Anda di halaman 1dari 3

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

SKRINING HIPOTIROID KONGENITAL

A. Pendahuluan
Hipotoriod congenital adalah keadaan menurun atau tidak berfungsinya kelenjar tiroid yang
didapat sejak bayi baru lahir. Hal ini terjadi karena kelainan anatomi atau gangguan metabolisme
pembentukan hormone tiroid atau definisi iodium. Hormone tiroid yaitu tiroksin yang terdiri dari
iodotironium (T3) dan tetraiodotorium (T4), merupakan hormone yang diproduksi oleh kelenjar
tiroid (kelenjar gondok). Pembentukannya memerlukan mikronutrien iodium. Hormon ini berfungsi
untuk mengatur produksi panas tubuh, metabolisme, pembentukan tulang, kerja jantung, saraf
serta pertumbuhan dan perkembangan otak. Dengan demikian hormone ini sangat penting
peranannya pada bayi dan anak yang sedang tumbuh. Kekurangan hormone tiroid pada bayi dan
masa awal kehidupan bias mengakibatkan hambatan pertumbuhan (cebol/stunted) dan retardasi
mental (keterbelakangan mental).
B. Latar Belakang
Deteksi dini kelainan bawaan melalui skrining bayi baru lahir (SBBL) merupakan salah satu upaya
mendapatkan generasi yang lebih baik. Skrining atau uji saring pada bayi baru lahir ( neonatal
skrining) adalah tes yang dilakukan pada saat bayi berumur beberapa hari untuk memlilah bayi
yang menderita kelainan congenital dari bayi yang sehat. Skring bayi baru lahir dapat mendeteksi
adanya gangguan congenital sedini mungkin, sehingga bila ditemukan dapat segera dilakukan
intervensi segera. Pada kasus dengan keterlambatan penemuan dan pengobatan dini, anak akan
menglami keterbelakangan mental dan kemampuan IQ dibawah 70. Hal ini akan berdampak serius
pada masalah social pada anak. Anak tidak mampu beradaptasi di sekolah formal dan menimbulkan
beban gandabagi keluarga dalam pengasuhannya. Dengan demikian deteksi dini sangat penting
dalam mencegah terjadinya keterlambatan pengobatan.
C. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus
Tujuan Umum :
Seluruh bayi baru lahir di Indonesia mendapatkan pelayanan Skring Hipotiroid Kongenital (SHK)
Tujuan Khusus :
a. Meningktkan akses, cakupan serta kualitas pelayanan SHK
b. Tersedianya jejaring laboratorium rujukan untuk Skring Hipotiroid Kongenital (SHK) pada bayi
baru lahir.
D. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
1. Persiapan
a. Persiapan bayi dan keluarga
b. Persetujuan/penolakan
c. Persiapan alat
d. Persiapan diri
2. Pengambilan specimen
a. Waktu
b. Data/identitas bayi
c. Metode dan pengambilan darah
3. Tatalaksana specimen
4. Skrining bayi baru lahir
E. Cara melaksanakan kegiatan
1. Persiapan
a. Persiapan bayi dan keluarga
Memotovasi keluarga, ayah/ibu baru lahir sangat penting. Penjelasan kepada orang tua
tentang skrining pada bayi baru lahir dan keuntungan skrining ini bagi masa depan bayi
akan mendorong orangtua utnuk mau melakukan skring bayinya.
b. Persetujuan/penolakan
 Persetujuan (Inform consent)
Sebelum melakukan tindakan selalu meminta persetujuan disertai tandatangan orang
tua bayi.
 Penolakan (dissent consent/refusal consent)
Bila tindakan pengambilan darah pada BBL ditolak maka orang tua harus
menandatangani formulir penolakan. Hal ini dilakukan agar jika dikemudian hari
didapati bayi yang bersangkutan menderita HK, orang tua tidak akan menuntut atau
menyalahkan tenaga kesehatan.
2. Pengambilan specimen
a. Waktu
Pengambilan specimen darah yang paling ideal adalah ketika umur bayi 48-72 jam.
Sebaiknya darah tidak diambil dalam 24 jam pertama setelah lahir karena pada saat itu
kadar TSH masih tinggi, sehingga akan memberikan sejumlah hasil tinggi/positip palsu
b. Data/identitas bayi
Isi identias bayi dengan lengkap dan benar dalam kertas saring. Data ditulis lengkap dan
dinihari kesalahan menulis data, gunakan huruf Kapital.
c. Merode dan pengambilan darah
Teknik pengambilan darah yang digunakan adalah melalui tumit bayi (heelpick) darah yang
dikeluarkan ditetskan pada kertas saring khusus samapi bulatan kertaspenuh terisi darah,
kemudian setelah kering dikirim ke Laboratorium SHK
d. Tata laksana Spesimen
 Metode pengiriman specimen
Setelah mendapatkan specimen:segera diletakkan di rak pengering dengan posisi
horizontal atau diletakkan diatas permukaan datar yang kering dan tidak menyerap.
Biarkan specimen mongering (warna darah merah gelap) sebaiknya iarkan specimen
diatas rak pengering sebelum dikirim kelaboratorium.
 Pengiriman / transportasi specimen
Setelah kering specimen siap dikirm. Ketika specimen akan dikirm, masukkan ke dalam
kantong palstik zip lock. Satu lembar kertas saring dimasukkan ke dalam satu plastic
dapat juga dengan menyusun kertas saring secara berselang-seling untuk menghindari
agar bercak darah tidak saling bersinggungan atau taruh kertas diantara bercak darah.
Masukan kedalam amplop dan sertakan daftar specimen yang dikirim. Pengiriman tidak
boleh lebih dari 7 hari sejak specimen diambil. Perjalanan pengiriman tidak boleh lebih
dari 3 hari.
F. Saran
Sasaran KIE pada SHK:
1. Ibu/ orang tua / keluarga
2. Masyarakat luas
3. Tenaga kesehatan
4. Pemangku kebijakan

Sasaran yang dilakukan SHK adalah bayi berumur 48-72 jam di wilayah Puskesmas Tete.

G. Jadwal pelaksanaan kegiatan


1. Persiapan pelaksanaan : sosialisasi pelaksanaan SHK Di Puskesmas Tete
a. Hari :
b. Tanggal :
c. Tempat : Aula Puskemas Tete
2. Pengambilan sampel
Tanggal :
Tempat :
H. Moniotirng evaluasi dan pelaporan
Monitoring evaluasi dilakukan setelah melaksanakan kegiatan SHK

I. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan


Pencatatn, pelaporan dan evaluasi kegiatan dilaksanakan setelah kegiatan selesai dilaksanakan
dan dibuat tertulis dan langsung dikirimkan ke Dinas Kesehatan sesuai dengan ketentuan
bahwa pengiriman sampel Ke Dinas tidak bolej lebih dari 7 hari sejak pengambilan.
J. Biaya
Kegiatan ini dibebankan pada anggaran
K. Tata Nilai Puskemas Tete

Anda mungkin juga menyukai