ANAK
OLEH KELOMPOK
SARJANA KEPERAWATAN
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan kerja keras penulis makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Atresia Ani” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini
merupakan tugas untuk menempuh mata kuliah Keperawatan Anak II. Penulis
menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak dapat terselesaikan jika tidak ada
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkan penulis
menyampaikan ungkapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini diantaranya:
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna atau masih
perlu perbaikan. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan
kritik serta saran yang sifatnya membangun untuk memperbaiki penyusunan
makalah selanjutnya. Harapan penulis semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa defiisi atresia ani?
1.2.2 Bagaimana anatomi fisiologis atresia ani?
1.2.3 Bagaimana etilogi atresia ani?
1.2.4 Bagaimana patofisiologis atresia ani?
1.2.5 Apa saja klasifikasi dari atresia ani?
1.2.6 Apa saja manifestasi klinis dari atresia ani?
1.2.7 Apa saja penatalaksanaan yang dapat diberikan pada atresia ani?
1.2.8 Apa saja pemeriksaan penunjang pada atresia ani?
1.2.9 Bagaimana Web Of Caution (WOC) dari atresia ani ?
1.2.10 Pengkajian apa saja yang diperluka saat pembuatan ASKEP pada
pasien atresia ani?
1.2.11 Diagnosa apa saja yang ditemukan saat pembuatan ASKEP pada
pasien atresia ani?
1.2.12 Intervensi apa saja yang akan diberikan saat pemberian ASKEP
pada pasien atresia ani?
1.2.13 Implementasi apa saja yang diberikan saat pemberian ASKEP pada
pasien atresia ani?
1.2.14 Apa saja yang perlu di evalusi setelah pemberian ASKEP pada
pasien atresia ani?
2
1.3.9 Untuk mengetahui Web Of Caution (WOC) dari atresia ani.
1.3.10 Untuk mengetahui apa saja pengkajian yang diperluka saat
pembuatan ASKEP pada pasien atresia ani?
1.3.11 Untuk mengetahui diagnosa apa saja yang ditemukan saat
pembuatan ASKEP pada pasien atresia ani.
1.3.12 Untuk mengetahui intervensi apa saja yang akan diberikan saat
pemberian ASKEP pada pasien atresia ani.
1.3.13 Untuk mengetahui implementasi apa saja yang diberikan saat
pemberian ASKEP pada pasien atresia ani.
1.3.14 Untuk mengetahui apa saja yang perlu di evalusi setelah pemberian
ASKEP pada pasien atresia ani.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
a. Mulut
Di dalam rongga mulut, makanan dicerna secara mekanik dan
kimiawi. Pencernaan mekanik dibantu beberapa organ yaitu gigi
dan lidah. Gigi berfungsi untuk memotong dan penghalus makanan.
Lidah digunakan untuk mengatur letak makanan dalam mulut,
sebagai indra perasa dan mendorong makan masuk ke
kerongkongan. Adanya kelenjar ludah di sekitar mulut dapat
membantu pencernaan secara kimiawi. Kelenjar tersebut
menghasilkan enzim ptialin yang berfungsi memecah amilum
menjadi disakarida.
b. Kerongkongan (Oesophagus)
Organ ini berfungsi menghubungkan mulut dengan lambung
(panjang: sekitar 20 cm). Selama di kerongkongan makanan tidak
mengalami proses pencernaan, karena di kerongkongan hanya
terjadi gerak peristable.
c. Lambung (Gaster)
Lambung berbentuk seperti kantung yang terdiri dari fundus,
kardiak dan pilorus. Di organ ini makanan dicerna secara kimiawi
5
dengan bantuan getah lambung. Sekresi getah lambung dipacu oleh
hormon Gastrin.
d. Usus Halus (Intestin)
Saluran usus halus merupakan saluran terpanjang yang terdiri
dari duodenum (usus dua belas jari), jejunum (usus kosong) dan
ileum (usus penyerapan). Dalam usus duodenum bermuara dua
saluran dari pankreas dan hepar. Hepar akan mengirimkan getah
empedu ke duodenum untuk mengemulsikan lemak. Usus halus
juga bisa mensekresi enzim antara lain erepsinogen dan
enterokinase. Enterokinase adalah enzim pengaktif, yang dapat
mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin dan erepsinogen menjadi
erepsin.
Hasil pencernaan di usus halus akan diserap oleh jonjot usus
(villi) yang ada di illeum dan kemudian diedarkan ke seluruh
tubuh. Sebelum beredar, sari makanan dialirkan dulu ke hepar
melalui vena porta hepatica. Khusus untuk lemak dan vitamin yang
larut dalam lemak tidak diangkut melalui darah tapi melalui
pembuluh getah bening.
e. Usus Besar (Colon)
Di dalam colon tidak ada lagi proses pencernaan. Dengan
adanya Escherichia coli, sisa pencernaan akan dibusukkan dan
diperoleh vitamin K dari proses tersebut. Fungsi utama colon
adalah mengatur keadaan air sisa makanan.
f. Rektum
Rektum ini merupakan lanjutan dari kolon sigmoid yang
menghubungkan intestinum mayor dengan anus, panjangnya 12
cm, dimulai dari pertengahan sakrum sampai kanalis anus.
Rektum terletak dalam rongga pelvis didepan os sarkum dan
os koksigis.
6
Rektum terdiri atas dua bagian yaitu :
1. Rektum propia : bagian yang melebar disisa sebut
ampula rekti, jika terisi makanan akan timbul
hasrat defekasi
2. Rektum analis rekti : sebelah bawah ditutupi oleh
serat-serat otot polos (muskulus spingter ani
internus dan muskulus sfingter ani eksternus).
Kedua otot ini berfungsi pada waktu defekasi.
Tunika mukosa rektum mengandung pembuluh
darah, jaringan mukosa dan jaringan otot yang
membentuk lipatan disebut kolumna rektalis.
Bagian bawah terdapat vene rektalis (hemoroidalis
superior dan inferior) yang sering mengalami
pelebaran atau varises yang disebut wasir
(ambeyen).
g. Anus
Anus merupakan saluran pencernaan yag berhubungan dengan
dunia luar terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh
spingter ani yang terdiri atas :
a. Spingter ani internus : terletak disebelah dalam bekerja
tidak menurut kehendak
b. Spingter lefatomi : bagian tengaah bekerja tidak menurut
kehendak
c. Spingter ani eksternus : sebelah luar bekerja menurut
kehendak
9
II. Anomali intermediet
Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot
puborectalis; lesung anal dan sfingter eksternal berada pada
posisi yang normal.
III. Anomali tinggi
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter
internal tidak ada. Hal ini biasanya berhungan dengan fistuls
genitourinarius – retrouretral (pria) atau rectovagina
(perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit
perineum lebih dari 1 cm. ( Amin Huda & hardhi Kusuma,
2015 )
10
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah
letaknya
4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak
ada fistula).
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
6. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
7. Perut kembung. ( Amin Huda & hardhi Kusuma, 2015 )
11
c. Lakukan perawatan colostomy, ganti colostomybag bila ada
produksi, jaga kulit tetap kering.
d. Atur posisi tidur bayi kearah letak colostomy.
e. Berikan penjelasan pada keluarga tentang perawatan
colostomy dengan cara membersihkan dengan kapas air hangat
kemudian keringkan dan daerah sekitar ostoma diberi zing
zalf, colostomybag diganti segera setiap ada produksi.
12
2.9 KOMPLIKASI ATRESIA ANI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :
1. Obstruksi
2. Perforasi
3. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
4. Komplikasi jangka panjang.
a. Eversi mukosa anal
b. Stenosis
5. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
6. Inkontinensia (akibat stenosis awal )
7. Prolaps mukosa anorektal.
8. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan
infeksi)
9. Sepsis. (Wong, Whaley.2011)
13
2.10 WOC ATRESIA ANI
Faktor kongenital dan faktor lain
Yang tidak diketahui / Idiopatik
ATRESIA ANI
Risiko ketidak
seimbangan Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma , 2015
cairan
14
15
BAB III
b. Riwayat keluarga
- Keluhan Utama Saat MRS
Pasien tidak memiliki anus sejak lahir
- Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengalami muntah-muntah setelah 24-48 jam pertama
kelahiran, perut kembung dan membuncit, tidak bisa buang air
besar, meconium keluar dari vagina atau meconium terdapat
dalam urin
- Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Riwayat Parental
Kesehatan ibu selama hamil, kapan hari pertama haid
terakhir (HPHT), imunisasi TT, nutrisi selama ibu hamil
17
dan kebiasaan atau perilaku ibu sewaktu hamil yang
merugikan bagi perkembangan dan pertumbuhan janin,
seperti : kebiasaan merokok, minum kopi, minum
minuman keras, mengkonsumsi narkoba dan obat obatan
secara sembarang.
b. Riwayat Intranatal
Lamanya kehamilan, jenis dan lamanya partus, jenis
pertolongan persalinan, berat badan lahir, keadaan bayi
lahir awal, awal timbulnya pernafasan, tangisan pertama
dan tindakan khusus.
c. Riwayat neonatal
Skor APGAR (warna, sianosis, pucat, ikhterik), mucus
yang berlebihan paralisis, konvulsi, demam, kelainan
congenital, kesulitan menghisap, kesulitan pemberian
makan atau ASI.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya riwayat keluarga yang juga memiliki kelainan tidak
memiliki anus sejak lahir.
- Riwayat Kesehatan Lingkungan
umumnya kebersihan lingkungan tidak mempengaruhi secara
langsung kasus atresia ani ini. Hanya saja, lingkungan yang
kumuh dan padat tidak menutup kemungkinan menyebabkan
awalan terjadinya penyakit atresia ani pada janin yang masih
didalam kandungan.
c. Riwayat tumbuh kembang anak.
- BB lahir abnormal.
- Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan
tumbuh kembang pernah mengalami trauma saat sakit.
- Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal.
- Sakit kehamilan tidak keluar mekonium.
18
d. Pemeriksaan fisik.
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani
adalah anus tampak merah, usus melebar, kadang – kadang tampak
ileus obstruksi, termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan
oleh jaringan, pada auskultasi terdengar hiperperistaltik, tanpa
mekonium dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan
vagina
- Pemeriksaan Fisik Head to toe
1. Tanda-tanda vital
- Nadi : 110 X/menit.
- Respirasi : 32 X/menit.
- Suhu axila :37º Celsius.
2. Kepala
Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak
ada benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada
chepal hematom.
3. Mata
Simetris, tidak konjungtifistis, tidak ada perdarahan
subkonjungtiva, tidak ikterus, tidak nistagamus/ tidak
episnatus, conjungtiva tampak agak pucat.
4. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada
pernafasan cuping hidung, tidak ada pus dan lendir.
5. Mulut
Bibir simetris, tidak macrognatia, micrognatia, tidak
macroglosus, tidak cheilochisis.
6. Telinga
Memiliki 2 telinga yang simetris dan matur tulang kartilago
berbentuk sempurna
7. Leher
Tidak ada webbed neck.
19
8. Thorak
Bentuk dada simetris, silindris, tidak pigeon chest, tidak funnel
chest, pernafasan normal
9. Jantung
Tidak ada mur-mur, frekuensi jantung teratur
10. Abdomen
Simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak
bermasa/tumor, tidak terdapat perdarahan pada umbilicus,
usus melebar, kadang – kadang tampak ileus obstruksi, pada
auskultasi terdengan hiperperistaltik.
11. Genitalia
Pada bayi laki-laki dengan fistula urinaria didapatkan
mekonium pada urin, dan pada bayi perempuan dengan
fistula urogenital ditemukan mekonium pada vagina.
12. Anus
Tidak terdapat anus, anus nampak merah, usus melebar,
kadang-kadang tampak ileus obstruksi. Thermometer yang
dimasukan kedalam anus tertahan oleh jaringan. Pada
auskultasi terdengar peristaltic.
13. Ektrimitas atas dan bawah
Simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap, telapak tangan
maupun kaki dan kukunya tampak agak pucat
14. Punggung
Tidak ada penonjolan spina gifid
15. Pemeriksaan Reflek
a. Suching +
b. Rooting +
c. Moro +
d. Grip +
e. Plantar +
20
e.Pemeriksaan penunjang
21
ibu klien mengatakan anaknya seimbangan mual, muntah.
sering muntah cairan
DO :
Anak menangis perut kembung
anak menolak pemberian asi
DS : Hipertermia Proses
Ibu klien mengeluh badan peradangan.
anaknya teraba hangat
DO :
Saat pengukuran suhu badan
ditemukan suhu badan > 37.50C
b. Post.OP
22
terus menangis
DO :
Klien terlihat lemas dan tidak
nyaman
23
1. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah.
2. Risiko ketidak seimbangan cairan berhubungan dengan muntah
berlebihan.
3. Hipertermia berhubungan dengan proses peradangan.
4. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan sesak, distensi
abdomen.
5. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit dan prosedur perawatan
b. Post.OP
24
b. INTERVENSI KEPERAWATAN ATRESIA ANI
a. Pre operasi
26
Kriteria Hasil :
- Output urin 1-2
sesui dengan kebutuhan.
ml/kg/jam,
5. Berikan cairan intravena, 5. Membantu menjaga
- Capillary refill 3-5
jika diperlukan. kebutuhan cairan
detik,
E:- tubuh.
- Turgor kulit baik,
C:-
membrane mukosa
lembab.
- Pengeluaran feses
terkontrol
3. Hipertermia Tujuan : O: 1. Mengetahui penyebab
berhubungan dengan - Setelah dilakukan 1. Identifikasi penyebab hipertermi.
proses peradangan. tindakan hipertermia. 2. Mengetahui perubahan
keperawatan selama 2. Monitoring suhu tubuh. suhu tubuh.
3 jam diharapkan 3. Monitoring haluaran urin. 3. Mengetahui tingkat
suhu tubuh tidak 4. Monitoring komplikasi pengeluaran urin
panas lagi akibat hipertermia 4. Mengetahui efek lain
27
N:
5. Sediakan lingkungan yang dari peningkatan suhu
dingin. tubuh.
Kriteria Hasil :
6. Longgarkan atau lepaskan 5. Meningkatkan
- Suhu tubuh dalam
pakaian. kenyamanan.
rentang normal
7. Berikan cairan oral 6. Mengurangi panas
(36,5-37,50C)
8. Ganti linen setiap hari atau dalam tubuh.
- Nadi dan RR
lebih sering jika 7. Mempertahankan
dalam rentang
mengalami hyperhidrosis intake cairan.
normal
(keringat berlebih) 8. Meningkatkan rasa
- Tidak ada
E:- nyaman.
perubahan warna
C: 9. Mempertahankan
kulit dan tidak
9. Kolaborasi pemberian intake cairan.
pusing
cairan intravena, jika peril.
4. Pola napas tidak Tujuan : O: 1. Mengetahui pola napas
efektif berhubungan - Setelah dilakukan 1. Monitoring pola napas. pasien.
dengan sesak, distensi tindakan 2. Monitoring bunyi napas 2. Mengetahui apakah ada
abdomen. keperawatan tambahan. bunyi napas tambahan
selama 3x24 jam N : 3. Memudahkan pasien
28
diharapkan pola
nafas kembali
efektif.
29
kecemasan orang membuat orang tua 3. Menyalurkan keluhan
tua dapat ansietas orang tua tentang
berkurang. iii. Dengarkan keluhan orang anaknya
tua dengan penuh 4. Meningkatkan
Kriteria Hasil : perhatian kepercayaan untuk
- Pasien tidak lemas iv. Gunakan pendekatan yang kesembuhan sang anak
- Vital sign dalam tenang dan meyakinkan 5. Meyakinkan orang tua
batas normal kepada orang tua pasien terhadap prosedur yang
- Menunjukkan E: akan dilakukan dan apa
tehnik untuk v. Jelaskan proedur yang di rasakan si anak
mengontrol cemas perawatan anaknya, dan 6. Memberikan
- Postur tubuh, sensasi yang mungkin di pengetahuan secara
ekspresi wajah, rasakan si anak jelas tentang penyakit
bahasa tubuh danvi. Informasikan secara sang anak
tingkat aktivitas faktual kepada orang tua
menunjukkan mengenai diagnose,
berkurang nya pengobatan, dan prognosis
kecemasan C:-
30
b. Post Operasi
32
pasien dapat teratasi. 3. Modifikasi lingkungan 3. Lingkungan yang
Kriteria hasil : (mis. pencahayaan, nyaman membuat
- Keluhan sering kebisingan, suhu, dan tubuh menjadi lebih
terjaga pada pasien tempat tidur) relaks sehingga dapat
menurun 4. Tetapkan jadwal tidur mempermudah tidur
- Keluhan pola tidur rutin 4. Mengetahui
berubah menurun 5. Lakukan prosedur perkembangan pola
- Keluhan tidak puas untuk meningkatkan tidur pasien.
tidur menurun kenyamanan. 5. Agar periode tidur
Edukasi : tidak terganggu dan
6. Jelaskan pentingnya rileks.
tidur cukup selama 6. Pemberian informasi
sakit yang tepat dapat
7. Anjurkan untuk memotivasi klien agar
menghindari berusaha memperbaiki
makanan/minuman kualitas tidurnya.
yang mengganggu tidur 7. Beberapa jenis
8. Anjurkan menepati makanan dan minuman
kebiasaan waktu tidur bisa membuat klien
33
Kolaborasi : - sulit tidur sehingga
harus dihindari
dikonsumsi sebelum
tidur.
8. Untuk meningkatkan
kwalitas tidur pasien
3 Gangguan citra tubuh Tujuan : Observasi :
berhubungan dengan - Setelah diberikan 1. Identifikasi harapan 1. Mengidentifikasikan
colostomy asuhan keperawatan citra tubuh berdasarkan harapan citra tubuh
selama … x 24 jam tahap perkembangan berdasarkan tahap
diharapkan masalah 2. Monitor apakah pasien perkembangan.
gangguan citra bisa melihat bagian 2. Memonitor seberapa
tubuh pasien dapat tubuh yang berubah jauh klien bisa melihat
teratasi. 3. Monitor frekuensi bagian tubuh yang
Kriteria hasil : pernyataan kritik berubah.
- Verbalisasi perasaan terhadap diri sendiri 3. Untuk mengetahui
negatif tentang Nursing Treatment : seberapa besar mampu
perubahan tubuhnya 4. Diskusikan kondisi menerima keadaan
menurun stress yang dirinya.
34
- Menunjukkan mempengaruhi citra 4. Untuk meminimalisir
bagian tubuh secara tubuh (mis. terjadinya stress pada
berlebihan menurun pembedahan) klien menjelang
5. Diskusikan perubahan operasi.
tubuh dan fungsinya 5. Untuk mengetahui
Edukasi : pemahaman keluarga
6. Anjurkan mengikuti dan klien perubahan
teman pendukung (mis. tubuh beserta fungsinya
teman sebaya) 6. Mengikuti teman
7. Anjurkan pendukung dapat
mengungkapkan meningkatkan percaya
gambaran diri terhadap diri dan semangat klien.
citra tubuh 7. Untuk mengetahui
Kolaborasi : - seberapa besar mampu
menerima keadaan
dirinya.
35
efek prosedur invasif asuhan keperawatan gejala infeksi local dan yang diakibatkan
selama … x 24 jam sistemik infeksi bakteri patogen.
diharapkan masalah Nursing Treatment : 2. Untuk mencegah
resiko infeksi pada 2. Batasi jumlah penularan infeksi atau
pasien dapat teratasi. pengunjung virus.
Kriteria hasil : 3. Cuci tangan sebelum 3. Meminimalkan
- Pasien bebas dari dan sesudah kontak timbulnya infeksi pada
tanda dan gejala dengan pasien dan klien.
infeksi lingkungan pasien 4. Mencegah terjadinya
- Menunjukkan 4. Pertahankan teknik infeksi silang.
kemampuan untuk aseptic pada pasien 5. Mengetahui tanda dan
mencegah timbulnya yang berisiko tinggi gejala infeksi yang
infeksi Edukasi : timbl pada klien.
5. Jelaskan tanda dan 6. Meminimalkan patogen
gejala infeksi yang dapat
6. Ajarkan cara mencuci menyebabkan infeksi.
tangan dengan benar 7. Untuk mengurangi
7. Ajarkan etika batuk penyebaran kuman.
8. Ajarkan cara 8. Agar keluarga klien
36
memeriksa kondisi luka tentang cara perawatan
atau luka operasi luka.
Kolaborasi : 9. Untuk mencegah
9. Kolaborasi pemberian terjadinya infeksi pada
imunisasi, jika perlu klien.
37
c. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ATRESIA
ANI
Tahap pelaksanaan merupakan tahap ke empat dari proses
keperawatan dengan melaksanakann berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan
keperrawatan. Dalam tahap ini, perawat harus mengetahui berbagai hal di
antaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien, tehnik
komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang
hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien.
Dalam pelaksanaan rencana tindakan terdapat dua jenis tindakan, yaitu
tindakan jenis mandiri dan tindakan kolaborasi (Hidayat, A. Aziz Alimul,
2010: 122).
38
1. Tujuan tercapai
Tujuan dikatakan tercapai bila klien telah menunjukan
perubahan dan kemajuan yang sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian
Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak
tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari berbagai
masalah atau penyebabnya, seperti klien dapat makan sendiri tetapi
masih merasa mual. Setelah makan bahkan kadang-kadang muntah.
3. Tujuan tidak tercapai
Dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukan adanya
perubahan kearah kemajuan sebagaimana kriteria yang diharapkan.
39
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya
dapat di pertanggung jawabkan.
40
DAFTAR PUSTAKA
41