Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

LEUKOPENIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB


Dosen Pengampu :
Dwi Uswatunn S,S.Kep.,Ns,M.Kep

Disusun Oleh KELOMPOK 5

Elsa Agustin (2020030050)


Sabilah Yono Saputra (2020030052)
Gurit Cokro Amiseno (2020030051)
Magdalena Tahoba (2020030075)
Ahmad Samsuri (2020030044)
Melyanda Tuhumury (2020030074)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN HUSADA JOMBANG
OKTOBER 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “LEUKOPENIA
” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Ibu Dwi Uswatunn S,S.Kep.,Ns.,M.Kep pada mata kuliah Keperawatan
Maternitas. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang kehamilan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dwi Uswatunn


S,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pengampu pada mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jombang, 03 oktober 2021

Penyusun,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 4
1.2. Tujuan ............................................................................................................. 5
1.3. Implikasi keperawatan .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................................... 6
2.1. Pengertian ....................................................................................................... 6
2.1. Epidemiologi .................................................................................................. 6
2.2. Etiologi ........................................................................................................... 7
2.3. Tanda dan Gejala ............................................................................................ 7
2.4. Patofisiologi.................................................................................................... 8
2.5. Komplikasi dan Prognosis ............................................................................ 10
2.7. Pencegahan ................................................................................................... 13
2.8. PATHWAYS ................................................................................................ 14
BAB III KONSEP ASKEP ....................................................................................... 15
3.1 Pengkajian ......................................................................................................... 15
3.3 Diagnosa Keperawatan ..................................................................................... 25
3.4 Intervensi Keperawatan .................................................................................... 26
3.5 Implementasi Keperawatan .............................................................................. 32
3.6 Evaluasi ............................................................................................................. 34
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 36
I. Kesimpulan ................................................................................................... 36
II. Saran ............................................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 37

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sel darah putih adalah sel lain yang terdapat didalam darah. Sel darah putih
(dalam bahasa inggris : white blood cell, WBC, leukocyte) adalah sel yang
membentuk komponen darah. Sel darah putih atau lekosit (leukocyte) ini umumnya
berperan dalam mempertahankan tubuh terhadap penyusupan benda asing yang selalu
dipandang mempunyai kemungkinan untuk mendatangkan bahaya bagi kelangsungan
hidup individu.
Jumlah normal leukosit mempunyai rentangan yang cukup luas, yaitu antara
5.10³ - 10⁴ / mL. Keragaman jumlah yang sampai 100% dapat dimaklumi bila diingat
bahwa selalu ada saja kontak dengan benda asing diseberang bagian tubuh. Karena
itu, jumlah leukosit tersebut berubah – ubah dari saat ke saat, sesuai dengan jumlah
benda asing yang biasa dihadapi dari saat ke saat, dalam batas-batas yang masih dapat
ditoleransi tubuh tanpa menimbulkan gangguan fungsi. Bila jumlah keseluruhan
leukosit di atas 10⁴/ mL, hal ini sudah merupakan petunjuk bahwa terjadi konflik
dengan benda asing dalam jumlah yang lebih besar dari biasa atau yang lebih resistan
dari yang biasa. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x10⁹-11x10⁹ sel darah putih
di dalam seliter darah manusia dawasa yang sesat-sekitar 7000-25000 sel per tetes.
Dalam setiap millimeter kubil darah terdapat 6000-10000 (rata-rata 8000) sel darah
putih.
Leukopenia berasal dari kata leukosit yang ditambah dengan akhiran penia
(dalam bahasa yunani, penia berarti kemiskinan). Jadi leukopenia adalah suatu
keadaan berkurangnya jumlah leukosit dalam darah, yaitu kurang dari atau sama
dengan 5000/mm³ (Dorlan 1994).
Leukopenia merupakan keadaan dengan jumlah sel darah putih (leukosit)
kurang dari normal, yaitu kurang dari 3500/ mm³ , atau kurang dari 4000/ mm³ .

4
Leukopenia berat atau severe leucopenia adalah suatu keadaan dengan jumlah
leukosit kurang dari 200/mm3 atau ada juga yang mengatakan kurang dari 1000/ mm³

1.2. Tujuan
1) Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu agar mahasiswa
dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada anak leukopenia.
2) Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tinjauan teoritis leukopenia.
2. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan leukopenia.
3. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan leukopenia.
4. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan
leukopenia.
5. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan
leukopenia.
6. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan leucopenia

1.3. Implikasi keperawatan


Bidang keperawatan merupakan suatu bidang ilmu yang sangat berpengaruh
terhadap kondisi sehat dan sakit dari seorang individu. Dalam keilmuan keperawatan
terdapat proses keperawatan yang digunakan untuk melakukan penatalaksanaan
terhadap suatu permasalahan kesehatan, termasuk penatalaksanaan terhadap
gangguan leukopenia. Melalui makalah ini, mahasiswa keperawatan maupun tenaga
kesehatan dapat lebih mendalami mengenai penyakit leukopenia dan
penatalaksanaannya, akan tetapi tetap dengan diimbangi dari referensi lainnya. Proses
asuhan keperawatan yang diulas dalam makalah ini juga dapat digunakan oleh
mahasiswa keperawatan maupun tenaga profesional keperawatan dalam menghadapi
klien dengan gangguan leukopenia.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian
Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah lebih rendah
daripada normal dimana jumlah leukosit lebih rendah dari 5000/mm³. (Suzanne C.
Smeltzer, 2001) Leukopenia adalah berkurangnya jumlah eritrosit di dalam darah,
jumlahnya sama dengan 5000/mm³ atau kurang. (Poppy, 2000)
Leukopenia berasal dari kata leukosit yang ditambah dengan akhiran penia
(dalam bahasa yunani, penia berarti kemiskinan). Jadi leukopenia adalah suatu
keadaan berkurangnya jumlah leukosit dalam darah, yaitu kurang dari atau sama
dengan 5000/mm³ (Dorlan 1994).
Leukopenia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah putih dalam
sirkulasi perifer kurang dari 4,0 x 10⁹/ L . pada sebagian kasus, penyakit ini
dihubungkan dengan penurunan granulosit karena granulosit adalah komponen mayor
dari sel darah putih pada sirkulasi perifer. Leukopenia adalah kondisi klinis yang
terjadi bila sunsum tulang memproduksi sangat sedikit sel darah putih sehingga tubuh
tidak terlindung terhadapa bayak bakteri dan agen-agen lain yang mungkin masuk
mengenai jaringan (Guyotn 2008).
Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa leukopenia adalah suatu
kondisi klinis dimana sumsum tulang memproduksi sangat sedikit sel darah putih
pada sirkulasi perifer yaitu kurang dari atau sama dengan 5000/mm³.

