ATRESIA ANI
Di susun oleh :
FANDI (AOA0180858)
KATA PENANTAR
Puju syukur kami persembahkan kepada Allah Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
karunia nya lah Kami dapat menyelesaikan tugas kelompok Makalah Farmakologi yang
diberikan kepada kami. Yang dimana Makalah ini kami beri judul : PENYAKIT JANTUNG
BAWAAN. Makalah ini kami susun dengantujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
“keperawatan anak”
Makalah ini juga kami harapkan dapat bermanfaat bagi orang yang berkesempatan
membacanya. Makalah ini kami susun dengan sebaik mungkin dengan menggunakan
beberapa reprefensi dari buku beberapa para ahli dalam bidang Farmakologi.
Serta mengajak kita semua agar dapat mengetahui apa saja Peran Perawat Dalam
Pemberian Obat. Untuk itu kami sangat berharap agar makalah yang kami buat ini dapat
digunakan sebagai acuan yang positif, serta bermanfaat bagi masyarakat.
Penulis
DAFTAR ISI
1.3. Tujuan..................................................................................................... 2
2.3. Klasifikasi..................................................................................................................... 3
2.4. Patofisiologi....................................................................................................................3
2.5. Pathway............................................................................................................................
2.8. Penatalaksanaan................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Insiden terjadinya atresia ani berkisar dari 1500-5000 kelahiran hidup dengan
sedikit lebih banyak terjadi pada laki-laki. 20 % -75 % bayi yang menderita atresia ani
juga menderita anomali lain. Kejadian tersering pada laki-laki dan perempuan adalah
anus imperforata dengan fistula antara usus distal uretra pada laki-laki dan vestibulum
vagina pada perempuan (Alpers, 2006).
PEMBAHASAN
Istilah atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu “a” yang berarti tidak ada dan
trepsis yang berarti makanan atau nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia adalah
suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal.
Sumber lain menyebutkan atresia ani adalah kondisi dimana rectal terjadi
gangguan pemisahan kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan. Jadi menurut
kesimpulan penulis, atresia ani adalah kelainan congenital anus dimana anus
tidakmempunyai lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi gangguan
pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Walaupun kelainan lubang anus akan
mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan
yang cermat atau pemeriksaan perineum. Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang
dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3
tahun 2002).
Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran
yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang
tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang
berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. (sumber
Purwanto. 2001 RSCM).
2.2. Etiologi
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber
mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan
pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Pada kelainan bawaan anus umumnya
tidak ada kelainan rectum, sfingter, dan otot dasar panggul. Namun demikian pada
agenesis anus, sfingter internal mungkin tidak memadai.
Menurut penelitian beberapa ahli masih jarang terjadi bahwa gen autosomal
resesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua yang mempunyai gen carrier
penyakit ini mempunyai peluang sekitar 25% untuk diturunkan pada anaknya saat
kehamilan. 30% anak yang mempunyai sindrom genetic, kelainan kromosom atau
kelainan congenital lain juga beresiko untuk menderita atresia ani. Sedangkan
kelainan bawaan rectum terjadi karena gangguan pemisahan kloaka menjadi rectum
dan sinus urogenital sehingga biasanya disertai dengan gangguan perkembangan
septum urorektal yang memisahkannya.
Faktor predisposisi
Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir
seperti :
2.3. Klasifikasi
Secara fungsional, pasien atresia ani dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu:
2. Tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalan keluar
tinja. Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan
dekompresi spontan kolon, memerlukan beberapa bentuk intervensi bedah
segera. Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok
anatomi yaitu :
a. Anomali rendah
b. Anomali intermediet
Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis; lesung anal dan
sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.
c. Anomali tinggi
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini
biasanya berhubungan dengan fistuls genitourinarius – retrouretral (pria) atau
rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit
perineum lebih dari 1 cm.
Golongan II pada laki – laki dibagi 4 kelainan yaitu kelainan fistel perineum,
membran anal, stenosis anus, fistel tidak ada. Fistel perineum sama dengan pada
wanita ; lubangnya terdapat anterior dari letak anus normal. Pada membran anal
biasanya tampak bayangan mekonium di bawah selaput. Bila evakuasi feses tidak ada
sebaiknya dilakukan terapi definit secepat mungkin. Pada stenosis anus, sama dengan
perempuan, tindakan definitive harus dilakukan. Bila tidak ada fistel dan udara < 1 cm
dari kulit pada invertogram, perlu juga dilakukan pembedahan.
Gangguan Pertumbuhan
Pembentukan Anus Dari
Tonjolan Embrionik
ATRESIA ANI
Vistel
Feces Tidak
Rektovaginal
Keluar
Peningkatan Tekanan
Intra Abdomen Reabsorbsi Sisa
Mikroorganisme
Metabolisme oleh Tubuh
Masuk Saluran Kemih
Dysuria
Operasi: Mual, Penumpukan Sisa
Anoplasti Muntah Metabolisme
Colostomi
Nyeri
Iritasi
Mukosa
Gangguan Rasa
Nyaman
Resti Kerusakan
Integritas Kulit
2.6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia ani adalah kegagalan lewatnya
mekonium setelah bayi lahir, tidak ada atau stenosis kanal rectal, adanya membran
anal dan fistula eksternal pada perineum (Suriadi, 2001). Gejala lain yang nampak
diketahui adalah jika bayi tidak dapat buang air besar sampai 24 jam setelah lahir,
gangguan intestinal, pembesaran abdomen, pembuluh darah di kulit abdomen akan
terlihat menonjol (Adele,1996).
Bayi muntah – muntah pada usia 24 – 48 jam setelah lahir juga merupakan
salah satu manifestasi klinis atresia ani. Cairan muntahan akan dapat berwarna hijau
karena cairan empedu atau juga berwarna hitam kehijauan karena cairan mekonium.
1. Pemeriksaan radiologis
4. CT Scan
ASKEP TEORI
A. Diagnosa Keperawatan
B. Intervensi Keperawatan
Intervensi :
Intervensi :
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. “Buku Saku Keperawatan Pediatrik”. Edisi ke-3.
Jakarta : EGC.
Doengoes Merillynn. 1999. “Rencana Asuhan Keperawatan, Nursing care plans, Guidelines
for planing and documenting patient care”. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. “Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik”. Sri Kurnianianingsih (ed),
Monica Ester (Alih Bahasa). edisi ke-4. Jakarta : EGC.Jakarta.