Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Atresia Ani”

Dosen Pembimbing:

Ns.Yossy Utario,M.Kep.,Sp.Kep.An

Disusun Oleh :

Kelompok 7 Tingkat 2

1. Luqmaannul Hakim ( P00320121029 )


2. Nelva Sintia ( P00320121034 )
3. Ranita Safitri ( P00320121041 )
4. Silva Salsabilla ( P00320121048 )

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU

PRODI DIII KEPERAWATAN CURUP

TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah


memberikan kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Atresia Ani
”dengan tepat waktu.

Makalah Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Atresia Ani


disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Anak di
Poltekkes Kemenkes Bengkulu. Selain itu, Kami mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu selaku dosen mata kuliah
keperawatan Anak Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni kami.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Rejang Lebong, Juli


2022

Kelompok
7

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................2

DAFTAR ISI .......................................................................................................3

BAB 1 ( Pendahuluan ) .......................................................................................5

1. Latar Belakang...........................................................................................5
2. Rumusan Masalah.....................................................................................6
3. Tujuan........................................................................................................6
4. Manfaat......................................................................................................6

BAB II ( TINJAUAN TEORI )...........................................................................7

1. Definisi Atresia Ani ..................................................................................7


2. Etiologi Atresia Ani ..................................................................................7
3. Patofisiologi Atresia Ani ..........................................................................8
4. Bagan woc.................................................................................................9
5. Manifestasi Klinis…………………………………………………………9
6. Komplikasi................................................................................................10
7. Klasifikasi .................................................................................................10
8. Pemeriksan Penunjang...............................................................................11
9. Penatalaksanaan Medis..............................................................................11
10. Penatalaksanaan Keperawatan...................................................................11

BAB III (Asuhan Keperawatan Penyakit Atresia Ani)....................................12

1. Pengkajian.................................................................................................12
2. Diagnosa....................................................................................................14
3. Intervensi...................................................................................................15
4. Implementasi.............................................................................................18
5. Evaluasi.....................................................................................................20

BAB IV ( Penutup ).............................................................................................22

3
1. Kesimpulan................................................................................................22
2. Saran..........................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................23

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Atresia ani merupakan kelainan kongenital yang terbanyak pada
daerah anorektal. Insidensinya adalah 1 dari 4000 hingga 5000 kelahiran
hidup. Isidensi pada laki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan
perempuan. Pada laki-laki paling sering didapatkan fistula rektouretra,
sedangkan pada perempuan paling sering didapatkan fistula
rektovestibuler. Sampai sekarang atresia ani masih dalam perdebatan, baik
mengenai klasifikasi maupun penatalaksanaannya.
Beberapa ahli mencoba mengklasifikasikan atresia ani serta
memperkenalkan teknik operasi terbaik. Klasifikasi Wingspread pada
pasien atresia ani, yaitu atresia ani letak tinggi, intermediet, dan rendah
saat ini banyak ditinggalkan karena tidak mempunyai aspek terapetik dan
prognostic Klasifikasi Pena yang membagi atresia ani letak tinggi dan
rendah lebih banyak dipakai karena mempunyai aspek terapi.
Penatalaksanaan atresia ani tergantung klasifikasinya. Pada atresia ani
letak tinggi harus dilakukan kolostomi sebagai tindakan bedah awal untuk
diversi dan dekompresi, pada tahap berikutnya dilakukan anoplasti.
Prosedur abdominoperineal pullthrough yang beberapa waktu lalu
dikembangkan dengan tujuan untuk memudahkan identifikasi dan
melindungi otot levator, saat ini banyak ditinggalkan karena menimbulkan
inkontinensia feses dan prolap mukosa usus Pena dan de Vries pada tahun
1982 memperkenalkan metode dengan pendekatan posterosagittal
anorectoplasty yaitu dengan cara membelah muscle complex dan
parasagittal fibre untuk memudahkan mobilisasi kantong rektum dan
pemotongan fistula. Sejak saat itu posterosagittal anorectoplasty menjadi
metode operasi pilihan para dokter bedah di seluruh dunia, karena hasil
operasi yang baik dan hampir semua bentuk kelainan anorektal dapat
dikerjakan dengan metode operasi pilihan ini.

5
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar Penyakit Atresia Ani Pada Anak ?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Atresia Ani Pada Anak ?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan atresia ani.
2. Untuk Mengetahui etiologi dari atresia ani.
3. Untuk Mengetahui manifestasi klinis yang timbul pada atresia ani
4. Untuk Mengetahui komplikasi yang timbul dari atresia ani.
5. Untuk Memahami patofisiologi dari atresia ani.
6. Untuk Mengetahui penatalaksanaan pada atresia ani.
7. Untuk Mengetahui pemeriksaan penunjang pada atresia ani.
8. Untuk Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada anak
dengan atresia ani

1.4 Manfaat
1. Memberikan konsep dasar Penyakit Atresia Ani
2. Memberikan gambaran konsep dasar asuhan keperawatan pada anak
dengan atresia ani

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Atresia Ani

Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus


imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun
2002).Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi
membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan
pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau
sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak
berhubungan langsung dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001
RSCM).Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak
adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).

Atresia berasal dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, trepis artinya
nutrisi ataumakanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah
keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ
tubular secara kongenital disebut juga clausura. Dengan kata lain tidak
adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran
atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau
terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu.
Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani.
Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain
yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu
memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan
normalnya.

2.2 Etiologi Atresia Ani

Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada


sumber mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anusdari tonjolan

7
embriogenik. Atresia ani dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain:

1 .Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur


sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.

2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12


minggu

3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik di


daerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi
antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.

4. Berkaitan dengan sindrom down (kondisi yang menyebabkan


sekumpulan gejala mental dan fisik khas ini disebabkan oleh kelainan gen
dimana terdapat ekstra salinan kromosom 21)

5. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan.

2.3 Patofisiologi Atresia Ani

Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal


pada kehidupan embrional. Anus dan rektum berkembang dari embrionik
bagian belakang. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi
kloaka yang merupakan bakal genitourinaria dan struktur anorektal.Terjadi
stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal.Terjadi
atresia ani karena tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan
struktur kolonantara 7 dan 10 mingggu dalam perkembangan fetal.
Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sakral dan
abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar
yang keluar melalui anus menyebabkan fekal tidak dapat dikeluarkan
sehingga intestinal mengalami obstruksi.Manifestasi klinis diakibatkan
adanya obstruksi dan adanya fistula.

8
Obstruksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan,
muntah dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel
menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehinggaterjadi asidosis
hiperkloremia, sebaliknya feses mengalir ke arah traktus urinarius
menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk
fistula antara rektum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan
fistula ke vagina (rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki-
laki biasanya letak tinggi, umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau
ke prostate. (rektovesika). Pada letak rendah fistula menujuke uretra
(rektourethralis).

2.4 BAGAN WOC

2.5 Manifestasi Klinis

a. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
b. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
c. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.

9
d. Distensi bertahap dan adanya tanda
tanda obstruksi usus (bila tdk ada fistula).
e. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
f. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
g. Perut kembung. (Betz. Ed 7. 2002)

2.6 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain:

a. Asidosis hiperkloremia. 
b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
d. Komplikasi jangka panjang yaitu eversi mukosa anal, stenosis (akibat 
konstriksi jaringan perut dianastomosis).
e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training
f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi).
g. Prolaps mukosa anorektal.
h.  Fistula (karena ketegangan abdomen, diare, pembedahan dan infeksi)

2.7 Klasifikasi

1) Kelainan Letak Rendah


a. Daerah anus normal
Menutupi anus lengkap
Stenosis ani
b. Daerah perineal
Anus di perineal anterior
Fistula anokutan (menutupi anus tak lengkap)
c. Daerah valvuler
Anus vestibuler
Fistula anovestibuler
Fistula anovalvuler
2) Kelainan Letak Tinggi

10
a. Agenesis Anorektal
Laki-laki tanpa fistula agenesis anorektal
Laki-laki dengan fistula
-Rektouretral
-Rektovesikal
Perempuan tanpa fistula agenesis anorektal
Perempuan dengan fistula
-Rektokloaka
-Rektovaginal
-Rektovesikal
b. Atresia Rekti

11
2.8 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan rectal digital/colok dubur dengan menggunakan selang


atau jari.
b. Jika ada fistula,urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel
epitel mekonium.
c. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan
jarum tersebut sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar
pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm Derek tersebut dianggap defek
tingkat tinggi.
d. Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan udara dalam usus berhenti
tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah tersebut.
e. CT Scan Digunakan untuk menentukan lesi.

2.9 Penatalaksanaan Medis

a. Therapi pembedahan pada bayi baru lahir sesuai dengan keparahan


efek.
b. Pembuatan Kolostomi
c. Perawatan Postoperasi Setelah menjalani operasi.
d. Pemberian cairan parenteral seperti KAEN 3B
e. Pemberian antibiotic seperti cefotaxim dan garamicin
f. Pemberian vitamin C untuk daya tahan tubuh.

2.10 Penatalaksanaan Keperawatan

a. Monitor status hidrasi ( keseimbangan cairan tubuh intake dan output )


dan ukur TTV tiap 3 jam.
b. Lakukan monitor status gizi seperti timbang berat badan, turgor kulit,
bising usus, jumlah asupan parental dan enteral.
c. Lakukan perawatan colostomy, ganti colostomybag bila ada produksi,
jaga kulit tetap kering.
d. Atur posisi tidur bayi kearah letak colostomy.
e. Berikan penjelasan pada keluarga tentang perawatan colostomy

12
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Biodata
a. Identitas Klien
b. Identitas Penanggung Jawab

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Distensi abdomen
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Muntah, perut kembung dan membuncit, tidak bisa buang air besar,
meconium keluar dari vagina atau meconium terdapat dalam urin
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengalami muntah-muntah setelah 24-48 jam pertama kelahiran
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Merupakan kelainan kongenital bukan kelainan/penyakit menurun
sehingga belum tentu dialami oleh angota keluarga yang lain
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Kebersihan lingkungan tidak mempengaruhi kejadian atresia ani

3. Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Klien belum bisa mengungkapkan secara verbal/bahasa tentang apa yang
dirasakan dan apa yang diinginkan
b. Pola aktifitas kesehatan/latihan
Pasien belum bisa melakukan aktifitas apapun secara mandiri karena
masih bayi
c. Pola istirahat/tidur

13
Diperoleh dari keterangan sang ibu bayi atau kelurga yang lain
d. Pola nutrisi metabolik
Klien hanya minum ASI atau susu kaleng
e. Pola eliminasi
Klien tidak dapat buang air besar, dalam urin ada mekonium
f. Pola kognitif perseptual
Klien belum mampu berkomunikasi, berespon, dan berorientasi dengan
baik pada orang lain
g. Pola konsep diri
1) Identitas diri : belum bisa dikaji
2) Ideal diri : belum bisa dikaji
3) Gambaran diri : belum bisa dikaji
4) Peran diri : belum bisa dikaji
5) Harga diri : belum bisa dikaji
h. Pola seksual Reproduksi
Klien masih bayi dan belum menikah
i. Pola nilai dan kepercayaan
Belum bisa dikaji karena klien belum mengerti tentang kepercayaan
j. Pola peran hubungan
Belum bisa dikaji karena klien belum mampu berinteraksi dengan orang
lain secara mandiri
k. Pola koping
Belum bisa dikaji karena klien masih bayi dan belum mampu berespon
terhadap adanya suatu masalah

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Klien lemah
b. Tanda-tanda vital
 Nadi : 120 – 140 kali per menit
 Tekanan darah : normal

14
 Suhu : 36,5ºC – 37,6ºC
 Pernafasan : 30 – 40 kali per menit
 BB : > 2500 gram
 PB : normal
c. Data sistematik
1) Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah normal
Denyut nadi normal (120 – 140 kali per menit )
2) Sistem respirasi dan pernafasan
Klien tidak mengalami gangguan pernapasan
3) Sistem gastrointestinal
Klien mengalami muntah-muntah, perut kembung dan membuncit
4) Sistem musculosceletal
Klien tidak mengalami gangguan sistem muskuloskeletal
5) Sistem integumen
Klien tidak mengalami gangguan sistem integumen
6) Sistem perkemihan
Terdapat mekonium di dalam urin.
3.2 Diagnosa Keperawatan

a. Dx Pre Operasi
 Resiko Konstipasi berhubungan dengan aganglionik
 Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
menurunnya intake,muntah
 Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit dan prosedur keperawatan
b. Dx Post Operasi
 Gangguan Rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma saraf
jaringan.
 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi
 Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan

15
 Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan dirumah.

3.3 Intervensi Keperawatan

a. Diagnosa Pre Operasi

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


o
1. Resiko setelah 1. Lakukan 1. Evaluasi bowel
Konstipasi dilakukan enerma meningkatkan
berhubunga tindakan atau kenyaman pada
n dengan keperawatan irigasi anak
aganglionik selama 1 x 24 rectal 2. Menyakinkan
jam klien sesuai berfungsinya
mampu order. usus
mempertahan 2. Kaji 3. Pengukuran
kan pola bising lingkar
eliminasi usus dan abdomen
BAB Dengan abdomen membantu
Teratur KH : setiap 4 mendeteksi
Penurunan jam terjadi distensi
distensi 3. Ukur
abdomen lingkar
meningkatkan abdomen
kenyamanan
2. Risiko setelah 1.Monitor 1. Dapat
kekurangan dilakukan output cairan mengidentifikasi

volume tindakan 2. Lakukan status cairan klien

pemasangan infus 2. Mencegah


cairan keperawatan
berhubunga selama 1 x 24 dan berikan cairan dehidrasi
IV 3. Mengetahui
n dengan jam.klien dapat
3. Observasi TTV kehilangan cairan
menurunny mempertahank
melalui suhu tubuh

16
a an 4.Monitor status yang tinggi
intake,munt keseimbangan hidrasi 4. Mengetahui tanda-

ah cairan (kelembaban tanda dehidrasi


KH: Output membran mukosa,
urin nadi adekuat,
1-2 takanan darah
ml/kg/jam, ortostatik)
capill
ary refill 3-5
detik, trgor
kulit
baik,
membrane
mukosa lembab
3. Cemas setelah 1.jelaskan 1. Agar orang tua mengerti
orang tua dilakukan dengan kondisi klien

berhubunga tindakan dimengerti 2. Pengetahuan tersebut


tentang diharapkan dapat membantu
n dengan keperawatan
anatomi dan Menurunkan kecemasan
kurang selama 1 x 24
fisiologi saluran 3. Membantu mengurangi
pengetahua jam.Kecemasa
pencernaan kecemasan klien
n tentang n orang tua
normal.
penyakit dapat
2. Gunakan alat,
dan berkurang
media dan gambar
KH: Klien
prosedur Beri jadwal studi
tidak
keperawata diagnosa pada
Lemas
n orang tua
3. Beri informasi
pada orang tua
tentang operasi

b) Diagnosa Post Operasi

17
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan Setelah dilakukan 1. Hindari 1. Mencegah
integritas kulit tindakan keperawatan kerutan pada perlukaan pada

berhubungan selama 1 x 24 jam tempat tidur kulit


diharapkan integritas kulit 2. Jaga 2. Menjaga
dengan
dapat dikontrol. kebersihan kulit ketahanan kulit
kolostomi
KH: - temperature agar tetap 3. Mengetahui
jaringan dalam batas bersih dan adanya tanda
normal,sensasi dalam kering kerusakan
batas normal,elastisitas 3. Monitor kulit jaringan kulit
dalam batas akan adanya 4. Menjaga
normal,hidrasi dalam kemerahan kelembapan
batas normal pigmentasi 4. Oleskan kulit
dalam batas normal lotion/baby oil 5. Menjaga
perfusi jaringan baik pada daerah Adekuatan
yang tertekan nutrisi guna
5. monitor penyembuhan
status nutrisi luka
klien

2. Risiko Infeksi Setelah dilakukan 1.monitor 1. mengetahui


b/d prosedur tindakan tanda dan tanda infeksi

pembedahan Diharapkan klien bebas gejala infeksi lebih dini


dari tanda- tanda infeksi 2. menghindari
sistemik dan
KH : bebas dari tanda dan kontaminasi
local.
gejala infeksi dari pengunjung
2. batasi
3. mencegah
pengunjung
penyebab infeks
3. Pertahankan
4. mengetahui
teknik cairan
kebersihan luka
asepsis pada
dan tanda
klien yang
infeksi
beresiko
5. Gejala
4. Inspeksi
infeksi dapat di

18
kondisi deteksi lebih
luka/insisi dini
bedah 6. Gejala
5. Ajarkan infeksi dapat
keluarga klien segera teratasi
tentang tanda
dan gejala
infeksi
6. Laporkan
kecurigaan
infeksi

3.4 Implementasi Keperawatan


a. Diagnosa Pre Operasi

Tgl Jam Diagnosa Implementasi TTD


Resiko Konstipasi 1. Enema atau irigasi rectal
berhubungan sesuai order
dengan 2. Mengauskultasikan bising
aganglionik usus dan abdomen
3. Mengukur lingkar abdomen
Resiko 1. Memonitor intake-output
kekurangan cairan
volume cairan 2. Memasang infus
berhubungan 3. Mengobeservasi TTV
dengan 4. Memonitorkan status
menurunnya dehidrasi ( Kelembapan
intake ,muntah membrane mukosa ,nadi
adekuat,tekanan darah
ortostatik)
Cemas orang tua 1. Menjelaskan dengan istilah

19
berhubungan yang dimengeri tentang
dengan kurang anatomi dan fisiologi
pengetahuan saluran pencernaan normal.
tentang penyakit 2. Menggunakan alat,media
dan prosedur dan gambar
keperawatan 3. Memberi jadwal studi
diagnose pada orang tua
4. Memberikan informasi pada
orang tua tentang operasi
kolostomi

b. Diagnosa Post Operasi

Tgl Jam Diagnosa Implementasi TTD


Gangguan 1.Menghindarikan kerutan pada
integritas kulit tempat tidur.
berhubungan 2. Menjaga kebersihan kulit agar
dengan kolostomi tetap bersih dan kering
3.Memonitor kulit akan adanya
kemerahan
4.Mengoleskan lotion/baby oil
pada daerah yang tertekan.
5.Memonitor status nutrisi klien
Risiko Infeksi b/d 1.Memonitor tanda dan gejala
prosedur infeksi sistematik dan local
pembedahan 2.Membatasi pengunjung
3. Mempertahankan teknik cairan
asepsis pada klien yg beresiko
4. Menginspeksi kondisi luka/insisi
bedah
5.Mengajarkan keluarga klien

20
tentang tanda dan gejala infeksi
6. Melaporkan kecurigaan infeksi

3.4 Evaluasi

Menurut Nursalam (2016), Evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis


yaitu :

1. Evaluasi formatif

Evaluasi formatif disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan


sampai dengan tujuan tercapai. Pada evaluasi formatif penulis menilai klien
mengenai perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah dilakukan tindakan

2. Evaluasi sumatif

Evaluasi sumatif disebut juga evaluasi aktif dimana dalam metode evaluasi
ini menggunakan SOAP (Subjektif, objektif, assement, Perencaan).

Teknik pelaksanaan SOAP :

S (Subjektif) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien


setelah tindakan diberikan

O (Objektif) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,


penilain, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan

A (Assement) adalah membandingkan antar informasi subjektif dan


objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa
masalah belum teratasi, teratasi sebagian dan masalah teratasi.

P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan


berdasarkan hasil analisa.

21
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Atresia Ani adalah kelainan bawaan yang harus segera ditangani


dan sesungguhnya dapat dicegah oleh ibu hamil dan dapat dibati dengan
penanganan yang serius dan sesuai prosedur. Atresia ani biasanya jelas
sehingga diagnosis sering dapat ditegakkan setelah bayi lahir dengan
melakukan inspeksi secar tepat dan cermat pada daerah perineum.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
khususnya bagi mahasiswa/I Poltekkes Kemenkes Bengkulu Kampus B
Curup dapat memahami asuhan keperawatan anak pada penyakit atresia
ani.

22
DAFTAR PUSTAKA

PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. (Edisi 1). Jakarta : DPP


PPNI

PPNI.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. (Edisi 1) Jakarta : DPP PPNI

PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Edisi 1).Jakarta : DPP


PPNI

https://repository.unri.ac.id/bitstream/handle/123456789/767/bab11.PDF

https://www.scribd.com/doc/170415983/Makalah-Atresia-Ani-1

23

Anda mungkin juga menyukai