2.1.Epidemiologi
Dari 372 orang Yahudi Yemen dari segala usia yang ditinjau dalam rangka untuk
menjelaskan epidemiologi jinak leukopenia, terdapat dua puluh satu persen leukosit
berada di bawah 5000 cells/mm3. Neutropenia dengan jumlah neutrofil < 2,0 x 10 (3)
ditemukan di 15,4% dari jumlah sel darah, secara signifikan penurunan neutrofil

6
terdapat rata-rata dalam populasi, tidak ada variasi yang signifikan dalam prevalensi
neutropenia dengan usia. Sebaliknya, rata-rata dihitung limfosit dan eritrosit normal.
Jadi dapat disimpulkan bahwa di antara orang Yahudi Yemen leukopenia harus
didefinisikan sebagai neutropenia leukopenia.

2.2. Etiologi
Adapun penyebab terjadinya leucopenia adalah sebagai berikut:
a. Penyebab tersering adalah keracunan obat; fenotiazin merupakan yang
tersering; begitu juga dengan Clozapine, suatu neuroleptikal atipikal.
b. Infeksi virus, campak, demam thypoid toksin, rickettsia dari tifus, faktor fisik
(radiasi pengion), obat-obatan (sulfanilamides, barbiturat, cytostaties), bensol,
kekurangan vitamin B12, asam folat, anafilaksis shock, hypersplenism, juga karena
kelainan genetik.
c. Meningkatnya kadar stres, syndrom Cushing, kortikosteroid, penyakit
menular, corticotrophin dan kortison.
d. Faktor keturunan dan immunodeficiency, stres, radiasi penyakit, tuberkulosis
e. Batang myeloid tertekan ditembak dari sumsum tulang hemopoiesis
(misalnya, dalam penyakit radiasi.

2.3. Tanda dan Gejala


Indikator yang paling umum dari leukopenia adalah neutropenia
(pengurangan jumlah neutrofil dalam leukosit). Jumlah neutrofil juga dapat menjadi
indikator yang paling umum dari risiko infeksi. Jika leukopenia ringan, orang tidak
akan menunjukkan gejala apapun, hanya dalam kasus yang berat gejala mulai
muncul.
Jika leukopenia telah masuk ke tahap berat, gejala klinis yang biasa muncul :
a. Anemia, yaitu penurunan jumlah sel darah merah dan hemoglobin
b. Menorrhaggia, yaitu perdarahan yang berat dan berkepanjangan saat periode
menstruasi
c. Metrorrhaggia, yaitu perdarahan dari rahim, tetapi bukan karena menstruasi dan
hal ini merupakan indikasi dari beberapa infeksi

7
d. Neurasthenia, yaitu kondisi yang ditandai oleh kelelahan, sakit kepala, dan
mengganggu keseimbangan emosional.
e. Trombositopenia, yaitu penurunan jumlah trombosit yang abnormal dalam darah.
f. Stomatitis, yaitu suatu peradangan pada lapisan mukosa struktur di dalam mulut,
seperti pipi, gusi, lidah, bibir, dan lain-lain.
g. Pneumonia, yaitu peradangan yang terjadi di paru-paru karena kongesti virus atau
bakteri.
h. Abses hati, yaitu jenis infeksi bakteri yang terdapat dalam hati. Hal ini relative
jarang terjadi tetapi fatal akibatnya jika tidak ditangani.
i. Kelelahan, sakit kepala, dan demam adalah gejala yang sering terjadi. Selain itu
pasien juga mengalami hot flashes, rentan terhadap berbagai infeksi, ulkus oral,
dan mudah marah.
Pasien tidak akan menunjukkan gejala kecuali sampai terjadi infeksi, yang
biasanya timbul apabila granulosit lebih rendah dari 1000/mm3. Demam dan nyeri
tenggorok dengan ulserasi merupakan keluhan yang tersering. Dapat terjadi
bakterimia.

2.4. Patofisiologi
Leukopenia terjadi karena berawal dari berbagai macam penyebab. Radiasi
sinar X dan sinar ‫( ﻻ‬gamma) yang berlebihan serta penggunaan obat-obatan yang
berlebihan, akan menyebabkan kerusakan sumsum tulang. Dengan rusaknya sumsum
tulang, maka kemampuan sumsum tulang untuk memproduksi sel darah (eritrosit,
leukosit, dan trombosit) pun menurun (dalam kasus ini dikhususkan leukosit yang
mengalam penurunan). Kondisi tersebut akhirnya akan mengakibatkan neutropenia
(produksi neutrofil menurun), monositopenia (produksi monosit menurun), dan
eosinopenia (produksi eosinofil menurun). Selain itu, jika seseorang mengidap
penyakit immunodefisiensi, seperti HIV AIDS, maka virus HIV akan menyerang
CD4 yang terdapat di limfosit T dalam sirkulasi perifer.

8
Kondisi ini akan menyebabkan limfosit hancur sehingga mengalami
penurunan jumlah, yang disebut dengan limfopenia. Oleh karena penyebab-penyebab
yang berujung pada menurunnya jumlah komponen-komponen leukosit (neutropenia,
eosinopenia, monositopenia, limfopenia) maka terjadilah leukopenia.
Dalam waktu dua hari sesudah sumsum tulang berhenti memproduksi sel darah
putih, di dalam mulut dan kolon dapat timbul ulkus, atau orang tersebot dapat
mengalami beberapa bentuk infeksi pernapasan yang berat. Bakteri yang berasal dari
ulkus secara cepat menginvasi jaringan sekitar dan darah. Tanpa pengobbatan, dalam
waktu kurang dari satu mingggu setelah dimulainya leucopenia total akut, ddapat
terjadi kematian.
Radiasi tubuh dengan sinar-x atau siner gamma, atau settelah terpajan dengan
obat-obatan dan bbahan kimia dengan inti benzene atau inti antrasena, kemungkinan
besar dapat menimbulkan aplasia sumsum tulang. Memang, beberapa obat umum
seperti kloramfenikol (antibiotik0, tiourasil (dipakai untuk mengobbati
tirotoksikosis), dan bahkan berbagai macam obat hiptonik barbiturate, dalam keadaan
yang sangat jarang dapat menimbulkan leucopenia, hingga membuat keseluruhan
rangkaian infeksi pada orang tersebut.
Patofisiologi terjadinya penyakit ini adalah Sel kanker menghasilkan leukosit
yang imatur/ abnormal dalam jumlah yang berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup
ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan unsur- unsur sel yang
normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer
sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis
normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leukosit, sel darah merah dan
trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan pembersaran hati,
limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang serta persendian.
Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan jumlah trombosit
mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll).
Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang dapat
menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami

9
infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan
makanan.
2.5. Komplikasi dan Prognosis
Pada agranulositosis prognosis bergantung pada gambaran sumsum tulang
(hipocellular). Jumlah granulosit yang lebih dari 2000 /mm3 menunjukan prognosis
yang lebih baik. Pada leukopenia tanpa pengobatan, dalam waktu kurang dari 1
minggu setelah dimulainya leukopenia total akut, dapat terjadi kematian. Pada
leukopenia karena aplasia sumsum tulang, asalkan tersedia waktu yang cukup, pasien
diterapi dengan transfusi yang tepat, ditambah antibiotik dan obat-obatan lainnya
untuk menanggulangi infeksi, biasanya terbentuk sumsum tulang baru yang cukup
dalam waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan supaya konsentrasi sel-sel
darah dapat kembali normal (Guyton,2008).

Komplikasi yang dapat terjad pada penyakit leukopenia ini adalah :


a. Anemia
Penurunan jumlah sel darah dan hemoglobin
b. Menorhaggia
Pendarahan yang berat dan berkepanjangan sat periode menstruasi
c. Metrorrhaggia
Pendarahan dari rahim, tetapi bukan karena menstruasi dan hal ini merupakan
indikasi dari beberapa infeksi
d. Neurasthenia
Kondisi yang ditandai oleh kelelahan, sakit kepala, dan megganggu keseimbangan
emosional.
e. Trombositopenia
Penurunan jumlah trombosit yang abnormal dalam darah.
f. Stomatitis
Suatu peradangan pada lapisan mukosa struktur didalam mulut, seperti pipi, gusi,
lidah, bibir, dll.
g. Pneumonia

10
Peradangan yang terjadi di paru- paru karena kongesti virus atau bakteri.
h. Abses hati
Terjadi infeksi bakteri yang terdapat dalam hati. Hal ini relatif jarang terjadi tetapi
fatal akibatnya jika tidak ditangani.

Menurut Guyton (2008) pada leukopenia tanpa pengobatan, dalam waktu kurang
dari 1 minggu setelah dimulainya leukopenia total akut, dapat terjadi kematian. Pada
leukopenia karena aplasia sumsum tulang, asalkan tersedia waktu yang cukup, pasien
diterapi dengan transfusi yang tepat, ditambah antibiotik dan obat- obatan lainnya
untuk menanggulangi infeksi, biasanya terbentuk sumsum tulang baru yang ukup
dalam waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan supaya konsentrasi sel- sel
darah dapat kembali normal.

2.6. Pengobatan

a. Transfusi darah
Biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6g%. Pada trombositopenia yang
berat dan pendarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat
tanda- tanda DIC dapat diberikan heparin.
b. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya)
Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya
dihentikan.
c. Sitostatika
Selain sitotastika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau MTX)
pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin (oncovin),
rubidomisin (daunorubycine), sitosin, arabinosid, L-asparaginase, siklofosfamid
atau CPA, adriamisin dan sebagainya.
d. Prednisone

11
Pada pemberian obat- obatan ini sering terdapat efek samping berupa alopesia,
stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiagis. Hendaknya lebih
berhati-hati bila jumiah leukosit kurang dari 2000/mm3.
e. Infeksi sekunder dihindarkan
f. Imunoterapi
Merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel
leukemia cukup rendah , imunoterapi mulai diberikan. Pengobatan yang aspesifik
dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Corynae bacterium dan
dimaksudkan agar terbentuk antibodi yang dapat memperkuat daya tahan tubuh.
Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah
diradiasi. Dengan cara ini diharapkan akan terbentuk antibodi yang spesifik
terhadap sel leukemia, sehingga semua sel patologis akan dihancurkan sehingga
diharapkan penderita leukemia dapat sembuh sempurna.
Umumnya pengobatan ditujukan terhadap pencegahan kambuh dan
mendapatkan masa remisi yang lebih lama. untuk mencapai keadaan tersebut, pada
prinsipnya dipakai pola dasar pengobatan sebagai berikut:
1. Induksi
Dimaksudkan untuk baik secara sistemik maupun intratekal sampai sel blast dalam
sumsum tulang kurang dari 5%.
2. Konsolidasi
Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.
3. Rumat (maintenance)
Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat- dapatnya suatu masa remisi yang
lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika separuh dosis biasa.
4. Reinduksi
Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan setiap3-6
bulan dengan pemberian obat- obat seperti pada induksi selama 10- 14 hari.
5. Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat.

12
Diberikan MTX intratekal pada waktu induksi untuk mencegah leukemia
meningeal dan radiasi kranial sebanak 2500 rad. untuk mencegah leukemia
meningeal dan leukemia serebral. Radiasi ini tidak diulang pada reinduksi.
6. Pengobatan imunologik
Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama sekali dan dengan
demikian diharapkan penderita dapat sembuh sempurna.

2.7.Pencegahan
Pencegahan terhadap leukopenia tergantung dari penyebab terjadinya
leukopenia. Jika klien mengkonsumsi obat-obatan yang berlebih, maka setiap obat
yang dicurigai harus dihentikan. Apabila granulosit sangat rendah, klien harus
dilindungi dari setiap sumber infeksi. Kultur dari semua orifisium (misalnya, hidung
atau mulut) dan darah sangat penting, dan jika terjadi demam harus ditangani dengan
antibiotik spectrum luas sampai organisme dapat ditentukan. Higiene mulut juga
harus dijaga. Irigasi tenggorokan dengan salin panas dapat dilakukan untuk menjaga
agar teap bersih dari eksudat nekrotik. Kenyamanan dapat ditingkatkan dengan
pemberian kerah es dan analgeik, antipiretik, dan sedatif bila perlu. Tujuan
penanganan selain pemusnahan infeksi adalah menghilangkan penyebab depresi
sumsum tulang. Fungsi sumsum tulang akan kembali normal secara spontan (kecuali
pada penyakit neoplasma) dalam 2 atau 3 minggu, bila kematian akibat infeksi dapat
dicegah.

13
2.8. PATHWAYS

MK: MK:
Bersihan Hiper
MK:
MK: Disp Ro
Risiko Dem
Gangguan nue nc
am
Mobi
Pertukaran Produksi Metab
litas
O2 di mukus olisme
MK: M
Intole K: Proses
Infeksi
ransi infeksi
Infek pernap
MK: si Terpapar
Kele Ketidaksei salura bakteri,
maha mbangan jamur,
Nutrisi MK:
Kekur Kerus MK:
angan akan Risiko
Anor
eksia Memb
Sel ran Tubuh
kekura Echimos M
K: rentan
ngan is, Perad terhada
perdarah angan Ny
Gangg
uan Ulkus Pertaha
Perda nan
metab dalam
rahan

Produksi leukosit di
sumsum tulang menurun
LEUKO
PENIA

Neutro Monosit Eosinop Limfo


penia openia enia penia

Eritrosit Leukosit Trombosit


menurun menurun menurun

Kerusakan
sumsum tulang

Radiasi sinar X Obat-obatan


dan γ berlebih berlebih

14
BAB III

KONSEP ASKEP

3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Suatu proses
kolaborasi yang melibatkan perawat, ibu dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian
dilakukan dengan cara wawancara dan pemeriksaan fisik. Pengkajian yang dilakukan
terhadap ibu dengan preeklampsia ialah sebagai berikut (Sahbiyah, 2019):
a. Identitas
Identitas Klien: Leukopenia dapat terjadi pada klien dengan infeksi virus,
campak, demam tipus, rickettsia, kelebihan obat-obatan, terpapar radiasi sinar
X dan γ berlebihan, shock anafilatik, sindrom chusing, penyakit menular, dan
penyakit menular.
b. Keluhan Utama
Klien dengan leukopenia dapat mengeluh nyeri pada tubuhnya, keletihan,
demam, dan tidak nafsu makan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien dengan leukopenia mengalami penurunan sistem pertahanan tubuhnya
sehingga klien sangat rentang terhadap berbagai jenis penyakit dan dapat
terinfeksi. Klien dengan leukopenia juga mengalami sesak napas dan dapat
terjadi perdarahan pada mulut.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya suatu infeksi virus, radiasi sinar X dan γ berlebihan, serta penggunaan
obat-obatan yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya leukopenia.
Riwayat Imunisasi: imunisasi yang biasa diberikan yaitu BCG, DPT,
Hepatitis, dan Polio.
e. Riwayat Perinatal
1. Antenatal:

15
pada klien dengan leukopenia, biasanya ibu sang anak pernah
menderita penyakit, seperti HIV/AIDS, kanker, dan infeksi virus.
2. Intra natal:
pada klien dengan leukopenia biasanya saat proses kelahiran terjadi
infeksi virus atau radiasi sinar X dan γ berlebihan.
3. Post natal:
pada klien dengan leukopenia biasanya klien tinggal di lingkungan
dengan keterpaparan radiasi sinar X dan γ berlebihan serta terinfeksi
virus.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien dengan leukopenia biasanya dalam keluarganya, khususnya pada ibu
pernah menderita penyakit HIV/AIDS, kanke, dan infeksi virus. Akibat dari
penyakit yang di derita ibu ini, maka tubuh anak dapat menjadi lebih rentan
terhadap terjadinya leukopenia. Leukopenia bukan merupakan penyakit
keturunan.
g. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
Pemeriksaan tingkat perkembangan terdiri dari adaptasi sosial, motorik kasar,
motorik halus, dan bahasa. Tingkat perkembangan pada klien dengan
leukopenia dapat dikaji melalui tingkah laku pasien maupun informasi dari
keluarga. Klien dengan leujopenia akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang terhambat, hal ini dikarenakan sumsum tulang di
tubuhnya mengalami kekurangan produksi sel darah putih (leukosit). Klien
juga akan mengalami anoreksia sehingga kebutuhan nutrisinya kurang
tercukupi dan akan mempengaruhi proses tumbuh kembangnya.
h. Keadaan Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit
Keadaan lingkungan yang mempengaruhi timbulnya leukopenia yaitu
lingkungan dengan keterpaparan radiasi sinar X dan γ yang berlebihan serta
infeksi virus.
i. Pola Fungsi Kesehatan

16
1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan: Perubahan penatalaksanaan
kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.
2. Pola nutrisi dan metabolisme: Klien dengan leukopenia mengalami
inflamasi pada mulut, ulkus mulut, mual, muntah, diare, dan anoreksia
sehingga klien akan mengalami penurunan berat badan.
3. Pola eliminasi: Klien dengan leukopenia akan mengalami diare.
4. Pola aktivitas/bermain: Klien akan mengalami keletihan, kelemahan,
dan toleransi terhadap latihan rendah.
5. Pola istirahat dan tidur: Klien akan mengalami gangguan istirahat dan
tidur karena nyeri dan demam yang tinggi.
6. Pola kognitif dan persepsi sensori: Klien dan keluarga pada umumnya
tidak mengetahui tentang penyakitnya.
7. Pola konsep diri: bagaimana persepsi orang tua dan/atau anak
terhadap pengobatan dan perawatan yang akan dilakukan.
8. Pola hubungan-peran: peran orang tua sangat dibutuhkan dalam
merawat dan mengobati anak dengan leukopenia.
9. Pola seksual-seksualitas: apakah selama sakit terdapat gangguan atau
tidak yang berhubungan dengan reproduksi sosial. Pada klien yang
menderita leukopenia biasanya tidak ada gangguan dalam reproduksi.
10. Pola mekanisme koping: keluarga perlu memeberikan dukungan dan
semangat sembuh bagi klien.
11. Pola nilai dan kepercayaan: bagaimana sistem kepercayaan yang
dianut klien dan orang tua dalam kesembuhan penyakitnya.
j. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : lemah.
TTV : Tekanan Darah : terjadi peningkatan sistolik dengan diastolik
stabil
Suhu : suhu tubuh tinggi, lebih dari 37o C (normal 36o C- 37o C)
Nadi : takikardi
RR : napas cepat, dispnea (lebih dari 20 x/menit)

