Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGEN AKIBAT PATOLOGIS


SISTEM PERNAPASAN DAN CARDIOVASKULER
"GANGGUAN PEMBULUH DARAH PERIFER"

Dosen Pengampu :
Syokumawena,S.Kep,M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 17
1. Wita Okta Ramadhini PO7120122079
2. Devina Nabita Putri PO7120122068

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


D-III KEPERAWATAN PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “Asuhan Keperawatan Gangguan
kebutuhan oksigen akibat patologis sistem pernapasan dan cardiovaskuler "gangguan
pembuluh darah perifer" dalam pembelajaran di kampus ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan dari Askep ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah.
Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Syukomawena S.Kep,M.Kes selaku dosen
mata kuliah Keperawatan Anak yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kami. Kami menyadari makalah yang kami buat ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempuraan pembuatan makalah untuk kedepannya.

Palembang 22 Agustus 2023

Kelompok 17

i
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..................................................................................................................1
1.3 Manfaat Penulisan................................................................................................................2

BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Definisi.................................................................................................................................3
2.2 Etiologi.................................................................................................................................3
2.3 Patofisiologis........................................................................................................................4
2.4 Menifestasi Klinik ...............................................................................................................6
2.5 Pemeriksaan dan penentuan diagnosis PJK..........................................................................7
2.6 Komplikasi............................................................................................................................8
2.7 Pencegahan...........................................................................................................................8

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................................................10

BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskular saat ini merupakan salah satu
penyebab utama dan pertama kematian di negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia. Pada tahun
2010, secara global penyakit ini akan menjadi penyebab kematian pertama di negara berkembang,
menggantikan kematian akibat infeksi. Diperkirakan bahwa diseluruh dunia, PJK pada tahun 2020 menjadi
pembunuh pertama tersering yakni sebesar 36% dari seluruh kematian, angka ini dua kali lebih tinggi dari
angka kematian akibat kanker (Yahya, 2010).
Di Indonesia dilaporkan PJK (yang dikelompokkan menjadi penyakit sistem sirkulasi) merupakan
penyebab utama dan pertama dari seluruh kematian, yakni sebesar 26,4%, angka ini empat kali lebih tinggi
dari angka kematian yang disebabkan oleh kanker (6%). Dengan kata lain, lebih kurang satu diantara empat
orang yang meninggal di Indonesia adalah akibat PJK. Berbagai faktor risiko mempunyai peran penting
timbulnya PJK mulai dari aspek metabolik, hemostasis, imunologi, infeksi, dan banyak faktor lain yang
saling terkait (Anonim, 2006).
Adanya keterkaitan penyakit jantung koroner dengan faktor resiko dan penyakit penyerta lain seperti
diabetes melitus dan hipertensi, serta adanya kemungkinan perkembangan iskemik menjadi infark
menyebabkan kompleksnya terapi yang diberikan. Oleh karena itu, pemilihan jenis obat akan sangat
menentukan kualitas pengguanan obat dalam pemilihan terapi. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan
kesehatan. Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang
cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit.

1.2 Rumusan Masalah


a)Tujuan Umum
Untuk menhelaskan gambaran asuhan keperawatan pada Ny.I dengan diagnosa jantung Koroner.
b)Tujuan Khusus
1) Menjelaskan Konsep Dasar tentang penyakit jantung koroner pada asuhan keperawatan anak pada
Ny. I dengan diagnose Penurunan Curah jantung.
3
2) Mendeskripsikan pengkajian asuhan keperawatan pada Ny.I dengan diagnosa Penurunan Curah
jantung..
3) Merumuskan diagnose pada Ny. I dengan diagnosa Penurunan Curah jantung.
4) Merencenakan intervensi keperawatan pada asuhan pada Ny.I dengan diagnosa Penurunan Curah
jantung.
5) Mengimplementasikan rencana keperawatan pada asuhan keperawatan pada Ny. I dengan
diagnosa. Penurunan Curah jantung.
6) Melakukan evaluasi keperawatan keperawatan pada asuhan keperawatan pada .

1.3 Manfaat penulisan


a)Bagi Institusi Pendidikan
Menambah pengetahuan dan pengalaman profesi dan juga mempertajam kemampuan profesi
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan jantung coroner.
b)Bagi Profesi Keperawatan
Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien
dengan jantung coroner.
c)Bagi Masyarakat
Dengan diselesaikannya asuhan keperawatan pada klien diharapkan klien mampu melakukan upaya
pencegahan tentang penyakit jantung coroner dan klien dapat kembali di lingkungan keluarga dan
masyarakat dalam keadaan sehat.

BAB II
KONSEP DASAR

2.1 Definisi
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi baik ibu dan janin (Dwi,
dkk, 2012: 1).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan (37-
42 minggu), atau hampir cukup bulan di susul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu

4
atau persalinan adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang variabel melalui jalan lahir biasa (Dewi
Setiawati, 2013: 53).
Dari kesimpulan di atas dapat di kemukakan bahwa persalinan normal adalah proses pengeluaran janin
yang cukup bulan, lahir secara spontan dengan presentasi belakang kepala, di susul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput ketuban dari tubuh ibu, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin,
A. Bentuk persalinan berdasarkan tekhnik :
1. Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri melalui jalan lahir.
2. Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan ekstraksi forceps, ekstraksi
vakum dan section sesaria.
3. Persalinan anjuran, yaitu persalinan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi berlangsung setelah
memecahkan ketuban, pemberian pitocin prostaglandin
(Ai yeyeh, dkk, 2014: 2).
2.2 Etiologi
Etiologi dipengaruhi oleh dua hormon yang dominan yaitu hormon estrogen dan progesteron. Hormon
estrogen menyebabkan peningkatan sesnsitifas otot rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan dari luar
seperti 9 oxytiksin, prostagladin, dan rangsangan mekanisme. Sedangkan hormon progesteron menurunkan
sensitifas otot rahim, menghambat rangsangan dari luar yang menyebabkan relaksasi otot dan otot polos.
Beberapa teori disebutkan dapat menimbulkan adanya persalinan.
Teori tersebut diantaranya.
a. Teori penurunan hormon. 1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan kadar estrogen
dan progesteron. Fungsi progresteron sebagai penenang otot-otot polos rahim akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his (kontraksi) bila kadar
progresteron menurun.
b. Teori Plasenta Menjadi Tua Turunnya kadar hormon estrogen dan progesteron menyebabkan
kekejangan pembuluh darah dengan kontraksi rahim.
c. Teori Distensi Rahim Rahim yang nmenjadi besar dan menegang menyebabkan iskemik otot-
otot rahim sehingga mengganggu uterus plasenta.
d. Teori Iritasi Mekanik Dibalakang serviks terlihat ganglion servikale. Bila ganglion itu digeser
dan di tekan misalnya oleh kepala janin maka akan menimbulkan kontraksi pada rahim.
2.3 Patofisiologi

5
Untuk menentukan pecahnya ketuban ditentukan dengan kertas lakmus. Pemeriksaan pH dalam
ketuban adalah asam, dilihat apakah memang air ketuban keluar dari kanatis serviks dan adalah bagian yang
pecah. Pengaruh terhadap ibu karena jalan janin terbuka dapat terjadi infeksi intraportal. Peritoritis dan dry
labour. Ibu akan merasa lelah, suhu naik dan tampak gejala infeksi intra uterin lebih dahulu sebelum gejala
pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalita dan morbiditas perinatal. Setelah ½ jam ketuban pecah
tidak terjadi persalinan spontan (partus lama) maka persalinan diinduksi.
Persalinan dibagi menjai 4 kala yaitu :
a. Kala I dimulai dari pada saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi
dalam 2 fase. Fase laten (8 jam) servik membuka sampai 5 cm dan fase aktif (7 jam) servik
membuka diri 3 sampai 10 cm kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif.
b. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir, proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
c. Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih
dari 30 menit
d. Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama pos partum. (Taber, 1994)
2.4 Manfestasi Klinis
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan Keberhasilan proses persalinan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor ibu (power, passage, psikologis), faktor janin, plasenta dan air ketuban
(passenger), dan faktor penolong persalinan. Hal ini sangat penting, mengingat beberapa kasus kematian ibu
dan bayi yang disebabkan oleh tidak terdeteksinya secara dini adanya salah satu dari factor-faktor tersebut.
A. Power (Tenaga/Kekuatan)
1. His (Kontraksi Uterus) Merupakan kekuatan kontraksi uterus karena otototot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna. Sifat his yang baik adalah kontraksi simetris, fundus
dominial, terkordinasi dan relaksasi. Kontraksi ini bersifat involunter karena berada dibawah
saraf intrinsic.
2. Tenaga mengedan Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah atau dipecahkan, serta
sebagaian presentasi sudah berada di dasar panggul, sifat kontraksinya berubah, yakni bersifat
mendorong keluar dibantu dengan keinginan ibu untuk mengedan atau usaha volunteer.
Keinginan mengedan ini di sebabkan karena, kontraksi otot-otot dinding perut yang
mengakibatkan peninggian tekanan intra abdominial dan tekanan ini menekan uterus pada
semua sisi dan menambah kekuatan untuk mendorong keluar, tenaga ini serupa dengan tenaga

6
mengedan sewaktu buang air besar (BAB) tapi jauh lebih kuat, saat kepala sampai kedasar
panggul timbul reflex yang mengakibatkan ibu menutup glotisnya, mengkontraksikan otot-otot
perut dan menekan diafragmanya kebawah, tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil bila
pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu ada his dan tanpa tenaga mengedan bayi
tidak akan lahir (Ai Nursiah, dkk, 2014: 31-32).
B. Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul,
serviks, dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan
lahir tersebut harus normal (Widia, 2015: 16).
C. Passenger (Janin, Plasenta, dan Air Ketuban)
1. Janin Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberaapa
faktor, yakni kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin (Ai Nursiah, dkk, 2014: 39).
2. Plasenta Plasenta juga harus melewati jalan lahir maka dia di anggab sebagai bagian dari
passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan normal
(Widia, 2015: 29).
3. Air ketuban Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membran yang kuat dan ulet
tetapi lentur. Amnion adalah jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan regangan
membran janin, dengan demikian pembentukan komponen amnion yang mencegah ruptur atau
robekan. Penurunan ini terjadi atas 3 kekuatan yaitu salah satunya adalah tekanan dari cairan
amnion dan juga saat terjadinya dilatasi serviks atau pelebaran muara dan saluran serviks yang
terjadi di awal persalinan, dapat juga karena tekanan yang ditimbulkan oleh cairan amnion
selama ketuban masih utuh (Widia, 2015: 29).
D. Factor Psikis (Psikologi)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benarbenar terjadi realitas,
”kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau memproduksi anak.
1) Psikologis meliputi : Kondisi psikologis ibu sendiri, emosi dan persiapan intelektual,
pengalaman melahirkan bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dan dukungan dari orang terdekat
pada kehidupan ibu.
2) Sikap negative terhadap persalinan di pengaruhi oleh : Persalinan semacam ancaman terhadap
keamanan, persalinan semacam ancaman pada self-image, medikasi persalinan, dan nyeri
persalinan dan kelahiran (Widia, 2015: 29-30).

7
E. Pysician (Penolong)

Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah bidan, yang mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin (Widia, 2015: 30). Tidak hanya aspek tindakan
yang di berikan, tetapi aspek konseling dan meberikan informasi yang jelas dibutuhkan oleh ibu
bersalin utuk mengurangi tingkat kecemasan ibu dan keluarga (Ai Nursiah, dkk 2014: 48)
2.5 Komplikasi
1) Komplikasi Kala I
Komplikasi yang dialami ibu melahirkan kala I adalah:
1. Partus lama, biasanya terkait kontraksi uterus yang tidak adekuat atau dilatasi serviks yang
tidak sempurna
2. Ketuban pecah dini (KPD), yaitu pecahnya ketuban sebelum ada tanda inpartu
Komplikasi kala I juga dapat terjadi pada janin, sehingga penting bagi petugas kesehatan
untuk memastikan keselamatan dan kondisi janin. Komplikasi yang dapat terjadi adalah:
1. Asfiksia, yang dapat menyebabkan intrauterine fetal death (IUFD)
2. Sepsis neonatorum, dapat terjadi karena infeksi akibat KPD
2) Komplikasi Kala II
Komplikasi pada ibu melahirkan kala II adalah distosia atau persalinan kala II yang
memanjang. Di mana waktu persalinan pada primipara lebih dari 2 jam, atau pada multipara lebih
dari 1 jam, tanpa anestesi epidural anestesi. Kondisi ini dapat menyebabkan risiko korioamnionitis,
endometritis, infeksi saluran kemih, dan retensi urin.
Distosia dapat terjadi akibat lilitan tali pusat atau bayi besar/makrosomia. Setelah lahir, kepala
bayi perlu diperiksa apakah ada lilitan tali pusat di leher, karena dapat menyebabkan komplikasi
pada janin seperti hipovolemia, anemia, syok hipoksik-iskemik, bahkan ensefalopati. Janin
makrosomia dapat menyebabkan distosia bahu.
3) Komplikasi Kala III
Pada kala III, komplikasi yang dapat terjadi adalah retensio plasenta, yaitu plasenta tidak lahir
spontan dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir. Pada keadaan ini, perlu dilakukan tindakan manual
plasenta. Retensio plasenta dapat menyebabkan perdarahan postpartum.
4) Komplikasi Kala IV
Pada kala IV, komplikasi yang paling sering terjadi adalah perdarahan postpartum, yaitu jumlah
perdarahan pervaginam setelah bayi lahir lebih dari 500 cc atau dapat mempengaruhi hemodinamik
8
pasien. Penyebab perdarahan postpartum terdiri dari 4T, yaitu tone (atonia uteri), tissue (sisa
jaringan plasenta), trauma (ruptur uteri, serviks, atau vagina), dan thrombin (gangguan faktor
koagulopati).
1. Atonia Uteri Atonia uteri akan segera terlihat segera setelah bayi lahir. Tanda kontraksi
uterus tidak baik adalah uterus teraba lembek. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan
masif sehingga pasien mengalami syok hipovolemik.
2. Sisa Jaringan Plasenta, Plasenta yang dikeluarkan tidak lengkap dan tertinggal di dalam
uterus, dapat menyebabkan perdarahan pervaginam hingga 6-10 hari setelah partus.
2.6 Pencegahan

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Tanggal : 2 Februari 2023
Jam : 07:30 Wib

A. Indetitas
a. Inisial klien : Ny .R
b. Umur : 31 tahun
c. Alamat : Grobogan
d. Agama : islam
e. Suku bangsa : Indonesia
f. Status Perkawinan : kawin
g. Pendidikan terakhir : SI
B. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. O
b. Umur : 30 Tahun
c. Pekerjaan : Swasta
d. Pendidikan terakhir : Sma
e. Hubungan dengan pasien: Suami

C. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama :
Klien mengeluh kencang kencang pada perut dan ada rembesan ketuban
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit dimasa lalu

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan dalam keluarga belum pernah menderita penyakit seperti ini.

10
D. Pola Kebiasaan Sehari hari
1. Pola Nutrisi Metabolik
Pada pasien penyakit jantung koroner mengalami nafsu makan menurun dan porsi makan
menjadi berkurang.
2. Istirahat
Pola tidur dapat terganggu, tergantung bagaimana presepsi klien terhadap nyeri yang
dirasakannya.
3. Eliminasi
a. BAK : normal seperti biasanya berkemih sehari 4-6 x dengan konsisitensi cair
b. BAB : normal seperti biasanya sehari 1-2x dengan konsistensi padat
4. Hygiene
Upaya untuk menjaga kebersihan diri cenderung kurang.
5. Pola Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan Diri Klien 0 1 2 3 4
Makan/Minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas Ditempat Tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
Keterangan:
0 : Mandiri
1 : Dibantu dengan alat
2 : Dibantu orang lain/keluarga/perawat
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : Tergantung sepenuhnya
6. Riwayat Psikososil
Pada pasien penyakit jantung koroner didapatkan perubahan ego yaitu pasrah dengan keadaan,
merasa tidak berdaya, takut akan perubahan gaya hidup dan fungsi peran, ketakutan akan
kematian, menjalani operasi, dan komplikasi yang timbul. Kondisi ini ditandai dengan

11
menghindari kontak mata, insomnia, sangat kelemahan, perubahan tekanan darah dan pola
nafas, cemas, dan gelisah.

E. Pemeriksaan Fisik
Kenaikan BB selama kehamilan : 9 kg
1. Tanda tanda vital
- Td : 110/70
- Nadi : 84x/menit
- Suhu : 36.5°C
- RR : 20x/menit
2. Kepala
- Bentuk : oval
- Rambut : bergelombang
- Warna : hitam
- Kebersihan : bersih dan tidak rontok
3. Leher
- Tidak ada benjolan
4. Jantung
- Inspeksi : bentuk dada simetris
- Palpasi : icus cordis teraba di ics 5
- Perkusi : terdengar bunyi sonor (normal)
- Auskultasi : bunyi jantung normal
5. Paru – paru
- Inspeksi : bentuk dada simetris
- Palpasi : pengembang paru kanan dan kiri agam menurun
- Perkusi : terdengar bunyi sonor (normal)
- Auskultasi : suara nafas vesikuler
6. Payudarah
- Inspeksi : payu darah simetris, putting susu menonjol , aeora mamae hitam

12
- Palpasi : tidak ada lesi, edema
7. Abdomen
- Inspeksi : tidak ada edema tidak ada lesi, perut membuncit
- Auskultasi : terdengar suara denyut jantung janin
- Perkusi : kuadran 1 pekak
- Palpasi : perat terasa dan sesekali teraba gerakan janin
- tinggi fundus uteru : 38 minggu
- Kontraksi : 15 m3nit 20 detik
- DJJ : 120x/menit
- Ekstratramitas :
8. Pemeriksaan dalam pertama :
- Dilakuka pemeriksaan Vt : 1 cm
- Dilakukan : bidan Jam 10.40 WIB
9. Ketuban
- Utuh/pecah : pecah
- Tanggal dan jam : 27-11-2021
- Warna : bening dan bercampur sedikit darah

13
10. Pemeriksaan Laboratorium
Ringkasan kinis : G4P1A2 H 38MGG DG KPD, OLIGOHIRAMNION

Pemeriksaan Hasil Hasil Satuan Keterangan


Rujukan
Hematologi
Darah Rutin 1
Haemoglobin L 116 11.7- 15.5 g/dl
Hemetrokit 34.1 33.0- %
Leukosit 7.71 45.0 Ribu/uL
Trombosit 171 3.60- Ribu/uL
11.00
150-440
Golongan darah /Rh B/positif
PPT
PT L 8.9 9.3-11,4 Detik
11.6 9.1-12.3 Detik
PT(kontrol)
APTT 21.8- Detik
APTT 22.6 28.4 Detik
APTT 26.8 21.0 Detik
28.4 Detik
21.0-
28.4
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah Sewaktu 86 75-110 Mg/dl
Ureum 11 10-50 Mg/dl
Creatinin L 0.59 0.60-1.10 Mg/dl

14
ELEKTROLIT
(Na,K,Cl) L 121.0 135-147 Mmol /L
Natrium (Na) 3.90 3.5-5.0 Mmol/L
Kalsium (k)
Hasil Periksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan Keterangan


Rujukan
Bakteri Positif Negative
Jamur (+) Negative
Kristal Negative
Benang mucus Negative
Negative
Catatan:

qqw

15
16
Laboratorium

F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik (Wiwik dan Sulistyo, 2008) Pemeriksaan DL: jumlah
trombosit rendah hingga mencapai 100.000/ mm3 (normal 150.000-350.000 /
mm3 ), Penurunan hemoglobin, Kadar trombopoietin tidak meningkat, Masa
koagulasi untuk PT dan PTT memanjang, Foto toraks dan uji fungsi paru, Tes
kerapuhan kapiler meningkat, Skrining antibody terdiri dari: Aspirasi sumsum
tulang, menunjukkan peningkatan jumlah megakariosit, Tes sensitif menunjukkan
IgG anti trombosit pada permukaan trombosit atau dalam serum.

G. Analisa Data
Symptom Etiologi Problem/Masalah
DS : Perubahan Penurunan Curah
Pasien mengalami stress Kontraktilitas jantung
dan tiba-tiba merasakan
sakit yang hebat pada
dada bagian kiri,
berdebar, sesak nafas,
merasa tegang pada
tengkuk, batuk, dan rasa
mual.
DO :
1. Takikardia
(112x/menit)
2. Edema
3. Tekanan darah
meningkat
(135/97 mmHg)
4. Capillary refill

1
time >3 detik (5
detik)
5. Warna kulit pucat

B. Diagnosa Keperawatan
(D.0008)
Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan perubahan konstraktilitas dibuktikan
dengan Takikardia, Edema, Tekanan darah meningkat, Capillary refill time >3
detik, Warna kulit pucat.

