Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“DISTOSIA PASSAGE”
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal

Dosen Pengampu:
Ida Prijatni, S.Pd.,M.Kes

Disusun Oleh:
Anissa Adrilianingsih
NIM P17331215041

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN JEMBER
2021

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul “Distosia
Passage” sebagai salah satu tugas yang harus diselesaikan pada Mata Kuliah
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal pada Program Studi Alih Jenjang
Sarjanan Terapan Kebidanan Jember Poltekkes Kemenkes Malang.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
matakuliah Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Penyusunan makalah ini
tentu tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, terutama orang
tua sebagai motivator dan pemberi semangat dalam penyusunan makalah ini, baik
berupa dukungan moril maupun materil. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Ibu Sugiyati, SST., M.Kes selaku Ketua Jurusan Program Studi Sarjana
Terapan Kebidanan Jember Poltekkes Kemenkes Malang.
2. Ida Prijatni, S.Pd.,M.Kes selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal Jurusan Program Studi Sarjana
Terapan Kebidanan Jember Poltekkes Kemenkes Malang.
3. Seluruh mahasiswa kelas Alih Jenjang Jurusan Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan Jember Poltekkes Kemenkes Malang.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan penulisan
makalah ini sangat dibutuhkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Jember, Januari 2022

Penulis

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................ 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3


2.1 Anatomi........................................................................................... 3
2.1.1 Anatomi Bagian Tulang..................................................... 3
2.1.2 Anatomi Bagian Lunak...................................................... 11
2.2 Definisi Distosia.............................................................................. 13
2.3 Distosia Passage.............................................................................. 13
2.3.1 Etiologi Distosia Passage................................................... 14
2.3.2 Diagnosis Distosia Passage................................................ 15
2.3.3 Tatalaksana Distosia Passage............................................. 15
BAB 3 PENUTUP................................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang viabel
melalui jalan lahir dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.
Kelancaran persalinan tergantung pada 3 faktor utama yaitu kekuatan ibu
(Power), keadaan jalan lahir (Passage), dan keadaan janin (Passanger).
Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor tersebut,
persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada
satu atau lebih faktor, dapat terjadi gangguan pada jalannya persalinan yang
disebut distosi. (Paat et al., 2015)
Distosia berasal dari bahasa Yunani, Dys yang berarti buruk atau jelek
dan tosia berasal dari tocos yang berarti persalinan. sehingga distosia
merupakan persalinan yang sulit, tidak ada kemajuan atau merupakan
persalinan yang membawa satu akibat buruk bagi janin maupun ibu. Kasus
distosia amat bervariasi tergantung kriteria diagnosis yang digunakan.
sebagai contoh, suatu penelitian berhasil mengidentifikasi 0,9 persen dari
hampir 11.000 persalinan pervaginam yang dikategorikan sebagai
mengalami distosia di Toronto General Hospital, Kadana. Meski demikian,
distosia sejati yang baru didiagnosis ketika diperlukan manuver lain selain
traksi ke bawah dan episiotomi hanya ditemukan pada 24 kelahiran (0,2
persen). (Mulyawati, 2011)
Data dari Reproductive Health Library menyatakan terdapat 180
sampai 200 juta kehamilan setiap tahun. Dari angka tersebut terjadi
585.000 kematian maternal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan.
Sebab kematian tersebut adalah perdarahan 24,8%, infeksi dan sepsis
14,9%, hipertensi dan preeklampsi/eklampsi 12,9%, distosia 6,9%, abortus
12,9%, dan sebab langsung yang lain 7,9%. (WHO, 2015)
Distosia sering merupakan indikasi seksio sesar karena komplikasinya.
Pada tahun 2002 terdapat 27,6% seksio sesarea dari seluruh proses
kelahiran. Dari angka tersebut, 19,1% merupakan seksio sesarea primer.

1
Laporan American College of Obstretician and Gynaecologist (ACOG)
menyatakan bahwa seksio sesarea primer terbanyak pada primigravida
dengan fetus tunggal, presentasi vertex, tanpa komplikasi. Indikasi
primigravida tersebut untuk seksio sesarea adalah presentasi bokong,
preeklampsi, distosia, fetal distress, dan elektif. Distosia merupakan
indikasi terbanyak untuk seksio sesarea pada primigravida sebesar 66%.
Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan penelitian sebelumnya
tahun 1985 dan 1994 yang menyatakan distosia menyebabkan seksio
sesarea masing:masing 49,7% dan 51,4%. (Mulyawati, 2011)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja anatomi bagian tulang yang berperan dalam proses persalinan?
2. Apa saja anatomi bagian lunak yang berperan dalam proses persalinan?
3. Apa itu distosia?
4. Apa yang dimaksud dengan distosia passage?
5. Bagaimana etiologi distosia passage?
6. Bagaimana diagnosis distosia passage?
7. Bagaimana tatalaksana distosia passage?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagian tulang yang berperan dalam proses
persalinan.
2. Untuk mengetahui bagian lunak yang berperan dalam proses persalinan.
3. Untuk mengetahui pengertian distosia.
4. Untuk mengetahui pengertian distosia passage.
5. Untuk mengetahui etiologi distosia passage.
6. Untuk mengetahui cara mendiagnosis distosia passage.
7. Untuk mengetahui tatalaksana distosia passage.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
Dalam persalinan harus memperhatikan 3 faktor berikut yaitu, jalan
lahir (passage), janin (passanger), dan kekuatan (power) yang ada pada
ibu.
Jalan lahir dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Bagian Tulang : terdiri atas tulang:tulang panggul dengan
persendiannya (artikulasio)
2. Bagian Lunak : terdiri atas uterus, serviks uteri, vagina,
perineum, otot:otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen yang
berfungsi menyokong alat-alat urogenitalis.
2.1.1 Anatomi Bagian Tulang
1. Tulang-tulang Panggul (Pelvis)
Pelvis dibatasi oleh dinding yang dibentuk oleh tulang,
ligamentum dan otot. Cavitas pelvis yang berbentuk seperti
corong, memberi tempat kepada vesica urinaria, alat kelamin
pelvik, rectum, pembuluh darah dan limfe serta saraf.
Tulang-tulang panggul terdiri atas 3 buah tulang yaitu : Os
coxae (disebut juga tulang innominata) 2 buah kiri dan kanan,

os sakrum dan os coccygis. Os coxae merupakan fusi dari os


ilium, os iskium dan os pubis.
2. Aartikulasio pada Tulang Pelvis
Tulang-tulang pelvis dihubungkan oleh empat artikulasio :
a. Dua sendi kartilago : sendi sacro-coccygis dan simfisis
pubis
Sendi-sendi ini dikelilingi oleh ligamentum-ligamentum
yang kuat di anterior dan posteriornya, yang berespons
terhadap efek relaxin dan memfasilitasi partus.
b. Dua sendi sinovial : sendi-sendi sacro-iliaca

3
Sendi-sendi ini distabilisasi oleh ligamentum sacro-iliaca,
ligamentum iliolumbar, ligamentum lumbosacral lateralis,
ligamentum sacrotuberous dan ligamentum sacrospinosus.
3. Pelvis Mayor (False Pelvis) dan Pelvis Minor (True Pelvis)
Pelvis dibagi menjadi pelvis mayor dan pelvis minor dan
dipisahkan oleh bidang datar yang oblik yaitu pada batas.
Apertura pelvis superior (pintu atas panggul) yang dibatasi
oleh :
a. Tepi kranial symphysis pubica (upper margin of the
symphysis pubis)
b. Tepi dorsal crista pubica (pubic crest)
c. Pecten os. pubis (pectineal line of the pubis)
d. Linea arcuata os. ilium (arcuate line of the ilium/linea
terminalis)
e. Promontorium os. sacrum (sacral promontory)
f. Tepi ventral ala sacralis
Apertura pelvis inferior (pintu bawah panggul) dibatasi
oleh:
1) Ke arah ventral oleh tepi kaudal symphysis pubis
2) Ke arah ventrolateral pada masing:masing sisi oleh
ramus inferior ossis pubis dan tuber ishiadicum
3) Ke arah dorsolateral pada masing:masing sisi oleh
ligamentum sacrotuberale
4) Ke arah dorsal oleh hujung os coccygis
Bentuk pelvis minor menyerupai suatu saluran yang
mempunyai sumbu melengkung ke depan (Sumbu Crus).
$umbu ini adalah garis yang menghubungkan titik persekutuan
antara diameter transversa dan konjugata vera pada pintu atas
panggul dengan titik-titik sejenis di Hodge II, III, dan IV.
Sampai dekat Hodge III sumbu itu lurus, sejajar dengan
sacrum, untuk seterusnya melengkung ke depan, sesuai dengan

4
lengkungan sacrum.

4. Pintu Atas Panggul


Pintu atas panggul (pelvic inlet) merupakan suatu bidang
yang dibentuk oleh sacral promontory, linea innominata
(terminalis), dan pinggir atas simfisis (upper margin of the
symphysis pubis). Terdapat 4 diameter pada pintu atas
panggul, yaitu diameter anteroposterior, diameter transversa
dan 2 diameter oblikua.

Gambar 1. Garis Khayal Panggul

5. Diameter Anteroposterior
a. Konjugata vera dan konjugata diagonal

5
Ialah panjang jarak dari pinggir atas simpfisis ke
promontorium. Cara mengukur konjugata vera ialah dengan
jari tengah dan telunjuk dimasukkan ke dalam vagina untuk
meraba promontorium.
Jarak bagian bawah dari simfisis sampai ke promontorium
dikenal sebagai konjugata diagonalis (diagonal conjugate).
Konjugata vera sama dengan konjugata diagonalis dikurangi
1,5 cm. Apabila promontorium dapat diraba, maka konjugata
diagonalis dapat diukur, yaitu sepanjang jarak antara hujung
jari kita yang meraba sampai ke batas pinggir bawah
simfisis.Jika jarak antara ujung jari kita sampai ke batas
pinggir bawah simfisis adalah 13 cm, maka konjugata vera
lebih dari 11,5 cm (13cm = 1,5 cm). Biasanya konjugata
vera berukuran 11,5 cm atau lebih (moore).
b. True (obstetric) conjugate
Jarak minimum anteroposterior (AP) bagi pintu atas
panggul. Jaraknya ialah dari tengah simfisis bagian dalam
(posterosuperior margin) ke tengah sacral promontorium.
Konjugata obstetrika ini adalah jarak tetap paling sempit
(narrowest fixed distance) yang masih membolehkan kepala
janin melewatinya untuk memastikan kelahiran pervaginam.
(moore). Namun, jarak ini tidak dapat diukur secara
pemeriksaan dalam karena adanya vesica urinaria.
6. Diameter Transversa
Diameter transversa ialah jarak terjauh garis melintang pada
pintu atas panggul. Jaraknya lebih kurang 12,5 – 13 cm.
7. Diameter Oblikua
Garis dari artikulasia sacro-ilica ke titik persekutuan antara
diameter transversa dan konjugata obstetrik dan diteruskan ke
linea innominata (terminalis). Diameter ini sepanjang lebih
kurang 13 cm.

6
8. Ruang Panggul (Pelvic Cavity)
a. Distansia Interspinarum (interspinous distance)
Distansia interspinarum adalah jarak penyempitan
(narrowest part of pelvic canal) di panggul tengah setinggi
spina ishiadica. Bagian paling sempit dari jalan lahir ini
juga menentukan apakah kepala janin bisa melewatinya
atau tidak. Namun, ia bukanlah jarak yang tetap (fixed
distance ), karena terjadi relaksasi dari ligamentum-
ligamentum pelvis dan peningkatan mobilitas dari
persendian pelvis saat kehamilan.
b. Penilaian tulang sacrum
Sacrum yang kurang melengkung dan kurang cekung
akan mempersempit ruang panggul dan mempersulit putaran
paksi dalam, sehingga dapat terjadi malposisi janin.
c. Penilaian dinding samping panggul
Dinding samping panggul dinilai dari atas ke bawah.
Dinding samping panggul yang baik adalah seperti pada
panggul ginekoid yaitu lurus dari atas kebawah. Yang
kurang baik adalah dinding samping yang lebar dia atas dan
menyempit ke arah bawah.
d. Inklinasi
Kepala janin dapat lebih mudah masuk ke dalam ruang
panggul jika sudut antara sakrum dan lumbal lebih besar

, disebut inklinasi. Sudut inklinasi ini adalah antara 50-60o

biasanya 55 o.
9. Jenis Panggul
Walaupun secara anatomi perbedaan antara pelvis wanita
dan laki-laki begitu jelas, namun pelvis dari mana:mana
individu bisa mempunyai ciri yang tertentu. Dikenal empat
tipe panggul/pelvis, dan yang kelima merupakan tipe

7
kombinasi atau intermediate-type pelvis dari empat yang

klasik tadi.

Gambar 2. Jenis Panggul (Klasifikasi Caldwell-Moloy)


a. Pelvis Ginekoid
Panggul paling baik untuk perempuan. Bentuk pintu:atas
panggul hampir bulat (transverse ellips). Panjang diameter
anteroposterior kira-kira sama dengan diameter transversa.
Jenis ini ditemukan pada 45% perempuan.
b. Pelvis Android
Bentuk pintu atas panggul hampir segi tiga. Umumnya
pada pria. Panjang antero-posterior hampir sama dengan
diameter transversa. Diameter transversal mendekati sacrum.
Bagian belakang pendek dan gepeng, sedangkan bagian
depannya menyempit ke depan. Jenis ini ditemukan pada
15% perempuan. Pada wanita dengan panggul seperti ini
akan mengalami kesulitan untuk melahirkan janin secara
pervaginam.
c. Pelvis Antropoid
Bentuk pintu atas panggul agak lonjong, seperti telur
(Anteroposterior Ellips). Seperti panggul ginekoid yang

diputar 90o. Panjang diameter antero- posterior lebih besar

8
daripada diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada 5%
perempuan.
d. Pelvis Platipelloid
Sebenarnya merupakan jenis ginekoid yang menyempit
pada arah antero- posterior. Ukuran transversa jauh lebih
besar daripada ukuran antero-posterior. Jenis ini ditemukan
pada 5% perempuan.
e. Tipe Kombinasi atau Intermediate-type pelvis.
10. Bidang Hodge

Gambar 3. Bidang Hodge


Bidang-bidang Hodge digunakan untuk menentukan
sampai di manakah bagian terendah janin turun dalam
panggul saat persalinan.
a. Hodge I
Bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan
promontorium. Dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul.
b. Hodge II
Bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I terletak
setinggi bagian bawah simfisis.
c. Hodge III
Bidang yang sejajar dengan Hodge I dan Hodge II,
terletak setinggi spina ischiadica kanan dan kiri. Disebut

9
juga bidang O. Kepala yang berada di atas 1 cm disebut (-1)
atau sebaliknya.
d. Hodge IV
Bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I, II, dan III,
terletak setinggi os coccygis.
11. Pintu Bawah Panggul (Pelvis Outlet)
Pintu bawah panggul bukan merupakan suatu bidang datar,
tetapi tersusun atas 2 bidang datar yang masing-masing
berbentuk segitiga, yaitu bidang yang dibentuk oleh garis
antara kedua buah tuber os iskii dengan ujung os sacrum dan
segitga lainnya yang alasnya juga garis antara kedua tuber os
iskii dengan bagian bawah simfisis. Pinggir bawah simfisis
berbentuk lengkuk ke bawah dan merupakan sudut disebut
arkus pubis. Dalam keadaan normal besar sudutnya ± 90o atau
lebih sedikit. Bila kurang dari 90o maka kepala janin akan
lebih sulit dilahirkan karena memerlukan tempat lebih banyak
ke arah dorsal (ke arah anus). Jarak antara kedua tuber os iskii
(distansia tuberum) juga merupakan ukuran pintu bawah
panggul yang penting.
12. Dinding Pelvis
Dinding pelvis dapat dibedakan atas dinding
anteroposterior, dua dinding lateral, dinding dorsal, dan
sebuah dasar pelvis:
a. Dinding pelvis Anteroposterior
Dibentuk oleh dua corpus ossis pubis dan ramus ossis
pubis serta serta symphysis pubis. Lebih berfungsi sebagai
penahan beban (weight bearing) dari dinding anterior
dalam posisi anatomi.
b. Dinding-dinding Pelvis Lateral
Memiliki kerangka tulang yang dibentuk oleh bagian-
bagian os coxae. Musculus obturator internus menutupi

10
hampir seluruh dinding:dinding ini. Medial terhadap
musculus obturator internus terdapat nervus obturatorius
dan pembuluh darah obturatoria, dan cabang:cabang lain
dari pembuluh dari iliaca interna. Masing:masing musculus
obturatorius internus meninggalkan pelvis melalui foramen
ishiadicum minus dan membentuk tendinous ke arah
posterior dan kembali ke lateral dan melekat pada
trochanter mayor os femur. Permukaan medial dari otot ini
ditutupi oleh fascia obturatorius yang menebal ke arah
tengah membentuk arcus tendon yang memberikan
pelekatan pada diafragma pelvis. Diafragma ini menjadi
batas antara pelvis dan perineum, membentuk dasar dari
ruang panggul (pelvic cavity) dan atap dari perineum.
c. Dinding Posterior (Dinding posterolateral dan atap)
Pada posisi anatomi, dinding posterior pelvis terdiri dari
dinding tulang dan atap pada midline (dibentuk dari os
sacrum dan os coccyx) dan dinding musculoligamentous
posterolateral, dibentuk oleh ligamentum-ligamentum dan
articulasio sacro-iliaca serta musculus piriformis. Medial
dari musculus piriformis terdapat saraf-saraf dari plexus
sacralis dan pembuluh iliaca interna serta cabangnya.
d. Dasar Pelvis / Pelvic Diaphragm
Dasar pelvis dibentuk oleh diafragma pelvis yang
berbentuk seperti mangkok (bowl-shaped ) atau corong
(funnel-shaped) dan terdiri dari musculus levator ani dan
musculus coccygeus serta fascia-fascia yang menutupi
permukaan superior dan inferior dari muskulus:muskulus
ini. Dasar pelvis memisahkan ruang panggul dari perineum
diantara pelvis minor.

2.1.2 Anatomi Bagian Lunak

11
1. Uterus
Uterus berbentuk seperti buah avokad atau buar pir yang
sedikit gepeng ke arah anterior posterior. Ukurannya sebesar
telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri dari
otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm , lebar
di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. Letak
uterus yang fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke
depan dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus
uteri ke depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri.
Uterus terdiri atas fundus uteri, korpus uteri dan serviks
uteri. Fundus uteri adalah bagian uteri proksimal. Dalam
klinis, penting untuk diketahui sampai di mana fundus uteri
berada, oleh karena tuanya kehamilan dapat diperkirakan
dengan perabaan pada fundus uteri. Korpus uteri adalah bagian
uterus yang terbesar. Pada kehamilan bagian ini mempunyai
fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang
terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri (rongga rahim).
Serviks uteri, terdiri atas pars vaginalis servisis uteri yang
dinamakan portio dan pars supravaginalis servisis uteri yaitu
bagian serviks yang berada di atas vagina.
2. Vagina
Vagina adalah saluran musculomembran (panjang 7-9
cm), kepanjangan dari serviks uteri ke arah vestibulum, celah
di antara labia minora yang di situ terdapatnya vagina,
orificium uretra eksterna dan pembukaan dari 2 glandula
vestibular.
3. Perineum
Perineum adalah daerah yang sempit, yaitu daerah antara
vagina dan anus. Pada posisi anatomis, perineum adalah
adalah bagian proksimal kedua paha, namun jika kedua paha
terkangkang, perineum merupakan daerah berbentuk belah

12
ketupat yang meluas dari symphisis pubis di sebelah ventral ke
tuber ischiadicum di sebelah lateral dan ujung os coccygis di
sebelah dorsal.
Bangunan yang membatasi perineum ialah :
a. Simfisis pubis (anterior)
b. Ramus inferior pubic dan ramus ischial (anterolateral)
c. Tuberositas ischiadicum (lateral)
d. Ligamentum sacrotuberale (posterolateral)
e. Sacrum bagian paling inferior dan coccyx (posterior)
Pada perineum wanita, vagina menembus diafragma
urogenital, dan urethra terdapat dalam dinding ventral vagina.
Fascia perinei superficialis terdiri dari satu lapis yang
mengandung jaringan lemak dan satu lapis profunda yang
berupa selaput jaringan ikat subkutan. Kedua lapis ini bersatu
pada labium mayora pudendi. Lapis yang berupa selaput ke
arah medial melekat pada symphisis pubis dan ke arah lateral
pada corpus ossis pubis.

2.2 Definisi Distosia


Distosia berasal dari bahasa Yunani, Dys atau dus berarti buruk atau
jelek, tosia berasal dari tocos yang berarti persalinan, sehingga distosia
merupakan persalinan yang sulit, tidak ada kemajuan dalam persalinan
atau merupakan persalinan yang membawa satu akibat buruk bagi janin
maupun ibu.
2.3 Distosia Passage
Distosia karena adanya kelainan Passage yaitu karena adanya
kelainan pada jalan lahir, jalan lahir sendiri terbagi atas jalan lahir lunak
dan jalan lahir keras. Jalan lahir keras atau tulang panggul dapat berupa
kelainan bentuk panggul, dan kelainan ukuran panggul. Sedangkan jalan
lahir lunak yang sering dijumpai karena adanya tumor ovarium yang
menghalangi jalan lahir dan adanya edema pada jalan lahir yang

13
dipaksakan.
Jenis kelainan pada jalan lahir keras berupa kelainan bentuk yaitu
bentuk panggul yang tidak normal, diantarannya gynecoid, antropoid,
android, dan platipeloid. Dari keempat jenis panggul diatas panggul
ginekoid merupakan jenis panggul dengan prognosa persalinan paling
baik, sedangkan ketiga jenis panggul lainnya dapat menyebabkan
terjadinya distosia persalinan.
Terutama pada panggul android distosia sulit diatasi, selain itu
terdapat kelainan panggul yang disertai dengan perubahan bentuk karena
pertumbuhan intrauterine yaitu panggul Naegele, rorbert, split pelvis dan
panggul asimilasi. Perubahan bentuk panggul juga dapat terjadi karena
adanya penyakit seperti riketsia, osteomalasia, neoplasma, fraktur,
maupun penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.
Penyakit tulang belakang seperti kifosis, skoliosis dan spondilolistesis
serta penyakit pada kaki seperti koksiis, luksasio koksa dan atrofi atau
kelumpuhan satu kaki merupakan termasuk penyulit dalam proses
persalinan pervaginam.

Gambar 4. Jenis Panggul (Klasifikasi Caldwell-Moloy)


2.3.1 Etiologi Distosia Passage
Distosia karena kelainan ukuran panggul (disproporsi fetopelvik)
dapat disebabkan karena berkurangnya ukuran panggul, ukuran janin
yang terlalu besar, atau kombinasi diantara keduanya. Setiap
penyempitan pada diameter panggul baik pintu atas panggul, pintu
tengah panggul, maupun pintu bawah panggul dapat menyebabkan

14
terjadinya distosia pada persalinan.
1. Penyempitan pintu atas panggul
Pintu masuk panggul dianggap menyempit apabila diameter
anteroposterior terpendeknya kurang dari 10 cm atau diameter
transversa terbesarnya kurang dari 12 cm.
2. Penyempitan pintu tengah panggul
Pintu tengah panggul dikatakan menyempit apabila jumlah
diameter intraspinarum ditambah diameter sagitalis posterior
panggul tengah kurang dari atau sama dengan 13,5 cm.
3. Penyempitan pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul menyempit didefinisikan sebagai pemendekan
diamter intertuberosum hingga 8 cm atau kurang.
2.3.2 Diagnosis Distosia Passage
Penegakan diagnosis pada distosia akibat adanya kelainanukuran
panggul dapat ditegakkan dengan melakukan
pengukuranpengukuran kapasitaspanggul.
1. Pintu atas panggul
Dilakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan konjugata
diagonalis yang diukur dari tepi bawah simphisis phubis hingga
ke promomtorium os sacrum. Pintu atas panggul berukuran
cukup apabila promontorium tidak menonjol dan ukuran
konjugata diagonalis lebih besar dari 11,5 cm.
2. Pintu tengah panggul
Dilakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui kapasitas pintu
tengah panggul, pintu tengah dikatakan tidak menyempit apabila
spina ischiadika tidak menonjol, dinding samping tidak teraba
melengkung, dan kecekungan os sacrum tidak dangkal.
3. Pintu bawah panggul
Dilakukan pengukuran diameter intertuberosum dengan meletakkan
tangan terkepal pada perineum diantara kedua tuberositas ischii. Ukuran
normal apabila lebih dari 8 cm.

15
2.3.3 Tatalaksana Distosia Passage
Persalinan dengan distosia akibat adanya kelainan ukuran
panggul atau kelainan bentuk panggul sebaiknya dilakukan melalui
perabdominam. Persalinan pervaginam dapat dilakukan tetapi
memiliki resiko kegagalan yang cukup besar dan dapat
menimbulkan terjadinya cedera pada kepala janin.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Distosia merupakan persalinan yang sulit, tidak ada kemajuan dalam
persalinan atau merupakan persalinan yang membawa satu akibat buruk
bagi janin maupun ibu.
Distosia karena adanya kelainan Passage yaitu karena adanya
kelainan pada jalan lahir, jalan lahir sendiri terbagi atas jalan lahir lunak
dan jalan lahir keras. Jalan lahir keras atau tulang panggul dapat berupa
kelainan bentuk panggul, dan kelainan ukuran panggul. Sedangkan jalan
lahir lunak yang sering dijumpai karena adanya tumor ovarium yang
menghalangi jalan lahir dan adanya edema pada jalan lahir yang
dipaksakan.
Jenis kelainan pada jalan lahir keras berupa kelainan bentuk yaitu
bentuk panggul yang tidak normal, diantarannya gynecoid, antropoid,
android, dan platipeloid. Dari keempat jenis panggul diatas panggul
ginekoid merupakan jenis panggul dengan prognosa persalinan paling
baik, sedangkan ketiga jenis panggul lainnya dapat menyebabkan
terjadinya distosia persalinan.
Persalinan dengan distosia akibat adanya kelainan ukuran panggul
atau kelainan bentuk panggul sebaiknya dilakukan melalui perabdominam.
Persalinan pervaginam dapat dilakukan tetapi memiliki resiko kegagalan
yang cukup besar dan dapat menimbulkan terjadinya cedera pada kepala
janin.
.

16
DAFTAR PUSTAKA

Mulyawati, I. (2011). Islam Yakssi Gemolong Kabupaten Sragen Tahun 2010.


Paat, J., Suparman, E., & Tendean, H. (2015). Persalinan Distosia Pada Remaja Di Bagian
Obstetri-Ginekologi Blu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. E-CliniC, 3(2).
https://doi.org/10.35790/ecl.3.2.2015.8145
The WHO Reproductive Health Library. Jul 01, 2015. Diakses pada 18 Januari 2022.
http://apps.who.int/rhl/pregnancy_childbirth/complications/en/.
Cunnningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, et al. Williams Obstetrics 24th
Edition. New York: The McGraw-Hill Companies. 2014.
Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan Edisi ke-4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2009.
The American College of Obstetrician and Gynecologists. ACIG practice bulletin clinical
management guidelines for obstetrician:gynecologists. Number 40, November 2002.
Obstet Gynecol 2002; 100::1045.
The WHO Reproductive Health Library. Jul 01, 2015. Acessed February 28, 2020.
http://apps.who.int/rhl/pregnancy_childbirth/complications/en/.
The American College of Obstetrician and Gynecologists and Society for Maternal-Feetal
Medicine. Obstetric Care Consensus Safe prevention of the primary cesarean delivery.
Obstet Gynecol 2014;123:693-711.
Moore KL, Dalley AF. Pelvis and Perineum in Clinical Oriented Anatomy 5th ed. Lippincot
Williams and Wilkins. US 2006: 357-471.
Berek, Jonathan S. Anatomy of pelvis. Berek & Noval’s Gynecology 14th ed. Lippincot
William and Wilkins. USA 2006. p 76-100.
DeChemey, A. Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology Ed 10. McGraw-
Hill Companies. 2007.
Muchtar F. Bentuk dan Kelainan Panggul. Dalam. Sinopsis obstetri. Penerbit Buku
Kedokteran EC6, Jakarta: 2002: 315-30.

17

Anda mungkin juga menyukai