Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Jumlah penduduk lansia di Indonesia berada di nomor empat terbesar di dunia setelah China,
India, dan Amerika. Jumlah lansia besar namun tetaplah menjadi kaum minoritas di
lingkungannya karena akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan. Selain itu faktor
yang menyebabkan lansia sebagai kaum minoritas adalah usia lanjut yang merupakan periode
kemunduran, terjadinya perubahan fisik, dan kurangnya adaptasi lansia yang buruk pada
lingkungannya (Azizah, 2011).
Proses menua akan terjadi perubahan-perubahan baik anatomis, biologis, fisiologis
maupun psikologis. Gejala-gejala kemunduran fisik antara lain kulit mulai mengendur,
timbul keriput, mulai beruban, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah,
gerakan mulai lamban dan kurang lincah masalah tersebut akan berpotensi pada masalah
kesehatan baik secara umum maupun kesehatan jiwa (Juniarti 2008). Adanya perubahan-
perubahan yang dialami lansia, seperti perubahan pada fisik, psikologis, spiritual, dan
psikososial menyebabkan lansia mudah mengalami stres (Azizah, 2011).
Faktor yang mempengaruhi stres pada lansia ada dua, yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah sumber stres yang berasal dari diri seseorang sendiri, seperti penyakit
dan konflik. Sedangkan faktor eksternal adalah sumber stres yang berasal dari luar diri
seseorang seperti keluarga dan lingkungan. Stres juga dapat menimbulkan dampak negatif,
misalnya: pusing, tekanan darah tinggi, mudah marah, sedih, sulit berkonsentrasi, nafsu
makan berubah, tidak bisa tidur ataupun merokok terus menerus (Niken, 2014). Menurut
Isnaeni (2010), untuk menghindari dampak dari stres, maka diperlukan adanya suatu
pengelolaan stres yang baik. Dalam mengelola stres dapat dilakukan dengan terapi
farmakologi yang meliputi penggunaan obat cemas (axiolytic) dan anti depresi (anti
depressant), serta terapi nonfarmakologi yang meliputi pendekatan perilaku, pendekatan
kognitif, serta relaksasi. Salah satu jenis terapi yang dapat mengurangi stres dan belum
banyak di terapkan di Indonesia adalah terapi life review atau terapi telaah pengalaman hidup
1.2 Tujuan
a. Mengetahui definisi dari terapi modalitas kelompok
b. Manfaat terapi aktivitas kelompok
c. Klasifikasi dari terapi aktivitas kelompok
d. Cara mengaplikasikan terapi modalitas kelompok
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia.
Terapi modalitas adalah suatu kegiatan dalam memberikan askep baik di Institusi pelayanan
maupun di masyarakat yang bermanfaat. Pencapaian tujuan terapi modalitas tergantung pada
keadaan kesehatan klien dan tingkat dukungan yang tersedia (Maryam, dkk 2008). Pencapaian
tujuan terapi modalitas tergantung pada keadaan kesehatan klien dan tingkat dukungan yang
tersedia. Terapi ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia
( Anastasia, 2010 )

2.2 Manfaat Terapi Modalitas Pada Lansia

Manfaat terapi aktifitas kelompok pada lansia (Mubarak, 2008):

a. Agar anggota kelompok merasa dimiliki, diakui dan dihargai eksistensinya oleh anggota
kelompok yang lain.
b. Membantu anggota kelompok berhubungan dengan yang lain serta merubah perilaku
yang dekstruktif dan maladaptif.
c. Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling membantu satu sama lain untuk
menemukan cara menyelesaikan masalah.
d. Mengisi waktu luang bagi lansia.
e. Meningkatkan kesehatan lansia.
f. Meningkatkan produktivitas lansia.
g. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia.

2.3 Klasikiasi Terapi Modalitas Pada Lansia

(Maryam Siti, dkk 2008):

a. Psikodarma
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia
b. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi,
bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini dibutuhkan
leader, co-leader, dan fasilitator.
c. Terapi Musik
Bertujuan untuk menghibur para lansia sehingga meningkatkan kebersamaan, gairah
hidup dan dapat mengenang masa lalu.
d. Terapi Berkebun
Bertujuan melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu luang.
e. Terapi dengan binatang
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari sepinya dengan
bermain bersama binatang
f. Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan
membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan.
g. Terapi Kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan cerdas cermat, mengisi
TTS, dan lain-lain.
h. Liter review terapi/ terapi rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan
melihat pemandangan.
i. Terapi Keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan meningkatkan rasa
nyaman. Seperti mengadakan pengajian, kebaktian, dan lain-lain.
j. Terapi Keluarga
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diindentifikasi dan
kontribusi dari masing-masing anggoa keluarga terhadap munculnya masalah tersebut
digali. Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri;
apa masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya
masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan
meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
k. Terapi Aroma
Terapi aroma berhubungan dengan inhalasi atau pemakaian minyak alami yang diuapkan
dari berbagai tanaman. Mereka yang menggunakan terapi aroma mengatakan terapi
aroma efektif dalam menurunkan stress, mencegah penyakit tertentu baik fisik maupun
psikologis.

2.4 Cara Mengaplikasikan Terapi Modalitas pada Lansia

a. Pokok bahasan : Terapi klien dengan rematik

Sub pokok bahasan :senam rematik

Hari/Tanggal :

Jam :

Tempat : Sasaran : Lansia dengan keluhan rematik

b. Tujuan

1) Tujuan umum
Klien mampu melakukan senam rematik dengan baik
2) Tujuan Khusus
Klien mampu melakukan senam rematik secara mandiri dan nyeri sendi berkurang
setelah melakukan senam rematik

c. sasaran

Berdasarkan pengamatan dan kajian status klien maka sasaran klien yang dilibatkan
dalam terapi aktivitas kelompok ini adalah klien dengan masalah nyeri sendi berjumlah
10 orang.

d. metode
Metode yang digunakan demonstrasi dan redemonstrasi.
e. Strategi Pelaksanaan
1) Deskripsi struktur kelompok
a) Leader dan Co Leader
 Memimpin acara : menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan
 Menjelaskan peraturan dan membuat kontrak dengan peserta
 Memberikan motivasi kepada peserta
 Mengarahkan acara dalam pencapaian tujuan
 Memberikan reinforcemen positif terhadap peserta
b) Fasilitator
 Ikut serta dalam kegiatan kelompok
 Memberikan stimulus atau motivasi pada peserta lain untuk berpartisipasi
aktif
 Memberikan reinforcement terhadap keberhasilan peserta lainnya
 Membantu melakukan evaluasi hasil
c) Observer
 Mengamati dan mencatat respon klien
 Mencatat jalannya aktivitas terapi
 Mengikuti proses evaluasi
d) Peserta
 Mengikuti seluruh kegiatan
 Berperan aktif dalam kegiatan
 Mengikuti proses evaluasi
2) Langkah-langkah kegiatan
a. Fase Orientasi
 Waktu : 10 menit
 Salam terapeutik
 Kontrak
- Waktu : 45 menit
- tempat : Halaman
- topik : senam rematik
 tujuan aktivitas : melatih gerakan sendi para lansia agar meminimalisasi
sakit akibat nyeri sendi
 aturan main : setiap peserta harus memperhatikan, mengikuti dan
kemudian dapat mempraktekkan hal yang diajarkan
b. fase kerja
 Waktu : 20 menit
 Menjelaskan pentingnya senam rematik
 Menjelaskan cara-cara melakukan senam rematik
 Melatih pasien mempraktekkan senam rematik
 Berikanpujian untuk setiap keberhasilan klien dengan memberi tepuk
tangan
c. Fase Terminasi
 Waktu : 15 menit
 Evaluasi - Pemimpin TAK mengeksplorasi perasaan anggota kelompok
setelah mempraktekkan cara mandi. Contoh : “bagaimana perasaannya
setelah mengikuti kegiatan hari ini ?”
- Pemimpin TAK memberikan umpan balik positif pada anggota
kelompok
- Pemimpin TAK meminta anggota kelompok untuk mencoba
mempraktekkan kembali dalam kehidupan sehari-hari
d. Media dan Alat
 Media : Musik
 Alat : Sound, HP
e. Organisasi Kelompok
 Leader :
 Co Leader :
 Fasilitator :
 Observer :
 Peserta :
f. Evaluasi dan Dokumentasi
 Bentuk form evaluasi
Evaluasi proses dilakukan oleh observer terhadap jalannya acara dan
kesesuaian dengan tujuan yang diharapkan. Evaluasi hasil ditentukan
berdasarkan kriteria :
- Respons fisik dan verbal yang ditunjukkan oleh klien yang
menjadi peserta TAK
- Penilaian ulang respons klien akan penilaian diri dua jam setelah
kegiatan oleh observer dan fasilitator
 Pendokumentasian di masing-masing proses keperawatan klien
- Klien mendengarkan dan memperhatikan secara seksama dan
antusias apa yang di sampaikan oleh terapis
- Klien dapat mempraktekkan dengan benar apa yang telah
diajarkan.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pemberian terapi merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pemulihan kesehatan
pada lansia. Pemberian modalitas alamiah ataupun dengan menggunakan peralatan
khusus biasanya hanya mengurangi keluhan yang bersifat sementara, akan tetapi latihan-
latihan yang bersifat pasif maupun aktif yang bertujuan untuk mempertahakan kekuatan
pada sekelompok otot-otot tertentu. Agar mobilitas tetap terjaga, sebaiknya dilaksanakan
secara berkesinambungan.

3.2 SARAN

Peran perawat sangat diperlukan untuk mempertahankan derajat kesehatan lansia dengan
taraf setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan, oleh
karena itu perkembangan ilmu dan praktek dalam pembelajaran sangat penting untuk
memenuhi kualitas sumber daya yang diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai