.12393) menerima tenaga kesehatan,
intake Setelah informasi dan masyarakat
cairan dilakukan 2. Identifikasi agar ibu
, tindakan tujuan atau mendapatkan
meng keperawat keinginan dukungan
hisap an selama menyusui menyusui
ASI 3x24 jam Edukasi :
lemah diharapkan Terapeutik 1. Berikan
menyusui 1. Sediakan konseling
efektif materi menyusui agar
dengan danedia ibu
kriteria pendidikan mengetahui
hasil : kesehatan bagaimana
KH : 2. Dukung ibu cara Menyusui
Meningkatka 2. Jelaskan
n manfaat

3
kepercayaan menyusui bayi
diri dalam agar ibu
menyusui paham
3. Libatkan 3. 4 posisi
sistem menyusui dan
pendukung : perlekatan(lact
suami,keluarg h on) dengan
a, tenaga benar agar
kesehatan, bayi bisa
dan menyusu
masyarakat dengan
Edukasi : adekuat
1. Berikan 4. perawatan
konseling payudara
menyusui antepartum
2. Jelaskan dengan
manfaat mengkompres
menyusui dengan kapas
bayi yang telah
3. Ajarkan 4 diberikan
posisi minyak kelapa
menyusui dan agar ASI
perlekatan(lac lancar
th on) dengan 5. perawatan
benar payudara
4. Ajarkan Postpartum
perawatan mis. Memerah
payudara ASI, pijat
antepartum payudara, pijat
dengan oksitosin agar
mengkompres ASI keluar
dengan kapas

4
yang telah
diberikan
minyak
kelapa
5. Ajarkan
perawatan
payudara
Postpartum
mis.
Memerah
ASI, pijat
payudara,
pijat oksitosin

5
BAB 3
PENUTUP

1.1 Simpulan
Kesimpulan yang didapatkan :
Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar
bilirubin >5 mg/dL pada darah, yang sering ditandai oleh adanya ikterus.
Pada bayi baru lahir, hiperbilirubinemia sering terjadi oleh karena
kemampuan hati bayi yang masih kurang untuk mengekskresikan bilirubin
yang terus diproduksi.
Etiologi hiperbilirubunemia perlu dideteksi secara pasti, fisiologik atau
nonfisiologik, sebagai dasar pemeriksaan dan tindak lanjut penanganan
neonatus.
Pengobatan hiperbilirubinemia bertujuan untuk menurunkan kadar
bilirubin yang tinggi. Pemantauan dan pemeriksaan yang tepat sangat
dibutuhkan untuk menentukan jenis pengobatan yang akan dipergunakan.

1.2 Saran
Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita,
menambah ilmu pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca namun
penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan makalah
selanjutnya.
Untuk rekan-rekan mahasiswa D3 KEPERAWATAN FAKULTAS
VOKASI UNIVERSITAS AIRLANGGA kami berharap makalah kami ini
dapat dijadikan bahan bacaan yang menambah wawasan.

6
REFERENSI
Annisa, Siti. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Hiperbilirubin.
Jatinagor: Universitas Padjadjaran.
Arief dan Weni Kristiyana Sari. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Deslidel, dkk.. 2011. Buku Ajar Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ihsan, Zikri. 2017. Asuhan Keperawatan pada Neonatus
denganHiperbilirubinemia. Padang: Politeknik Kesehatan Kemenkes
Padang.
Mathindas, Stevry, dkk.. 2013. Hiperbilirubinemia pada Neonatus. Vol. 5.
Manado: Jurnal Biomedik.
Palmer, Luanne Linnard. 2014. Buku Praktik Klinik (Pend Notes Nurse’s Clinical
Pocket Guide). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sritmaja, I Kadek. 2018. Asuhan Keperawatan pada Bayi Hiperbilirubinemia.
Denpasar: Politeknik Kesehatan Denpasar.
Wijayaningsih, Kartika Sari. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV.
Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai