Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK II

ATRESIA ANI

Disusun oleh Kelompok 6 :

Nama Nim

1. Cici Alisa : 616080717009


2. Desri Helmi : 616080717011
3. Febri Susanti : 616080717019

Dosen Pembimbing :
Ns. Trisya Yona, M.Kep

PRODI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKes MITRA BUNDA PERSADA BATAM
T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang atresia ani.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembetikauatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah tentang atresia ani dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Batam, 03 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan ......................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi ......................................................................................................4
2.2 Etiologi dari atresia ani ............................................................................4
2.3 Anatomi dan fisiologi atresia ani ............................................................6
2.4 Patofisiologi atresia ani ..........................................................................9
2.5 pathway .......................................................................................................... 10
2.6 Klasifikasi atresia ani ............................................................................11
2.7 Manifestasi klinis atresia ani ................................................................11
2.8 Komplikasi atresia ani ..........................................................................11
2.9 Pemeriksaan penunnjang atresia ani .....................................................11
2.10 Penatalaksanaan atresia ani ..................................................................14
2.11 Pengkajian atresia ani ...........................................................................15
2.12 Diagnosa atresia ani ..............................................................................17
2.13 Intervensi atresia ani ............................................................................17
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Narasi kasus .................................................................................................... 33
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 4
4.2 Saran .................................................................................................................. 4
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Atresia ani atau anus imperporata adalah malformasi congenital
dimana rectum tidak mempunyai lubang ke luar (Wong,2004). Sebagian
besar prognosis atresia ani biasanya baik bila didukung perawatan yang tepat
dan juga tergantung kelainaan letak anatomi saat lahir. Atresia ani bila tidak
segera ditangani maka dapat terjadi komplikasi seperti obstruksi intestinal,
konstipasi dan inkontinensia feses. Kehidupan masyarakat perkotaan erat
kaitannya dengan kepadatan penduduk, dan polusi udara. Sulitnya mencari
pekerjaan untuk kaum urban berpendidikan rendah, membuat banyak kaum
urban berada pada tingkat ekonomi menengah ke bawah. Tinggal di
pemukiman padat dan kumuh dengan polusi udara dan pola konsumsi nutrisi
yang mungkin kurang baik.
Rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi sangat
memungkinkan terbatasnya keluarga dengan ibu hamil terpapar dengan
informasi kesehatan tentang nutrisi kehamilan Nutrisi yang dikonsumsi ibu
selama kehamilan dipercaya dapat mempengaruhi perkembangan janin.
Polusi udara dari asap rokok/nikotin dikaitkan dengan retardasi pertumbuhan
janin dan peningkatan mortalitas dan morbiditas bayi dan perinatal (Bobak,
2005). Atresia ani merupakan salah kelainan kongenital yang dapat
dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan atau keduanya. Atresia
ani terjadi pada 1 dari setiap 4000-5000 kelainan hidup.
Secara umum atresia ani lebih banyak ditemukan pada laki-laki
daripada perempuan. Fistula rektouretra merupakan kelainan yang paling
banyak ditemuai pada bayi laki-laki, diikuti oleh fistula perineal. Sedangkan
pada bayi perempuan jenis atresia ani yang paling banyak ditemukan adalah
atresia ani diikuti fistula rektovestibular dan fistula perineal (Oldham
K,2005). Angka kejadian kasus atresia ani di RSUP fatmawati selama kurun
waktu 3 bulan dari Januari sampai Maret 2013 ada sekitar 14 kasus dari 100

1
klien yang dirawat di gedung Teratai lantai III Utara. Dari 14 kasus atresia ani
tersebut sekitar 7 kasus dirawat untuk tutup kolostomi. Atresia ani letak tinggi
memerlukan penatalaksanaan operasi bertahap yaitu pembuatan kolostomi,
pembuatan saluran anus/PSARP (posterior sagital anorectoplasty), dan yang
terakhir tutup kolostomi.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang menjadi latar belakang makalah ini adalah
1. Apa Pengertian atresia ani ?
2. Apa etiologi dari atresia ani ?
3. Apa anatomi dan fisiologi atresia ani ?
4. Apa patofisiologi atresia ani ?
5. Apa pathway atresia ani ?
6. Apa klasifikasi atresia ani ?
7. Apa manifestasi klinis atresia ani ?
8. Apa komplikasi atresia ani ?
9. Apa pemeriksaan penunnjang atresia ani ?
10. Apa penatalaksanaan atresia ani ?
11. Apa pengkajian atresia ani ?
12. Apa diagnosa atresia ani ?
13. Apa intervensi atresia ani ?
14. Apa asuhan keperawatan atresia ani ?

1.3 Tujuaan

Berdasarkan tujuan diatas, yang akan menjadi fokus pembahasan adalah:

1. Mengetahui pengertian atresia ani


2. Mengetahui etiologi atresia ani
3. Mengetahui anatomi dan fisiologi atresia anai
4. Mengetahui patofisiologi atresia ani
5. Mengetahui pathway atresia ani
6. Mengetahui klasifikasi atresia ani
7. Mengetahui manifestasi klinik atresia ani

2
8. Mengetahui komplikasi atresia ani
9. Mengetahui pemeriksaan penunnjang atresia ani
10. Mengetahui penatalaksanaan atresia ani
11. Mengetahui pengkajian atresia ani
12. Menegetahui diagnosa atresia ani
13. Mengetahui intervensi atresia ani
14. Mengetahu asuhan keperawatan atresia ani

3
BAB II

KONSEP TEORITIS

2.1 Definisi
Istilah atresia ani berasal dari bahasa yunani yaitu “a” yang artinya tidak
ada dan trepsis yang berarti makanan dan nutrisi. Dalam istilah kedokteran,
atresia ani adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang yang
normal.
Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanyalubang
atau saluran anus (Donna, 2003). Atresia ani disebut juga anorektal anomali
atau imperforata anus. Merupakan kelainan kongenital dimana terjadi
perkembangan abnormal pada anorektal di saluran gastrointestinal. Atresia ani
atau anus imperporata adalah malformasi congenital dimana rectum tidak
mempunyai lubang ke luar (Wong,2004).
Atresia ani / Atresia rekti adalah ketiadaan atau tertutupnya rectal secara
kongenital (Dorland, 1998). Atresia ani adalah kelainan kongenital yang
dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rektum atau keduanya (Betz.
Ed 3 tahun 2002). Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak
adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).
penulis menyimpulkan bahwa, atresia ani adalah kelainan kongenital
dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feses karena
terjadi gangguan pemisahan kloaka yang ter!adi saat kehamilan.

2.2 Etiologi
Penyebab kelainan ini belum diketahui secara pasti. Dalam beberapa
kasus, atresia ani kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan (seperti peggunaan obat-obatan dan konsumsi alkohol selama
masa kehamilan) namun hal ini masih belum jelas (Bobak, 2005). Kelainan
genetik atau bawaan (autosomal) anus disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan, fusi dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Pada
minggu kelima sampai ketujuh pada usia kehamilan, terjadi gangguan

4
pemisahan kloaka menjadi rektum dan sinus urogenital, biasanya karena
gangguan perkembangan septum urogenital.
Ada beberapa factor penyebab terjadinya atresia ani adalah:
1 Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi
lahir tanpa lubang dubur
2 Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3
bulan
3 Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah
usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara
minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
4 kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan
pembentukan anus dari tonjolan embriogenik Atresia ani dapat terjadi
disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir seperti:
a) Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi abnormalitas pada vertebral,
anal, jantung, trachea, esofahus, ginjal dan kelenjar limfe)
b) Kelainan sistem pencernaan.
c) Kelainan sistem pekemihan.
d) Kelainan tulang belakang
Menurut peneletian beberapa ahli masih jarang terjadi bahwa gen autosomal
resesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua yang mempunyai gen
carrier penyakit ini mempunyai peluang sekitar 25% untuk diturunkan pada
anaknya saat kehamilan. 30% anak yang mempunyai sindrom genetic,
kelainan kromosom atau kelainan congenital lain juga beresiko untuk
menderita atresia ani. Sedangkan kelainan bawaan rectum terjadi karena
gangguan pemisahan kloaka menjadi rectum dan sinus urogenital sehingga
biasanya disertai dengan gangguan perkembangan septum urorektal yang
memisahkannya.

5
2.1Anatomi dan fisiologi
a) Mulut
Proses pencernaan dimulai di mulut,
di mana pencernaan kimia dan mekanik
terjadi. Di dalam mulut terdapat organ
aksesori yang membantu pencernaan
makanan, yaitu lidah, gigi, dan kelenjar air
liur. Mulut berfungsi untuk mengunyah
makanan menjadi lebih halus dan lunak agar
lebih mudah untuk ditelan dan dicerna. Gigi
memotong makanan menjadi potongan-
potongan kecil, yang dibasahi oleh air liur
sebelum lidah dan otot-otot lain mendorong
makanan ke dalam faring (Pharynx) dan
melewatkannya ke dalam kerongkongan
(esophagus). Bagian luar lidah mengandung banyak papilla kasar untuk
mencengkeram makanan karena digerakkan oleh otot lidah. Sementara, air
liur yang diproduksi oleh kelenjar air liur (terletak di bawah lidah dan
dekat rahang bawah), dilepaskan ke dalam mulut. Air liur mulai memecah
makanan, melembapkannya dan membuatnya lebih mudah untuk ditelan.
Air liur mulai memecah karbohidrat dengan bantun enzim yang
dihasilkannya, yaitu enzim amilase. Gerakan oleh lidah dan mulut
mendorong makanan ke bagian belakang tenggorokan untuk
menelannya. Klep (epiglotis) menutup di atas batang tenggorokan
(trachea) untuk memastikan bahwa makanan masuk ke kerongkongan dan
bukan saluran udara. Hal ini untuk mencegah tersedak saat menelan
makanan.
b) Kerongkongan (esophagus)
Esofagus (kerongkongan) adalah saluran penghubung antara mulut
dengan lambung, yang letaknya di antara tenggorokan dan lambung.
Kerongkongan sebagai jalan untuk makanan yang telah dikunyah dari
mulut menuju lambung. Otot kerongkongan dapat berkontrasksi sehingga

6
mendorong makanan masuk ke dalam lambung. Gerakan ini disebut
dengan gerak peristaltik. Pada ujung kerongkongan terdapat sfingter
(cincin otot), yang memungkinkan makanan untuk masuk ke lambung dan
kemudian menutupnya untuk mencegah makanan dan cairan naik kembali
ke kerongkongan.
c) Lambung
Lambung adalah organ berbentuk huruf “J”, yang ukurannya
sekitar dua kepalan tangan. Lambung terletak di antara esofagus dan usus
halus di perut bagian atas. Lambung memiliki tiga fungsi utama dalam
sistem pencernaan, yaitu untuk menyimpan makanan dan cairan yang
tertelan; untuk mencampur makanan dan cairan pencernaan yang
diproduksinya, dan perlahan-lahan mengosongkan isinya ke dalam usus
kecil. Hanya beberapa zat, seperti air dan alkohol, yang dapat diserap
langsung dari lambung. Zat-zat makanan lainnya harus menjalani proses
pencernaan lambung. Dinding otot perut yang kuat mencampur dan
mengocok makanan dengan asam dan enzim, memecahnya menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil. Makanan diolah menjadi bentuk semi
padat yang disebut chyme. Setelah makan, chyme perlahan dilepaskan
sedikit demi sedikit melalui pyloric sphincter, sebuah cincin otot antara
lambung dan bagian pertama dari usus halus yang disebut duodenum (usus
12 jari). Sebagian besar makanan meninggalkan perut hingga empat jam
setelah makan.
d) Usus halus
Usus halus berbentuk tabung tipis sekitar satu inci dengan panjang sekitar
10 meter. Usus halus terletak hanya lebih rendah daripada lambung dan
memakan sebagian besar ruang di rongga perut. Seluruh usus halus
digulung seperti selang dan permukaan bagian dalamnya penuh dengan
banyak tonjolan dan lipatan. Lipatan ini digunakan untuk memaksimalkan
pencernaan makanan dan penyerapan nutrisi. Pada saat makanan
meninggalkan usus halus, sekitar 90 persen dari semua nutrisi telah
diekstraksi dari makanan yang masuk ke dalamnya. Usus halus terdiri dari
tiga bagian, yaitu duodenum (usus 12 jari), jejunum (bagian tengah

7
melingkar), dan ileum (bagian terakhir). Usus halus memiliki dua
fungsi penting, yaitu:
 Proses pencernaan selesai di sini oleh enzim dan zat lain yang dibuat
oleh sel usus, pankreas, dan hati. Kelenjar di dinding usus
mengeluarkan enzim yang memecah pati dan gula. Pankreas
mengeluarkan enzim ke dalam usus kecil yang membantu pemecahan
karbohidrat, lemak, dan protein. Hati menghasilkan empedu, yang
disimpan di kantong empedu. Empedu membantu membuat molekul
lemak dapat larut, sehingga dapat diserap oleh tubuh.
 Usus halus menyerap nutrisi dari proses pencernaan. Dinding bagian
dalam dari usus kecil ditutupi oleh jutaan villi dan mikrovilli.
Kombinasi keduanya meningkatkan luas permukaan usus halus
secara besar-besaran, memungkinkan penyerapan nutrisi terjadi.
e) Usus besar
Usus besar membentuk huruf “U” terbalik di atas usus halus yang
digulung. Ini dimulai di sisi kanan bawah tubuh dan berakhir di sisi kiri
bawah. Usus besar berukuran sekitar 5-6 meter, yang memiliki tiga bagian,
yaitu sekum (cecum), kolon dan rektum (rectum). Sekum adalah kantung
di awal usus besar. Area ini memungkinkan makanan lewat dari usus halus
ke usus besar. Kolon adalah tempat cairan dan garam diserap dan
memanjang dari sekum ke rektum. Bagian terakhir dari usus besar adalah
rektum, yang mana kotoran (bahan limbah) disimpan sebelum
meninggalkan tubuh melalui anus. Fungsi utama dari usus besar adalah
membuang air dan garam (elektrolit) dari bahan yang tidak tercerna dan
membentuk limbah padat yang dapat dikeluarkan. Bakteri di usus besar
membantu memecah bahan yang tidak tercerna. Sisa isi usus besar
dipindahkan ke arah rektum, di mana feses disimpan sampai meninggalkan
tubuh melalui anus.

8
2.2Patofisiologi
Pada usia gestasi minggu ke-5, kloaka berkembang menjadi saluran
urinari, genital dan rektum. Usia gestasi minggu ke-6, septum urorektal
membagi kloaka menjadi sinus urogenital anterior dan intestinal posterior.
Usia gestasi minggu ke-7, terjadi pemisahan segmen rektal dan urinari secara
sempurna. Pada usia gestasi minggu ke-9, bagian urogenital sudah
mempunyai lubang eksterna dan bagian anus tertutup oleh membrane. Atresia
ani muncul ketika terdapat gangguan pada proses tersebut. Selama pergerakan
usus, mekonium melewati usus besar ke rektum dan kemudian menuju anus.
Persarafan di anal kanal membantu sensasi keinginan untuk buang air besar
(BAB) dan juga menstimulasi aktivitas otot. Otot tersebut membantu
mengontrol pengeluaran feses saat buang air. Pada bayi dengan malformasi
anorektal (atresia ani) terjadi beberapa kondisi abnormal sebagai berikut:
lubang anus sempit atau salah letak di depan tempat semestinya, terdapat
membrane pada saat pembukaan anal, rectum tidak terhubung dengan anus,
rectum terhubung dengan saluran kemih atau sistem reproduksi melalui
fistula, dan tidak terdapat pembukaan anus.

9
2.3 Pathway

- ==Gangguan pertumbuhan Vistel rektolvagianl


Atresia ani
- Fusi
- Pembentukan anus dari
tonjolan embrionik Feses masuk ke uretre
Feses tidak keluar

Kelainan kongenital Feses menumpuk Mikroorganisme masuk ke


saluran kemih

Dysuria
Reabrsorbsi sisa Penigkatan tekanan
metabolisme oleh tubuh intraabdominal

Gangguan rasa nyaman


keracunan

Gangguan elimnasi urine


Mual dan muntah nyeri

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

Ansietas Perubahan defekasi :

- Pengeluaran tak
Resiko kerusakan terkontrol
integritas kulit - Iritasi mukosa

Abnor malitas spingter Trauma jaringan


Nyeri gangguan rasa rektal
nyaman
Perawatan tidak adekuat
Inkontinensia defekasi

Resiko infeksi

10
2.4 Klasifikasi
1. Kelainan Rendah (Low Anomaly/Kelainan Translevator), ciri-cirinya
adalah rektum turun sampai ke otot puborektal, spingter ani eksternal dan
internal berkembang sempurna dengan fungsi yang normal, rektum
menembus muskulus levator ani sehingga jarak kulit dan rektum paling
jauh 2 cm. Tipe dari kelainan rendah antara lain adalah anal stenosis,
imperforata membrane anal, dan fistula ( untuk laki-laki fistula ke
perineum, skrotum atau permukaan penis, dan untuk perempuan anterior
ektopik anus atau anocutaneus fistula merupakan fistula ke perineal,
vestibular atau vaginal).
2. Kelainan Intermediet/Menengah (Intermediate Anomaly), ciri-cirinya
adalah ujung rektum mencapai tingkat muskulus Levator ani tetapi tidak
menembusnya, rektum turun melewati otot puborektal sampai 1 cm atau
tepat di otot puborektal, ada lesung anal dan sfingter eksternal. Tipe
kelainan intermediet antara lain, untuk laki-laki bisa
rektobulbar/rektouretral fistula yaitu fistula kecil dari kantong rektal ke
bulbar), dan anal agenesis tanpa fistula. Sedangkan untuk perempuan bisa
rektovagional fistula, analgenesis tanpa fistula, dan rektovestibular fistula.
3. Kelainan Tinggi (High Anomaly/Kelainan Supralevator). Kelainan tinggi
mempunyai beberapa tipe antara lain: laki-laki ada anorektal agenesis,
rektouretral fistula yaitu rektum buntu tidak ada hubungan dengan saluran
urinary, fistula ke prostatic uretra. Rektum berakhir diatas muskulus
puborektal dan muskulus levator ani, tidak ada sfingter internal.
Perempuan ada anorektal agenesis dengan fistula vaginal tinggi, yaitu
fistula antara rectum dan vagina posterior. Pada laki dan perempuan
biasanya rectal atresia.

Klasifikasi Berdasarkan Wingspread

Kelompok Kelainan Tindakan


I Laki-laki :Fistel urin, atresia rektum, Kolostomi neonatus;
perineum datar, fistel tidak ada, operasi
invertogram:udara >1 cm dari kulit definitif pada usia 4-6
bulan
Perempuan :Kloaka, fistel vagina, fistel

11
anovestibular/ rektovestibular, atresia
rektum, fistel tidak ada,
Kolostomi neonatus
invertogram:udara >1 cm dari kulit
II Laki-laki :Fistel perineum, membran Operasi langsung pada
anal, stenosis anus, fistel tidak ada, neonatus
invertogram:udara <1 cm dari kulit

Perempuan :Fistel perineum, stenosis Operasi langsung pada


anus, fistel tidak ada, invertogram:udara neonatus
<1 cm dari kulit

2.5 Manifestasi Klinik


Manifestasi klinik pada klien dengan atresia ani antara lain mekonium
tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran atau keluar melalui
saluran urin, vagina atau fistula. Pada bayi baru lahir tidak dapat dilakukan
pengukuran sehu secara fekal. Distensi abdomen dapat terjadi bertahap dalam
8-24 jam pertama. Pemeriksaan fisik ditemukan adanya tanda-tanda obstruksi
usus dan adanya konstipasi. Muntah pada bayi umur 24048 jam atau bila bayi
diberi makan juga perlu diperhatikan. Pembukaan anal terbatas atau adanya
misplaced pembukaan anal. Lebih dari 50% klien dengan atresia ani
mempunyai kelainan congenital lain.

2.6 Komplikasi
Komplikasi jangka pendek yang dapat terjadi pada klien atresia ani adalah
asidosis hiperkloremi, infeksi saluran kemih yang berkepanjangan, dan
kerusakan uretra. Komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi antara lain
eversi mukosa anal, stenosis, infaksi dan kostipasi, masalah toilet training,
prolaps mukosa anorectal, dan fistula kambuhan. Komplikasi lainnya antara
lain obstruksi intestinal dan inkontinensia bowel.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang
umum dilakukan pada gangguan ini. Pemeriksaan fisik rectum kepatenan
rectal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau jari.
b. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel
mekonium.

12
c. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat
menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu
pada mekonium yang mencegah udara sampai keujung kantong rectal.
d. Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.
Ultrasound terhadap abdomen Digunakan untuk melihat fungsi organ
internal terutama dalam system pencernaan dan mencari adanya faktor
reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.
e. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum
tersebut sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat
jarum sudah masuk 1,5 cm Derek tersebut dianggap defek tingkat tinggi.

Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan


a. Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di
daerah tersebut
b. Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir
dan gambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus
impoefartus, pada bayi dengan anus impoefartus. Udara berhenti tiba-
tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum.
c. Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala
dibawah dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga
pada foto daerah antara benda radio-opak dengan dengan bayangan
udara tertinggi dapat diukur.
d. Sinar X terhadap abdomen dilakukan untuk menentukan kejelasan
keseluruhan bowel dan untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung
rectum dari sfingternya.
e. Ultrasound terhadap abdomen digunakan untuk melihat fungsi organ
internal terutama dalam system pencernaan dan mencari adanya faktor
reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.
f. CT Scan digunakan untuk menentukan lesi.
g. Pyelografi intra vena digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
h. Pemeriksaan fisik rectum kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur
dengan menggunakan selang atau jari.

13
i. Rontgenogram abdomen dan pelvis juga bisa digunakan untuk
mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan traktus
urinarius.

2.8 Penatalaksanaan Atresia Ani


a. Pembedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan
keparahan kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur
pengobatannya. Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa lahir,
kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur
penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan.
Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk
memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk
berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah
berat badan dan bertambah baik status nutrisnya. Gangguan ringan diatas
dengan menarik kantong rectal melalui afingter sampai lubang pada kulit
anal fistula, bila ada harus tutup kelainan membranosa hanya memerlukan
tindakan pembedahan yang minimal membran tersebut dilubangi degan
hemostratau skapel.
b. Pengobatan
1) Aksisi membran anal (membuat anus buatan)\
2) Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3
bulan dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen) (Staf
Pengajar FKUI. 205 berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan
pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis
untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini
juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badan dan
bertambah baik status nutrisnya. Gangguan ringan diatas dengan
menarik kantong rectal melalui afingter sampai lubang pada kulit anal
fistula, bila ada harus tutup kelainan membranosa hanya memerlukan
tindakan pembedahan yang minimal membran tersebut dilubangi
degan hemostratau skapel.

14
Dari berbagai klarifikasi,penatalaksanaannya berbeda tergantung
pada letak ketinggian akhiran rektum dan ada tidaknya
fistula.Leape(1987)menganjurkan:
1. Atresia ani letak tinggi dan intermediet dilakukan sigmoid
kolostomi atau TCD dahulu,setelah 6-12 bulan baru
dikerjakan tindakan definitif(PSARP)
2. Atresia ani letak rendah dilakukan perineal anoplasti,dimana
sebelumnya dilakukan tes provokasi dengan stimulator otot
untuk identifikasi batas otot sfingter ani ekternus.
3. Bila terdapat fistula dilakukan cut back incicion.
4. Pada stenosis ani cukup dilakukan dilatasi rutin,berbeda
dengan pena dimana dikerjakan minimal PSARP tanpa
kolostomi.

2.9 Pengkajian Atresia Ani


Menurut Gordon data dapat dikelompokkan menjadi 11 konsep yang
meliputi:
a. Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan Mengkaji kemampuan
pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di rumah
b. Pola nutrisi – Metabolik Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umu
terjadi pada pasien dengan atresia ani post kolostomi. Keinginan pasien
untuk makan mungkin terganggu oleh mual dan munta dampak dari
anestesi.
c. Pola Eliminasi - Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit
dan paru maka tubuh dibersihkan dari bahan - bahan yang melebihi
kebutuhan dan dari produk buangan. Oleh karena pada atresia ani tidak
terdapatnya lubang pada anus, sehingga pasien akan mengalami kesulitan
dalam defekasi (Whaley & Wong,1996).
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menhindari kelemahan otot.
e. Pola Persepsi Kognitif

15
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya
ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
f. Pola Tidur dan Istirahat
Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri pada
luka inisisi
g. Konsep Diri dan Persepsi Diri
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body
comfort. Terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak luka
jahitan operasi (Doenges,1993)
h. Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah
sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran (Doenges,1993).

i. Pola Reproduktif dan Sexual


Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagi alat reproduksi
(Doenges,1993).
j. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi
Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah
(Doenges,1993).

k. Pola Keyakinan dan Nilai


Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama
yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini
diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap
klien dalam upaya pelaksanaan ibadah (Mediana,1998).
l. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah
anus tampak merah, usus melebar, kadang – kadang tampak ileus
obstruksi, termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh
jaringan, pada auskultasi terdengan hiperperistaltik, tanpa mekonium

16
dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina (Whaley &
Wong,1999).

2.10. Masalah yang lazim muncul


1) Gangguan eliminasi urine b.d obstruksi abdotomic, disuria
2) Nyeri akut b.d trauma jaringan
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan mencerna makanan
4) Kerusakan integritas kulit b.d kolostomi
5) Gangguan rasa nyaman b.d gejalan terkait penyakit, vistel
retrovaginal, dysuria,trauma jaringan post operasi
6) resiko infeksi b.d perawatan tidak adekuat , trauma jaringan post
perasi
7) ansietas b.d pembedahan, dan mempunyai anak yang tidak sempurna

2.11. Intervensi

NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1. Gangguan eliminasi urin NOC NIC
 Urinary elimination Urinary retention care
Definisi: disfungsi pada
 Urinary contiunence - Lakukan penilaian
eliminasi urine Kriteria hasil: kemih yang
 Kandung kemih komprehensif berfokus
Batasan karakteristik:
kosong secara penuh pada
 Disuria  Tidak ada residu inkontinensia(misalnya
urine>100-200cc ,output urin,pola
 Sering berkemih  Intake cairan dalam masalah kencing
 Anyang-anyangan rentang normal praeksisten)
 Bebas dari ISK - Memantau penggunaan
 Inkontinensia  Balance cairan obat dengan sifat
 Nokturia seimbang antikolinergik atau
properti alpha agonis
 Retensi - Memonitor efek dari
obat-obatan yang
 Dorongan
diresepkan,seperti
Faktor yang berhubungan: calcium channel
blockers dan
 Obstruksi anatomic
antikolinergik
- Menyediakan

17
 Penyebab multiple penghapusan privasi
- Gunakan kekuatan
 Gangguan sensorik sugesti dengan
motorik menjalankan air atau
disiram toilet
 Infeksi saluran kemih - Merangsang refleks
kandung kemih dengan
menerapkan dingin
untuk perut,membelai
tinggi batin,atau air
- Sediakan waktu yang
cukup untuk
pengosongan kandung
kemih(10 menit)
- Gunakan spirit
wintergreen di pispot
atau urinal
- Anjurkan pasien/atau
keluarga untuk
merekam output
urin,sesuai
- Intruksikan cara-cara
untuk menghindari
konstipasi atau impaksi
tinja
- Memantau asupan dan
keluaran
- Memantau tingkat
distensi kandung
- Kemih dengan palpasi
dan perkusi
- Membantu dengan
toilet secara berkala
- Memasukkan pipa
kedalam luban tubuh
untuk sisa
- Menerapkan
kateterisasi intermiten
- Merujuk ke spesialis
kontinensia kemih
Nyeri akut NOC NIC
Definisi : Pengalaman sensori  Pain level Pain menegement
dan emosional yang tidak  Pain control - Lakukan
menyenangkan yang muncul  Convort level pengkajiaan nyeri
akibat kerusakan jaringan yang Kreteria hasil : secara
aktual atau potensial atau  Mampu komprehensif

18
digambarkan dalam hal mengontrol nyeri termasuk lokasi
kerusakan sedemikian rupa (tahu penyebab karakteristik,
(international association for nyeri, mampu durasi, frekuensi,
the study of pain ) : awitan mengunkan kualitas dan faktor
yang tiba-tiba atau lambat dari teknik presipitasi
intensitas ringan hingga berat nonfarmakologi - Observasi reaksi
dengan akhir yang dapat untuk mengurangi nonverbal dari
diantisipasi atau diprediksi dan nyeri, mancari ketidak nyamanan
berlangsung <6 bulan. bantuan) - Gunakan teknik
Batasan karakteristik :  Melaporkan komunikasi
 Perubahan selera bahwa nyeri terapeutik untuk
makan berkurang dengan mengetahui
 Perubahan tekanan mengunkan pengalaman nyeri
darah menegement pasien
 Perubahan frekuensi nyeri - Kaji kultur yang
darah  Mampu mempengaruhi

 Perubahan frekuensi mengenali nyeri respon nyeri

pernafasan (skala, intensitas, - Evaluasi

 Laporan isyarat dan tanda nyeri) pengalaman nyeri

 diaforesis Menyatakan rasa nyaman masa lampau


setelah nyeri berkurang
- Evaluasi bersama
 Perilaku distraksi (mis,
pasien dan tim
berjalan mondar-
kesehatan lain
mandir mencari orang
tentang
lain dan atau aktivitas
ketidakefektifan
lain, aktivitas yang
kontrol nyeri masa
berulang)
lampau
 Mengekspresikan
- Bantu pasien dan
perilaku (mis, gelisah,
keluarga untuk
merengek, menangis)
mencari dan
 Masker wajah (mis,
menemukan
mata kurang bercahaya,
dukungan
tampak kacau, gerakan

19
mata berpencar atau - Kontrol lingkungan
tetap pada satu fokus yang dapat
meringis) memengaruhi nyeri
 Sikap melindungi area seperti suhu
nyeri ruangan,
 Fokus menyempit pencahayaan dan
(mis,gangguan persepsi kebisingan
nyeri, hambatan proses - Kurangi faktor
berfikir, penurunan presipitasi nyeri
interaksi dengan orang - Pilih dan lakukan
dan lingkungan) penanganan nyeri
 Indikasi nyeri yang (farmakologi,
dapat diamati nonfarmakologi

 Perubahan posisi untuk dan interpesonal)

menghindari nyeri - Kaji tipe dan

 Sikap tubuh melindungi sumber nyeri untuk

 Dilatasi pupil menentukan


intervensi
 Melaporkan nyeri
- Ajarkan tentang
secara verbal
tehnik
 gangguan tidur
nonfarmakologi
Faktor yang berhubungan :
- Berikan analgetik
- Agen cedera (mis,
untuk mengurangi
biologis, zat kimia,
nyeri
fisik, psikologis)
- Evaluasi
keefektifan kontrol
nyeri
- Tingkatkan
istirahat
- Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan

20
tindakan nyeri
tidak berhasil
- Monitor
penerimaan pasien
tentang
menegemen nyeri
Analgesic administrstion
- Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
- Cek intruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan
frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih anak gesik
yang diperlukan
atau kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih
dari Satu
- Tentukan pilihan
analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
- Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dosis
optimal
- Pilih rute

21
pemberian secara
IV. IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
- Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali
- Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat nyeri
habat
Evaluasi efektivitas
analgesik tanda dan gejala
3. Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC
kurang dari kebutuhan  Nutritional status: Nutrition mangement
tubuh  Nutritional - Kaji adanya alergi
Definisi : asupan nutrisi tidak status:food and fluid makanan
cukup untuk memenuhi intake - Kolaborasi dengan ahli
kebutuhan metabolik  Nutritional gizi untuk menentukan
Batasan karakteristik status:nutrient intake jumlah kalori dan
Kram abdomen  Weight contro nutrisi yang dibutuhkan
Nyeri abdomen Kriteria hasil: pasien.
Menghindari makanan  Adanya peningkatan - Anjurkan pasien untuk
Berat badan 20% atau lebih berat badan sesuai meningkatkan protein
dibawah berat badan ideal dengan tujuan dan vitamin C
Kerapuhan kapiler  Berat badan idea - Berikan subtansi gula
Diare sesuai dengan tinggi - Yakinkan dite yang
Kehilangan rambut berlebihan badan dimakan mengandung
Bising usus hiperaktif  Mampu tinggi serat untuk
Kurang makanan mengidentifikasi mencegah konstipasi
Kurang informasi kebutuhan nutrisi

22
Kurang minat pada makanan  Tidak ada tanda - Berikan makanan yang
Penurunan berat badan dengan malnutrisi terpilih(sudah
asupan makanan adekuat  Menunjukkan dikonsultasikan dengan
Kesalahan konsepsi penigkatan fungsi ahli gizi)
Kesalahan informasi pengecapan dari - Ajarkan pasien
Mambran mukosa pucat menelan bagaimana membuat
Ketidakmampuan memakan Tidak terjadi penurunan catatan makanan harian
makanan berat badan yang berarti. - Monitor jumlah nutrisi
Tonus otot menurun dan kandungan kalori
Mengeluh gangguan sensasi - Berikan informasi
rasa tentang kebutuhan
Mengeluh asupan makanan nutrisi
kurang dari RDA - Kaji kemampuan pasien
(recommended daily untuk mendapatkan
allowance) nutrisi yang dibutuhkan
Cepat kenyang setelah makan Nutrition monitoring
Sariawan ronggga mulut - BB pasien dalam batas
Steatorea normal
Kelemahan otot pengunyah - Monitor adanya
Kelemahan otot untuk menelan penurunan berat badan
Faktor-faktor yang - Monitor tipe dan jumlah
berhubungan: aktivitas yang biasa
Faktor biologis dilakukan
Faktor ekonomi - Monitor interaksi anak
Ketidak mampuan untuk atau orang tua selama
mengabsorbsi nutrien makan
Ketidak mampuan untuk - Monitor lingkungan
mencerna makanan selama makan
Ketidak mampuan menelan - jadwalkan pengobatan
makanan dan tindakan tidak
Faktor psikologis selama jam makan
- monitor kulit kering dan

23
perubahan pigmentasi
- monitor turgor kulit
- monitor
kekeringan,rambut
kusam,dan mudah patah
- monitor mual dan
muntah
- monitor kadar
albumin,total
protein,Hb,dan kadar Ht
- monitor petumbuhan
dan perkembangan
- monitor
pucat,kemerahan,dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
- monitor kalori dan
intake nutrisi
- catat adanya
edema,hiperemik,hipert
onik papila lidah dan
cavitas oral.
catat jika lidah berwarna
magenta,scarlet
4 Kerusakan integritas kulit NOC NIC
Defiisi : perubahan atau  Tissue integrity : Pressure management
ganggaun dan / atau dermis skin and mucous - Hindari kerutan pada
Batasan karakteristik membranes tempat tidur
 Kerusakan lapisan kulit  Hemodyalis akses - Jaga kebersihan kulit
(dermis) Kriteria hasil agar tetap bersih dan
 Gangguan permukaan  Integritas kulit kering
kulit (epidermis) yang baik bisa di - Mobilisasi pasien(ubah

24
 Invasi struktur tubuh pertahankan(sens posisi pasien)setiap
Fator yang berhubungan : asi, elastisitas, dua jam sekali
 Eksternal temperatur, - Monitor kulit akan
 Zat kimia, radiasi hidrasi, adanya kemerahan

 Usia yang ekstrim pigmentasi) - Oleskan lotion atau

 Kelembaban  Tidak ada minyak/baby oil pada

 Hipertermia, luka/lesi pada daerah yang tertekan

hipotermia kulit - Monitor aktivitas dan

 Faktor mekanik  Perfusi jaringan mobilisasi pasien


baik - Monitor status nutrisi
(mis,obesitas,
emasiasi)  Menunjukan pasien
pemahaman - Memandikan pasien
 Penurunan
dalam proses dengan sabun dan air
imunologis
perbaikan kulit hangat
 Penurunan sirkulasi
dan mencegah
 Kondisi gangguan
terjadinya cedera
metabolik
berulang
 Gangguan sensasi
Mampu melindungi kulit
Tonjolan tulang
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami.
7. Resiko infeksi  Immune status Infection control (
Definisi : mengalami  Knowledge : kontrol infeksi )
peningkatan resiko terserang infection control - Bersihkan lingkungan
organisme patogenik  Risk control setelah dipakai pasien
Faktor-faktor resiko : Kriteria hasil lain
 Penyakit kronis  Klien bebas dari - Pertahankan teknik
- Diabetes militus tanda dan gejala isolasi
- Obesitas infeksi - Batasi pengunjung
 Pengetahuan yang tidak  Mendeskripsikan bila perlu
cukup untuk proses penularan - Instruksikan pada
menghindari penyakit, faktor pengunjung untuk

25
pemanjanan patogen yang mencuci tangan saat
 Pertahankn tubuh mempengaruhi berkunjung dan
primer yang tidak penularan serta setelah berkunjung
adekuat penatalaksanaann meninggalkaan psien
- Gangguan peritalsis ya - Gunakan sabun
- Kerusakan integritas kulit  Menunjukkan antimikrobia untuk
( pemasangan kateter kemampuan cuci tangan
intravena, prosedur untuk mencegah - Cuci tangan setiap
invasif ) timbulnya infeksi sebelum dan sesudah
- Perubahan sekresi pH  Jumlah leukosit tindakan keperawatan
- Penurunan kerja sillaris dalam batas - Gunakan baju, sarung
- Pecah ketuban dini normal tangan, sebagai alat
- Pecah ketuban lama Menunjukkan prilaku pelindung
- Merokok hidup sehat - Pertahankan
- Statis cairan tubuh lingkungan aseptik
- Trauma jaringan ( mis., selama pemasangan
trauma destruksi jatung alat
 Ketidakadekuatan - Ganti letak IV perifer
pertahanan sekunder dan line central dan
- Penurunan hemoglobin dressing sesuai
- Imunosupresi ( dengan petunjuk
mis.,imunitas di dapat umum
tidak adekuat, agen - Gunakan kateter
farmaseutikal, steroid, intermiten untuk
antibodi monoklonal, menurunkan infeksi
imunomudulator ) kandung kencing
- Supresi respon inflamasi - Tingkatkan intake
 Vaksinasi tidak adekuat nutrisi

 Pemajanan terhadap - Berikan terapi

patogen antibiotik bila perlu

 Lingkungan meningkat infection protection (

- Wabah proteksi terhadap

26
 Prosedur invasif infeksi )
 Malnutrisi - Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal
- Monitor hitung
granulosit, WBC
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
- Batasi pengunjung
- Sering pengunjung
terhadap penyakit
menular
- Pertahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
- Pertahankan teknik
isolasi k/p
- Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
- Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Inspeksi kondisi luka
/ insisi bedah
- Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
- Dorong masukan
cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien

27
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
- Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara
menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan
infeksi
- Laporkan kultur
positif
8. Ansietas NOC Anxiety reduction (
Definisi : Perasaan tidak  Anxiety self- penurunan kecemasaan )
nyaman atau kekawatiran yang control - Gunakan
samar disertai respon autonom  Anxitety level pendekataan yang
( sumber sering kali tidak  Coping menenangkan
spesifik atau tidak diketahui Kriteria hasil : - Nyatakan jelass
oleh individu ) perasaan takut  Klien mampu harapan terhadap
yang disebabkan oleh mengidentifikasi perilaku pasien
antisipasi terhadap bahaya. Hal dan - Jelaskan semua
ini merupakan isyarat mengungkapkan prosedur dan apa
kewaspadaan yang gejala cemas yang dirasakan
memperingatkan individu akan  Mengidentifikasi, selama prosedur
adanya bahaya dan mengungkapkan - Pahami prespektif
kemampuan individu untuk dan menunjukan pasien pada situasi
bertindak menghadapi teknik untuk stres
ancaman. mengontrol - Temani pasien untuk
Batasan karakteristik : cemas memberikan
 Perilaku  Fitalsign dalam keamanaan dan
- Penurunan produktifitas batas normal mengurangi takut
- Gerakan yang irelefen  Postur tubuh, - Dorong keluarga

28
- Gelisah ekspresi wajah, untuk menemani
- Melihat sepintas bahasa tubuh dan anak
- Insomnia tingkat anktivitas - Lakukan back atau
- Kontak mata yang menunjukan neck rub
buruk berkurangnya - Dengarkan dengan
- Mengekspresikan kecemasan penuh perhatian
kekawatiran karena - Identifikasi tingkat
perubahan dalam kecemasan
peristiwa hidup - Bantu pasien
- Agitasi mengenal situasi
- Mengintai yang menimbulkan
- Tampak waspada kecemasan
 Afektif - Dorong pasien untuk
- Gelisah, dstres mengungkapkan
- Kesedihan yang perasaan, ketakutan,
mendalam persepsi
- Ketakutan - Instruksikan pasien
- Perasaan yang tidak menggunakan teknik
adekuat relaxsasi
- Berfokus pada diri Berikan obat untuk
sendiri mengurangi kecemasan.
- Peningktan
kewaspadaan
- Iritabilitas
- Gugup senang
berlebihan
- Rasa nyeri yang
meningkatkan ketidak
berdayaan
- Peningkatan rasa tidak
keberdayaan yang
persisten

29
- Bingung, menyesal
- Ragu atau tidak percaya
diri
- Kawatir
 Fisiologi :
- Wajah tegang, tremor
tangan
- Peningkatan keringat
- Peningkatan
ketegangan
- Gemetar, tremor
- Suara bergetar
 Simpatik :
- Anoreksia
- Eksitasi kardiovaskular
- Diare, mulut kering
- Wjah merah
- Jantung berdebar-debar
- Peningkatan tekanan
darah
- Peningkatan denyut nadi
- Peningkatan reflek
- Peningkatan frekuensi
pernafasan,pupil melebar
- Kesulitan bernafas
- Vasokontriksi superfisial
- Lemah,kedutan pada otot
 Parasimpatik :
- Nyeri abdomen
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan denyut nadi
- Diare,mual,vertigo

30
- Letih,gangguan tidur
- Kesemutan pada
ekstermitas
- Sering berkemih
- Anyang-anyangan
- Dorongan segera
berkemih
 Kognitif :
- Menyadari gejala
fisiologis
- Bloking pikiran, konvusi
- Penurunan lapang
presepsi
- Kesulitan berkonsentrasi
- Penurunan kemampuan
belajar
- Penurunan kemampuan
untuk memecahkan
masalah
- Ketakutan terhadap
konsekuensi yang tidak
spesifik
- Lupa, gangguan perhatian
- Kawatir, melamun
- Cendrung menyalahkan
orang lain
Faktor yang berhubungan :
 Perubahan dalam ( ststus
ekonomi, lingkungan,
ststus kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran,
ststus peran )

31
 Pemajanan toksin terkait
keluarga
 Herediter
 Infeksi atau kontaminan
intrespersonal
 Penularan oenyakit
interpersonal
 Krisis maturasi, krisis
situsional
 Stres, ancaman kematian
 Penyalahgunaan zat
 Ancaman pada ( status
ekonomi, lingkungan,
status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran,
status peran, konsep diri )
 Konflik tidak disadari
mengenai tujuan penting
hidup
 Konflik tidak disadari
mengenai nilai yang
ensensial atau penting
Kebutuhan yang tidak dipenuhi

32
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Narasi kasus


Klien (usia 3hari) datang ke rumah sakit dari rujukan puskesmas, datang
bersama dengan ibunya, dengan keluhan BAB(mekonium) keluar bersamaan
dengan urine melalui saluran uretra (penis). Ibu klien mengatakan BAB yang
keluar dari saluran uretra tidak banyak seperti pada umunya hanya sedikit
sedikit. Ibu klien mengatakan klien belum BAB normal yang keluar dari
anus dalam 48jam pertama setelah lahir . Klien tampak perut membuncit,
klien digendong oleh ibunya dalam keadaan tertidur dan dibedong. klien
muntah cairan kehijauan 2x sebanyak 1 sendok makan, klien mengkonsumsi
susu formula, klien tidak muntah air susu. Klien minum susu 10-11x dalam
sehari. Klien rewel, BB: 3000gram, TB: 48cm. klien tidak memiliki lubang
pantat (anus), klien lahir spontan di rumah bidan daerah rumahnya. Ibu klien
mengatakan ia merasa khawatir anaknya tidak mempunyai anus sejak lahir
dan khawatir anaknya mengeluarkan BAB melalui saluran kemih . TTV nadi:
130x/m suhu: 37ᵒC pernafasan: 30x/m.

33
A. Identitas Anak
 Nama : An. R
 TTL : Padang, 14 November 2017
 Usia : 3 hari
 Nama Ayah : Tn. F
 Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
 Pendidikan Ayah : SLTA
 Diagnosa Medik : Atresia Ani / malformasi anorektal
 No. RM : 808189

B. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
a. Riwayat masuk rumah sakit : perut membuncit dan muntah cairan
kehijauan 2x sebanyak 1 sendok makan
b. Keadaan pasien saat pengkajian : Kes: composmentis, KU :
sedang, klien tidak memiliki anus, klien tidak BAB 48jam pertama
setelah lahir, ibu klien mengatakan BAB keluar dari saluran
kencing sepeti rembesan (sedikit-sedikit) berwarna hijau, perut
buncit, ibu klien mengatakan klien mengkonsumsi susu formula,
klien tampak digendong oleh ibunya dalam keadaan di bedong.
ibu klien mengatakan ketika lahir klien menangis kuat, TTV nadi:
140x/m suhu: 37,5 ᵒC pernafasan: 30x/m

2. Riwayat kesehatan masa lalu


a. Riwayat penyakit yang sama : tidak ada
b. Riwayat alergi : tidak alergi makanan maupun obat
obatan
c. Riwayat kecelakaan : tidak pernah mengalami kecelakaan
d. Riwayat di rawat : tidak pernah dirawat sebelumnya
e. Riwayat operasi : belum pernah operasi
f. Riwayat pemakaian obat : tidak ada
g. Riwayat kehamilan

34
1) Prenatal
Keluhan selama hamil : ibu klien mengalami mual
dan muntah 3bulan pertama kehamilan
Pemakaian obat selama hamil : ibu klien mengatakan tidak
ada mengkonsumsi obat obatan selama hamil
2) Intranatal
Penolong persalinan : Bidan
Tempat persalinan : Rumah bersalin Bidan
3) Postnatal
BB lahir : 3000gram (lahir spontan)
Panjang Badan : 48cm
Kondisi saat lahir : menangis kuat
h. Riwayat imunisasi : vitamin K

3. Riwayat kesehatan keluarga : ibu klien mengatakan tidak


ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan klien

Genogram Keluarga ( minimal Tiga Generasi )

35
C. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh : ibu kandung
2. Hubungan dengan anggota keluarga : ibu-anak
3. Hubungan dengan teman sebaya :-
4. Pembawaan secara umum : sering menangis (rewel)

D. Butuhan Dasar
No Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat di rawat
1, Pola makan ( klien klien mengkonsumsi
frekuensi,jumlah, komposisi mengkonsumsi susu formula 10-11x
) dan minum susu formula 11x dalam sehari 30cc
dalam sehari 30cc
2. Pola eliminasi( BAK: 5x dalam BAK:6-7x dalam
frekuensi,jumlah, warna, sehari mengganti sehari mengganti
konsistensi ) popok popok
- BAK BAB: meconium BAB: meconium
- BAB keluar melalui keluar melalui uretra
uretra (sedikit-
sedikit)
3 Pola istirahat dan tidur klien tidur 16- Klien tidur 16-
17jam sehari, 17jam sehari
terbangun ketika terbangun ketika
merasa lapar dan lapar dan merasa
merasa tidak tidak nyaman
nyaman
4 Personal hygiene Klien dimandikan Klien dimandikan 2x
2x sehari dibantu sehari dan dibantu
oleh ibunya oleh ibunya
5 Aktivitas fisik/bermain Klien hanya tidur Klien tertidur dan
dan menyusu menyusu

36
E. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : baik
2. Berat badan /Tinggi badan : 3000gram/48cm
3. L.kepala/ L.dada : 33cm/34cm
4. Tanda-tanda vital :
TD : - mmHg nadi : 140 x/menit
RR : 30 x/menit suhu : 37,5 oc

5. Kepala : normochepali, tidak ada lesi


6. Muka : tidak ada kelainan
7. Rambut : rambut tipis berwarna hitam
8. Mata : simetris, fungsi penglihatan baik, sclera anikterik,
konjungtiva ananemis
9. Hidung : fungsi penciuman baik, bentuk simetris
10. Tenggorokan : tidak ada kelainan
11. Mulut : dapat menghisap dan menelan susu formula
melalui botol susu
12. Telinga : simetris, fungsi pendengaran baik
13. Dada :
I : dada kanan dan kiri simetris
P : fremitus seimbang
P : sonor
A : vesikuler
14. Jantung :
I : ictus kordis tidak tampak
P : ictus kordis tidak teraba
P : pekak
A : bunyi jantung 1 dan 2 sama
15. Abdomen
I : perut membuncit
P : nyeri tekan

37
P : timpani
A : peristaltic 22x/menit
16. Punggung : tidak ada kelainan
17. Genetalia
Laki-laki
Penis : tidak membesar, saluran uretra mengeluarkan
urine juga rembesan
mekonium
Skrotum : tidak membesar
Testis : normal
18. Anus : tidak ada anus, fistel ke uretra (+)
19. Ekstermitas :
Atas : tidak ada oedema, tangan kiri terpasang infus RL 15 tts/m
Bawah : tidak ada oedema, tidak ada lesi
20. Kulit
suhu : hangat
Warna : sawo matang

F. Pemeriksaan status nutrisi


1. Keadaan klinik : sedang, kes: composmentis
2. BB/TB : 3000gram/48cm

G. Pemeriksaan Tumbuh Kembang ( Denver II Test )


1. Motorik kasar : klien dapat menggerakkan tangan dan kakinya
sejak lahir
2. Motorik halus : reflex rooting, reflex menghisap, reflex moro
3. Bahasa : klien menangis saat merasa lapar dan tidak
nyaman
4. Personal sosial : klien merasa nyaman ketika didekat atau
digendong oleh ibunya.

38
H. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Haemoglobin 11.6 g/dL 11-15 g/dL
Leukosit 15.000/mm3 9000-30000 mcl
Trombosit 357.000/mm3 150.000-400.000
Protombin time 9.8 10.8-14.4
(PT)
Activated 27.2 23.7-37.4
partial
thrimboplastin
time (APTT)

I. Terapi
Cut back insision
IVFD RL 15 tts/i
dipuasakan 4-6 jam sebelum operasi

39
J. WOC ( web of countion )

- Pembentukan anus dari


Atresia ani Retro uretra
tonjolan embrionik

Feses tidak keluar

Feses menumpuk Feses masuk ke uretre

Mikroorganisme masuk ke
Reabrsorbsi sisa Penigkatan tekanan saluran kemih
metabolisme oleh tubuh intraabdominal

Dysuria
keracunan
Operasi anoplasty

Gangguan elimnasi urine


muntah
Ansietas orang nyeri
tuta
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

40
K. Analisa data
NO. Symptom Etiologi Problem
1 Ds:
- ibu klien mengatakan BAB keluar dysuria Gangguan eliminasi
dari saluran kencing bersamaan urine
dengan air kencing
- ibu klien mengatakan klien diganti
popok 5-6x sehari
- ibu klien mengatakan klien
mengkonsumsi susu formula, tidak
ada muntah air susu
- ibu klien mengatakan klien tidak
BAB 48jam pertama setelah lahir
yang keluar dari lubang pantat (anus)
Do:
- KU= sedang
- Kes: composmentis
- Klien tampak perut
membuncit
- BB: 3000gr
- TB: 48cm
- Di popok tampak urine
bercampur mekonium

Ds: 2
- ibu klien mengatakan klien muntah Nutrisi Ketidakseimbangan
cairan kehijauan 2x sebanyak 1 tidak nutrisi
sendok makan adekuat
- Ibu klien mengatakan klien
menangis kuat saat lahir
- ibu klien mengatakan klien minum
susu sebelum sakit 12x sehari, dan

41
saat dirawat 10-11x sehari
- BB: 3000gram
- TTV nadi: 140x/m suhu: 37,5 ᵒC
pernafasan: 30x/m

Ds:
- Ibu klien mengatakan klien Prosedur Ansietas orang tua
menangis kuat saat lahir pembedaha
- Ibu klien mengatakan bidan n
penolong persalinan bilang (op
bayi nya tidak ada anus anoplasty)
(lubang pantat)
- Ibu klien mengatakan ia
merasa khawatir karena
bayinya harus dioperasi
anoplasty
- Ibu klien mengatakan ia
cemas ketika diberitahu
dokter bayinya rencana
operasi pembuatan lubang
anus permanen
- Ibu klien mengatakan tidak
adanya riwayat penyakit yang
sama dengan pasien

Do:
- klien tampak menangis kuat
- ibu klien tampak gelisah
- ibu klien tampak cemas

42
I. Diagnose keperawatan:
1. Gangguan metabolisme urine berhubungan dengan dysuria yang
ditandai dengan mekonium keluar bersamaan dengan urine melalui
uretra
2. Ketidakseimbangan nutrisi kuranng dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nutrisi tidak adekuat yang ditandai dengan muntah cairan
kehijauan
3. Ansietas orang tua berhubungan dengan tindakan pembedahan anus
yang ditandai dengan merasa khawatir dan cemas

No. Diagnose NOC NIC


keperawatan
1. Gangguan - Urinary Urinary retention care
metabolisme urine elimination - Lakukan penilaian
berhubungan - Urianary kemih yang
dengan dysuria continence komprehensif yang
ditandai dengan Kriteria hasil: berfokus pada
bercampurnya - Kandung kemih inkontinensia
urine dengan kosong secara - Memantau penggunaan
mekonium yang penuh obat dengan sifat
keluar melalui - Intake cairan antikolinergik
uretra dalam rentang - Monitor obat obatan
normal yang diresepkan dokter
- Bebas dari isk - Memantau asupan dan
- Tidak ada spasme keluaran
bladder - Merujuk ke dokter
- Balance cairann spesialis kontinensia
seimbang kemih
2. Ketidakseimbangan - Nutrional status Nutrition monitoring
nutrisi kurang dari - Nutritional status: - BB klien dalam batas
kebutuhan tubuh food and fluit normal

43
berhubungan intake - Monitor interaksi anak
dengan nutrisi tidak - Nutrional status: atau orang tua selama
adekuat ditandai nutrient intake makan/ menyusu
dengan muntah - Weight control - Monitor lingkungan
cairan kehijauan Kriteria hasil: selama makan/ menyusu
- Adanya - Monitor turgor kulit
peningkatan BB - Monitor mual muntah
sesuai tujuan - Monitor pertumbuhan
- BB ideal sesuai dan perkambangan
dengan TB - Monitor kekeringan,
- Tidak ada tanda rambut kusam, dan
tanda malnutrisi mudah patah
- Menunjukkan
peningkatan
fungsi
pengecapan dan
menelan
Ansietas orang tua - Anxiety self Anxiety reduction
berhubungan control - Jelaskan semua prosedur
dengan tindakan - Anxiety level dan apa yang dirasakan
pembedahan - Coping selama prosedur
anoplasty ditandai Kriteria hasil: - Dorong keluarga untuk
dengan rasa - Postur tubuh, menemani anak
khawatir dan cemas ekspresi wajah, - Dengaerkan kan penuh
ibu bahasa tubuh dan perhatian
tingkat aktivitas - Identifikasi tingkat
menunjukkan kecemasan orangtua
berkurangnya - Nyatakan dengan jelas
kecemasan harapan terhadap pelaku
- Vital sign dalam klien oleh orang tua
rentang normal
- Orang tua/ klien

44
mampu
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
gejala cemas

45
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanyalubang
atau saluran anus (Donna, 2003). Atresia ani disebut juga anorektal anomali
atau imperforata anus. Merupakan kelainan kongenital dimana terjadi
perkembangan abnormal pada anorektal di saluran gastrointestinal. Atresia ani
atau anus imperporata adalah malformasi congenital dimana rectum tidak
mempunyai lubang ke luar (Wong,2004).
Atresia ani / Atresia rekti adalah ketiadaan atau tertutupnya rectal secara
kongenital (Dorland, 1998). Atresia ani adalah kelainan kongenital yang
dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rektum atau keduanya (Betz.
Ed 3 tahun 2002). Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak
adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).
penulis menyimpulkan bahwa, atresia ani adalah kelainan kongenital
dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feses karena
terjadi gangguan pemisahan kloaka yang ter!adi saat kehamilan.

4.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan kita
tentang penyakit atresia ani pada bayi selain itu kami mengharapkan kritikan
yang membanguan untuk kami.

46
DAFTAR PUSTAKA

Nuratif Huda Amin dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC, Jilid 1
Hal 319-320.Mediaction Publishing Jogyakarta.

Kurniah ade, 2013. Analisis praktek keperawatan masyarakat perkotaan


pada pasien atresia ani di RSUP fatmawati. Depok

47

Anda mungkin juga menyukai