OLEH:
TA.2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya,
saya dapat menyelesaikan tuga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Anak Dengan Gangguan Kebutuhan Eliminasi Patologis Dari Sistem Pencernaan &
Kemih Pada Atresia Ani” dengan tepat waktu.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Derma
Wani Damanik. S Kep., Ns., M.Kep selaku dosen mata kuliah keperawatan anak,
yang telah mengajarkan dan membimbing saya untuk dapat menyelesaikan tugas
makalah yang diberikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan saya. Oleh
karena itu segala bentuk saran dan masukan serta kritik yang membangun. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis dan pada bidang pendidikan.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................2
C. TUJUAN MASALAH....................................................................2
A. KESIMPULAN....................................................................................21
B. SARAN...............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Atresia ani atau banyak dikenal sebagai malformasi anorectal merupakan
kelainan kongenital dimana anus tidak terbentuk secara sempurna sebagaimana
anatomi tubuh pada umumnya (Juliana, 2019). Dengan adanya kelahiran yang
memiliki kelainan kongenital secara tidak langsung akan memberikan dampak psikis
untuk orang tua karena perlunya pengetauan lebih tentang tindakan yang akan
dilakukan sebagai upaya untuk memberikan asuhan terutama yang berfokus pada
keadaan buang air besar pada bayi. Pada kondisi ini orang tua akan dihadapkan
pada keadaan dimana bayi akan dilakukan tindakan pembuatan kolostomi untuk
membantu pengeluaran sisa tinja yang ada (Juliana, 2019)
Atresia ani bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk kecacatan kongenital.
Sayangnya, apa yang menjadi penyebab kondisi ini masih belum diketahui dengan
pasti. Etiologi atresia ani merupakan multifaktorial, dan masih terus diteliti hingga
saat ini. Diduga, etiologinya berhubungan dengan riwayat keluarga dan faktor
genetik. Atresia ani juga erat dihubungkan dengan suatu sindrom yang terdiri dari
vertebral defects, anal defects, cardiac defects, tracheoesophageal fistula, renal
defects, dan limb defects atau disebut sindrom VACTERL (Askar, 2018)
Berdasarkan epidemiologi, atresia ani diperkirakan terjadi dengan jumlah 1 kasus
setiap 5.000 kelahiran hidup. Laki-laki lebih berisiko mengalami kelainan ini,
dibanding perempuan.Atresia ani merupakan kelainan kongenital yang cukup sering
terjadi pada pasien pediatrik. Insidensi atresia ani diperkirakan sebanyak 1 dari
4.000–5.000 kelahiran hidup, dan lebih sering ditemukan pada laki-laki. (WHO,
2018)
Berdasarkan data pada presentase jenis kelainan bawaan pada survei sentinel
kelainan bawaan yang terjadi pada bulan September 2014 – bulan Maret 2018
didapatkan prosentase kelahiran dengan kelainan bawaan atresia ani sebanyak
9,7% (Kemenkes RI 2018).
Sebagai care provider, perawat berperan memberi pelayanan asuhan
keperawatan pada pasien yang membutuhkan sesuai dengan prinsip dan etika
keperawatan. Dengan adanya potensi kelahiran dengan atresia ani / malformsi
anorectal memerlukan penanganan dengan segera. Pada penanganan kelaianan
1
kongenital atresia ani akan sesegera mungkin dilakukan prosedur pembedahan
invasive untuk meminimalisir komplikasi penyakit yang sudah ada (Kemenkes RI
2018).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah yaitu:
“Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Kebutuhan
Eliminasi Patologis Dari Sistem Pencernaan & Kemih Pada Atresia Ani?”.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Utama
Mengetahui konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan
Kebutuhan Eliminasi Patologis Dari Sistem Pencernaan & Kemih Pada
Atresia Ani
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan bagaimana konsep medis pada atresia ani
b. Mampu menjelaskan bagaimana pengkajian pada atresia ani
c. Mampu menetapkan/ merumuskan diagnose pada atresia ani
d. Mampu menjelaskan intervensi pada atresia ani
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
e. Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter, dan
otot dasar panggul.
4
Kelainan kongiental
Perkembangan dari
migrasi kolon pada fetal
usia 7-10
Pembentukan septum
ATRESIA ANI
6
c. Kloaka atau lubang posterior menetap merupakan kelainan yang terjadi
saat satu saluran yang sama bertemu yaitu saluran kemih, lubang vagina
dan rectum
7
kolostomi dilanjutkan 6-8 minggu setelah anoplasty atau bedah
laparoskopi. Kolostomi ditutup 2-3 bulan setelah dilatasi rektal/anal
postoperatif anoplasty. Kolostomi dilakukan pada periode perinatal dan
diperbaiki pada usia 12-15 bulan
b. Non Medis
1) Toilet Training Toilet training dimulai pada usia 2-3 tahun. Menggunakan
strategi yang sama dengan anak normal,misalnya pemilihan tempat
duduk berlubang untuk eliminasi dan atau penggunaan toilet. Tempat
duduk berlubang untuk eliminasi yang tidak ditopang oleh benda lain
memungkinkan anak merasa aman. Menjejakkan kaki le lantai juga
memfasilitasi defekasi
8
2) Bowel Management Meliputi enema/irigasi kolon satu kali sehari untuk
membersihkan kolon.
3) Diet Konstipasi Makanan disediakan hangat atau pada suhu ruangan,
jangan terlalu panas/dingin. Sayuran dimasak dengan benar.
Menghindari buahbuahan dan sayuran mentah. Menghindari makanan
yang memproduksi gas/menyebabkan kram, seperti minuman karbonat,
permen karet, buncis, kol, makanan pedas, pemakaian sedotan.
4) Diet Laksatif/Tinggi serat Diet laksatif/tinggi serat antara lain dengan
mengkonsumsi makanan seperti ASI, buah-buahan, sayuran, jus apel
dan apricot, buah kering, makanan tinggi lemak, coklat, dan kafein.
Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani
adalah anus tampak merah, usus melebar, kadang – kadang tampak ileus
obstruksi, termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh
jaringan, pada auskultasi terdengan hiperperistaltik, tanpa mekonium
dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina
11
Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada
benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal
hematom.
3. Mata
Simetris, tidak konjungtifistis, tidak ada perdarahan
subkonjungtiva, tidak ikterus, tidak nistagamus/ tidak episnatus,
conjungtiva tampak agak pucat.
4. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada
pernafasan cuping hidung, tidak ada pus dan lendir.
5. Mulut
Bibir simetris, tidak macrognatia, micrognatia, tidak
macroglosus, tidak cheilochisis.
6. Telinga
Memiliki 2 telinga yang simetris dan matur tulang kartilago
berbentuk sempurna
7. Thorak
Bentuk dada simetris, silindris, tidak pigeon chest, tidak
funnel shest, pernafasan normal
8. Jantung
Tidak ada mur-mur, frekuensi jantung teratur
9. Abdomen
Simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak
termasa/tumor, tidak terdapat perdarahan pada umbilicus
10. Getalia
Terdapat lubang uretra, tidak ada epispandia pada penis tidak ada
hipospandia pada penis, tidak ada hernia sorotalis.
11. Anus
Tidak terdapat anus, anus nampak merah, usus melebar, kadang-
kadang tampak ileus obstruksi. Thermometer yang dimasukan
kedalam anus tertahan oleh jaringan. Pada auskultasi terdengar
peristaltic.
12. Ektrimitas atas dan bawah
12
Simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap, telapak tangan
maupun kaki dan kukunya tampak agak pucat
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipovelemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai
dengan nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,
volume urine menurun, suhu tubuh meningkat, merasa lemah
(D.0023)
b. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi kandung
kemih ditandai dengan desakan berkemih, sering buang air kecil,
mengompol, volume resiud urine meningkat (D.0149)
c. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen ditandai
dengan defekasi kurang dari 2 kali, pengeluaran feses lama dan
sulit, feses keras, peristaltik usus menurun, mengejan saat
defekasi, distensi abdomen, kelemahan umum (D.0049)
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai
dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, frekensi nadi
meningkat, sulit tidur, nafsu makan berubah (D.0077)
e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
morbilitas ditandai dengan kerusakan jaringan, nyeri (D.0129)
f. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan
suhu tubuh diatas normal, kulit terasa hangat (D.0130)
g. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive
(D.0142)
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
13
1 berhubungan tindakan keperawatan adalah mengidentifikasi dan
dengan 2X24 jam diharapkan mengelola penurunan
kehilangan keseimbangan cairan volume cairan intravaskuler
cairan aktif meningkat (L.05020) (I.03116)
ditandai Kriteria Hasil:
dengan nadi 1. Kekuatan nadi Observasi
teraba lemah, meningkat 1. Periksa tanda dan gejala
tekanan darah 2. Turgor kulit hipovolemia
menurun, meningkat 2. Monitor intake dan
tekanan nadi 3. Output urine output cairan
menyempit, meningkat Terapeutik
turgor kulit 4. Perasaan lemah 1. Hitung kebutuhan cairan
menurun, menurun 2. Berikan asupan cairan
membrane 5. Frekuensi nadi oral
mukosa kering, membaik Edukasi
volume urine 6. Membran mukosa 1. Anjurkan memperbanyak
menurun, suhu membaik asupan cairan oral
tubuh 7. Kelembapan 2. Anjurkan menghindari
meningkat, membran mukosa perubahan posisi
merasa lemah meningkat mendadak
(D.0023) 8. Tekanan darah Kolaborai
membaik 1. Kolaborasi pemberian
9. Suhu tubuh membaik cairan iv
2. Kolaborasi pemberian
produk darah
14
berkemih, meningkat 1. Identifikasi tanda dan
sering buang 2. Mengompol gejala retensi urine
air kecil, meningkat 2. Identifikasi faktor yang
mengompol, 3. Frekuensi BAK menyebabkan retensi
volume resiud membaik urine
urine meningkat 3. Monitor eliminasi urine
(D.0149)
Teraupetik:
1. Catat waktu haluaran
berkemih
2. Batasi asupan cairan
Edukasi:
1. Anjurkan tanda dan
gejala infeksi saluran
kemih
2. Anjurkan mengukur
asuoan cairan dan
haluaran berkemih
3. Anjurkan terapi
modalitas penguatan
otot-otot pinggul
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat supposutoria uretra
3. Konstipasi Setelah dilakukan Manajemen eliminasi fekal
berhubungan tindakan keperawatan adalah mengidentifikasi dan
dengan 2X24 jam diharapkan mengelola gangguan pola
kelemahan otot eliminasi fekal membaik eliminasi fekal (I.04151)
abdomen (L.13113)
ditandai dengan Kriteria Hasil: Observasi
defekasi kurang 1. Kontrol pengeluaran 1. Identifikasi masalah usus
dari 2 kali, feses meningkat dan penggunaan obat
pengeluaran 2. Keluhan defekasi
15
feses lama dan lama dan sulit pencahar
sulit, feses menurun 2. Identifikasi pengobatan
keras, 3. Mengejan saat yang berefek pada
peristaltik usus defekasi menurun kondisi gastrointestinal
menurun, 4. Distensi abdomen 3. Monitor buang air besar
mengejan saat menurun 4. Monitor tanda dan gejala
defekasi, 5. Teraba masa pada kontipasi
distensi rektal menurun
abdomen, 6. Konsintensi feses Terapeutik
kelemahan membaik 1. Jadwalkan waktu
umum (D.0049) 7. Frekuensi defekasi defekasi Bersama
membaik pasien
2. Sediakan makanan
tinggi serat
Edukasi
1. Anjurkan mencatat
warna ,frekuensi
konsistensi feses
2. Anjurkan meningkatkan
aktivitas fisik
3. Anjurkan pengurangan
asupan makanan yang
meningkatkan
pembentukan gas
4. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat suposituria anal
16
pencedera fisik tingkat nyeri menurun sensorik atau emosional
ditandai (L.12111) yang berkaitan dengan
dengan Kriteria Hasil: kerusakan jaringan atau
mengeluh 1. Keluhan nyeri fungsional dengan
nyeri, tampak menurun mendadak atau lambat dan
meringis, 2. Meringis menurun berinteraksi ringan hingga
gelisah, 3. Kesulitan tidur berat (I.08238)
frekensi nadi menurun
meningkat, 4. Perenieum terasa
sulit tidur, tertekan menurun Observasi
nafsu makan 5. Mual dan muntah 1. Identifikasi lokasi ,
berubah menurun durasi, intensitas nyeri
(D.0077) 6. Uterus teraba 2. Identifikasi skala nyeri
membulat menurun 3. Identifikasi respon nyeri
7. Fungsi berkemih non verbal
membaik 4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
1 memperingan nyeri
. Terapeutik
1. Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan
meberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan menggunakan
analgetik secar tepat
Kolaborasi
17
1. Kolaborasi pemberian
analgetik
18
diatas normal, 1. Suhu tubuh membaik Observasi
kulit terasa 2. Suhu kulit membaik 1. Identifikasi penyebab
hangat hipertermia
(D.0130) 2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor komplikasi
hipertermi
Teraupetik
1. Sediakan lingkungan
yang dingin
2. Berikan cairan oral
3. Hindar pemberian
antipirerik
4. Berikan oksigen
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena
7. Resiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi adalah
berhubungan tindakan keperawatan mengidentifikasi dan
dengan efek 2X24 jam diharapkan menurunkan risiko terserang
prosedur invasi tingkat infeksi menurun organisme patogenik
(D.0142) (L.14137) (I.145339)
Kriteria hasil:
1. Kemerahan menurun Observasi:
2. Nyeri menurun 1. Monitor tanda gejala
3. Lelargi menurun infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
1. Batasi jumlah
pengunjung
2. Berikan perawatan kulit
19
pada daerah edema
3. Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi, Jika perlu
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate
meliputi anus, rektum, atau batas di antara keduanya. Atresia ani merupakan
kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus dapat pula
dikatakan bahwa atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik
pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal
Sebagai care provider, perawat berperan memberi pelayanan asuhan
keperawatan pada pasien yang membutuhkan sesuai dengan prinsip dan etika
keperawatan. Dengan adanya potensi kelahiran dengan atresia ani / malformsi
anorectal memerlukan penanganan dengan segera. Pada penanganan
kelaianan kongenital atresia ani akan sesegera mungkin dilakukan prosedur
pembedahan invasive untuk meminimalisir komplikasi penyakit yang sudah ada
B. SARAN
1. Bagi Perawat
Dalam perawatan sistem pencernaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati,
cermat dan teliti agar mempercepat proses penyembuhan. Perawat harus
mampu mengetahui kondisi pasien secara keseluruhan sehingga intervensi
yang diberikan bermanfaat untuk kemampuan fungsional pasien, perawat
harus mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan keluarga untuk
mendukung adanya proses keperawatan serta dalam pemberian asuhan
keperawatan diperlukan pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga
tentang bagaimana cara melakukan intervensi secara mandiri terkait atresia
ani
2. Bagi Mahasiswa
21
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada kasus ini mahasiswa dapat
melakukan intervensi yang bertujuan memperingan kondisi pasien serta dapat
terciptanya asuhan keperawatan yang sesuai
DAFTAR PUSTAKA
Suryaningsih (2018). Buku Ajar Bayi Baru Lahir DIII Kebidanan Jilid I. Jakarta
Selatan: Mahakrya Citra Utama
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1. Jakarta: Persatuanperawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
Wahyu, Dkk. (2022). Buku Ajar Bayi Baru Lahir DIII Kebidanan Jilid II. Jakarta
Selatan: Mahakrya Citra Utama
22
23