17
2. Kepala dan leher
Inspeksi : Wajah : simetris, dahi mengkerut
Rambut : kering, mudh putus, menipis, dan hiperemia
Mata : sklera berwarna biru atau putih seperti mutiara,
konjungtiva pucat
Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung
Telinga : bersih
Bibir dan mulut : mukosa bibir pucat, inflamasi bibir,
faringitis, ulkus mulut, moniliasis
Lidah : terdapat bercak-bercak putih atau ulkus pada
lidah
Palpasi : terdapat peningkatan vena jugularis

3. Dada
Inspeksi : terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi : denyutan jantung teraba cepat, badan demam teraba panas,
nyeri tekan (+)
Perkusi : Jantung : dullness
Paru : sonor
Auskultasi : ronchi, wheezing
4. Abdomen
Inspeksi : flat/datar
Palpasi : terdapat nyeri tekan
Perkusi : timpani
Auskultasi : terdapat peningkatan bising usus
5. Kulit
Turgor kulit buruk, kering, dan agak kisut.
6. Ekstremitas
Tidak terdapat odem pada pada extremitas, keletihan, dan kelemahan.

18
k. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada klien dengan leukopenia
adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan labolatorium
Dilakukan pemeriksaan sel darah lengkap (CBC), termasuk manual
diferensial dalam kasus mengevaluasi leukopenia.
2. Imaging Studies
Sebagai bagian dari pemeriksaan untuk lokalisasi infeksi, sesuai
radiografi (misalnya, gambar dada) ditandai.
3. Temuan Histologi
Pada smear darah tepi menunjukkan penurunan yang ditandai atau
tidak adanya neutrofil. Pada sumsum tulang mungkin menunjukkan
myeloid hypoplasia atau tidak adanya myeloid prekursor. Dalam
banyak kasus, sumsum tulang selular dengan pematangan
promyelocyte di sumsum tulang belakang.
4. Pemeriksaan pungsi lumbal pengambilan cairan Bone Merrow.
l. Terapi
Terapi yang dapat diberikan pada klien dengan leukopenia adalah sebagai
berikut:
1) Transfusi darah
2) Kortikosteroid
3) Sitostatika
4) Prednisone
5) Infeksi sekunder dihindarkan
6) Imunoterapi.

19
3.2 Analisa Data

Tanggal N Data Fokus Etiologi Problem Diagnosa Keperawatan


o
18/09/2021 1 DO: Bersihan jalan Bersihan jalan Bersihan jalan napas tidak
- Ronchi, napas tidak napas tidak efektif efektif berhubungan dengan
wheezing efektif peningkatan produksi sputum
- Produksi sputum
DS: Dispnue, ronchi
- Klien mengeluh
sesak napas Produksi mukus
meningkat

Infeksi
pernapasan

Produksi leukosit
di sumsum
tulang menurun
18/09/2021 2 DO: Gangguan Gangguan Gangguan pertukaran gas
- Frekuensi dan pertukaran gas pertukaran gas berhubungan dengan
kedalaman ketidakseimbangan perfusi
napas abnormal Dispnue, ventilasi
- Warna kulit pernapasan
pucat cuping hidung
DS:
- Klien mengeluh Pertukaran O2 di
sesak napas alveolus
terganggu

20
Infeksi
pernapasan

Produksi leukosit
di sumsum
tulang menurun
18/09/2021 3 DO: Nyeri: akut Nyeri: akut Nyeri: akut berhubungan
- Klien terlihat dengan agen injuri (biologi)
melindungi Ulkus dalam
daerah yang mulut dan kolon
nyeri
- Klien terlihat Produksi leukosit
meringis di sumsum
menahan nyeri tulang menurun
DS:
- Klien mengeluh Leukopenia
nyeri
18/09/2021 4 - Risiko infeksi Risiko infeksi Risiko infeksi berhubungan
dengan penurunan status
Tubuh rentan imunologi
terhadap
penyakit

Sistem
pertahanan tubuh
menurun

Produksi leukosit
di sumsum
tulang menurun

21
18/09/2021 5 DO: Hipertermi Hipertermi Hipertermi berhubungan dengan
- Kenaikan suhu peningkatan metabolisme
tubuh diatas Demam
rentang normal
(lebih dari 370) Metabolisme
- Kulit kemerahan meningkat
DS:
- Klien/keluarga Proses infeksi
mengatakan
kulit teraba Terpapar bakteri,
virus, jamur,
panas/hangat
parasit

Pertahanan tubuh
menurun
18/09/2021 6 DO: Diare Diare Diare berhubungan dengan
- Bising usus proses infeksi
Infeksi saluran
hiperaktif
pencernaan
DS:
- Klien/keluarga
Peradangan
mengatakan
BAB lebih dari
Ulkus dalam
3 x/hari mulut dan kolon
- Klien mengeluh
nyeri perut Produksi leukosit
dalam sumsum
tulang menurun
18/09/2021 7 DO: Ketidakseimbang Ketidakseimbanga Ketidakseimbangan nutrisi
- Bising usus an nutrisi kurang n nutrisi kurang kurang dari kebutuhan tubuh
berlebih dari kebutuhan dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
- Konjungtiva tubuh tubuh
pucat

22
- Faringitis, ulkus Anoreksia
pada mulut
DS: Echimosis,
perdarahan gusi,
- Klien
epistaksis, serta
mengatakan peradangan
mukosa oral
tidak nafsu
makan, mual
Produksi leukosit
dan muntah
di sumsum
- Klien/keluarga tulang menurun
mengatakan
klien mengalami
diare
18/09/2021 8 DO: Kerusakan Kerusakan Kerusakan membran mukosa
- Mukosa bibir membran membran mukosa oral berhubungan dengan
pucat, inflamasi mukosa oral oral peradangan
bibir, faringitis,
ulkus mulut, Peradangan
moniliasis
DS: Ulkus dalam
- Klien mulut dan kolon
mengatakan
nyeri pada Produksi leukosit
mulutnya di sumsum
tulang menurun
18/09/2021 9 DO: Intoleransi Intoleransi Intoleransi aktivitas
- Respon aktivitas aktivitas berhubungan dengan kelemahan
abnormal dari
tekanan darah Kelemahan
atau nadi
terhadap Kekurangan

23
aktivitas energi
- Klien terlihat
tidak bertenaga Sel kekurangan
DS: makanan
- Klien mengeluh
kelelahan Gangguan
- Klien mengeluh metabolisme sel
sesak napas
atau
ketidaknyaman
an saat
beraktivitas
18/09/2021 10 - Risiko gangguan Risiko gangguan Risiko gangguan integritas kulit
integritas kulit integritas kulit berhubungan dengan
immobilitas fisik
Mobilitas
terganggu

Kelemahan

Kekurangan
energi

Gangguan
metabolisme sel

24
3.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,keluarga
atau masyarakat terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan aktual atau
potensial. Diagnosa keperawatan menjadi dasar pemilihan intervensi keperawatan
untuk mencapai tujuan yang merupakan tanggung jawab perawat. (PPNI, 2016) :
a) Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001)
2. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
3. Nyeri: (D.0077)
4. Risiko infeksi (D.0142)
5. Defisit Nutrisi (D.0019)
6. Hipertermi (D.0130)
7. Intoleransi aktivitas (D.0056)
8. Diare (D.0020)
9. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)
10. Risiko Ikterik Neonatus (D.0035)
b) Diagnosa keperawatan yang disebutkan dalam teori dan ditemukan
dalam kasus nyata adalah sebagai berikut :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001)
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum
2. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan perfusi ventilasi
3. Nyeri (D.0077)
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi)
4. Risiko infeksi (D.0142)
Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan status
imunologi
5. Defisit Nutrisi (D.0019)

25
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
6. Hipertermi (D.0130)
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolism
7. Intoleransi aktivitas (D.0056)
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
8. Diare (D.0020)
Diare berhubungan dengan proses infeksi
9. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)
Kerusakan membran mukosa oral berhubungan dengan
peradangan
10. Risiko Ikterik Neonatus (D.0035)
Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan
immobilitas fisik

3.4 Intervensi Keperawatan


Perencanaan ini merupakan tahap ketiga dalam membuat suatu proses
keperawatan. Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan (PPNI, 2018). Pada tahap ini, penulis akan
membahas tentang intervensi keperawatan yang telah disusun dari masing-masing
diagnosa. Diagnosa pertama,kedua,dan ketiga setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam dengan tujuan kriteria hasil sesuai dengan teori. Dan
intervensi dari masing-masing diagnosa yang penulis cantumkan dalam kasus sudah
sesuai dengan yang tercantum dalam teori.

26
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Jangka Tujuan
Pendek Jangka
Panjan
g
Bersihan jalan  Mampu Bersiha 1. Monitor adanya dispnea, 1. Dispnea, sekret dan
napas tidak efektif melakukan n jalan dan ada tidaknya batuk ada tidaknya batuk
berhubungan batuk efektif dan napas produktif produktif menandakan
dengan suara nafas tidak 2. Berikan posisi yang bersihan jalan nafas
peningkatan bersih, tidak ada efektif nyaman untuk klien mengalami
produksi sputum dyspneu teratasi memaksimalkan ventilasi hambatan.
 Menunjukkan yang potensial untuk 2. Posisi yang nyaman
jalan nafas yang masukan O2 seperti posisi dan tepat untuk klien
0 0
paten (irama semi fowler 30 - 45 dapat meningkatkan
nafas, frekuensi 3. Ajarkan klien untuk asupan oksigen ke
pernafasan batuk produktif dengan paru-paru.
dalam rentang cara memaksimalkan 3. Batuk produktif
normal, tidak penghirupan nafas lalu diharapkan dapat
ada suara nafas dibatukkan. menegeluarkan dahak
abnormal) 4. Memposisikan klien pada saluran nafas
untuk dapat dilakukan klien.
postural drainase pada 4. Dilakukannya postural
klien. drainase pada klien
5. Kolaborasikan dengan dapat mengeluarkan
tim kesehatan lain dalam mukus atau sekret
terapi medikasi, misalnya pada saluran
mukolitik, espektoran. pernafasan klien.
5. Memberikan terapi
yang sesuai dengan

27
indikasi. Mukolitik
dan ekspektoran dapat
mengencerkan dan
membersihkan mukus
dari saluran
pernapasan dengan
memecah sputum
(dahak).

Gangguan  Peningkatan Ganggu 1. Kaji frekuensi kedalaman 1. Berguna dalam evaluasi


pertukaran gas ventilasi dan an pernafasan. Catat derajat distress
berhubungan oksigenasi yang pertukar penggunaan otot aksesori, pernapasan dan/atau
dengan adekuat an gas nafas bibir, ketidak kronisnya proses
ketidakseimbangan  Suara nafas yang teratasi mampuan berbicara/ penyakit.
perfusi ventilasi bersih, tidak ada berbincang. 2. Takikardi, disritmia,
dyspneu (mampu 2. Awasi tanda vital dan dan perubahan tekanan
mengeluarkan irama jantung. darah dapat
sputum, mampu 3. Dorong pengeluaran menunjukkan efek
bernafas dengan sputum, penghisapan bila hipoksemia sistemik
mudah, tidak ada diindikasikan. pada fungsi jantung.
pursed lips) 4. Tinggikan kepala tempat 3. kental dan banyaknya
 Tanda tanda vital tidur dan ajarkan teknik sekresi adalah sumber
dalam rentang napas dalam. utama gangguan
normal 5. Kolaborasikan dalam pertukaran gas pada
pemberian oksigen jalan napas.
tambahan yang sesuai Penghisapan dilakukan
dengan indikasi hasil bila batuk tidak efektif.
GDA dan toleransi klien. 4. Pengiriman oksigen
dapat diperbaiki dengan

28
posisi duduk tinggi dan
latihan nafas untuk
menurunkan kolep
jalan napas, dispnea,
dan kerja nafas.
5. Dapat memperbaiki
atau mencegah
memburuknya
hipoksia.

Nyeri: akut  Skala nyeri Nyei: 1.Kaji keluhan nyeri, 1. Perubahan lokasi atau
berhubungan berkurang akut perhatikan lokasi atau karakter atau intensitas
dengan agen injuri  Wajah klien teratasi karakter dan intensitas nyeri dapat
(biologi) tidak meringis (skala 0-10). mengindikasikan
kesakitan 2.Berikan tindakan terjadinya komplikasi
kenyamanan dasar atau perbaikan.
contoh tekhnik relaksasi, 2. Meningkatkan
perubahan posisi dengan relaksasi.
sering. 3. Menurunkan reaksi
3.Berikan lingkungan terhadap stimulasi dari
yang tenang sesuai luar atau sensivitas
indikasi. pada suara-suara
4.Dorong ekspresi bising dan
perasaan tentang nyeri. meningkatkan
5.Berikan kompres hangat istirahat/relaksasi.
pada lokasi nyeri. 4. Pernyataan
6.Kolaborasikan dalam memungkinkan
pemberian analgetik pengungkapan emosi
dan dapat

29
meningkatkan
mekanisme koping.
5. Meningkatkan
vasokontriksi,
penumpukan resepsi
sensori yang
selanjutnya akan
menurunkan nyeri di
lokasi yang paling
dirasakan.
6. Mungkin diperlukan
untuk menghilangkan
nyeri yang berat serta
meningkatkan
kenyamanan dan
istirahat. Catatan:
Narkotik mungkin
merupakan
kontraindikasi
sehingga
menimbulkan ketidak-
akuratan dalam
pemeriksaan
neurologis.
Risiko infeksi  WBC berada Risiko 1. Pantau tanda dan gejala 1. Memantau keadaan
berhubungan dalam batas infeksi infeksi klien apakah telah
dengan penurunan normal (5000- teratasi 2. Pantau TTV secara terjadi penyebaran
status imunologi 10.000 / mm3) berkala infeksi menjadi
 Integritas kulit 3. Pantau jika ada tanda- penyakit lain.

30
dan mukosa tanda sepsis pada klien 2. Adanya takikardi,
membaik 4. Kolaborasikan dalam takipnea, demam, nadi
 Suhu tubuh dalam pemberian antibioti dan cepat dan lemah dapat
batas normal (36- antiinflamasi sesuai menunjukkan terjadi
370 C ± 0,50 C) indikasi. sindroma radang
sistemik.
3. Sepsis menunjukkan
adanya sindroma
radang sistemik
dengan tanda demam,
menggigil, takipnea,
takikardia, hipotensi,
nadi cepat dan lemah,
serta gangguan mental.
4. Pemberian antibiotik
untuk mencegah
infeksi lanjut,
antiinflamasi untuk
mencegah inflamasi
lebih lanjut.

31
Ketidakseimbangan  Intake nutrisi Ketidak 1. Kaji pola nutrisi, intake 1. Mengetahui status
nutrisi kurang dari klien meningkat seimban dan output klien serta nutrisi pasien berguna
kebutuhan tubuh  Menghabiskan gan catat perubahan yang untuk pemberian
berhubungan porsi makan nutrisi terjadi. tindakan yang efektif.
dengan anoreksia yang disediakan kurang 2. Timbang berat badan 2. Mengetahui perubahan
sesuai diet yang dari klien secara periodik. berat badan pasien.
dianjurkan kebutuh 3. Lakukan pemerikasaan 3. Mengetahui kondisi
 Berat badan an fisik abdomen peristaltik usus.
meningkat teratasi (palpasi,perkusi,dan 4. Porsi kecil tapi sering
auskultasi). digunakan untuk
4. Berikan porsi kecil tapi memenuhi nutrisi
sering. pasien.
5. Kolaborasi dengan tim 5. Untuk membantu dalam
kesehatan lain dalam menentukan diet yang
penentuan diet dan sesuai dan obat-obatan
kebutuhan medikasi yang diindikasikan.
klien.

3.5 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan merupakan pelaksanaan atau perwujudan dari
intervensi yang sudah ditetapkan dengan tujuan yang sama yaitu untuk memenuhi
kebutuhan pasien dan meningkatkan status kesehatannya (Rohmani et al., 2019).
Pembahasan pada tahap ini meliputi pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang
dapat dilakukan dan yang tidak dapat dilakukan sesuai dengan intervensi pada
masing-masing diagnosa.

32
No Diagnosa Pelaksanaan
Keperawatan
1 Bersihan jalan napas 1. Monitor adanya dispnea, dan ada tidaknya batuk produktif
tidak efektif 2. Berikan posisi yang nyaman untuk memaksimalkan ventilasi yang
berhubungan dengan potensial untuk masukan O2 seperti posisi semi fowler 300 - 450
peningkatan produksi 3. Ajarkan klien untuk batuk produktif dengan cara memaksimalkan
sputum penghirupan nafas lalu dibatukkan.
4. Memposisikan klien untuk dapat dilakukan postural drainase pada
klien.
5. Kolaborasikan dengan tim kesehatan lain dalam terapi medikasi,
misalnya mukolitik, espektoran.
2 Gangguan pertukaran 1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan. Catat penggunaan otot aksesori,
gas berhubungan nafas bibir, ketidak mampuan berbicara/ berbincang.
dengan 2. Awasi tanda vital dan irama jantung.
ketidakseimbangan 3. Dorong pengeluaran sputum, penghisapan bila diindikasikan.
perfusi ventilasi 4. Tinggikan kepala tempat tidur dan ajarkan teknik napas dalam.
5. Kolaborasikan dalam pemberian oksigen tambahan yang sesuai
dengan indikasi hasil GDA dan toleransi klien.
3 Nyeri: akut 1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas
berhubungan dengan (skala 0-10).
agen injuri (biologi) 2. Berikan tindakan kenyamanan dasar contoh tekhnik relaksasi,
perubahan posisi dengan sering.
3. Berikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi.
4. Dorong ekspresi perasaan tentang nyeri.
5. Berikan kompres hangat pada lokasi nyeri.
6. Kolaborasikan dalam pemberian analgetik

33
4 Risiko infeksi 1. Pantau tanda dan gejala infeksi
berhubungan dengan 2. Pantau TTV secara berkala
penurunan status 3. Pantau jika ada tanda-tanda sepsis pada klien
imunologi 4. Kolaborasikan dalam pemberian antibioti dan antiinflamasi sesuai
indikasi
5 Ketidakseimbangan 1. Kaji pola nutrisi, intake dan output klien serta catat perubahan yang
nutrisi kurang dari terjadi.
kebutuhan tubuh 2. Timbang berat badan klien secara periodik.
berhubungan dengan 3. Lakukan pemerikasaan fisik abdomen (palpasi,perkusi,dan
anoreksia auskultasi).
4. Berikan porsi kecil tapi sering.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam penentuan diet dan
kebutuhan medikasi klien.

3.6 Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan/kegagalan rencana keperawatan
dalam memenuhi kebutuhan pasien/memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi
pasien. Evaluasi ini digunakan sebagai tahapan akhir dari proses keperawatan,
untukmenentukan seberapa baik rencana keperawatan yang telah penulis
susun,apakah tujuan dapat tercapai,tercapai sebagian, atau belum tercapai dengan
meninjau respon pasien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah
pembahsan evaluasi berdasarkan evaluasi hasil dari masing-masing diagnosa :

No Diagnosa Evaluasi
Keperawatan
1 Bersihan jalan napas S : orang tua klien mengatakan “anak saya mampu
tidak efektif melakukan batuk efektif.”
berhubungan dengan O : suara napas bersih, tidak ada sesak napas
peningkatan produksi A : tujuan tercapai

34
sputum P : hentikan tindakan keperawatan
2 Gangguan pertukaran S : klien mengatakan “saya sudah bisa bernapas
gas berhubungan dengan mudah.”
dengan O : RR dalam batas normal (16-20 x/menit)
ketidakseimbangan A : tujuan telah tercapai
perfusi ventilasi P : hentikan tindakan keperawatan
3 Nyeri: akut S : klien mengatakan “nyeri yang saya rasakan
berhubungan dengan sudah berkurang dan hilang”
agen injuri (biologi) O : klien tampak rileks
A : tujuan telah tercapai
P : hentikan tindakan keperawatan.
4 Risiko infeksi S : orang tua klien mengatakan “anak saya sudah
berhubungan dengan tidak demam.”
penurunan status O : WBC dalam batas normal (5000-10.000 / mm3)
imunologi A : tujuan telah tercapai
P : hentikan tindakan keperawatan.
5 Ketidakseimbangan S : orang tua klien mengatakan “anak saya
nutrisi kurang dari menghabiskan porsi makan yang disediakan sesuai
kebutuhan tubuh diet yang dianjurkan.”
berhubungan dengan O : WBC dalam batas normal (5000-10.000 / mm3)
anoreksia A : tujuan telah tercapai
P : hentikan tindakan keperawatan.

35
BAB IV

PENUTUP

I. Kesimpulan

Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah sel darah putih lebih rendah dari
normal. Jumlah leukosit yang lebih rendah dari 5000/mm3 atau jumlah granulosit
lebih rendah dari 2000/mm3 merupakan keadaan abnormal dan merupakan tanda
kelainan sumsum tulang . Kondisi klinis yang dikenal dengan leukopenia terjadi bila
sunsun tulang memproduksi sangat sedikit sel darah putih, sehingga tubuh tidak
terlindung terhadap banyak bakteri dan agen lain yang mungkin masuk menginvasi
jaringan. Akibatnya timbulah ulkus pada organ-organ yang terinvasi. Ketika
memasuki masa akut dan tidak segera diobati, leucopenia akan mengakibatkan
kematian. Tetapi asalkan tersedia waktu yang cukup. Tranfusi dengan cepat diberikan
beserta terapi antibiotik, infeksi dapat ditanggulangi.

II. Saran

Leukopenia merupakan penyakit imun yang efloresensinya terlihat pada seluruh


tubuh. Hal ini menjadikan begitu luas cakupan pembelajaran penyakit leukopenia,
yaitu dari segi hematologi dan dari segi imunitas serta pertahanan hemostasis tubuh.
Oleh karenanya penting bagi mahasiswa untuk mengetahui secara mendetail konsep
penyakit leukopenia, untuk nantinya digunakan sebagai dasar atau pedoman dalam
melakukan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan. Perlu untuk
diketahui dan ditanamkan mengenai patofisiologi penyakit, karena perjalanan
penyakit leukopenia berawal dari tidak hemostasisnya system imun dan hematologi
tubuh hingga dampaknya pada system pertahanan tubuh dari infeksi.

36
DAFTAR PUSTAKA

(Masihor et al., 2009)Jin, H., Feng, Y., Xiang, Y., Zhang, Y., Du, W., Wasan, H. S.,
Ruan, S., & Huang, D. (2020). Efficacy and safety of acupuncture-moxibustion
therapy on chemotherapy-induced leukopenia: A systematic review and meta-
analysis. EvidenceBased Complementary and Alternative Medicine, 2020.
https://doi.org/10.1155/2020/5691468

Lu, W., Zhong, Y., Zhang, Y., Liu, Z., & Xue, L. (2021). The Clinical Characteristics
of Leukopenia in Patients with Systemic Lupus Erythematosus of Han Ethnicity in
China: A Cross-Sectional Study. Rheumatology and Therapy, 8(3), 1177–1188.
https://doi.org/10.1007/s40744-021-00336-6

Masihor, J. J. G., Mantik, M. F. J., & Mongan, A. E. (2009). Pada Pasien Anak
Demam Berdarah Dengue. Jurnal E-Biomedik (EBM), 1(1), 391–392.

(Jin et al., 2020)Jin, H., Feng, Y., Xiang, Y., Zhang, Y., Du, W., Wasan, H. S., Ruan,
S., & Huang, D. (2020). Efficacy and safety of acupuncture-moxibustion therapy on
chemotherapy-induced leukopenia: A systematic review and meta-analysis.
EvidenceBased Complementary and Alternative Medicine, 2020.
https://doi.org/10.1155/2020/5691468

37
38

Anda mungkin juga menyukai