Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL

NEONATAL PADA BAYI BARU LAHIR NY.S DENGAN ATRESIA


ANI

Disusun Sebagai Laporan


Untuk Memenuhi Syarat Kompetensi
Praktik Klinik Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

Oleh :
Verani Tri Yolanda (2015301036)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN
TANJUNGKARANG PROGRAM STUDI SARJANA
TERAPAN KEBIDANAN TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neon atal Pada Ny.S atresia ani
Telah diperiksa dan disahkan pada
Hari : Senin
Tanggal : 12 September 2022

Mengetahui dan Mengesahkan

Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan

Dr. Sudarmi, S.Pd., M.Kes Mufidah, Skep, Ners


NIP. 19651105198502003 NIP. 1980052020050102007

Mengetahui
Ketua Program Studi D4 kebidanan tanjung karang

Yeyen Putriana
S.SiT.,M.Keb NIP.
197401281992122001
KATA
PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan Laporan Rumah sakit yang berjudul “Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal Pada Bayi Baru Lahir Dengan Atresia ani ” di ajukan guna untuk memenuhi salah satu tugas pada
program studi diploma sarjana terapan kebidanan.
Penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak karena itu pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Warjidin Aliyanto, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Tanjung Karang
2. DR. Sudarmi,S.Pd.,M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Tanjug Karang di
Bandar Lampung
3. Yeyen Putriana, S.SiT, M.Keb sebagai Ketua Program Studi STR Kebidanan Politeknik Kesehatan
Tanjung Karang
4. DR. Sudarmi, S.Pd., M.Kes pembimbing institusi
5. Mufidah, Skep, Ners sebagai pembimbing lahan praktik di RSAB Harapan Kita
6. Semua pihak yang telah membantu terselesainya penyusunan laporan ini.
Semoga semua amal kebaikan dapat di terima dan di balas oleh tuhan yang maha esa. Kritik dan saran untuk
penyempurnaan studi kasus ini sangat di harapkan. Demikianlah, atas perhatiannya di ucapkan terima kasih

Bandar Lampung, 09 September 2022


Penulis
 
 BAB 1
TINJAUAN TEORI
1.1 DEFINISI
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforatemeliputi anus, rectum
atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002).Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya
perforasi membran yangmemisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang
tidaksempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anusnamun
tidak berhubungan langsung dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM)Atresia Ani merupakan
kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau salurananus (Donna L. Wong, 520 :
2003).Atresia berasal dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi ataumakanan. Dalam
istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atautertutupnya lubang badan
normal atau organ tubular secara kongenital disebut jugaclausura. Dengan kata lain tidak adanya
lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa
terjadi karena bawaan sejak lahir atauterjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran
itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak
berlubangnyadubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi
makahampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya.

1.2 ETIOLOGI
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber mengatakankelainan bawaan
anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anusdari tonjolan
embriogenik. Atresia ani dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus lubang
dubur., rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu
keempat sampaikeenam usia kehamilan.
4. Berkaitan dengan sindrom down ( kondisi yang menyebabkan sekumpulan gejala
mentaldan fisik khas ini di sebabkan oleh kelainan gen dimana terdapat ekstra
salinankromosom 21)
5. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan

1.3 PATOFISIOLOGI
Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupanembrional. Anus dan
rektum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari bagian belakang
berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitourinaria danstruktur anorektal. Terjadi
stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal.Terjadi atresia ani karena tidak ada
kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolonantara 7 dan 10 mingggu dalam perkembangan
fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada
uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar melalui anus menyebabkan fekal
tidak dapat dikeluarkansehingga intestinal mengalami obstruksi

Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula. Obstruksi inimengakibatkan


distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya.Apabila urin mengalir melalui
fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehinggaterjadi asidosis hiperkloremia, sebaliknya
feses mengalir ke arah traktus urinariusmenyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya
akan terbentuk fistula antararektum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan fistula ke
vagina (rektovagina)atau perineum (rektovestibuler). Pada laki-laki biasanya letak tinggi, umumnya
fistulamenuju ke vesika urinaria atau ke prostate. (rektovesika). Pada letak rendah fistula menujuke
uretra (rektourethralis).

1.4 MANIFESTASI KLINIS


1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tdk ada fistula).
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
6. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
7. Perut kembung. (Betz. Ed 7. 2002)

 1.5 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain:
a. Asidosis hiperkloremia.
b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
d. Komplikasi jangka panjang yaitu eversi mukosa anal, stenosis (akibat konstriksi jaringan perut
dianastomosis).
e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi).
g. Prolaps mukosa anorektal.
h. Fistula (karena ketegangan abdomen, diare, pembedahan dan infeksi).(Ngastiyah, 2005).

1.6KLASIFIKASI
a. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapatkeluar. 
b. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
c. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rektum dengan anus.

1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
1. Pemeriksaan rectal
digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umumdilakukan pada
gangguan ini.
2. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel
mekonium.
3. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat menunjukkanada
nya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium yangmencegah
udara sampai keujung kantong rectal
4.  Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.
Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum
tersebutsampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah
masuk1,5 cm Derek tersebut dianggap defek tingkat tinggi
6.Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan :
a. Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah
tersebut. 
b. Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir
dangambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus,
pada bayi dengan anus impoefartus. Udara berhenti tiba-tiba di daerah
sigmoid,kolon/rectum.
c. Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala
dibawahdan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto
daerah antara benda radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat
diukur

 
1.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai
berikut :
2. Pemeriksaan rectal
digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umumdilakukan pada
gangguan ini.
3. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel
mekonium.
4. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat menunjukkanada
nya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium yangmencegah
udara sampai keujung kantong rectal.
5. Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.
6. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum
tersebutsampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah
masuk1,5 cm Derek tersebut dianggap defek tingkat tinggi.
7. Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan :a. Udara dalam usus berhenti tiba-
tiba yang menandakan obstruksi di daerah tersebut. b. Tidak ada bayangan udara
dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dangambaran ini harus dipikirkan
kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus, pada bayi dengan anus impoefartus.
Udara berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid,kolon/rectum.c. Dibuat foto anterpisterior
(AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawahdan kaki diatas pada anus
benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah antara benda radio-opak dengan
dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.

1.9 PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahankelainan.
Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untukkelainan dilakukan
kolostomi beberapa hari setelah lahir, kemudian anoplasti perinealyaitu dibuat anus permanen
(prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan
ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkanuntuk memberi waktu pada pelvis untuk
membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi
untuk menambah berat badan dan bertambah baik status nutrisnya. Gangguan ringan di atas
dengan menarik kantongrectal melalui afingter sampai lubang pada kulit anal fistula, bila ada
harus tutup

Anda mungkin juga menyukai