C. Intervensi (Luaran Keperawatan)


(L.02008)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam maka curah jantung
meningkat, dengan kriteria hasil :
1. Takikardia menurun
2. Edema menurun
3. Tekanan darah menurun
4. Capillary refill time >3 detik menurun
5. Warna kulit pucat menurun

D. Intervensi Keperawatan (I.02075)


No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kritria hasil
1. Penurunan Curah Setelah Observasi Observasi
Jantung berhubungan dilakukan 1. Identifikasi 1. Untuk mengetahui
dengan perubahan intervensi tanda/gejala tanda gejala
konstraktilitas keperawatan primer primer penurun
dibuktikan : selama 3x24 penurunan curah jantung.
DS : jam maka curah jantung 2. Untuk mengetahui
Pasien mengalami curah (meliputi: tanda gejala

2
stress dan tiba-tiba jantung dispnea, sekunder penurun
merasakan sakit yang meningkat, kelelahan, curah jantung.
hebat pada dada dengan edema, 3. Untuk memantau
bagian kiri, berdebar, kriteria hasil ortopnea, Monitor tekanan
sesak nafas, merasa : PND, darah
tegang pada tengkuk, 1. Takikardia peningkatan 4. Untuk memantau
batuk, dan rasa mual. menurun CVP). Monitor keluhan
DO : 2. Edema 2. Identifikasi nyeri
1. Takikardia menurun tanda/gejala 5. Untuk memantau
(112x/menit) 3. Tekanan sekunder Monitor tekanan
2. Edema darah penurunan darah
3. Tekanan menurun curah jantung 6. Untuk memantau
darah 4. Capillary (meliputi: Monitor intake dan
meningkat refill time peningkatan output
(135/97 >3 detik berat badan, 7. Untuk memantau
mmHg) menurun hepatomegaly Monitor saturasi
4. Capillary 5. Warna , distensi oksigen
refill time >3 kulit pucat vena 8. Untuk memantau
detik (5 detik) menurun jugularis, Monitor aritmia
5. Warna kulit palpitasi, 9. Monitor fungsi
pucat ronkhi basah, alat pacu jantung
oliguria, 10. Untuk
batuk, kulit mengetahui
pucat) pemeriksaan
3. Monitor tekanan darah dan
tekanan darah frekuensi nadi
(termasuk sebelum dan
tekanan darah sesudah aktivitas
ortostatik,
jika perlu)

3
4. Monitor
tekanan darah
5. Monitor
intake dan
output
6. Monitor
saturasi
oksigen
7. Monitor
keluhan nyeri
dada (mis:
intensitas,
lokasi,
radiasi,
durasi,
presipitasi
yangmengura
ngi nyeri)
8. Monitor
aritmia
(kelainan
irama dan
frekuensi)
9. Monitor
fungsi alat
pacu jantung
10. Periksa
tekanan darah
dan frekuensi
nadi sebelum

4
dan sesudah
aktivitas.

Terapeutik
1. Berikan diet
jantung yang Terapeutik
sesuai (mis: 1. memberikan
batasi asupan diet jantung
kafein, kepada pasien
natrium, 2. memberikan
kolesterol, edukasi kepada
dan makanan keluarga untuk
tinggi lemak) modifikasi gaya
2. Fasilitasi hidup sehat .
pasien dan 3. memberikan
keluarga terapi relaksasi.
untuk 4. meberikan
modifikasi dukungan
gaya hidup emosional dan
sehat spiritual.
3. Berikan
terapi
relaksasi
untuk
mengurangi
stress, jika
perlu
4. Berikan
dukungan
emosional

5
dan spiritual.

Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, Kolaborasi
jika perlu 1. Membuat
2. Rujuk ke kolaborasi
progam pemberian obat
rehabilitas antiarimia
jantung 2. Memberikan
progam rehabilitasi
jantung.

