Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena anugerah dari-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan pada An. R
dengan ATRESIA ANI FISTEL RECTOVESTIBULAR” ini. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar kita, yaitu Nabi uhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam
yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan mengenai ATRESIA ANI FISTEL RECTOVESTIBULAR. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat untuk di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat di pahami oleh siapa saja yang
membacanya, dan semoga dapat bermanfaat bagi kami dan bagi siapa saja yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf jika ada kata yang kurang berkenan,
dan kami mohon adanya kritik dan saran agar dapat memperbaiki disaat yang akan
datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II ........................................................................................................................... 3
TINJAUAN TEORI ...................................................................................................... 3
A. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan ........................................................... 3
B. Definisi ........................................................................................................... 5
C. Klasifikasi ....................................................................................................... 6
D. Etiologi ........................................................................................................... 7
E. Manifestasi Klinis........................................................................................... 8
F. Patofisiologi .................................................................................................... 9
G. Komplikasi ..................................................................................................... 9
H. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang ........................................................ 12
I. Penatalaksanaan ............................................................................................ 14
BAB IV ....................................................................................................................... 16
PEMBAHASAN KASUS ........................................................................................... 16
A. Kasus ............................................................................................................ 16
B. Pengkajian .................................................................................................... 17
C. Pemeriksaan Fisik......................................................................................... 18
D. Analisa Data ................................................................................................. 28
E. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Standar Prioritas ................................ 31
ii
F. Intervensi Keperawatan .................................................................................... 32
BAB IV ....................................................................................................................... 35
PENUTUP ................................................................................................................... 35
A. Kesimpulan ................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 36
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Jurnal Kedokteran Meditek Vol. 22 No. 58 Januari-April 2016,
atresia ani adalah suatu kelainan kongenital yang menunjukan keadaan tanpa
anus atau dengan anus yang tidak sempurna. Malformasi anorektal merupakan
kelainan kongenital yang sering kita jumpai pada kasus bedah anak. Diagnosis
penyakit kongenital ini sangat mudah ditegakkan melalui pemeriksaan fisik
yang cermat dan teliti sehingga hal ini harus diketahui oleh para dokter.
Malformasi anorektal terjadi pada 1 dari 4000-5000 kelahiran baru. Frekuensi
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan ?
2. Apa definisi dari atresia ani ?
3. Bagaimana klasifikasi atresia ani ?
4. Bagaimana etiologi dari atresia ani ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari atresia ani ?
6. Bagaimana patofisiologi dari atresia ani ?
7. Bagaimana komplikasi dari atresia ani ?
8. Bagaimana diagnosis dan pemeriksaan penunjang dari atresia ani ?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari atresia ani ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada An. R dengan atresia ani fistel
rectovestibular ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
2. Untuk mengetahui definisi dari atresia ani
3. Untuk mengetahui klasifikasi atresia ani
4. Untuk mengetahui etiologi dari atresia ani
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari atresia ani
6. Untuk mengetahui patofisiologi dari atresia ani
7. Untuk mengetahui komplikasi dari atresia ani
8. Untuk mengetahui diagnosis dan pemeriksaan penunjang dari atresia ani
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari atresia ani
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada An. R dengan atresia ani
fistel rectovestibular
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
4
a. Mulut
Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan.
b. Lidah
Fungsi lidah yaitu mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat
pengecap dan menelan, serta merasakan makanan.
c. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esophagus)
d. Esofagus
Esophagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan
lambung, panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk
kardiak di bawah lambung.
e. Lambung
Fungsi lambung menampung makanan, menghancurkan dan
menghaluskan makanan oleh peristaltik lambung dan getah lambung.
f. Usus halus
Fungsi usus halus :
1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui
kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe.
2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
3) Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.
g. Duodenum
5
B. Definisi
Dalam buku Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC tahun 2015, menurut kamus kedokteran atresia
berarti tidak adanya lubang pada tempat yang seharusnya berlubang. Sehingga
atresia ani berarti tidak terbentuknya lubang pada anus.
6
C. Klasifikasi
Klasifikasi atresia ani ada 4 yaitu :
2. Anomali intermediet
Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis, lesung anal
dan sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.
3. Anomali tinggi / supralevator
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal
ini biasanya berhubungan dengan fistula genitourinarius – retrouretral
(pria) atau rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum
sampai kulit perineum lebih dari1 cm.
D. Etiologi
Dalam buku Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC tahun 2015, atresia dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain :
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi
lahir tanpa lubang dubur
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu / 3
bulan
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah
usus, rectum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara
minggu keempat sampai keenam usia kehamilan
E. Manifestasi Klinis
Dalam buku Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC tahun 2015, manifestasi klinis dari atresia ani
meliputi :
9
F. Patofisiologi
Dalam buku Pengantar Ilmu Keperawatan Anak tahun 2006,
terjadinya atresia ani karena kelainan kongnital dimana saat proses
perkembangan embrionik tidak lengkap pada proses perkembangan anus dan
rectum. Dalam perkembangan selanjutnya ujung ekor dari belakang
berkembang jadi kloaka yang juga akan berkembang jadi genito urinari dan
struktur anorectal. Atresia anal ini terjadi karena tidak sempurnanya migrasi
dan perkembangan struktur kolon antara 7-10 minggu selama perkembangan
janin. Kegagalan migrasi tersebut juga karena gagalnya agenesis sakral dan
abnormalitas pada daerah uretra dan vagina atau juga pada proses obstruksi.
Atresia anal dapat terjadi karena tidak adanya pembukaan usus besar yang
keluar anus sehingga menyebabkan feses tidak dapat dikeluarkan.
G. Komplikasi
Dalam Jurnal Malformasi Anorektal menurut Irene Lokanata tahun
2014, sebagian besar bayi dengan malformasi anorektal memiliki satu atau
lebih kelainan yang mempengaruhi sistem organ yang lain antara lain
1. Fistula Tracheo-esophageal.
2. Atresia duodenal.
3. Undescended testis.
10
4. Hypospadia.
5. Down syndrome.
6. Refluks Vesicoureteral.
7. VACTERL (Vertebra, Anal, Cardiac, Tracheal, Esophageal, Renal, Limb)
Atresia Ani
1. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
2. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk
mengetahui jarak pemanjangan kantung rektum dari sfingternya.
3. Ultrasound terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam sistem
pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh
karena massa tumor.
4. CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
5. Pyelografi intra vena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
6. Pemeriksaan fisik rektum
Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan
selang atau jari.
14
I. Penatalaksanaan
Dalam buku Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC tahun 2015, penatalaksanaan atresia ani
tergantung dari klasifikasinya. Pada atresia ani letak tinggi harus dilakukan
kolostomi terlebih dahulu. Pada beberapa waktu lalu penaganan atresia ani
menggunakan prosedur abdominoperineal pullthrough, tapi metode ini banyak
menimbulkan inkontinen feses dan prolaps mukosa usus yang lebih tinggi.
1. Atresia ani letak tinggi dan intermediet dilakukan sigmoid kolostomi atau
TCD dahulu, setelah 6-12 bulan baru dikerjakan tindakan definitif
(PSARP)
15
PEMBAHASAN KASUS
A. Kasus
An.R, usia 8 bulan, perempuan, klien dibawa oleh orangtua untuk pembuatan
lubang anus sesuai dengan instruksi dokter bedah sebelumnya. Operasi
PSARP akan dilakukan besok. Kondisi saat ini BAB lancar, flatus ada, mual
muntah tidak ada, produksi stoma lancar, kembung tidak ada. Saat dilakukan
pengkajian, klien tampak lemas, suhu tubuh 36,9 celsius, Nadi 110 x/ mnt,
Respirasi 30 x/mnt.orang tua klien tapak scemas menghadapi operasi
anaknya,. Orang tua tampak bertanya tentang tindakan yang akan dilakukan
kepada anaknya. Anak tampak rewel, tidak mau lepas dari gendongan ibunya.
Klien BAB spontan sejak lahir namun tidak dari lubang anus melainkan dari
lubang vagina (menurut persepsi orang tua saat itu). Klien lalu dirujuk ke
RSCM dan terdiagnosis Atresia ani fistel rectovestibular. Klien dilakukan
kolostomi sigmoid pada tanggal usia 3 bulan. Klien lahir pada usia kehamilan
39 minggu, spontan, ditolong oleh bidan, dengan BBL 3000 gr, PBL 48 cm,
langsung menangis. Selama hamil ibu tidak mengalami masalah serius.
16
17
TB 64 cm, klien tampak rewel dan gelisah, selalu menangis ketika ada
perawat yang datang untuk melakukan tindakan. Skala nyeri (FLACC Scale)
5. Makan bubur/tim habis ½ porsi. Paska operasi minum bertahap. Kesadaran
compos mentis, suhu 380C, frekuensi nadi 115 x/mnt, RR 36 x/mnt, mukosa
bibir lembab, turgor kulit elastis, bising usus normal, akral hangat, CRT <2
dtk, suara napas ronchi, terdengar batuk sesekali, tidak terdapat nafas cuping
hidung dan retraksi.
B. Pengkajian
1. Data Demografi Identitas Pasien dan Keluarga
Nama : An. R
Umur : 8 bulan
Tidak terkaji
18
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Nyeri dengan skala nyeri (FLACC Scale) 5
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dibawa oleh orangtua untuk pembuatan lubang anus sesuai
dengan instruksi dokter bedah sebelumnya. Operasi PSARP akan
dilakukan besok. Kondisi saat ini BAB lancar, flatus ada, mual muntah
tidak ada, produksi stoma lancar, kembung tidak ada. Saat dilakukan
pengkajian, klien tampak lemas.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien BAB spontan sejak lahir namun tidak dari lubang anus melainkan dari
lubang vagina (menurut persepsi orang tua saat itu). Klien dilakukan
kolostomi sigmoid pada tanggal usia 3 bulan. Klien lahir pada usia
kehamilan 39 minggu, spontan, ditolong oleh bidan, dengan BBL 3000 gr,
PBL 48 cm, langsung menangis. Selama hamil ibu tidak mengalami masalah
serius.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
b.GCS (Gasglow Coma Scale) : Eye =4
Motorik =5
Verbal =6
c. Tanda-Tanda Vital
TD:
Nadi: 110 x/menit (pre operatif)
115 x/menit (post operatif)
Suhu: 36,9o C (pre operatif)
38o C (post operatif)
19
b. Antropometri
Berat badan sekarang : 6.8 kg
Berat badan dahulu : Tidak terkaji
Tinggi badan : 64 cm
IMT : 16.6
c. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Pernafasan
Suara napas ronchi (+), terdengar batuk sesekali, tidak terdapat nafas
cuping hidung dan retraksi.
2) Sistem Kardiovaskuler
Akral hangat, CRT <2 dtk, kebiruan pada dada tidak terkaji, suara
jantung tidak terkaji, suara jantung tambahan tidak terkaji, JVP tidak
terkaji, konjungtiva anemis tidak terkaji.
3) Sistem Integument
Terdapat kemerahan pada area sekitar anus, paska operasi tampak luka
jahitan di anus, terdapat kemerahan pada area sekitar anus, turgor kulit
elastis, abdomen sebelah kiri terdapat kolostomi.
4) Sistem Musculoskeletal
Adanya deformitas tidak terkaji, penggunaan alat bantu berjalan tidak
terkaji, oedema tidak terkaji, nyeri tekan tidak terkaji, masa tidak
terkaji. ROM tidak terkaji, Gangguan tonus otot tidak terkaji, terjadinya
kelemahan otot tidak terkaji.
5) Sistem Perkemihan-Genital
Pemasangam folley kateter tidak terkaji, kebersihan alat genital tidak
terkaji, warna urine tidak terkaji, jumlah urine tidak terkaji, perubahan
pola berkemih tidak terkaji.
20
6) Sistem Pencernaan
Produksi feses lancar, mukosa bibir lembab, kesimetrisan abdomen
tidak terkaji, warna abdomen tidak terkaji, asites tidak terkaji, bau
mulut tidak terkaji. Auskultasi: bising usus normal. Sensasi pada lidah
tidak terkaji, kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan
Faringeal) tidak terkaji.
7) Sistem Persepsi-Sensori
Kelemahan Tinitus tidak terkaji, Gangguan rasa pengecapan,
penciuman dan penglihatan tidak terkaji, penurunan memori tidak
terkaji, kehilangan kemampuan masuknya rangsang visual tidak terkaji,
tidak mampu merekam gambar tidak terkaji, tidak mampu
membedakan kanan/kiri tidak terkaji
8) Sistem Persyarafan
Afasia motorik tidak terkaji, Hilangnya rangsangan sensorik
kontralateral
a) Nervus I (Olfaktorius): Tidak terkaji. Kaji apakah klien dapat
membedakan bau.
b) Nervus II (Optikus): Tidak terkaji, kaji apakah klien dapat melihat
objek benda berupa papan nama dengan jarak 30cm,
c) Nervus III, IV, V (Okulomotoris, troclearis, dan abdusen):
Tidak terkaji. Kaji respon pupil klien terhadap cahaya (miosis
ketika terkenan cahaya dan medriasis ketika tidak diberi cahaya),
Kaji pergerakan mata klien dengan cara memberikan objek benda
dengan pola bintang
d) Nervus VI (Trigeminus): Tidak terkaji. Kaji reflek mengedip klien
dan sensasi pada kelopak mata ketika diberi sentuhan kapas dengan
mata tertutup.
21
b. Minum
Frekuensi Paska operasi minum
Tidak terkaji
Jenis bertahap
Keluhan
2. Eliminasi
a. BAB
Abdomen sebelah kiri
Frekuensi
terdapat kolostomi
Konsistensi
dengan produksi feses
Bau
lancar
Warna
Keluhan
b. BAK
Frekuensi
Warna Tidak terkaji Tidak terkaji
Bau
Keluhan
3. Istirahat tidur
a. Siang Tidak terkaji Tidak terkaji
b. Malam
4. Personal hygiene
a. Mandi
Tidak terkaji Tidak terkaji
b. Keramas
c. Gosok gigi
5. Olahraga Tidak terkaji Tidak terkaji
d. Data Psikologis
1) Status Emosi
Tidak terkaji
23
2) Konsep Diri
a) Gambaran Diri
Tidak terkaji
b) Harga Diri
Tidak terkaji
c) Peran Diri
Tidak terkaji
d) Identitas Diri
Tidak terkaji
e) Ideal Diri
Tidak terkaji
3) Pola Koping
Tidak terkaji
4) Gaya Komunikasi
Tidak terkaji
e. Data Sosial
1) Pendidikan dan Pekerjaan
Belum bekerja
2) Gaya Hidup
Tidak terkaji
3) Hubungan Sosial
Tidak terkaji
f. Data Spiritual
1) Konsep ke Tuhanan
Tidak terkaji
2) Ibadah Praktik
Tidak terkaji
3) Makna Sehat – Sakit Spiritual
Tidak terkaji
24
4) Kecemasan
Tidak terkaji
5) Support Spiritual
Tidak terkaji. Kaji hubungan klien dengan Allah, spirit dari siapa saja,
melaksanakan sholat saat sehat-sakit, sakit menurut agama klien seperti apa.
2. Data Penunjang
1) Laboratorium
DPL
Hemoglobin 9,8 10.0 - 16.0 g/dL Rendah
LED 40 3 – 13 mm Tinggi
Elektrolit
Kalium 2,56 3,6 - 5,8 meq/dl Rendah
3. Terapi
D. Analisa Data
NO. Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. Ds : - Atresia ani Ansietas b.d kurang
Do : pegetahuan tentang
- Orang tua klien Pre-operasi pembedahan
tampak cemas
menghadapi operasi Kurang pengetahuan
anaknya tentang tindakan operasi
- Orang tua tampak
bertanya tentang
tindakan yang akan Respon psikologis
dilakukan kepada
anaknya
Keluarga cemas
Ansietas
2. Ds : Atresia ani Nyeri akut b.d luka
- Klien tampak rewel insisi bedah
dan gelisah Dilakukan tindakan
- Selalu menangis operasi
ketika ada perawat
29
Impuls ke SSP
Persepsi nyeri
Nyeri akut
3. Ds : - Atresia ani Resiko Infeksi
Do :
- Leukosit : 15.000 gr/dl Dilakukan tindakan
- Suhu 380C operasi
- Terdapat kemerahan
pada area sekitar Terputusnya kontinuitas
anus jaringan
Pot de entry
mikroorganisme
30
Memudahkan masuknya
kuman ke dalam tubuh
Resiko Infeksi
4. Ds : - Atresia Ani Ketidakseimbangan
Do : nutrisi : kurang dari
- Makan bubur/tim kebutuhan tubuh b.d
habis ½ porsi Ujung rektum buntu ketidakmampuan
- BB 6,8 kg mencerna makanan
- TB 64 cm
- IMT 16.6 Ketidakmampuan fekal
dikeluarkan
Obstruksi
Distensi abdomen
Merangsang
peningkatan peristaltic
usus
Pergerakan makanan
lambat
31
Peningkatan HCl
Anoreksia, mual,
muntah
Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh
F. Intervensi Keperawatan
Nama Pasien : An. R
No Medrec : Tidak terkaji
Dx Medis : Atresia Ani Fistel Rectovestibular
Usia : 8 bulan
32
33
33
34
34
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anus imperforata (atresia anal) merupakan suatu kelainan malformasi
kongenital dimana tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada bagian
anus atau tertutupnya anus secara abnormal atau dengan kata lain tidak ada
lubang tetap pada daerah anus. Dimana penyebab pastinya belum diketahui.
35
DAFTAR PUSTAKA
Irene Lokananta, & Rochadi. (2016). Malformasi Anorektal. Jurnal Kedokteran
Meditek Vol. 22 No. 58 Januari-April 2016
36