Anda di halaman 1dari 24

Konsep dan Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan

NECROTIZING ENTEROCOLITIS( NEC)

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah: Keperawatan Anak Sakit

DISUSUN OLEH :

Fitri Diana Astuti, S.Kep.,Ns 215120039

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANJENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya kepada kami sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu yang berjudul“ NECROTIZING ENTEROCOLITIS’’. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah: Keperawatan Anak Sakit
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis hadapi,
namun penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
dorongan, bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis
hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Ibu Sri Wulandari, M.Kep.,Ns.,Sp.An & Ibu Siti Dewi Rahmayanti S.Kp.Ns,M.Kep selaku
dosen mata kuliah Keperawatan Anak Sakit
saya menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan,
mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu kritik dan
saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan  penyusunan makalah yang akan datang
semoga dengan adanya pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu
pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

19 Maret 2021
Penyusun

Fitri Diana Astuti

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................... 4
a. Definisi/Pengertian Necrotozing Enterocolitis.......................4
b. Epidemologi Necroting Enterocolitis ....................................5
c. Etiologi Necrotizing Enterocolitis…………………………..5
d. Patofiologi Necroting Enterocolitis…………………………7
e. Faktor predispose…………………………………………...7
f. Patogenesis………………………………………………….8
g. Pemeriksaan Penunjang…………………………………….14
h. Penatalaksanaan…………………………………………….15
BAB III Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ...........................18
BAB IV PENUTUP
a.Kesimpulan.............................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A  Definisi

      Berikut ini ialah beberapa definisi/pengertian dari Necrolitizing Enterocolitis (NEC) :

Necrolitizing Enterocolitis ialah kelainan pada saluran pencernaan berupa bercak / nekrosis


difus pada mukosa / submukosa kolon yg didapat & amat kerap kali terjadi pada neonatus
prematur & dgn berat lahir sangat rendah.

NEC ialah salah satu penyakit yg bisa mengenai neonatus prematur dlm minggu-minggu
pertama kehidupan. “Entero” merujuk ke usus halus, “colo” merujuk kepada usus
besar, & “itis” berarti peradangan. NEC melibatkan infeksi & peradangan yg
menyebabkan kerusakan usus / bagian dari usus / bagian dari usus.
(http://www.scibd.com/doc/41128509/enterokolitisnekrosis diunduh tanggal 20 Maret 2021)

Necrolitizing enterocolitis (NEC) ialah penyakit gastrointestinal didapat (akuisita) yg amat


kerap kali pada neonatus baru lahir. (Kitterman, 2006: 297)

NEC ialah suatu keadann yg terjadi terutama pada neonatus prematur / berat badan lahir
rendah. Kemungkinan dikarenakan karena hipoksia yg menyebabkan iskemia pada
usus.Beberapa bagian dari dinding usus mengalami nekrosis dgn terjadinya obstruksi &
peritonitis. (Hinchliff, 1999:296)

NEC mewujudkan/adalah penyakit inflamator serius dari mukosa usus. Biasanya terjadi pada
neonatus prematur yg sakit & pada neonatus yg memiliki kateter deuer umbilikalis / transfusi
tukar. (Sacharin,1996: 468)

NEC mewujudkan/adalah penyakit saluran pencernaan yg terjadi pada neonatus baru lahir,
kejadiannya lebih berlimpah terjadi pada neonatus prematur. NEC yaitu entero ialah usus
kecil; colitis ialah infeksi & peradangan pada usus besar (kolon); nekrotisans ialah kerusakan
& kematian sel-sel.
(http://id.scribd.com/doc/54426675/ASUHAN-KEPERAWATAN-Necrotizingdiakses
tanggal 20 Maret 2021)

4
B  Epidemiologi

Angka kejadian NEC sangat bervariasi antar negara bagian di Amerika Serikat, berkisar
antara 3–28% dgn rata-rata 6 -10% terjadi pada neonatus dgn berat lahir minus dari 1500
gram. Berbanding terbalik antara usia kehamilan saat lahir / berat lahir dgn insiden NEC, yaitu
semakin cukup usia kehamilan / semakin cukup berat lahir, semakin rendah resiko terjadinya
NEC.

Necrolitizing Enterocolitis lebih kerap kali terjadi pada neonatus laki–laki, & beberapa
penulis melaporkan angka kejadian lebih berlimpah pada manusia afrika daripada manusia kulit
putih ataupun ras hispanik. Walaupun kebanyakan neonatus yg menderita NEC ialah neonatus yg
lahir pada usia kehamilan preterm, tapi 5-10% dari kasus yg dilaporkan, jg terjadi pada neonatus
yg lahir pada usia kehamilan lebih dari 36 minggu. Dlm tiga dekade terakhir angka mortalitas yg
dikarenakan karena NEC berkisar antara 10-30% dgn trend menurun seiring dgn semakin
berkembangnya advances neonatal car.

C.  Etiologi

Penyakit ini amat kerap kali muncul pada neonatus yg sakit & mewujudkan/adalah
kedaruratan bedah yg amat kerap kali terjadi di antara neonatus baru lahir.Skala penyakitnya
berbeda-beda, dari yg rendah (bisa sembuh sendiri) hingga berat (inflamasi & nekrosis menyebar
pada lapisan mukosa & submukosa usus).Necrotizing enterocoliis mewujudkan/adalah penyakit
yg dominan terjadi pada neonatus premature. Pada neonatus prematur, terdapat penurun
immunokompeten, immaturitas saluran cerna, & abnormalitas peristaltik.Hal ini bisa
menyebabkan maldigesti & malabsorbsi nutrisi yg memacu pertumbuhan bakteri, kolonisasi, &
iskemi pada usus neonatus prematur.Selain 1tu, ketidakstabilan kardiorespirasi, homeostatik, &
miskinnya autoregulasi aliran darah, menyebabkan neonatus prematur lebih rentan terhadap
kejadian iskemik / hipoksia, & menempatkan mereka pada risiko NEC. Karena kejadian
remature inilah muncul beberapa penyebab terjadinya NEC, diantaranya :

1. Iskemia Gastrointestinal

Sudah disebutkan diatas bahwa pada neonatus premature terjadi ketidakstabilan dlm
kardiorespiasim homeostatic & miskinnya autoregulasi.Dari keadann tersebutlah kian tubuh
seorang anak yg mengalami NEC memiliki keterbatasan dlm perfusi jaringan.
Saat mengalami keterbatasan perfusi, terjadi mekanisme pertahanan tubuh yg melindungi
otak & jantung dari kerusakan dampak iskemik, yaitu aliran darah di tubuh diprioritaskan buat
dialirkan ke dua organ tubuh tersebut dgn memindahkan aliran darah dari mesentrika &
renal.Aliran darah mesentrika berada pada prioritas yg sangat rendah saat terjadi hipoksia,

5
sehingga pada neonatus yg mengalami asfiksia, aliran darah ke abdomen, ileum, & koon
menurun drastis selama episode tersebut.
Apabila terjadi gangguan regulasi di mesentrika menuju intestin, kian mau terjadi hipoksia
pada area organ tubuh yg mendapatkan aliran darah dari mesentrika yg mencetuskan terjadinya
injuri & disrupsi pada mukosa epitel intestinal.Saat hal tersebut terjadi, bakteri bisa dgn gampang
masuk pada area injuri & membuat dampak kerusakan jaringan, termasuk nekrosis & ulserasi.
 
2.      Imunitas Neonatus

Neonatus yang memiliki imunitas rendah & saluran GI yg belum matur, memiliki
kemungkinan buat terserang NEC. Pada saat lahir, mukosa usus neonatus belum memiliki
antibodi imunoprotektif utama di gastrointestinal, IgA. Karena ASI memiliki faktor protektif
nonspesifik & spesifik seperti sel imunokompeten, IgA, laktoferin, lisozim, & lactobacillus
bifidus growth factor, ASI bisa mengurangi insiden & keparahan NEC. Pada saluran
gastrointestinal yg belum matur, usus belum mampu mencerna makanan dgn baik, terutama
makanan-makanan formula. Ditambah lagi, barrier mukosa belum berkembang dengan baik,
sehingga bisa terjadi translokasi bakteri & antigen makanan yang tak tercerna ke lamina propia
sehingga mengaktivasi sel peradangan

3.      Makanan enteral

Seperti yang disebutkan diatas tadi, neonatus premature memiliki saluraan cerna yg belum
sempurna sehingga jika diberi makanan berlebih bisa terjaadi malabsorbsi. Salah satu misalnya
makanan enteral ialah susu formula. Kebanyakan manusia tua belum menyadari betapa
pentingnya ASI bagi si neonatus & dgn keadann neonatus premature yg lemah manusia tua
menjadi berpikir jalan pintas buat mencukupi kebutuhan gizi anaknya dgn susu formula.

Susu formula mengandung karbohidrat & lemak yg mewujudkan/adalah cairan hypertonis


jika masuk kedalam tubuh manusia. Pada neonatus sehat jika cairan hypertonis tersebut masuk,
usus mau berfungsi dgn baik buat bisa mengabsorpsi kandungan susu tersebut. Tetapi tak pada
neonatus dgn NEC.

Pada neonatus dgn NEC, terjadi malabsorpsi parsial terhadap konstituen lemak & karbohidrat
pada susu dampak organ tubuh yg belum matur, bakteri-bakteri fermentasi membentuk asam
organik, karbon dioksida, & gas hidrogen hasil nutrient yg tersisa. Saat NEC berkembang,
neonatus mengalami kehilangan karbohidrat yg besar pada intestine, membuat dampak
menurunnya substansi pada feses & hydrogen-filled cysts diantara mukosa usus.

6
D. Patofisiologi

Penyebab pasti NEC tidak diketahui, tetapi beberapa teori berusaha menjelaskan.
Kemungkinan dipikirkan jaringan usus bayi prematur masih lemah dengan sedikitnya aliran
darah dan oksigen dan saat proses pencernaan dimulai, makanan bergerak sepanjang usus,
bakteri yang normal berada di usus dapat masuk dan merusak dinding jaringan usus
Kerusakan usus yang terjadi dapat mempengaruhi sedikit bagian dari usus atau dapat
semakin berat dan melibatkan bagian usus lebih luas. Bayi tidak dapat untuk melanjutkan
proses makan (susu) dan tampak sakit bila bakteri terus menyebar sepanjang dinding usus
dan kadangkala masuk ke aliran darah. Dalam kasus NEC yang berat dapat terjadi lubang di
usus (perforasi) yang membuat bakteri keluar dari usus dan dapat menginfeksi rongga perut.

4. Invasi Bakteri

Invasi bakteri ini masih sangat erat hubungannya dgn pemberian makan enteral.Karena
pencernaan & motilitas yg belum sempurna bisa meninggalkan makanan dlm lumen usus
buat waktu yg lama menyebabkan pertumbuhan yg berlebihan & translokasi bakteri.
Adanya media yg cocok berasal dari nutrisi enteral menyebabkan proliferasi bakteri
diikuti karena invasi terhadap mukosa usus & memunculkan kerusakan dampak produksi gas
(metana & hidrogen) yg dihasilkan organisme menyebabkan pneumatosis intestinalis yg
mewujudkan/adalah patognomonik NEC dampak gas fermentasi yg dihasilkan bakteri
terperangkap pada jaringan. Selanjutnya terjadi nekrosis / gangren transmural usus &
berakhir dgn perforasi & peritonitis.

5. Respon inflamasi

Pemicu proses inflamasi dimediasi karena faktor-faktor termasuk platelet-activating factor


(PAF), tromboksan, & beberapa sitokin. Alasan lain tingginya risiko NEC pada neonatus
prematur ialah barier mukosa usus imatur berpotensi menyebabkan translokasi bakteri / toksin ke
sirkulasi splanknikus mengaktifkan kaskade mediator-mediator inflamasi & vasokonstriktor yg
menyebabkan respon inflamasi luas bahkan sepsis pada beberapa wujud NEC.Kerusakan barier
mukosa yg terjadi lewat fenomena apoptosis / kematian sel terprogram yg semakin menurunkan
integritas barier mukosa.

Necrolitizing Enterocolitis bisa muncul sebagai kumpulan penyakit / penyakit dominan di


Unit Rawat Intensif Neonatus.Beberapa kumpulan tampaknya berhubungan dgn organisme
spesifik (misalnya Klebsiella, Escherichia coli, Staphylococcus koagulase-negatif), tetapi kerap
kali kuman patogen spesifik tak diketahui.

7
E. Faktor Predisposisi

1.      Berat badan lahir rendah & minus bulan


2.      Neonatus dgn asfiksia
3.      Neonatus dgn sindroma gangguan pernafasan/apnu berulang
4.      Neonatus lahir PRM / infeksi perinatal lain
5.      Neonatus yg mendapat katerisasi vena umbilikalis
6.      Penyakit jantung bawaan sianotik
7.      Hipotermia, tekan darah rendah & gangguan keadann umum lainnya.

F. Patogenesis

Patogenesis NEC sulit buat dipahami & kontroversial, walaupun demikian, patogenesis NEC
ialah multifaktor. Ada tiga mekanisme patologis utama dlm proses terjadinya NEC: cedera
iskemik pada usus, kolonisasi bakteri usus, & adanya suatu substrat seperti formula.

Cedera hipoksik/iskemik menyebabkan aliran darah ke usus menurun. Hipoperfusi usus ini
selanjutnya merusak mukosa usus,& sel mukosa yg melapisi usus menghentikan sekresi enzim
protektif. Bakteri yg berproliferasi dibantu karena makanan enteral (substrat), menginvasi
mukosa usus yg rusak sehingga terjadi kerusakan usus lebih lanjut karena pelepasan bakteri &
gas hidrogen.Gas mulanya membelah lapisan serosa & submukosa usus (pneumatosis
intestinalis).Gas tersebut jg bisa robek ke dlm bantalan vaskular mesentrika, yg mau
didistribusikan ke dlm sistem vena hepar.Tiksin bakterial yg berkombinasi dgn iskemia membuat
dampak nekrosis.Nekrosis usus yg sangat tebal membuat dampak perforasi dgn pelepasan udara
bebas ke dlm ronga peritoneal (pneumoperitoneum) & peritonitis.

G. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala yg muncul pada NEC bisa terjadi tiba-tiba tetapi umumnya onset terjadi
pada 1-2minggu sesudah kelahiran & bisa terjadi hingga beberapa minggu.Onset NEC
berbanding terbalik dgn usia kehamilan dimana neonatus yg lahir pada 28 minggu cenderung
menderita NEC lebih besar dari pada neonatus usia yg lebih matang.

Berikut ini ialah beberapa gambaran klinis yg ditunjukkan karena neonatus :

1. Aspirat/muntah biliosa
2. Intoleransi makanan
3. Tinja berdarah
4. Distensi & nyeri abdomen yg bisa berlanjut ketahap perforasi dgn gambaran :

8
-Nyeri abdomen bertambah
  -Dinding abdomen keras, terdapat tahanan & tampak pucat
- Edema dinding abdomen
  - Suara usus yg menghilang
  -Terdapat massa abdomen

5. Terjadi sepsis dengan gambaran :


-Instabilitas suhu
-Ikterus
-Apnea & bradikardi
-Letargi
-Hipoperfusi syok (Lissaueur Tom and Avroy Fanaroff : 86)

NEC pada neonatus matur berbeda dgn neonatus prematur.Tak seperti neonatus prematur yg
berkembang pada minggu kedua / ketiga kehidupan (rata-rata 12 hari), sebagian besar kasus
terlihat pada minggu pertama (rata-rata 2 hari). NEC pada neonatus matur biasanya dampak
penyakit sekunder, dari keadann seperti asfiksia saat lahir, polisitemia, penyakit jantung bawaan,
infeksi rotavirus, & hirschsprung disease. Prognosis umumnya lebih baik daripada prematur, dgn
tataran kematian 0% -13%

Sedangkan menurut Gomela, manifestasi klinis dari NEC bisa dikategorikan sesuai dgn
kriteria Bell’s, yaitu:

1. Stadium 1 (suspek NEC)


a. a.Kelainan sistemik : Tandanya tak spesifik, termasuk apneu, bradikardia, letargi & suhu
tak stabil.
b. Kelainan abdominal  : Termasuk intoleransi makanan, rekuren residual lambung, &
distensi abdominal.
c. Kelainan radiologik : Gambaran radiologi bisa normal / tak spesifik.
2. Stadium 2 (terbukti NEC)
a. Kelainan sistemik : Seperti stadium 1 ditambah dgn nyeri tekan abdominal &
trombositopenia.
b. Kelainan abdominal : Distensi abdominal yg menetap, nyeri tekan, edema dinding usus,
bising usus hilang & perdarahan per rektal.
c. Kelainan radiologik : Gambaran radiologi yg kerap kali ialah pneumatosis intestinal dgn /
tiada udara vena porta / asites.
3. Stadium 3 (NEC lanjut)
a. Kelainan sistemik : Termasuk asidosis respiratorik & asidosis metabolik, gagal nafas,
tekan darah rendah, menurunnya jumlah urin, neutropenia &  disseminated intravascular
coagulation (DIC).

9
b. Kelainan abdominal : Distensi abdomen dgn edema, indurasi & diskolorasi.
c. Kelainan radiologic : Gambaran yg kerap kali  diketemukan ialah pneumoperitoneum.
d. Klasifikasi staging NEC berlandaskan Modified Bell Staging Criteria for NEC

Stadium Kelainan sistemik Kelainan abdominal Kelainan radiologic

IA. –     Suhu tak stabil –     Residu lambung–     Normal


berkembang/berubah
naik
Suspect NEC –     Apnu –     Ileus ringan

  Distensi abdomen
–     ringan

 Bradikardia –    

 Darah samar di dlm


feses

IB. –     Suhu tak stabil –     Residu lambung–     Normal


berkembang/berubah
naik
–      –     Ileus ringan

Distensi abdomen
Suspect NEC Apnu ringan

–     – 

  Bradikardia Darah segar per rectal

IIA. –     Suhu tak stabil –     Residu lambung–     Ileus


berkembang/berubah
naik

10
–     –   Distensi abdomen –     
ringan

NEC Mild  Apnu Pneumatosis intestinal


–     Darah segar per
rectal
–    

–     Peristaltik (-)
 Bradikardia

–     Nyeri tekan

IIB. –     Suhu tak stabil –     Residu lambung–     Ileus


berkembang/berubah
naik
NEC –     Apnu –     Pneumatosis
Moderate intestinal
–  Distensi abdomen
–     Bradikardia ringan
–     Udara vena porta

–      –  Darah segar per


rectal –    

Asidosis metabolik
ringan –       Asites

–    Peristaltik (-)

  Trombositopenia ringan –     Nyeri tekan

–     Selulitis

–     Benjolan kuadran
kanan bawah

11
IIIA. –     Suhu tak stabil –     Residu lambung–     Pneumatosis
berkembang/berubah intestinal
naik
Advance –     Apnu
NEC-severe- –     Udara vena porta
bowel-intact –     Distensi abdomen
–     Bradikardia ringan
Asites

–     Trombositopenia –     Darah segar per


ringan rectal

–     Tekan darah rendah –     Peristaltik (-)

–     Asidosis respirasi –     Nyeri tekan

–     Asidosis metabolic –     Selulitis

–     Neutropenia –     Benjolan kuadran


kanan bawah

–     Peritonitis

–     Distensi abdomen

IIIB. –     Suhu tak stabil –     Residu lambung–     Pneumatosis


berkembang/berubah intestinal
naik
Advance –     Apnu
NEC-severe- –     Udara vena porta
bowel –     Distensi abdomen
perforated –     Bradikardia ringan
–     Asites

–     Trombositopenia –     Darah segar per


rectal

12
ringan –     Peristaltik (-) –     Pneumoperitoneum

–     Tekan darah rendah –     Nyeri tekan

–     Asidosis respirasi –     Selulitis

–     Asidosis metabolic –     Benjolan kuadran


kanan bawah

Neutropenia
–     Peritonitis

Distensi abdomen

Dikutip dari: Lavene MI, Tudehope DI, Sinha S.Essensial Neonatal Medicine.Ed 4

G.  Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Darah lengkap & hitung jenis


a. Hitung jenis leukosit bisa normal, tetapi biasanya berkembang/berubah naik dgn shift to
the left, / rendah (leukopenia), trombositopenia kerap kali terlihat.50 % kasus terbukti
NEC, jumlah platelet < 50.000 uL.
b. Kultur
c. Specimen darah, urin, feses, & Cairan serebrospinal sebaiknya diperiksa buat
kemungkinan adanya virus, bakteri, & jamur yg patogen.
d. Elektrolit
Gangguan elektrolit seperti hiponatremia & hipernatremia serta hiperkalemia kerap kali
terjadi.
e. Analisa gas darah
f. Asidosis metabolik, ataupun campuran asidosis metabolic & respiratorik mungkin
terlihat.
g. Sistem koagulasi
Jika diketemukan trombositopenia ataupun perdarahan screening koagulopati lebih lanjut
wajib dikerjakan. Prothrombin Time memanjang, Partial Thromboplastin time

13
memanjang, menurunnya fibrinogen & peningkatan produk pemecah fibrin,
mewujudkan/adalah indikasi terjadinya disseminated intravascular coagulation (DIC).
h. C-Reaktif protein
Mungkin tak berkembang/berubah naik / pada kasus NEC yg lanjut karena neonatus tak
bisa menghasilkan respon inflamasi yg efektif.
i. Biomarker
Dikerjakan buat mendiagnosis & memprediksi penyebab NEC seperti gas hydrogen,
mediator inflamasi didalam darah, urin / feses & genetic marker, tetapi semua kerugian
membatasi kegunaannya. Penelitian lebih lanjut tentang genomic & proteomic marker
terus diteliti.
Selain dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologis 
mewujudkan/adalah pemeriksaan rutin yg kerap kali dikerjakan karena klinisi buat
mendeteksi adanya kelainan. Pemeriksaan bisa dikerjakan secara polos ataupun dgn
media kontras.Pada anak dgn NEC yg umumnya menunjukkan gejala-gejala penyakit
akut & berat, perut kembung, muntah–muntah, menyerupai gejala-gejala ileus, kian tak
dikerjakan dgn kontras, foto polos & tiada persiapan.
j. Foto dikerjakan pada posisi Anteroposterior, erek / semierek dgn diafragma terlihat,
ataupun left lateral dekubitus (LLD). Beberapa klinisi menyukai posisi LLD karena bisa
menunjukkan fenomena anak tangga pada ileus, distensi usus, & adanya udara di luar
rongga usus.

2. Gambaran Radiografik
- Dilatasi lingkar usus
- Penebalan dinding usus
- Tinja yg padat (bulat-bulat)
- Udara intramural (pneumatosis intestinalis)
- Udara dlm sistem vena porta
- Perforasi usus :
- Abdomen dgn sedikit gas/asites
- Pneumoperitoneum
- Udara dibawah diafragma/ di sekitar ligamentum falsiformis

H. Penatalaksanaan

Prinsip dasar penatalaksanaan NEC yaitu merencanakan askep padaakut abdomen dgn


ancaman terjadi peritonitis septik.Tujuannya ialah buat mencegah perburukan penyakit, perforasi
intestinal, & syok.Jika NEC terjadi pada kelompok epidemis, para penderita butuh
dipertimbangkan buat isolasi.

Perawatan Umum

14
1. Neonatus dirawat dlm inkubator diruangan tersendiri dgn memperhatikan tindakan
aseptik/antiseptik. Pemantauan gejala-gejala vital dikerjakan terus-menerus,
keseimbangan cairan & elektrolit dicatat dgn baik & dikerjakan foto abdomen tiap 6-24
jam.
2. Istirahatkan Usus
Pemberian makanan per oral dihentikan, dikerjakan dekompresi lambung dgn memasang
pipa orogastrik (evidence level III, recommendation level B). Lavemen dgn gliserin
diberikan kalau/jika neonatus belum defekasi.
3. Nutrisi
a.Parenteral
Selama dipuasakan (istirahat usus) nutrisi diberikan secara parenteral sesegera
mungkin.Cairan yg diberikan dektrosa 10% ditambahkan NaCl & KCL masing-masing
100-150 ml/KgBB/hari.Nutrisi parenteral diberikan selama 1 bulan.Pemberian nurisi
enteral dikerjakan secara bertahap jika secara klinis terbukti membaik.Jumlah kalori yg
diberikan 90-110 Kkal/KgBB/hari.
b.Enteral
Nutrisi enteral bisa diberikan sesudah fase akut lewat, yaitu kira-kira hari ke 3-5 pada
stage I & hari ke 10-14 pada stage II & stage III (evidence level III, recommendation
level B). Nutrisi enteral diberikan secara hati-hati, sedikit demi sedikit secara bertahap,
dimulai dgn ASI / susu formula diencerkan. Kalau/jika ada malabsorpsi karbohidrat
diberikan susu formula bebas laktosa.
4.    Antibiotik
Mengingat manifestasi inisial NEC sama dgn sepsis, kian setiap neonatus tersangka
NEC diperlakukan seperti kasus sepsis. Pemeriksaan darah, tinja, cairan serebrospinal
segera dikerjakan termasuk jg kultur& sensitivitas.
Pemberian antibiotika disesuaikan dgn hasil biakan / kuman yg kerap kali
diketemukan ditempat perawatan. Bisa diberikan antibiotik broad spectrum ampisilin &
gentamisin secara parenteral & pemberian antibiotik buat kuman anaerob pada stage III
(evidence level II-3, recommendation level C). Jika terjadi perforasi usus bisa
ditambahkan klindamisin.Antibiotika golongan beta-laktamase seperti sefalosporin &
sefamisin jg penting pada pengobatan NEC karena bisa menangani kuman enterik gram
negatif & toksisitasnya rendah.Tapi, pemberian antibiotik tetap berlandaskan hasil uji
sensitivitas jika hasil sudah didapatkan.
5.   Asidosis
Yang kerap kali terjadi pada NEC ialah metabolik asidosis, biasanya pada NEC
sedang & berat.Diberikan Na-bikarbonat 2 mEq/KgBB intravena / dlm waktu 10-15
menit dgn kecepatan tak lebih dari 1 mEq per menit. Asidosis memiliki efek inotropik
negatif, membuat dampak relaksasi otot jantung & kontraksinya menurun.

6.   Koagulasi Intravaskuler Diseminata

15
Keadann ini bisa dicurigai kalau/jika:
a. Hematokrit rendah
b. Trombosit rendah
c. Masa protrombin memanjang
d. Masa tromboplastin memanjang
e. Fibrinogen menurun

Sambil menunggu darah & trombosit buat transfusi, bisa diberikan terlebih dahulu plasma
segar beku 15 ml/kgBB. Dgn pemberian plasma seringkali perdarahan berhenti & bahkan
transfusi tak dibutuhkan lagi.Transfusi trombosit diberikan kalau/jika jumlah trombosit <
50.000/mm3 / kalau/jika jelas terdapat perdarahan sistemik & gastrointestinal yg berat.

7.Pembedahan

Indikasi absolut tindakan pembedahan ialah jika terdapat perforasi (pneumoperitoneum) &
adanya nekrosis usus (evidence level I, recommendation level C). Sedangkan indikasi relatif
ialah klinik memburuk (asidosis metabolik, kegagalan pernafasan, oliguria, hipovolemia,
trombositopenia, leukopenia, leukosistosis, terdapat gas di dlm vena porta, eritema dinding
abdomen, masa dlm usus yg menetap & dilatasi usus yg menetap). Tindakan bedah pada
dasarnya sama dgn tindakan pada peritonitis, yaitu menghentikan sumber infeksi / sumber
kebocoran dgn reseksi usus yg nekrosis / perforasi. Rongga peritoneal lalu dicuci dgn larutan
NaCl 0,9% hangat & buat mengembalikan kontinuitas usus dikerjakan anastomosis primer pada
kedua ujung usus yg masih utuh

Berikut ini ialah penatalaksanaan sesuai stadium yaitu :


Stadium I
a) Puasa & pemberian minum bisa diberikan sesudah 3 hari perbaikan. Antibotik spektrum
luas selama 3 hari & selanjutnya sesuai hasil kultur
Stadium IIA & IIB
b) Puasa selama 2 minggu.
- Pemberian minum  : bisa dimulai sesudah 7-10 hari puasa jika pada pemeriksaan radiologi
tak tampak pneumatosis. Nutrisi parenteral 90-110 kal/kgBB/hari.
- Pemberian oksigen : Pemberian antibotik spektrum luas selama7-10 hari.Natrium bikarbonat
2 meq/kgBB jika terjadi asidosis metabolik. Dopamin dgn dosis rendah buat memperbaiki
sirkulasi darah usus.
c) Stadium IIIA & IIIB
Dengan pengobatan stadium II, ventilasi mekanik jika dibutuhkan. Jika terdapat syok, segera
atasi dengan pemberian cairan. Pemberian plasma segar & dopamin buat mempertahankan
tekanan darah.

16
I  Pencegahan
Degan memperhatikan patogenesis & faktor-faktor perinatal pada NEC, kian usaha yg
terpenting dlm upaya pencegahan ialah memutuskan mata rantai hubungan antara asfiksia
hipoksia, iskemia usus, & kerusakan mukosa usus.Disamping 1tu wajib pula dihilangkan faktor-
faktor yg memperberat terjadinya kerusakan mukosa usus seperti mencegah terjadinya proliferasi
bakteri usus.

Tindakan-tindakan yg wajib diperhatikan dlm mencegah / mengurangi dampak lanjutan NEC


ialah: .
Peranan air susu ibu, (evidence level II-2, recommendation level A)
1. Terbukti NEC tak diketemukan / sangat jarang terdapat pada neonatus yg minum ASI.
Peranan ASI dlm mencegah NEC ialah :
a. ASI memiliki sifat iso-osmoler
b. Mengandung SIgA (Secretory immunoglobulin A) yg bermanfaat dlm menaikkan
daya tahan tubuh. SIgA ini dibentuk karena sel plasma dinding usus, tahan terhadap
enzim usus & memiliki fungsi antibakteri, anti virus, & antitoksin.
c. ASI memiliki daya anti bakteri, lewat cara-cara lain yaitu mengandung laktoferin yg
memiliki efek bakteriostatik terhadap E. coli.
1. Cara pemberian makan, tak ada bukti yg menyatakan pemberian isi makanan dgn pelan
mengurangi risiko NEC, (evidence level I, recommendation level D)
2. Pemberian antibiotika per oral (evidence level I, recommendation level D). Pengobatan
antibiotik per oral mengurangi risiko NEC, tetapi menaikkan risiko resistensi mikrobiota
intestinal sehingga tak boleh diberikan rutin.
3. Antenatal kortikosteroid, terdapat manfaat pemberian antenatal steroid mengurangi risiko
NEC (evidence level I, recommendation level A)
4. Imunoglobulin oral, dari data beberapa percobaan menyebutkan buat tak memberikan
immunoglobulin oral buat mencegah NEC (evidence level I, recommendation level D)
5. Suplemen asam amino, pemberian L-arginin / glutamine parenteral sebagai prekursor nitrit
okiside hanya menjanjikan sedikit bisa mengurangi risiko NEC (evidence level I,
recommendation level C)
6. Probiotik, menaikkan mekanisme pertahanan usus, termasuk sekresi IgA, proliferasi sel
epitel usus, menaikkan barir fungsi, mengurangi peradangan & sel epitel apoptosis. Probiotik
bisa mengurangi risiko mortalitas NEC berat, tetapi pilihan regimen & dosis belum diteliti
(evidence level I, recommendation level C)

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

17
Pengkajian keperawatan ialah pemikiran dasar dari proses keperawatan yg bertujuan buat
mengumpulkan data tentang pasien agar bisa mengidentifikasi, mengenali kasus-kasus
kebutuhan kesehatan & keperawatan pasien baik fisik, mental & lingkungan. Pengkajian endiri
erdiri dari anamesa, pengkajian fisik &diagostik :
1.      Anamnesa
a. Identitas pasien yg meliputi ; nama, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian & alamat.
b. Identitas penanggung jawab yg meliputi ; nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
hubungan dgn pasien & alamat.
Keluhan utama
Pasien dgn NEC biasanya mengeluh adanya distensi abdomen.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat dari keluhan utama, berisi tentang penyakit yg sedang dialami mencakup:
- Provocatif/Paliatif
- Pada pasien NEC biasanya keaadaan mau memburuk jika diberi makan.
- Qualitas/Quantitas
- Kualitas keluhan pasien NEC tergantung pada tataran keparahan NEC.
- Region/radiasi
- Pasien NEC mau merasakan keluhan di daerah perut.
- Skala
- Pasien NEC terutama pasien neonatus biasanya mau gampang rewel.
- Timing
- Biasanya keluhan dirasakan dlm waktu bertahap.
a. Riwayat kesehatan yg lalu.
b. Pasien dgn NEC biasanya diketemukan adanya riwayat gangguan pencernaan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
d. Apakah anggota keluarga pasien ada yg memiliki penyakit menyebar.menular
ataupun penyakit keturunan .
e. Riwayat kehamilan & kelahiran
a) Prenatal
b) Menjelaskan tentang bagaimana, keadann ibu pasien selama hamil, kemana ibu pasien
memeriksakan kehamilan, ap4k4h mendapat suntikan TT & tablet Fe.
c) Natal
d) Menjelaskan saat ibu persalinan, jenis persalinan, siapa yg menolong, & dimana tempat
persalinan.Bagaimana letak neonatus waktu lahir & keadann neonatus saat lahir (APGAR
SKORE).Berat badan & panjang badan & terdapat kelainan / tak.
e) Post natal

18
f) Menjelaskan apa yg diberikan ibu pasien saat pasien masih neonatus, ap4k4h pasien
diberi ASI / tak, berapa bulan pasien mendapat ASI eksklusif, MPA (Makanan Pengganti
ASI), apa & siapa yg merawat tali pusat & hari keberapa tali pusat lepas.
h. Riwayat imunisasi
Menerangkan status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun imunisasi
ulang (booster).
f. Riwayat pertumbuhan & pertumbuhan
a) Pertumbuhan
Status pertumbuhan anak terutama pada usia balita bisa dilihat dari KMS, & pemeriksaan
lingkar kepala, TB, BB, LL.
b) Pertumbuhan
Status pertumbuhan pasien butuh diteliti secara rinci buat mengetahui ap4k4h semua
tahapan pertumbuhan dilalui dgn mulus / terdapat penyimpangan.
2.      Pemeriksaan Fisik.
Penilaian keadann umum
a. Menilai keadann umum pasien meliputi keadann sakit pasien,  tataran kesadaran, gejala-
gejala vital & hal umum yg mencolok. Pada pasien dgn NEC mungkin letargi bisa
menjadi tampilan awal.
b. Pemeriksaan Sistemik.
- Sistem pernapasan
- Pada pasien dengan NEC mungkin diketemukan adanya apnea
- Sistem kardiovaskuler
- Pada pasien dengan NEC mungkin mau diketemukan bradikardi, serta perfusi perifer yg
buruk.
- Sistem pencernaan
- Pada pasien dengan NEC diketemukan adanya distensi abdomen, bunyi usus yg
kemungkinan tak ada, edema di daerah abdomen & darah di dlm feses.
- Sistem musculoskeletal
- Pada pasien dengan NEC diketemukan adanya perubahan aktifitas, seperti gampang
menangis terutama pada pasien neonatus.
- Sistem integument
- Pada pasien dengan NEC mungkin diketemukan adanya eritema pada dinding abdomen
serta suhu badan yg tak stabil.
- Sistem neurosensori
- Pada pasien dengan NEC mungkin diketemukan keadann letargi.
- Sistem endokrin
- Pada pasien dengan NEC mungkin mau diketemukan adanya hipoglikemi.
- Sistem genitourinarius
- Pada pasien dengan NEC biasanya tak diketemukan adanya gangguan dlm sistem ini.

19
c.       Aktivitas sehari-hari
Aktivitas sehari-hari yg butuh dikaji meliputi : nutrisi (pasien NEC biasanya mengalami
menurunnya pola makan), eliminasi (mungkin mau diketemukan darah dlm feses pada
pasien NEC), pola istirahat/tidur, personal hygiene serta pola aktivitas sebelum & selama
sakit.
d.      Aspek psikologis
Butuh di ketahui dampak hospitalisasi anak terhadap manusia tua pasien.
e.       Aspek sosial.
Butuh dikaji status pasien dlm keluarga, hubungan pasien dgn lingkungannya yg mau
dipengaruhi karena aspek psikologis sebagai dampak dari penyakit yg dideritanya.
3.      Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan Radiografik
Diketemukan adanya dilatasi nonspesifik fokal di usus, penebalan dinding abdomen
karena edema, & pneumatosis intestinalis (gelembung-gelembung gas kecil di dlm
dinding usus).
b. Pemeriksaan laboratorium
Biasanya mau diketemukan leukopenia (hitung sel darah putih total <6000/mm3),
trombositopenia (hitung trombosit <5000/mm3 sebelum pembedahan)  & asidosis
metabolik.

B  Diagnosa Keperawatan & Intervensi Keperawatan

1.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebuuhan tubuh b/d ketidakmampuan dalam


memasukan dan mencerna makanan
Tujuan    : Sesudah dikerjakan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan pasien bebas
dari gejala-gejala malnutrisi dgn kriteria hasil :
a. BB berkembang/berubah naik
b. Asupan nutrisi terpenuhi

2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru


Tujuan  : Sesudah dikerjakan tindakan keperawatan selama 3×24 jam, diharapkan terjadi
penurunan ekspansi paru, dgn criteria hasil :
a.Vintalation Respirataory
b. Tidak mengalami aspirasi

INTERVENSI RASIONAL

Pantau ttv sebelum dan sesudah Untuk mengetahui keadaan umum


20
beraktivitas pasien

Airway managemen : posisikan psien Untuk memperbaiki jalan


buka jalan napas dan sucsion bila perlu pernapasan

Terapi oksigen : berikan oksigen jika Untuk membantu pernapasan


perlu

Kaji suara & irama jantung Mengetahui kelainan pada jantung

3.  Hipertermi b/d invasi mikroorganisme


Tujuan : Sesudah dikerjakan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan psuhu badan
pasien normal

INTERVENSI RASIONAL

Temperature regulasion: monitir suhu Untuk mengetahui suhu pasien


tubuh setiap 2 jam tingkatkan intake secara berkala
cairan

Fever treatmenn : kompres pada lipat Untuk mengurangi demam pada anak
paha dan aksila, tingkatkan sirkulasi
udara,kolaborasi pemberian cairan
intravena, obat untuk mencegah
terjadinya menggigil dan obat untuk
mengatasi demam

Berikan kompres hangat Kompres hangat menyebabkan


vasodilatasi sehingga terjadi
perpindahan panas secara evokasi

4.Cemas berhubungan dgn penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak

21
Tujuan : Sesudah dikerjakan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan ansietas
berkurang dgn criteria hasil tataran ansietas ringan hingga sedang & mampu menunjukkan
pengendalian diri terhadap ansietas, konsentrasi, & koping.

INTERVENSI RASIONAL

Kaji tataran kecemasaan Mengetahui kemampuan koping


manusia tua

Berikan kesempatan kepada klien Membina hubungan saling percaya


(manusia tua) buat mengungkapkan
perasaan kecemasannya

Pada saat ansietas berat, dampingi klien Pendampingan yg diberikan bisa


(manusia tua), bicara dgn tenang & membantu menguatkan sisi
berikan ketenangan serta rasa nyaman psikologis pasien buat mengurangi
ansietasnya

Berikan informasi tentang  perawatan/ Informasi  yg didapatkan bisa


keadann anaknya membuat klien merasa lebih tenang

KESIMPULAN

Necrolitizing Enterocolitis ialah kelainan pada saluran pencernaan berupa bercak /


nekrosis difus pada mukosa / submukosa kolon yg didapat & amat kerap kali terjadi pada
neonatus prematur & dgn berat lahir sangat rendah. Skala penyakitnya berbeda-beda, dari yg
rendah (bisa sembuh sendiri) hingga berat (inflamasi & nekrosis menyebar pada lapisan
mukosa & submukosa usus).Necrotizing enterocoliis mewujudkan/adalah penyakit yg
dominan terjadi pada neonatus premature. Pada neonatus prematur, terdapat penurun
immunokompeten, immaturitas saluran cerna, & abnormalitas peristaltik.Hal ini bisa
menyebabkan maldigesti & malabsorbsi nutrisi yg memacu pertumbuhan bakteri, kolonisasi,
22
& iskemi pada usus neonatus prematur.Selain 1tu, ketidakstabilan kardiorespirasi,
homeostatik, & miskinnya autoregulasi aliran darah, menyebabkan neonatus prematur lebih
rentan terhadap kejadian iskemik / hipoksia, & menempatkan mereka pada risiko NEC.

Dengan memperhatikan patogenesis & faktor-faktor perinatal pada NEC, kian usaha
yg terpenting dlm upaya pencegahan ialah memutuskan mata rantai hubungan antara asfiksia
hipoksia, iskemia usus, & kerusakan mukosa usus. Selain 1tu ada beberapa faktor yg bisa
encegah NEC,& yg amat utama ialah memberikan ASI kepada si neonatus. Ini dikarenakan
kandungan ASI tersebut sangat membantu proses penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Betz, C. Lynn & Suwden, L.A. 2004. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Caplan, Michael S; Jilling, Tamas. The pathophysiology of necrotizing enterocolitis

Carpenito, Linda Juall. 1998.  Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC

Doengus, E. Marilynn et al.2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Hinchliff,Sue.1999. Kamus Keperawatan. Jakarta: EGC

23
http://id.scribd.com/doc/54426675/ASUHAN-KEPERAWATAN-Necrotizingdiakses tanggal 19

Maret 2021

http://mechamechakawaine.blogspot.com/2011/04/patofisiologi-necrotizing-

enterocolitis.htmldiunduh 19 Maret 2021

http://www.emedicie.medscape.com/artikel/977956diaksesttanggal 20 maret 2021

http://www.scibd.com/doc/41128509/enterokolitisakses tangga 20 Maret 2021

Kitterman. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph Isi 1. Jakarta: EGC

24

Anda mungkin juga menyukai