E. Implementasi Keperawatan
Hari / Tanggal Waktu Implementasi Paraf
2 Februari 2023 12.00 Melakukan pemeriksaan
tekanan darah dan
frekuensi nadi
Respon Pasien :
Pasien Nampak kooperatif
Nadi 110x/menit, TD
130/90 mmHg

6
12.30 Melakukan identifikasi
penurunan curah jantung
dan pemeriksaan odema
Respon pasien :
pasien tampak lemas di
tempat tidur dan tampak
gelisah dan odema masih
terlihat bengkak.

12.50 Pemberian antiaritmia


propranolol
Respon Pasien :
Pasien Nampak tenang
dan tidur

3 Februari 2023 10.30 Melakukan pemeriksaan


tekanan darah dan
frekuensi nadi
Respon Pasien :
Pasien Nampak kooperatif
Nadi 106x/menit, TD
128/90 mmHg.

10.40 Melakukan identifikasi


penurunan curah jantung
Respon pasien :
Pasien mengatakan rasa
sesak dan berdebar mulai
berkurang dan odema

7
mulai sedikit menurun

Pemberian antiaritmia
11.00 propranolol
Respon Pasien :
Pasien Nampak tenang
dan tertidur
RR sekitar 22 x/menit.

Melakukan pemeriksaan
4 Februari 2023 09.00 penurunan curah jantung
Respon pasien :
S : Pasien mengatakan
rasa sesak dan berdebar
sudah berkurang
O : klien tampak tenang
S: 36,5℃, N:92x/menit,
RR:20x/menit.
Nadi 100x/menit,
TD 120/80 mmHg
Odema menurun

F. Evaluasi Keperawatan
Hari/ Tanggal Waktu Diagnosa keperawatan Evaluasi
2 Februari 2023 15.20 Penurunan Curah Jantung S : Klien mengatan rasa
berhubungan dengan nyeri dan berdebar pada
perubahan konstraktilitas bagian dada.
dibuktikan dengan O : Klien tampat
Takikardia, Edema, gelisah, gelisah dan

8
Tekanan darah meningkat, pucat.
Capillary refill time >3 Terdapat odema
detik, Warna kulit pucat. Nadi 110x/menit, TD
130/90 mmHg, RR
25x/menit.
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjut TTV

Penurunan Curah Jantung S : Pasien mengatakan


3 Februari 2023 15.00 berhubungan dengan rasa nyeri dan berbebar
perubahan konstraktilitas mulai menurun.
dibuktikan dengan O : Klien tampak
Takikardia, Edema, tenang dan masih
Tekanan darah meningkat, terlihat pucat.
Capillary refill time >3 Odema mulai menurun
detik, Warna kulit pucat. Nadi 106x/menit, TD
128/90 mmHg, RR
23x/menit
A : Masalah Teratasi
sebagian.
P : Lanjut pemantauan
TTV

Penurunan Curah Jantung S : Pasien mengatakan


4 Februari 14.30 berhubungan dengan rasa nyeri dan berdebar
perubahan konstraktilitas sudah menghilang.
dibuktikan dengan O : Klien tampak
Takikardia, Edema, Tekanan tenang dan wajah mulai
darah meningkat, Capillary

9
refill time >3 detik, Warna berseri.
kulit pucat Odema sudah menurun
Nadi 100x/menit, TD
120/90 mmHg, RR
20x/menit.
A : Masalah Teratasi
P : lanjutkan TTV

BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Penulis memperoleh kesimpulan dari asuhan keperawatan pada Ny. I dengan
diagnose . Penurunan Curah jantung adalah sebagai berikut:

10
DAFTAR PUSTAKA

Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Pencegahan, dan Pengobatan Terkini.


Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap, 1(1), 1–53.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/705/1/08E00124.pdf
Handoko. (2003). Fungsi Perencanaan. 23.
http://repository.uin-suska.ac.id/13156/7/7.BAB II_2018384ADN.pdf
Kuliahetika, M., & Keperawatan, H. (2022). PRODI D-3 KEPERAWATAN STIKES
HANG TUAH TANJUNGPINANG 2022. 212113013.
Taufiqurokhman. (2008). Konsep dan Kajian Ilmu Perencanaan. Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama, 1–106.

11
http://fisip.moestopo.ac.id/storage/Buku/buku-04-taufiquokhman-konsep-dan-
kajian-ilmu-perencanaan-belum-isbn.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai