Anda di halaman 1dari 7

Skrining pada BBL

untuk Hipotiroid
Kongenital
Komponen Sistem
untuk Pemeriksaan
BBL
Luh Pandetia Sari P
Anissa Adrilianingsih
Deska Lorensia

Link Artikel
https://www-pub.iaea.org/MTCD/Publications/PDF/Pub1234_web.pdf
Pendidikan
Orangtua
Pendidikan merupakan komponen yang
paling penting dalam tahap awal
pengembangan program skrining bayi baru
lahir. Orang tua dan masyarakat luas juga
harus memahami langkah-langkah
kesehatan preventif yang tercakup dalam
kegiatan skrining bayi baru lahir.

Salah satu cara termudah untuk memberikan pendidikan dasar kepada orang tua
adalah melalui brosur program atau lembar informasi program yang sederhana.
Informasi yang dimuat harus singkat, informatif ,dalam bahasa yang sederhana dan
menggunakan gambar yang relevan. Pamflet yang dikembangkan harus
mempertimbangkan adanya tingkat melek huruf yang rendah di kalangan pembaca,
Pendidikan Pembuat
 Salah satu tantangan Kebijakan
terbesar yang dihadapi program skrining bayi
baru lahir adalah pendidikan pembuat kebijakan yang memadai dan
tepat.
 Program mengambil peran proaktif dalam menangani pendidikan
pembuat kebijakan.
 Seringkali kecenderungannya adalah memberikan gambar bayi baru
lahir yang sehat sebagai bukti manfaat program, tetapi terkadang lebih
efektif untuk menunjukkan gambar akibat tragis dari tidak adanya
program skrining bayi baru lahir.
 Biaya akan selalu menjadi perhatian pembuat kebijakan dan penting
untuk mempertimbangkannya.
 Saat data percontohan dikembangkan, penting untuk menyimpan
catatan jumlah bayi baru lahir yang dikonfirmasi dengan CH dan
dengan demikian dapat mencegah terjadinya cacat mental.
Penyaringa
n

1Kegiatan
Pengumpulan
 Tenkes berperan dalam memberikan informasi kepada orangtua tentang skrining BBL
sebelum persalinan dan setelah persalinan. Tenkes juga harus mendapatkan spesimen yang
berkualitas baik agar tidak menyebabkan kesalahan hasil.
 Waktu terbaik untuk pengambilan spesimen untuk pengujian CH adalah 72 jam setelah bayi
lahir.
 Jika skrining melibatkan pengujian TSH, pengumpulan spesimen setelah 24 jam bayi lahir
untuk meminimalkan hasil positif palsu yang terjadi karena lonjakan fisiologis TSH selama
jam-jam pertama setelah kelahiran.
 Jika sejumlah besar bayi baru lahir diharapkan untuk diskrining sebelum usia 24 jam, maka
pertimbangan yang kuat harus diberikan untuk menggunakan T4 sebagai tes skrining utama,
karena T4 lebih stabil selama periode ini.
 Tidak ada aturan yang kaku mengenai jangka waktu maksimum setelah spesimen tidak boleh
dikumpulkan, tetapi harus diingat bahwa spesimen yang dikumpulkan terlambat akan
menggagalkan tujuan skrining bayi baru lahir. Untuk alasan ini, sangat disarankan agar
semua bayi yang baru lahir menjalani skrining pada usia tujuh hari.
Trasfer dan Keadaan
Khusus utk
Pengambilan Bayi yang dirujuk dan yang belum diskrining di fasilitas
bersalin, harus diskrining dengan benar di fasilitas kedua.

Jika bayi baru lahir akan menerima transfusi darah, spesimen


yang valid hanya dapat diambil sebelum transfusi. Jika bayi
tidak dapat diskrining sebelum transfusi, spesimen lain harus
dikumpulkan empat bulan setelah transfusi untuk
memastikan bahwa darah bayi (dan bukan darah donor).

Darah yang dikumpulkan dari tumit untuk


skrining bayi baru lahir harus diambil dari
bagian paling medial atau lateral bagian dari
permukaan plantar tumit
2 Pengiriman Spesimen
Transportasi spesimen harus efisien (cepat) dan batching harus dihindari.

3 Pengujian
Pengujian laboratorium memainkan peran kunci dalam proses skrining bayi baru
Laboratorium
lahir, karena hasil pengujian menentukan apakah bayi berisiko atau tidak untuk
kondisi yang diskrining.

4 Pelaporan Hasil
Skrining bayi baru lahir mengidentifikasi pasien pada peningkatan risiko dan menurut
definisi mungkin tidak mendeteksi 100% kasus, terlepas dari protokol skrining. Dokter
harus terus mewaspadai tanda dan gejala dan tidak boleh berpuas diri saat skrining bayi
baru lahir dilakukan.
TERIMAKA
SIH 

Anda mungkin juga menyukai