Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“TETANUS NEONATURUM”

Disusun Oleh:
Siti Hazar Hasanah
(1935104)

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


STIKes RSPAD GATOT SOEBROTO
PRODI D-III KEPERAWATAN
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Anak tentang Sepsis Neonatorum .
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
  
                                                                                      Jakarta ,  31 Januari 2021
   

                                                                                              Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A.    Latar Belakang 1
B.    Rumusan Masalah 2
C.    Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A.  Pengertian 3
B.     Etiologi 3
C.   Faktor Resiko 4
D.  Epidemiologi 4
E.     Patologi 4
F.  Gambaran Klinis 4
G.     Pencegahan 5
H.   Penatalaksanaan . 6
BAB IV PENUTUP 9
A.    Kesimpulan 9
B.    Saran 9
DAFTAR PUSTAKA 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat
rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat
hidup sebaik-baiknya. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan
berbagai perubahan biokimia dan faali. Namun, banyak masalah pada bayi baru lahir yang
berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali.
Masalah pada neonatus ini biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa
perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini
timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai,
manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta kurangnya perawatan bayi baru
lahir
Contoh penyakit yang sering didapatkan  pada neonatus yaitu Tetanu neonatorum masih
banyak terdapat di negara-negara sedang membangun termasuk Indonesia dengan kematian
bayi yang tinggi dengan angka kematian 80 %. Di Indonesia pada saat ini persalinan yang
ditolong di rumah sakit hanya 10 – 15 %, 10 % lagi ditolong oleh bidan swasta, sedangkan
sisanya 75 – 80 % masih ditolong oleh dukun. (Rustam Mochtar, 1998)
Di Indonesia, sekitar 9,8% dari 184 ribu kelahiran bayi menghadapi kematian. Contoh, pada
tahun 80-an tetanus menjadi penyebab pertama kematian bayi di bawah usia satu bulan.
Namun, pada tahun 1995 kasus serangan tetanus sudah menurun, akan tetapi ancaman itu
tetap ada sehingga perlu diatasi secara serius. Tetanus juga terjadi pada bayi, dikenal dengan
istilah tetanus neonatorum, karena umumnya terjadi pada bayi baru lahir atau usia di bawah
satu bulan (neonatus). Penyebabnya adalah spora Clostridium tetani yang masuk melalui luka
tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan.WHO
menunjukkan, kematian akibat tetanus di negara berkembang adalah 135 kali lebih tinggi
dibanding negara maju. Mortalitasnya sangat tinggi karena biasanya baru mendapat
pertolongan bila keadaan bayi sudah gawat. Penanganan yang sempurna memegang peranan
penting dalam menurunkan angka mortalitas. Tingginya angka kematian sangat bervariasi
dan sangat tergantung pada saat pengobatan dimulai serta pada fasilitas dan tenaga perawatan
yang ada.
Tetanus neonatorum angka kematian kasusnya (Case Fatality Rate atau CFR) sangat tinggi.
Pada kasus teanus neonatorum angkanya mendekati 100 %, terutama yang mempunyai masa
inkubasi kurang 7 hari. Angka kematian kasus tetanus neonatorum yahng dirawat di rumah
sakit diindonesia bervariasi dengan kisaran 10,8 – 55 %. (Abdul Bari Saifuddin, 2000)
Dengan tingginya kejadian kasus tetanus ini sangat diharapkan bagi seorang tenaga medis,
terutama seorang bidan dapat memberikan pertolongan/tindakan pertama atau pelayanan
asuhan kebidanan yang sesuai dengan kewenangan dalam menghadapi kasus tetanus
neonatorum.
Pemerintah bertekat untuk memperkecil kematian akibat kematian tetanus neonatorum
dengan jalan memberikan 2 kali vaksinasi tetanus toksoid selama hamil. Diharapkan bidan
dapat membantu upaya pemerintah sehingga dapat menurunkan angka kematian bayi karena
tetanus sampai akhir tahun 2000, menjadi kurang dari 1 %. Dikemukakan bahwa angka
kematian karena tetanus dapat dijadikan ukuran bagaimana pelayanan kesehatan yang
diberikan dalam satu daerah dan secara umum pada negara tersebut.(Ida Bagus Gde
Manuaba, 1998)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan  Tetanus Neonaturum?
2. Apa etiologi dari Tetanus Neonaturum?
3. Apa Faktor Resiko dari Tetanus Neonaturum?
4. Apa Epidemiologi dari Tetanus Neonaturum?
5. Apa Patologi dari Tetanus Neonaturum?
6. Seperti apa Gambaran Klinis dari Tetanus Neonaturum?
7. Bagaimana cara Pencegahan dari Tetanus Neonaturum?
8. Bagaimana Penatalaksanaan dari Tetanus Neonaturum?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi Tetanus Neonaturum
2. Mengetahui etiologi dari Tetanus Neonaturum
3. Mengetahui Faktor Resiko dari Tetanus Neonaturum
4. Mengetahui Epidemiologi dari Tetanus Neonaturum
5. Mengetahui Patologi dari Tetanus Neonaturum
6. Mengetahui Gambaran Klinis dari Tetanus Neonaturum
7. Mengetahui cara Pencegahan dari Tetanus Neonaturum
8. Mengetahui Penatalaksanaan dari Tetanus Neonaturum
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Kata tetanus berasal dari bahasa Yunani tetanus  yang berarti kencang atau
tegang.Tetanus merupakan suatu infeksi akut yang ditandai kondisi spastik paralisis yang
disebabkanoleh neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Tetanus berdasarkan
gejalaklinisnya dapat dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu tetanus generalisasi (umum), tetanus
local dantetanus sefalik. Bentuk tetanus yang paling sering terjadi adalah tetanus generalisasi
dan jugamerupakan bentuk tetanus yang paling berbahaya Neonatal (berasal dari neos  yang
berarti baru dan natus yang berarti lahir)merupakan suatu istilah kedokteran yang digunakan
untuk menggambarkan masa sejak bayilahir hingga usia 28 hari kehidupan.Tetanus
neonatorum merupakan suatu bentuk tetanus generalisasi yang terjadi padamasa neonatal.
Tetanus Neonaturum adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir (neonatus). Tetanus
neonatorum penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL yang bukan karena trauma
kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa neonatal, yang antara lain
terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptic (Ilmu Kesehatan Anak,
1985)
 Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus yang disebabkan
oleh clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) yang menyerang
sistem saraf pusat. (Abdul Bari Saifuddin, 2000)
Tetanus Neonatorum (TN) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Clostridium
Tetani  memasuki tubuh bayi baru lahir melalui tali pusat yang kurang terawat dan terjadi
pada bayi sejak lahir sampai umur 28 hari, kriteria kasus TN berupa sulit menghisap ASI,
disertai kejang rangsangan, dapat terjadi sejak umur 3-28 hari tanpa pemeriksaan
laboratorium. (Sudarjat S, 1995).
Tetanus neonatorum merupakan suatu penyakit akut yang dapat dicegah namun dapat
berakibat fatal, yang disebabkan oleh produksi eksotoksin dari kuman Clostridium
tetani gram positif, dimana kuman ini mengeluarkan toksin yang dapat menyerang sistem
syaraf pusat.

B. Etiologi
Penyebabnya adalah hasil klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000) bersifat anaerob,
berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat
mengahancurkan sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan tetanospasmin yaitu toksin
yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot. (Ilmu
Kesehatan Anak, 1985)
Masa inkubasi biasanya 4-21 hari (umumnya 7 hari), tergantung pada tempat terjadinya luka,
bentuk luka, dosis dan toksisitas kuman Tetanus Neonatorum. (Sudarjat S, 1995).

C. Faktor Resiko
  a) Pemberian imunisasi TT (tetanus toksoid) pada ibu hamil tidak dilakukan, atau tidak
lengkap, atau tidak sesuai dengan ketentuan program.
b ) Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat.
   c)  Perawatan tali pusat tidak memnuhi persyaratan kesehatan.

D. Epidemiologi
Clostridium tetani berbentuk batang langsing, tidak berkapsul, gram positip. Dapat
bergerak dan membentuk sporaspora, terminal yang menyerupai tongkat penabuh genderang
(drum stick). Spora spora tersebut kebal terhadap berbagai bahan dan keadaan yang
merugikan termasuk perebusan, tetapi dapat dihancurkan jika dipanaskan dengan otoklaf.
Kuman ini dapat hidup bertahun-tahun di dalam tanah, asalkan tidak terpapar sinar matahari,
selain dapat ditemukan pula dalam debu, tanah, air laut, air tawar dan traktus digestivus
manusia serta hewan.

E. Patologi
Kelainan patologik biasanya terdapat pada otak pada sumsum tulang belakang, dan
terutama pada nukleus motorik. Kematian disebabkan oleh asfiksia akibat spasmus laring
pada kejang yang lama. Selain itu kematian dapat disebabkan oleh pengaruh langsung pada
pusat pernafasan dan peredaran darah. Sebab kematian yang lain ialah pneumonia aspirasi
dan sepsis. Kedua sebab yang terakhir ini mungkin sekali merupakan sebab utama kematian
tetanus neonatorum di Indonesia.

F. Gambaran Klinik
Masa tunas biasanya 5-14 hari, kadang-kadang sampai beberapa minggu jika
infeksinya ringan. Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang
makin bertambah terutama pada rahang dan leher. Dalam 48 jam penyakit menjadi nyata
dengan adanya trismus (Ilmu Kesehatan Anak, 1985).
Pada tetanus neonatorum perjalanan penyakit ini lebih cepat dan berat. Anamnesis sangat
spesifik yaitu :
1.   Bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum (karena tidak dapat menghisap).
2.   Mulut mencucu seperti mulut ikan.
3.   Mudah terangsang dan sering kejang disertai sianosis.
4.   Kaku kuduk sampai opistotonus.
5.   Dinding abdomen kaku, mengeras dan kadang-kadang terjadi kejang.
6.   Dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik kebawah, muka thisus sardonikus
7.   Ekstermitas biasanya terulur dan kaku.
8.   Tiba-tiba bayi sensitif terhadap rangsangan, gelisah dan kadang-kadang menangis lemah.

G. Pencegahan
1. Melaui pertolongan persalinan tiga bersih, yaitu bersih tangan, bersih
alas, dan bersih alat .
1. Bersih tangan
Sebelum menolong persalinan, tangan poenolong disikat dan dicuci dengan sabun sampai
bersih. Kotoran di bawah kuku dibersihkan dengan sabun. Cuci tangan dilakukan selama 15 –
30 “ . Mencuci tangan secara benar dan menggunakan sarung tangan pelindung merupakan
kunci untuk menjaga lingkungan bebas dari infeksi.
2. Bersih alas
Tempat atau alas yang dipakai untuk persaliunan harus bersih, karena clostrodium tetani bisa
menular dari saluran genetal ibu pada waktu kelahiran..
3. Bersih alat
Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril. Metode sterilisasi ada 2, yang
pertama dengan pemanasan kering : 1700 C selama 60 ‘ dan yang kedua menggunakan
otoklaf : 106 kPa, 1210 C selama 30 ‘ jika dibungkus, dan 20 ‘ jika alat tidak dibungkus.
2. Perawatan tali pusat yang baik
Untuk perawatan tali pusat baik sebelum maupun setelah lepas, cara yang murah dan baik
yaitu mernggunakan alkohol 70 % dan kasa steril. Kasa steril yang telah dibasahi dengan
alkohol dibungkuskan pada tali pusat terutama pada pangkalnya. Kasa dibasahi lagi dengan
alkohol jika sudah kering. Jika tali pusat telah lepas, kompres alkohol ditruskan lagi sampai
luka bekas tali pusat kering betul (selama 3 – 5 hari). Jangan membubuhkan bubuk dermatol
atau bedak kepada bekas tali pusat karena akan terjadi infeksi.
3. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamil
Kekebalan terhadap tetanus hanya dapat diperoleh melalui imunisasi TT. Ibu hamil yang
mendapatkan imunisasi TT dalam tubuhnya akan membentuk antibodi tetanus. Seperti difteri,
antibodi tetanus termasuk dalam golongan Ig G yang mudah melewati sawar plasenta, masuk
dan menyebar melalui aliran darah janin ke seluruh tubuh janin, yang akan mencegah
terjadinya tetanis neonatorum.
Imunisasi TT pada ibu hamil diberikan 2 kali ( 2 dosis). Jarak pemberian TT pertama dan
kedua, serta jarak antara TT kedua dengan saat kelahiran, sangat menentukan kadar antibodi
tetanus dalam darah bayi. Semakin lama interval antara pemberian TT pertama dan kedua
serta antara TT kedua dengan kelahiran bayi maka kadar antibosi tetanus dalam darah bayi
akan semakin tinggi, karena interval yang panjang akan mempertinggi respon imunologik dan
diperoleh cukup waktu untuk menyeberangkan antibodi tetanus dalam jumlah yan cukup dari
tubuh ibu hamil ke tubuh bayinya.
TT adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk ibu hamil tidak ada bahaya bagi
janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT . Pada ibu hamil yang mendapatkan
imunisasi TT tidak didapatkan perbedaan resiko cacat bawaan ataupun abortus dengan
mereka yang tidak mendapatkan imunisasi .
Tabel Pemberian Imunisasi TT dan Lamanya Perlindungan
Dosis Saat Pemberian % Lama
Perlindungan Perlindungan
TT1 Pada kunjungan pertama atau 0 Tidak ada
sedini mungkin pada kehamilan
TT2 80 % 3 tahun
Minimal 4 minggu setelah TT1
TT3 95 % 5 tahun
Minimal 6 bulan setelah TT2 atau
selama kehamilan berikutnya 10 tahun
TT4 Minimal setahun setelah TT3 atau 99 % selama usia subur
selama kehamilan berikutnya
TT5
Minimal setahun setelah TT4 atau
selama kehamilan berikutnya 99 %

H. Penatalaksanaan
1. Mengatasi kejang
Kejang dapat diatasi dengan mengurangi rangsangan atau pemberian obat anti kejang. Obat
yang dapat dipakai adalah kombinasi fenobarbital dan largaktil. Fenobarbital dapat diberikas
mula-mula 30 – 60 mg parenteral kemudian dilanjutkan per os dengan dosis maksimum 10
mg per hari. Largaktil dapat diberikan bersama luminal, mula-mula 7,5 mg parenteral,
kemudian diteruskan dengan dosis 6 x 2,5 mg setiap hari. Kombinasi yang lain adalah
luminal dan diazepam dengan dosis 0,5 mg/kg BB. Obat anti kejang yang lain adalah
kloralhidrat yang diberikan lewat rektum.
2. Pemberian antitoksin
Untuk mengikat toksin yang masih bebas dapat diberi A.T.S (antitetanus serum) dengan dosis
10.000 satuan setiap hari serlama 2 hari .
3. Pemberian antibiotika
Untuk mengatasi inferksi dapat digunakan penisilin 200.000 satuan setiap hari dan diteruskan
sampai 3 hari panas turun.
4. Perawatan Tali pusat
Tali pusat dibersihkan atau di kompres dengan alkohol 70 % atau betadin 10 %.
5. Memperhatikan jalan nafas, diuresis, dan tanda vital. Lendir sering dihisap.
Masalah yang perlu diperhatikan adalah bahaya terjadi gangguan pernafasan, kebutuhan
nutrisi/cairan dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.Gangguan pernafasan
yang sering timbul adalah apnea, yang disebabkan adanya tenospasmin yang menyerang otot-
otot pernafasan sehingga otot tersebut tidak berfungsi. Adanya spasme pada otot faring
menyebabkan terkumpulnya liur di dalam rongga mulut sehingga memudahkan terjadinya
poneumonia aspirasi. Adanya lendir di tenggorokan juga menghalangi kelancaran lalu lintas
udara (pernafasan). Pasien tetanus neonatorum setiap kejang selalu disertai sianosis terus-
menerus. Tindakan yang perlu dilakukan :
a. Baringkan bayi dalam sikap kepala ekstensi dengan memberikan ganjal dibawah bahunya.
b. Berikan O2 secara rumat karena bayi selalu sianosis (1 – 2 L/menit jika sedang terjadi
kejang, karena sianosis bertambah berat O2 berikan lebih tinggi dapat sampai 4 L/menit, jika
kejang telah berhenti turunkan lagi).
c. Pada saat kejang, pasangkan sudut lidah untuk mencegah lidah jatuh ke belakang dan
memudahkan penghisapan lendirnya.
d. Sering hisap lendir, yakni pada saat kejang, jika akan melakukan nafas buatan pada saat
apnea dan sewaktu-waktu terlihat pada mulut bayi.
e. Observasi tanda vital setiap ½ jam .
f. Usahakan agar tempat tidur bayi dalam keadaan hangat.
g. Jika bayi menderita apnea :
 a) Hisap lendirnya sampai bersih
b) O2 diberikan lebih besar (dapat sampai 4 L/ menit)
Letakkan bayi di atas tempat tidurnya/telapak tangan kiri penolong, tekan-tekan bagian iktus
jantung di tengah-tengah tulang dada dengan dua jari tangan kanan dengan frekuensi 50 – 6
x/menit.
Bila belum berhasil cabutlah sudut lidahnya, lakukan pernafasan dengan menutup mulut dan
hidung bergantian secara ritmik dengan kecepatan 50 – 60 x/menit, bila perlu diselingi
tiupan.
6. Kebutuhan nutrisi/cairan
Akibat bayi tidak dapat menetek dan keadaan payah, untuk memenuhi kebutuhan makananya
perlu diberikan infus dengan cairan glukosa 10 %. Tetapi karena juga sering sianosis maka
cairan ditambahkan bikarbonas natrikus 1,5 % dengan perbadingan 4 : 1. Bila keadaan
membaik, kejang sudah berkurang pemberian makanan dapat diberikan melalui sonde dan
selanjutnya sejalan dengan perbaikan bayi dapat diubah memakai dot secara bertahap.
7. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Kedua orang tua pasien yang bayinya menderita tetanus peru diberi penjelasan bahwa
bayinya menderita sakit berat, maka memerlukan tindakan dan pengobatan khusus,
kerberhasilan pengobatan ini tergantung dari daya tahan tubuh si bayi dan ada tidaknya obat
yang diperlukan hal ini mengingat untuk tetanus neonatorum memerlukan alat/otot yang
biasanya di RS tidak selalu tersedia dan harganya cukup mahal (misalnya mikrodruip). Selain
itu yang perlu dijelaskan ialah jika ibu kelak hamil lagi agar meminta suntikan pencegahan
tetanus di puskesmas, atau bidan, dan minta pertolongan persalinan pada dokter, bidan atau
dukun terlatih yang telah ikut penataran Depkes. Kemudian perlu diberitahukan pula cara
pearawatan tali pusat yang baik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tenanus adalah penyakit toksemia akut yang disebabkan oleh Cl ostridium tetani (Mansjoer,
2000).
Menurut Surasmi (2003), tetanus neonatorum adalah penyakittetanus yang terjadi pada
neonatus (bayi berusia 0-1 bulan). Penyebab tetanus adalah Cl ostridium tetani,yang
infeksinya biasa terjadi melalui luka dari tali pusat.
Dapat juga karena perawatan tali pusat yang menggunakan obat tradisional seperti abu
dankapur sirih, daun-daunan dan sebagainya.Masa inkubasi berkisar antara 3-14 hari, tetapi
bisa berkurang atau lebih. Gejalaklinis infeksi tetanus neonatorum umumnya muncul pada
hari ke 3 sampai ke 10 (Surasmi, 2003).
            Tindakan pencegahan yang paling efektif adalah melakukanimunisasi dengan tetanus
toksoid (TT) pada wanita calon pengantin dan ibu hamil. Selain itu, tindakan memotong dan
merawat tali pusat harus secara steril.Pemberian asuhan keperawatan pada bayi berisiko
tinggi: tetanus neonatorum difokuskan pada upaya penanganan dari tanda dan gejala penyakit
yang diderita untuk tindakan pemulihan fisik klien. Penentuan diagnosa harus akurat agar
pelaksanaan asuhan keperawatan dapat diberikan secara maksimal dan mendapatkan hasil
yangdiharapkan. Pemberian asuhan keperawatan bayi berisiko tinggi: tetanus neonatorum
secara umum bertujuan untuk meminimalkan terjadinya komplikasi yang bisa terjadi.Oleh
karena itu, dibutuhkan kreativitas dan keahlian dalam pemberian asuhan keperawatan dan
kolaborasikan dengan tim medis lainnya yang bersangkutan.

B. Saran
      Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit, Kedua orang tua pasien yang
bayinya menderita tetanus peru diberi penjelasan bahwa bayinya menderita sakit berat, maka
memerlukan tindakan dan pengobatan khusus, kerberhasilan pengobatan ini tergantung dari
daya tahan tubuh si bayi dan ada tidaknya obat yang diperlukan hal ini mengingat untuk
tetanus neonatorum memerlukan alat/otot yang biasanya di RS tidak selalu tersedia dan
harganya cukup mahal (misalnya mikrodruip). Selain itu yang perlu dijelaskan ialah jika ibu
kelak hamil lagi agar meminta suntikan pencegahan tetanus di puskesmas, atau bidan, dan
minta pertolongan persalinan pada dokter, bidan atau dukun terlatih yang telah ikut penataran
Depkes. Kemudian perlu diberitahukan pula cara pearawatan tali pusat yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo : Jakarta.
Sudarti.2010. Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Balita.yogyakarta:Nuha Medika.
Fauziah, Afroh dan Sudarti.2012.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan
Anak.Yogyakarta: Nuha Medika
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.2002.Jakarta:Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Anda mungkin juga menyukai