Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS II

PADA KASUS DISMENORE

Dosen Pengampu : Dwi Uswatun S.,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 2:

1. Syelvi Andriani (2020030067)


2. Syifa Hayati (2020030057)
3. Ahmad Samsuri (2020030044)
4. Rigo Candra (2020030043)
5. Gurit Cokro (2020030051)
6. Alfina Yula (2020030077)

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN HUSADA JOMBANG

PRODI ILMU KESEHATAN S1 KEPERAWATAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT yang hanya dengan


rahmat serta petunjuk-nya, kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul
“Konsep dan Asuhan Keperawatan Penyakit Dismenore”.

Dalam penulisan ini tidak lepas dari pantauan bimbingan saran dan nasehat dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kapada yang terhormat dosen Pengampu yang telah memberikan tugas dan
kesempatan kepada kami untuk membuat dan menyusun makalah ini. Serta semua
pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta nasehat hingga
tersusunnya makalah ini hingga akhir.

Karena keterbatasan ilmu dan pengalaman, kami sadar masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang berkaitan
dengan penyusunan makalah ini akan kami terima dengan senang hati untuk
menyempurnakan penyusunan makalah tersebut.

Semoga makalah yang berjudul “Konsep dan Asuhan Keperawatan Penyakit


Dismenore” ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Jombang, 04 April

Penulis

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
2.1 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
3.1 Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 3
4.1 Manfaat .................................................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 4
1.2 PENGERTIAN ...................................................................................................................... 4
2.2 Klasifikasi Dismenore ........................................................................................................... 5
3.2 ETIOLOGI ............................................................................................................................ 5
4.2 PATOFISIOLOGI ................................................................................................................ 7
5.2 MANIFESTASI KLINIS ...................................................................................................... 8
6.2 PATHWAY DISMENORE ................................................................................................ 10
7.2 KOMPLIKASI .................................................................................................................... 11
8.2 PENATALAKSANAAN ..................................................................................................... 11
BAB III ................................................................................................................................................. 13
1.3 Pengkajian ........................................................................................................................... 13
2.3 Diagnosa Keperawatan ....................................................................................................... 17
3.3 Intervensi Keperawatan ..................................................................................................... 17
4.3 Implementasi Keperawatan ............................................................................................... 20
5.3 Evaluasi Keperawatan ........................................................................................................ 20
BAB IV KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT DISMENORE ..................................... 21
BAB V PENUTUP ............................................................................................................................... 34
1.4 KESIMPULAN ................................................................................................................... 34
2.4 SARAN ................................................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 35

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah adolesens atau remaja biasanya menunjukkan maturasi psikologis
individu, ketika pubertas menunjukan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi
(Potter dan Perry, 2005). Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya
perubahan fisik, emosi, dan psikis (Santoso, 2007). Masa remaja ditandai dengan
awitan perubahan fisik pada masa pubertas dan perkembangan psikososial ego, yang
membantu individu memahami diri sendiri (Bobak, Lowdermilk, & Jansen, 2004).
Pubertas adalah proses kematangan, hormonal dan pertumbuhan yang terjadi
ketika organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan karakteristik seks sekunder mulai
muncul (Wong, Eaton, Wilson, Winkelsteun, & Patricia, 2009). Pubertas
diidentifikasi dengan adanya perkembangan fisik, yaitu ketika alatalat kelamin mulai
berkembang mencapai kematangan. Khususnya pada wanita, masa pubertas ditandai
dengan datangnya menstruasi (Dahro, 2012).
Menstruasi merupakan perdarahan teratur dari uterus sebagai tanda
bahwa alat kandungan telah menunaikan faalnya (Kusmiran, 2012). Pada saat
sebelum haid atau menstruasi, seringkali wanita mengalami rasa tidak nyaman diperut
bagian bawah. Akan tetapi jika rasa tidak nyaman itu sampai mengganggu sehingga
harus meninggalkan pekerjaannya dan memaksanya harus beristirahat atau mencari
pengobatan keadaan ini disebut sebagai nyeri haid atau disminorea ( Marni &
Ambarwati 2015 ). Dismenorea dapat terjadi sebagai gangguan primer ataupun
sekunder karena penyakit yang melatari. Karena dismenorea primer akan sembuh
sendiri, prognosis cukup baik. Prognosis bagi dismenorea sekunder bergantung pada
penyakit yang melatari (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2011)
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Windastiwi, dkk (2017)
mengatakan bahwa prevalensi dismenorea cukup tinggi di dunia, dimana diperkirakan
50% dari seluruh wanita di dunia menderita dismenore dalam sebuah siklus
menstruasi. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Wardina, dkk (2017)
mengatakan bahwa Prevalensi di Amerika Serikat diperkirakan 4590% Swedia sekitar
72%, dan di Cina menunjukkan 92,4 % menderita dismenenore ringan-berat yang
berdampak pada aktivitas mereka (39,9 % harus absen dari sekolah dan 49,8%
menggunakan analgetik 1-6 kali persiklus). Penelitian Lestari pada tahun 2008
menunjukkan prevalensi dismenorhea di Indonesia sebesar 64,25% yang terdiri dari
54,89% dismenorhea primer dan 9,36% dismenorhea sekunder. Menurut Depkes
tahun 2010 angka kejadian prevalensi nyeri menstruasi di Indonesia berkisar 55%
dikalangan usia produktif (Shinta, 2014 dalam Wardina dkk 2017).
Nyeri saat haid menyebabkan ketidaknyamanan dalam aktivitas fisik
sehari-hari. Keluhan ini berhubungan dengan ketidakhadiran berulang di sekolah
ataupun di tempat kerja, sehingga dapat mengganggu produktivitas (Astutik, 2015).
Terapi non farmakologi antara lain kompres hangat, olahraga, terapi
mozart, dan relaksasi (Marni, 2015). Sedangkan cara farmakologis dengan obat
golongan nonsteroid anti-inflammatory drugs (NSAIDs) diantaranya ada ibu profen,
naproxen, diclofenac, hydrocodone dan acetaminophen, ketoprofen, meclofenamate
sodium tetapi obat-obat tersebut menyebabkan ketergantungan dan memiliki
kontraindikasi yaitu hipersensitifitas, ulkus peptic (tukak lambung), perdarahan atau
perforasi gastrointestinal, insufisiensi ginjal, dan resiko tinggi perdarahan
(Anugraheni & Wahyuningsih, 2013) Kompres dan kantong hangat, lembab
memberikan panas lembap ke area untuk menstimulasi sirkulasi, mengurangi nyeri,
dan meningkatkan
drainase luka. Kompres ini juga memberikan medikasi (Rosdahl & Kowalski, 2014).
Kompres telah banyak digunakan untuk mengurangi berbagai nyeri.
Misalnya pada keluhan nyeri / sakit kepala, kaki kram, dan nyeri akibat
pembesaran rahim pada ibu hamil (Esty, 2008). Selain itu kompres hangat juga
dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada leher yang kaku (Ve, 2007).
Prinsip kerja kompres hangat dengan mempergunakan buli – buli panas yang
dibungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari
buli – buli ke dalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh
darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri haid yang
dirasa akan berkurang atau hilang (Perry & Potter, 2005). (Sari, 2019)
2.1 Rumusan Masalah
Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis akan
melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Disminore dengan membuatrumusan masalah sebagai berikut
“Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Disminore”.
2
3.1 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien Nn.D dengan
Disminore
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Nn.D
dengan Dismenore
b. Mahasiswa dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien Nn.D
dengan Dismenore
c. Mahasiswa dapat membuat perencanaan keperawatan pada pasien Nn.D
dengan Dismenore
d. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Nn.D
dengan Dismenore
e. Mahasiswa dapat evaluasi keperawatan pada pasien Nn.D
dengan Dismenore
4.1 Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan pengembangan asuhan
keperawatan yang diberikan, khususnya dalam keperawatan maternitas dengan
kasus diagnosa medis Dismenore
2. Bagi Institusi
Dapat menambah sumber bacaan atau referensi tentang keperawatan maternitas
dengan kasus diagnosa medis Dismenore di perpustakaan Stikes Husada Jombang
3. Bagi Penulis atau Penyusun
Dapat menambah pengetahuan penulis tentang asuhan keperawatan dengan
diagnosa medis Dismenore

3
BAB II

PEMBAHASAN

1.2 PENGERTIAN
Dismenore berasal dari kata “dys” dan “menorea”. Dys atau dis adalah awalan
yang berarti buruk, salah dan tidak baik. Menorea atau mens adalah pelepasan lapisan
uterus yang berlangsung setiap bulan berupa darah atau jaringan dan sering disebut
dengan haid atau menstruasi. Dismenore adalah nyeri diperut bagian bawah,
menyebar kedaerah pinggang dan paha. Nyeri ini timbul tidak lama sebelum atau
bersamaan dengan hari pertama haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun
beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Nyeri dapat bersifat sementara dan
terus menerus. Dismenore timbul akibat kontraksi disritmik lapisan myometrium yang
menampilkan satu lebih gejala mulai dari nyeri ringan hingga berat pada perut bagian
bawah, daerah pinggang dan sisi medial paha (Rakhma, 2012).
Dismenore merupakan rasa nyeri pada saat menstruasi yang terasa diperut
bagian
bawah menyebar ke bagian pinggang dan paha. Dismenore terjadi karena adanya
kontraksi distritmik lapisan myometrium yang menampilkan satu atau gejala mulai
dari nyeri ringan hingga berat. Nyeri timbul tidak lama sebelum atau bersama-sama
dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa waktu (Purwaningsih, 2013).
Dismenore atau nyeri haid merupakan suatu rasa tidak enak di perut bawah
sebelum dan selama menstruasi dan sering kali disertai rasa mual. Dismenorea adalah
nyeri haid yang sedemikian hebatnya sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan
meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau
beberapa hari (Ramhani, 2014).
Jadi kesimpulan dari teori dismenore adalah pelepasan lapisan uterus yang
berlangsung setiap bulan berupa darah yang mengakibatkan rasa tidak enak di perut
bawah rasa tidak enak di perut bawah sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan
meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari.

4
2.2 Klasifikasi Dismenore
Secara klinis, dismenore dibagi menjadi dua, yaitu dismenore primer
(esensial, intrinsik, idiopatik) dan dismenore sekunder (ekstrinsik, yang diperoleh,
acquired). Dua jenis dismenore ini merupakan yang paling banyak ditemui
(Anurogo & Wulandari, 2011).
a. Dismenore primer
Dismenore primer (essensial, instrinsik, idiopatik) tidak terdapat hubungan
dengan kelainan ginekologi. Ini merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa
kelainan pada alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa
waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena
siklus haid pada bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis
anovulatoar yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak
lama sebelumnya atau bersama – sama dengan permulaan haid dan
berlangsung untuk beberapa jam. Walaupun dalam beberapa kasus dapat
berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit – jangkit,
biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar kedaerah pinggang
dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah,
sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya (Purwaningsih & Fatmawati,
2010).
b. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder (ekstrinsik, yang diperoleh, acquired) disebabkan oleh
kelainan ginekologik (endometrosis, adenomiosis, dan lain – lain) dan juga
karena pemakaian IUD (Purwaningsih & Fatmawati, 2010). Dismenore
sekunder seringkali mulai muncul pada usia 20 tahun dan lebih jarang
ditemukan serta terjadi pada 25% wanita yang mengalami dismenore. Tipe
nyeri hampir sama dengan dismenore primer, namun lama nyeri dapat
melebihi periode menstruasi dan dapat juga terjadi saat tidak menstruasi
(Nugroho & Utama, 2014).

3.2 ETIOLOGI
Secara umum, nyeri haid muncul akibat kontraksi disritmik miometrium
yang menampilkan suatu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai
berat di perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di sisi medial paha. Riset
biologi molekuler terbaru berhasil menemukan kerentanan gen (susceptibility
5
genes), yaitu memodifikasi hubungan antara merokok pasif (passive smoking) dan
nyeri haid (Anurogo & Wulandari, 2011). Berikut adalah penyebab nyeri haid
berdasarkan klasifikasinya :
a. Penyebab dismenore primer
1. Faktor endokrin
Rendahnya kadar progresteron pada akhir fase corpus luteum. Hormon
progresteron menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus sedangkan
hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus. Di sisi lain,
endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 sehingga
menyebabkan konstraksi otot – otot polos. Jika kadar prostaglandin yang
berlebihan memasuki peredaran darah maka selain dismenore dapat juga
dijumpai efek lainnya seperti nausea (mual), muntah, diare, flushing
(respons involunter tidak terkontrol) dari sistem darah yang memicu
pelebaran pembuluh kapiler kulit, dapat berupa warna kemerahan atau
sensasi panas. Jelaslah bahwa peningkatkan kadar prostaglandin
memegang
peranan penting pada timbulnya dismenore primer (Anurogo & Wulandari,
2011).
2. Faktor organik
Kelainan organik yang dimaksud yaitu seperti retrofleksia uterus (kelainan
letak – arah anatomis Rahim), hipoplasia uterus (perkembangan rahim
yang tidak lengkap), obstruksi kanalis servikal (sumbatan saluran jalan
lahir), mioma submukosa bertangkai (tumor jinak yang terdiri dari jaringan
otot), dan polip endometrium (Anurogo & Wulandari, 2011).
3. Faktor kejiwaan atau psikis
Pada wanita yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika tidak
mendapat
penerangan yang baik tentang proses haid, maka akan mudah timbul
dismenore. Contoh gangguan psikis yaitu seperti rasa bersalah, ketakutan
seksual, takut hamil, konflik dan masalah jenis kelaminnya, dan imaturitas
(belum mencapai kematangan) (Anurogo & Wulandari, 2011).
4. Faktor konstitusi
Faktor konstitusi yaitu seperti anemia dan penyakit menahun juga dapat
memperngaruhi timbulnya dismenore (Anurogo & Wulandari, 2011).
6
5. Faktor alergi
Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara
hipermenorea dengan urtikaria migrain atau asma bronkele. Smith
menduga bahwa sebab alergi adalah toksin haid (Purwaningsih &
Fatmawati, 2010).
b. Penyebab dismenore sekunder
1. Infeksi : nyeri sudah terasa sebelum haid
2. Myoma submucosa, polyp corpus uteri : nyeri bersifat kolik
3. Endometriosis : nyeri disebabkan
4. Retroflexio uteri fixate
5. Stenosis kanalis servikalis
6. Adanya AKDR : tumor ovarium (Aspiani, 2017)

4.2 PATOFISIOLOGI
1. Dismenore primer
Mekanisme terjadinya nyeri pada dismenore primer diterangkan sebagai
berikut. Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami regresi
dan hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar progesteron. Penurunan ini akan
mengakibatkan labilisasi membran lisosom, sehingga mudah pecah dan
melepaskan enzim fosfolipase A2. Enzim ini akan menghidrolisis senyawa
fosfolipid yang ada di membran sel endometrium; menghasilkan asam
arakhidonat. Adanya asam arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium
akan merangsang kaskade asam arakhidonat yang akan menghasilkan
prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan dismenore primer
didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya,
yang akan merangsang miometrium dengan akibat terjadinya peningkatan
kontraksi dan disritmi uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke
uterus dan ini akan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan
endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang
rasa sakit pada ujung – ujung saraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik
dan kimia (Aspiani, 2017).
2. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama, tetapi
yang paling sering mucul di usia 20 – 30 tahunan, setelah tahun – tahun normal
7
dengan siklus tanpa nyeri. Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada
dismenore sekunder. Namun, penyakit pelvis yang menyertai haruslah ada.
enyebab yang umum, di antaranya termasuk endometriosis (kejadian di mana
jaringan endometrium berada di luar rahim, dapat ditandai dengan nyeri haid),
adenomyosis (bentuk endometriosis yang invasive), polip endometrium (tumor
jinak di endometrium), chronic pelvic inflammatory disease (penyakit radang
panggul menahun), dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IU(C)D
[intrauterine (contraceptive) device]. Hampir semua proses apapun yang
memengaruhi pelvic viscera (bagian organ panggul yang lunak) dapat
mengakibatkan nyeri pelvis siklik (Anurogo & Wulandari, 2011).

5.2 MANIFESTASI KLINIS


1. Dismenore primer
Dismenore primer hampir selalu terjadi saat siklus ovulasi (ovulatory
cycles) dan biasanya muncul dalam setahun setelah haid pertama. Pada dismenore
primer klasik, nyeri dimulai bersamaan dengan onset haid atau hanya sesaat
sebelum haid dan bertahan atau menetap selama 1 – 2 hari. Nyeri dideskripsikan
sebagai spasmodik dan menyebar ke bagian belakang (punggung) atau paha atas
atau tengah. Berhubungan dengan gejala – gejala umumnya yaitu seperti berikut :
a. Malaise (rasa tidak enak badan)
b. Fatigue (lelah)
c. Nausea (mual) dan vomiting (muntah)
d. Diare
e. Nyeri punggung bawah
f. Sakit kepala
g. Terkadang dapat juga disertai vertigo atau sensasi jatuh, perasaan cemas,
gelisah, hingga jatuh pingsan.
h. Gejala klinis dismenore primer termasuk onset segera setelah haid pertama
dan
biasanya berlangsung sekitar 48 – 72 jam, sering mulai beberapa jam sebelum
atau sesaat setelah haid. Selain itu juga terjadi nyeri perut atau nyeri seperti
saat
melahirkan dan hal ini sering ditemukan pada pemeriksaan pelvis yang biasa
atau pada rektum (Anurogo & Wulandari, 2011).
8
2. Dismenore sekunder
Nyeri dengan pola yang berbeda didapatkan pada dismenore sekunder yang
terbatas pada onset haid. Ini biasanya berhubungan dengan perut besar atau
kembung, pelvis terasa berat, dan nyeri punggung. Secara klinis, nyeri meningkat
secara progresif selama fase luteal dan akan memuncak sekitar onset haid. Berikut
adalah gejala klinis dismenore secara umum :
a. Dismenore terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah haid pertama
b. Dismenore dimulai setelah usia 25 tahun
c. Terdapat ketidaknormalan pelvis dengan pemeriksaan fisik, pertimbangkan
kemudian endometriosis, pelvic inflammatory disease (penyakit radang
panggul), dan pelvic adhesion (perlengketan pelvis).
d. Sedikit atau tidak ada respons terhadap obat golongan NSAID (nonsteroidal
anti-inflammatory drug) atau obat anti – inflamasi non – steroid, kontrasepsi
oral, atau keduanya.(Nauli Rahmawati, 2018)

9
6.2 PATHWAY DISMENORE

Bila tidak terjadi kehamilan

Regresi korpus luteum

Progesterone menurun

Labilisasi membran lisosom


(mudah pecah)

Enzim fosfolipae A2 meningkat

Hidrolisis senyawa fosfolipid

Meningkatkan sensitisasi dan


Terbentuk asam arakidonat menurunkan ambang rasa sakit
pada ujung saraf aferen nervus
pelvicus
prostaglandin

PGE 2 PGF 2a PGF 2a Diare, nausea dan muntah

Defisit Nutrisi
PGE 2&PGF 2a dalam darah meningkat

Myometrium terangsang

Meningkatkan kontraksi dan disritmia uterus

Intoleransi Aktivitas
Iskemia sel-sel miometrium

Kurang pengetahuan mengenai


Nyeri abdomen nyeri haid yang dialami
Ansietas
10

Nyeri Akut Mudah lemas dan lelah saat


DISMENORE menjalankan aktivitas
7.2 KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita nyerl haid, yaitu
sebagai berikut:
1. Jika diagnosis dismenore sekunder diabaikan atau terlupakan maka patologi
(kelainan atau gangguan yang mendasari dapat memicu kenaikan angka
kematian, termasuk kemandulan).
2. Isolasi sosial (Inerasa terasing atau dikucilkan) dan depresi.
3. Sedangkan pada dismenore primer jarang ditemukan kelainan-kelainan patologis.

8.2 PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi adalah pengobatan yang paling dapat diandalkan dan efektif untuk
menghilangkan dismenore. Pilihan terapi lini pertama bagi wanita dengan dismenore
primer adalah NSAID sedangkan dismenore sekunder, strategi pengobatan harus
didasarkan pada penyakit yang mendasari, meskipun beberapa strategi pengobatan
yang digunakan untuk dismenore primer juga mungkin memiliki beberapa manfaat
terhadap patologi organik.
a. Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs
Obat-obat ini bekerja dengan cara menghambat produksi dan pelepasan
prostaglandin. NSAID yang telah disetujui oleh FDA untuk pengobatan
dismenore, seperti diklofenak, ibuprofen, ketoprofen, meclofenamate, asam
mefenamat, naproxen. Sedangkan NSAID dan analgesik lainnya yang telah
digunakan adalah aspirin, acetaminofen, COX-2 inhibitor, narkotika, montelukast.
Meskipun tidak disetujui oleh FDA untuk mengobati dismenore (Hakim, 2016).
b. Terapi Farmakologi
Salah satu terapi farmakologis dengan pemberian obat golongan NSAID
(Nonsteroidal Anti Inflammatory Drugs) dapat meredakan nyeri dengan cara
memblok prostaglandin yang menyebabkan nyeri. Efek samping dari obat NSAID
dapat meningkatkan resiko serangan jantung atau stroke jika penggunaan obat
jangka waktu yang lama, tekanan darah tinggi, gagal jantung akibat
pembengkakan tubuh, sel darah merah rendah, sakit perut, sembelit, diare, mual,
muntah dan pusing (Larasati, 2016).
c. Terapi Non-Farmakologi Terapi non farmakologi antara lain, kompres hangat,
olahraga, terapi mozart, dan relaksasi. Latihan olahraga mampu meningkatkan
produksi endorphin (pembunuh rasa sakit alami tubuh), dapat meningkatkan kadar
11
serotonin. Selain itu pencegahan yang lebih aman dengan cara melakukan senam
atau yang biasa disebut dengan senam dismenore.

12
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.3 Pengkajian
1. Biodata klien dan penanggungjawab
(Nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat, No. RM, tgl masuk RS)
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan sering menjadi alasan klien untuk menerima
pertolongan kesehatan. Pada dismenore biasanya dikeluhan merasa nyeri
dimulai saat haid.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat penyakit sekarang adalah informasi mengenai keadaan dan
keluhan paien saat timbul dismenore yang menyebabkan gangguan rasa
yang tidak nyaman. Keluhan pada klien dengan gangguan dismenore
adalah nyeri dimulai saat haid dan meningkat saat keluarnya darah, disertai
mual, muntah, kelelahan dan nyeri kepala.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah klien pernah mengalami riwayat penyakit seperti DM, hipertensi
atau penyakit jantung.
4) Riwayat penyakit keluarga
Peranan keluarga atau keturunan merupakan faktor penyebab penting yang
perlu dikaji yaitu penyakit berat yang pernah diderita salah satu anggota
keluarga yang ada hubungannya dengan oeprasi misalnya: TBC, DM dan
Hipertensi.
3. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada klien dengan gangguan menstruasi yang
perlu diketahui adalah :
1) Keadaan haid
Perlu ditanyakan kapan datangnya menarche siklus haid, hari pertama haid
terakhir untuk diketahui yang keluar darah muda atau darah tua, encer atau
menggumpal, lamanya nyeri atau tidak, pada sebelum atau sesudah haid,

13
berbau atau tidak, dimana untuk mengetahui gambaran tentang keadaan alat
kandungan.
2) Perkawinan
Berapa kali kawin dan berapa lama dengan suami yang sekarang.
3) Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Ditanyakan riwayat kehamilan dan persalinan serta nifas yang lalu, bagaimana
keadaan bayi yang dilahirkan, apakah cukup bulan atau tidak, kelahirannya
normal atau tidak, siapa yang menolong persalinan dan dimana
melahirkannya.
4. Pola kebiasaan sehari – hari menurut Virginia Henderson
1) Respirasi
Pada klien dengan gangguan menstruasi frekuensi pernafasan biasanya normal
atau meningkat bila disertai dengan nyeri pada saat menstruasi.
2) Nutrisi
Klien dengan gangguan menstruasi biasanya mengalami perubahan pada
pemenuhan kebutuhan nutrisi dikarenakan adanya nyeri dan ketidaknyamanan.
3) Eliminasi
Klien dengan gangguan menstruasi biasanya tidak mengalami gangguan dalam
eliminasi.
4) Istirahat/tidur
Pada klien dengan gangguan menstruasi biasanya mengalami gangguan
pemenuhan kebutuhan tidur akibat nyeri dan ketidaknyamanan.
5) Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi
Pada klien dengan gangguan menstruasi tidak mengalami gangguan dalam hal
temperatur tubuh, suhu tubuh 370C.
6) Kebutuhan personal hygiene
Klien dengan gangguan menstruasi biasanya tidak mengalami gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
7) Aktivitas
Pola aktivitas klien dengan gangguan menstruasi dapat terganggu karena
adanya nyeri dan ketidaknyamanan.
8) Gerak dan keseimbangan tubuh
Gerak dan keseimbangan tubuh klien dengan gangguan menstruasi terkadang
mengalami gangguan karena adanya nyeri dan ketidaknyamanan.
14
9) Kebutuhan pakaian
Klien dengan gangguan menstruasi tidak mengalami gangguan dalam
memenuhi kebutuhan berpakaian tersebut.
10) Kebutuhan keamanan
Klien dengan gangguan menstruasi mengalami gangguan dengan keamanan
karena adanya nyeri dan ketidaknyamanan.
11) Sosialisasi
Pada data sosial ini dapat dilihat apakah klien merasa terisolasi atau terpisah
karena terganggunya komunikasi, adanya perubahan pada kebiasaan atau
perubahan dalam kapasitas fisik untuk menentukan keputusan untuk
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
12) Kebutuhan spiritual
Klien yang menganut agama tertentu selama keluar darah haid tidak
diperbolehkan melaksanakan ibadah.
13) Kebutuhan bermain dan rekreasi
Klien dengan gangguan menstruasi biasanya tidak memenuhi kebutuhan
bermain dan rekreasi karena nyeri dan ketidaknyamanan.
14) Kebutuhan belajar
Bagaimana klien berusaha belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin
tahu yang mengarah pada perkembangan yang normal, kesehatan dan
penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia.
5. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien yang mengalami gangguan menstruasi biasanya lemah
dan gelisah.
2) Kesadaran
Kesadaran klien dengan gangguan menstruasi biasanya composmentis jika
tidak
mengalami dismenore berat yaitu sampai tidak sadarkan diri.
3) Tanda – tanda vital
a. Tekanan darah : Normal (120/80 mmHg)
b. Nadi : Normal/Meningkat (>80-100 x/menit)
c. Pernafasan : Normal (>20-24 x/menit)
d. Suhu : Normal (36,50C – 37,50C)

15
6. Pemeriksaan head to toe
a. Kepala
Meliputi bentuk wajah apakah simetris atau tidak, keadaan rambut dan
keadaan kulit kepala.
b. Wajah
Pada daerah wajah yang dikaji bentuk wajah, keadaan mata, hidung, telinga,
mulut dan gigi.
c. Mata – telingah – hidung
Apakah konjungtiva pucat atau merah, apakah sklera ikterik.
d. Leher
Perlu dikaji apakah terdapat benjolan pada leher, pembesaran vena jugularis
dan
adanya pembsesaran kelenjar tiroid.
e. Dada dan punggung
Perlu dikaji kesimetrisan dada, ada tidaknya tertraksi intercostae, pernafasan
tertinggal, suara wheezing, ronchi, bagaimana irama dan frekuensi pernafasan.
Pada jantung dikaji bunyi jantung (interval) adakah bunyi gallop, mur – mur.
f. Payudara/mammae
Apakah puting susu menonjol atau tidak, apakah ada pembengkakkan dan atau
nyeri tekan.
g. Abdomen
Ada tidaknya distensi abdomen, bagaimana dengan bising usus, adakah nyeri
tekan.
h. Ekstremitas atas dan bawah
Kulit dingin, kering, pucat, capillary refill memanjang. Ekstremitas atas dan
bawah yang dikaji yaitu kesimetrisannya, ujung – ujung jari sianosis atau
tidak, ada tidaknya edema.
i. Genetalia
Bagaimana rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia perkembangan
klien. Kulit dan area pubis, adanya lesi, eritema, visura, leukoplakia dan
eksoria labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap perkembangan
ulkus, keluaran dan nodul.

16
2.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan telah diterapkan diberbagai rumah sakit dan fasilitas
kesehatan lainnya, namun diperlukan terminologi dan indikator diagnosis
keperawatan yang terstandarisasi agar penegakan diagnosis keperawatan menjadi
seragam,akurat,dan
tidak ambiguuntuk menghindari ketidaktepatan pengambilan keputusan dan
ketidaksesuaian asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien. (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2017 : 2)
ccc
1. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis.
Inflamasi, iskemia, neoplasma) dibuktikan dengan mengeluh nyeri, tampak
meringis
2. Intoleransi Aktivitas (D.0056) berhubungan dengan kelemahan dibuktikan
mengeluh lelah, merasa lemah, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Ansietas (D.0080) berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan
dengan merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak
gelisah.

3.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcomes) yang diharapkan. Setiap intervensi keperawatan pada standar
SIKI terdiri atas tiga komponen yaitu label, definisi dan tindakan (PPNI, 2018).
Luaran (outcomes) keperawatan merupakan aspek – aspek yang dapat diobservasi
dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau dari persepsi pasien, keluarga atau
komunitas sebagai respons terhadap intervensi keperawatan. Luaran (outcomes)
keperawatan memiliki tiga komponen utama yaitu label, ekspektasi dan kriteria
hasil (PPNI, 2018).
Berikut merupakan intervensi dari gangguan rasa nyaman, nyeri akut dan defisit
pengetahuan :
1. NYERI AKUT (D.0077)
Intervensi : Manajemen nyeri (I.08238)
Tindakan :
Observasi
17
a. Identifikasi lokasi, karakeristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan
skala nyeri.
b. Identifikasi skala nyeri.
c. Identifikasi respons nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

Terapeutik

a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,


hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
b. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri

Edukasi

a. Jelaskan strategi meredakan nyeri


b. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
c. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
d. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


2. INTOLERANSI AKTIVITAS (D.0056)
Intervensi : Manajemen energi (I.05178)
Tindakan :
Observasi
a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b. Monitor kelelahan fisik dan emosional
c. Monitor pola dan jam tidur
d. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

Terapeutik

a. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,


kunjungan)
b. Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif

18
c. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
d. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi

a. Anjurkan tirah baring


b. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
d. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi

a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan


3. ANSIETAS (D.0080)
Intervensi : Reduksi Ansietas (I.09314)
Tindakan :
Observasi
a. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
b. Monitor tanda-tanda ansietas

Terapeutik

a. Sediakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan


b. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
c. Pahami situasi yang membuat ansietas
d. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
e. Diskusikan rencana realistis tentang peristiwa yang akan datang

Edukasi

a. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami


b. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
c. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
d. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
e. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
f. Latih teknik relaksasi

19
Kolaborasi

a. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

4.3 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan merupakan suatu pelaksanaan tindakan
keperawatan terhadap klien yang didasarkan pada rencana keperawatan yang telah
disusun dengan baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan meliputi peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping.
Implementasi keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila klien
mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Selama tahap implementasi keperawatan, perawat terus melakukan pengumpulan data
yang lengkap dan memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan
klien.

5.3 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan adalah tahap yang menentukan apakah tujuan yang telah
disusun dan direncanakan tercapai atau tidak. Menurut Friedman (dalam Harmoko,
2012) evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya intervensi - intervensi yang
dilakukan oleh keluarga, perawat dan yang lainnya. Ada beberapa metode evaluasi
yang dipakai dalam perawatan. Faktor yang paling utama dan penting adalah bahwa
metode tersebut harus disesuaikan dengan tujuan dan intervensi yang sedang
dievaluasi.

20
BAB IV

KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT

PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN


Nama Mahasiswa : Tempat Praktik :
NIM : Tgl. Praktik :

Identitas Klien
Nama : Nn.D
No. RM : 000125..................................
Usia : 17 tahun
Tgl. Masuk : 11 April 2020
Jenis kelamin : Perempuan
Tgl. Pengkajian : 11 April 2020
Alamat : Sekaran, Lamongan
No. telepon : 081 xxx xxx xxx
Nama klg. dekat yg bisa dihubungi : Indah
Agama : Islam
Status : Ibu klien
Suku : Jawa
Alamat : Sekaran, Lamongan
No. telepon : 081 XXX XXX XXX
Pekerjaan : Karyawan Swasta

A. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri haid
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan tanggal 11 April 2020 datang ke IGD dengan keluhan
mengeluh nyeri abdomen bagian bawah (skala nyeri 6) pada saat menstruasi

21
hari pertama sampai ketiga, pasien mengatakan merasa gelisah terhadap
keadaan haid yang dialami, wajah pasien tampak meringis kesakitan, pasien
mengatakan mudah lemas dan kelelahan saat melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Riwayat Penyakit terdahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat seperti ini sebelumnya
d. Riwayat Penyakit keluarga
Pasien mengatakan kelurga tidak memiliki riwayat penyakit seperti sekarang.

B. RIWAYAT MENSTRUASI
1. Riwayat Menstruasi
Menarche : umur 11 tahun
Siklus : teratur (√ ) tidak ( )
Banyaknya : 2-4 pembalut/hr
Lamanya : 7 hari
HPHT : 2 hari yang lalu
Keluhan :
2. Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

C. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG


√ belum
TT 2 sudah √ belum

ANC berapa kali : -

Keluhan selama hamil :

22
Lainnya : -
1. Trimester I :
2. Trimester II :
3. Trimester III :

Pengobatan selama hamil √ tidak

Pergerakan janin : ya √ tidak

Rencana perawatan bayi : ( ) sendiri ( ) orang tua ( ) lain lain

Kesangggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi :

1. Breast care : ( ) Ya ( ) Tidak


2. Perineal care : ( ) Ya ( ) Tidak
3. Nutrisi : ( ) Ya ( ) Tidak
4. Senam nifas : ( ) Ya ( ) Tidak
5. KB : ( ) Ya ( ) Tidak
6. Menyusui : ( ) Ya ( ) Tidak
D. STATUS PERKAWINAN
1. Berapa kali menikah : -
2. Usia saat menikah : -
3. Lama perkawinan : -
Keterangan : belum menikah
E. RIWAYAT KELUARGA BERENCANA
Melaksanakan KB : ( ) ya ( ) tidak
Bila ya jenis kontrasepsi apa yang digunakan :
( ) IUD ( ) Pil ( ) suntik ( ) Implant( ) lain – lain. Sebutkan…………………
Masalah yang terjadi : -
Masalah Keperawatan : tidak ada

F. KEBUTUHAN DASAR KHUSUS


1. Pola nutrisi
a. Frekuensi makan : 1-2 x/hari
b. Nafsu makan : (√ ) baik ( ) tidak nafsu , alasan: -
c. Jenis makanan rumah : nasi, lauk pauk,sayur dan kadang buah
d. Makanan yang tidak disukai /alergi/pantangan : ( ) ada ( √ ) tidak ada

23
Bila ada sebutkan sebutkan :
2. Pola eliminasi
BAK
a. Frekuensi : 6-7 kali
b. Warna : kuning jernih
c. Keluhan yang berhubungan dengan BAK : -
BAB
a. Frekuensi : 1 kali
b. Warna : kuning
c. Bau : khas
d. Konsistensi : lunak
e. Keluhan : -
3. Pola personal Hygiene
Mandi
a. Frekuensi : 2 x/hari
b. Sabun : (√) Ya ( ) tidak

Oral hygien

a. Frekuensi : 3 x/hari
b. Waktu : (√ ) Pagi (√ ) sore (√) Setelah makan
Cuci rambut
a. Frekuensi : 2-3 x/minggu
b. Shampo : (√ ) ya ( ) tidak
4. Pola istirahat dan tidur
a. Lama tidur : ±8 Jam /hari b.
b. Kebiasaan sebelum tidur : berdo’a
c. Keluhan :-
5. Pola aktifitas dan latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan : mahasiswa
b. Waktu bekerja : ( ) Pagi ( ) sore ( ) Malam
c. Olah raga : (√) Ya ( ) Tidak
Jenisnya : jalan – jalan saja
d. Frekwensi : 1-2 x seminggu
e. Kegiatan waktu luang : -

24
f. Keluhan dalam aktifitas : -
6. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
a. Merokok : ( ) Ya , sebutkan … ( √ ) Tidak
b. Minuman keras : ( ) Ya , sebutkan …. ( √ ) Tidak
c. Ketergantungan obat : ( )Ya , sebutkan … ( √ ) Tidak.
7. PEMERIKSAAN FISIK
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : lemah Kesadaran : composmentis
Tekanan darah :130/90 mmHg Nadi : 100x/menit
Respirasi :18 x/mnt Suhu : 37,6°C
Berat badan : 54 kg Tinggi badan : 156 cm
2) Pemeriksaan khusus.
1. Breath
Pola nafas: teratur, Jenis: normal, Suara nafas: vesikuler, tidak terdapat
sesak nafas.
2. Blood
Tekanan darah tinggi (130/90 mmHg), Akral basah dan dingin
3. Brain
Penurunan konsentrasi, Pusing, Sklera/ konjungtiva anemia
4. Bladder
Warna kuning dan volume 1,5 L/hari
5. Bowel
Nafsu makan: baik, Porsi makan habis, Minum (1500cc/hari),
Kebersihan mulut: bersih, Mukosa: lembab, Tenggorokan: normal,
Peristaltik (9x/menit), BAB(1x/hari), Konsistensi: padat, Bau: Khas,
Kuning kecoklatan
6. Bone
Badan mudah capek, Nyeri pada punggung.

25
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI DIAGNOSA


KEPERAWATAN
1. DS : Prostagladin Nyeri Akut
1. Pasien mengatakan (D.0077)
nyeri haid Miometrium terangsang
2. Pasien mengeluh nyeri
di abdomen bagian Kontraksi uterus
bawah
3. Pasien mengatakan Nyeri dibagian abdomen
skala nyeri (6) (nyeri akut)
4. Pasien mengatakan
nyeri pada saat
menstruasi hari pertama
sampai ketiga
DO :
1. Wajah pasien tampak
meringis dan kesakitan
2. Tekanan darah :130/90
mmHg
3. Nadi : 100x/menit
4. Respirasi :18 x/mnt
5. Suhu : 37,6°C

2. DS : Prostagladin Intoleransi
1. pasien mengatakan aktivitas (D.0056)
mudah lemas, Miometrium terangsang
kelelahan saat
melakukan aktivitas Kontraksi uterus
sehari-hari.
DO : Keterbatasan rentang gerak,
1. TD = 130/90mmhg mudah lelah saat melakukan
2. Suhu = 37,6°C aktivitas
26
3. RR=18x/menit
4. N= 100x/menit
5. Px. terlihat lemas Intoleransi Aktivitas
6. Sclera/ konjungtiva
anemi

3. DS : Nyeri abdomen Ansietas (D.0080)


1. Pasien mengatakan
merasa gelisah terhadap Dismenore
keadaan haid yang
dialami Kurang pengetahuan
mengenai nyeri haid yang
DO :
dialami
1. TD = 130/90mmhg
2. Suhu = 37,6°C
3. RR=18x/menit Ansietas
4. N= 100x/menit
5. Px. Terlihat lemas
6. Pasien sering bertanya
tentang nyeri haid yang
dialaminya

27
KRITERIA HASIL DAN INTERVENSI

DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI


KEPERAWATAN

Nyeri Akut (D.0077) (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)


Tingkat Nyeri Observasi
a. Identifikasi lokasi,
Setelah dilakukan perawatan karakeristik, durasi,
selama 1x24 jam, pasien frekuensi, kualitas,
diharapakan dapat: intensitas, dan skala nyeri.
1. Keluhan nyeri b. Identifikasi skala nyeri.
merunun c. Identifikasi faktor yang
2. Meringis menurun memperberat dan
3. Gelisah menurun memperingan nyeri
4. Tekanan darah Terapeutik
membaik a. Berikan kompres air
hangat
b. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
a. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
b. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
c. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
d. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

28
a. Kolaborasi pemberian
analgetik
Intoleransi aktivitas (L.05047) (I.05178)
(D.0056) Toleransi Aktivitas Manajemen energi
Observasi
Setelah dilakukan perawatan a. Identifikasi gangguan
selama 2x24 jam, pasien fungsi tubuh yang
diharapakan dapat: mengakibatkan kelelahan
1. Keluhan lelah b. Monitor kelelahan fisik
menurun dan emosional
2. Kemudahan dalam c. Monitor lokasi dan
melakukan aktivitas ketidaknyamanan selama
sehari-hari meningkat melakukan aktivitas
3. Perasaan lemah Terapeutik
menurun a. Sediakan lingkungan
4. Tekanan darah nyaman dan rendah
membaik stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)
b. Lakukan latihan rentang
gerak pasif/aktif
c. Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
c. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
d. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan

29
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

Ansietas (D.0080) (L.09093) (I.09314)


Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
Observasi
Setelah dilakukan perawatan a. Identifikasi saat tingkat
selama 1x24 jam, pasien ansietas berubah (mis.
diharapakan dapat: Kondisi, waktu, stressor)
1. Verbalisasi b. Monitor tanda-tanda
khawatir akibat ansietas
kondisi yang Terapeutik
dihadapi menurun a. Sediakan suasana
2. Perilaku gelisah terapeutik untuk
menurun menumbuhkan
3. Tekanan darah kepercayaan
menurun b. Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan,
jika memungkinkan
c. Pahami situasi yang
membuat ansietas
d. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
e. Diskusikan rencana
realistis tentang peristiwa
yang akan datang
Edukasi
a. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami

30
b. Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
c. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
d. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
e. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
f. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu

31
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

HARI/ DIAGNOSA
TANGGAL KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI

(D.0077) 1. Menanyakan keluhan S :


Nyeri Akut dan lokasi nyeri 1. Klien mengatakan
2. Menanyakan nyeri yang
seberapa nyeri dan dirasakan sudah mulai
seberapa lamanya menurun
3. Monitor TTV 2. Klien sudah mengerti
4. Observasi adanya teknik non farmakologi
tanda nyeri non yang diajarkan
verbal. Misalnya untuk mengatasi rasa
ekspresi wajah, nyeri secara mandiri
gelisah, meringis 3. Klien mengatakan
kesakitan nyeri di abdomen
5. Mengidentifikasi bagian bawah sudah
faktor yang membaik
memperberat dan O :
memperingan nyeri 1. Klien sudah tampak
6. Menganjurkan tidak merasa meringis
memonitor nyeri kesakitan
secara mandiri 2. Skala nyeri menurun
7. Mengajarkan teknik A :
nonfarmakologi Masalah teratasi sebagian
untuk mengurangi P :
rasa nyeri Melanjutkan intervensi
8. Berkolaborasi
dengan tim medis
dalam pemberian
obat obatan
Intoleransi aktivitas 1. Memberi lingkungan S :

32
(D.0056) tenang dan istirahat 1. Pasien mengatakan
tanpa gangguan. sudah bisa melakukan
2. Mengobservasi aktivitas
adanya pembatasan 2. Pasien tidak merasa
klien dalam lelah saat beraktivitas
melakukan aktivitas. terus menerus
3. Memberikan bantuan O:
sesuai kebutuhan 1. Wajah pasien tampak
4. Mengkaji adanya bugar dan konjungtiva
faktor yang merah muda
menyebabkan A : Masalah teratasi
kelelahan. P : Hentikan intervensi
5. Berkolaborasi
dengan tim medis
dalam pemberian
asupan makanan
Ansietas (D.0080) 1. Melibatkan pasien/ S : Pasien mengatakan sudah
orang terdekat dalam merasa tenang
rencana perawatan O:
2. Memberikan a. Pasien tampak sudah
lingkungan tenang mengerti tentang
dan istirahat penyakitnya.
3. Memberikan b. Tekanan darah normal
kesempatan pasien A : Masalah teratasi
untuk P : Hentikan intervensi
mengungkapkan
perasaannya
4. Melatih teknik
relaksasi

33
BAB V

PENUTUP

1.4 KESIMPULAN
Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid/menntruasi yang
dapatmengganggu aktivitas dan memerlukan pengobatan yang ditandai dengan nyeri
atau rasasakit di daerah perut maupun pinggul. Dismenore dapat digolongkan
berdasarkan jenisnyeri; yaitu dismenore spasmodic dan dismenore kongestif, dan ada
tidaknya kelainanatau penyebab yang dapat diamati; yaitu dismedore primer dan
dismenore sekunder.Penyebab dari nyeri haid ini belum ditemukan secara pasti
meskipun telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari penyebabnya. Ada
beberapa factor yangmenyebabkan dismenore yaitu factor psikologis, factor endokrin,
factorkonstitusi,anomaly uterus congenital dan endometriosis.
2.4 SARAN
Disarankan bagi wanita banyak mengkonsumsi makanan yang berzigi dan
olah raga secara teratur dan disarankan bagi wanita agar mengupayakan pola hidup
sehat serta memeriksakan kesehatan secara berkala dan teratur.

34
DAFTAR PUSTAKA

Nauli Rahmawati, I. (2018). Efektifitas Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Haid Pada
Remaja. 6–34.

Sari, I. M. A. P. (2019). Anatomi Fisiologi Menstruasi. Healthy, 88, 2086320.

Yunitasari, R. (2017). Hubungan Karakteristik Dan Tingkat Stres Dengan Kejadian


Dismenore Primer. Jurnal Imiah, 9–28. repository.unimus.ac.id/937/3/BAB II.pdf

PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Edisi 1.Jakarta : DDP PPNI

PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Edisi 1.Jakarta : DDP PPNI

PPNI.2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Edisi 1.Jakarta : DDP PPNI

35

Anda mungkin juga menyukai