Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

LP dan ASKEP

TETANUS NEONATORUM

DISUSUN OLEH :

1. Khumairotul Ulya (P1337420715008)


2. Harlis Respati (P1337420715008)
3. Davit Widianto (P1337420715008)
4. Jeny Ayu Ratri S. A (P1337420715008)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

PRODI D-IV KEPERAWATAN MAGELANG

TAHUN 2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat, Taufik serta HidayahNya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah tentang “ ASKEP TETANUS
NEONATORUM ” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas kami dalam
menempuh pembelajaran di semester ini, kami mengucapkan terimakasih kepada :
Dosen Keperawatan Anak.Semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini.

Penulis berharap dengan disusunnya makalah ini dapat sedikit banyak


menambah pengetahuan para pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Magelang, 26 Januari 2017

PENULIS

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ............................................................................................ 4


B. Rumusan masalah....................................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Laporan Pendahuluan tentang Tenanus Neonatorum ................................ 6


B. Asuhan Keperawatan tentang Tetanus Neonatorum ................................. 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 25
B. Saran .......................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bayi neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik
agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Peralihan dari
kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan
biokimia dan fungsinya. Namun, banyak masalah pada bayi baru lahir
yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia
dan fungsinya. Masalah pada neonatus ini biasanya timbul sebagai akibat
yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan
penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai
akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang
memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta
kurangnya perawatan bayi baru lahir.
Contoh penyakit yang sering didapatkan pada neonatus yaitu
Tetanus neonatorum masih banyak terdapat di negara-negara sedang
membangun termasuk Indonesia dengan kematian bayi yang tinggi dengan
angka kematian 80%. Di Indonesia pada saat ini persalinan yang ditolong
di rumah sakit hanya 10–15%, 10% lagi ditolong oleh bidan swasta,
sedangkan sisanya 75–80 % masih ditolong oleh dukun.
Di Indonesia, sekitar 9,8% dari 184 ribu kelahiran bayi
menghadapi kematian. Contoh, pada tahun 80-an tetanus menjadi
penyebab pertama kematian bayi di bawah usia satu bulan. Namun, pada
tahun 1995 kasus serangan tetanus sudah menurun, akan tetapi ancaman
itu tetap ada sehingga perlu diatasi secara serius. Tetanus juga terjadi pada
bayi, dikenal dengan istilah tetanus neonatorum, karena umumnya terjadi
pada bayi baru lahir atau usia di bawah satu bulan (neonatus).
Penyebabnya adalah spora Clostridium tetani yang masuk melalui
luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi

4
syarat kebersihan.WHO menunjukkan, kematian akibat tetanus di negara
berkembang adalah 135 kali lebih tinggi dibanding negara maju.
Mortalitasnya sangat tinggi karena biasanya baru mendapat
pertolongan bila keadaan bayi sudah gawat. Penanganan yang sempurna
memegang peranan penting dalam menurunkan angka mortalitas.
Tetanus neonatorum angka kematian kasusnya (Case Fatality Rate
atau CFR) sangat tinggi. Pada kasus teanus neonatorum angkanya
mendekati 100 %, terutama yang mempunyai masa inkubasi kurang 7 hari.
Angka kematian kasus tetanus neonatorum yahng dirawat di rumah sakit
diindonesia bervariasi dengan kisaran 10,8 – 55 %.
Pemerintah bertekat untuk memperkecil kematian akibat kematian
tetanus neonatorum dengan jalan memberikan 2 kali vaksinasi tetanus
toksoid selama hamil. Diharapkan bidan dapat membantu upaya
pemerintah sehingga dapat menurunkan angka kematian bayi karena
tetanus sampai akhir tahun 2000, menjadi kurang dari 1 %. Dikemukakan
bahwa angka kematian karena tetanus dapat dijadikan ukuran bagaimana
pelayanan kesehatan yang diberikan dalam satu daerah dan secara umum
pada negara tersebut.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja isi laporan pendahuluan tentang Tetanus Neonatorum ?
2. Apa saja isi asuhan keperawatan tentang Tetanus Neonatorum ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui isi laporan pendahuluan tentang Tetanus
Neonatorum
2. Untuk mengatahui isi asuhan keperawatan tentang Tetanus
Neonatorum

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Laporan Pendahuluan Tentang Tetanus Neonatorum


a. Definisi
Tetanus neonatorum merupakan tetanus terjadi pada bayi yang
dapat disebabkan oleh adanya infeksi melalui tali pusat. (A. Aziz Alimul
Hidayat, 2008)
Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan
kejang otot, tanpa disertai gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin
kuman closteridium tetani.
b. Etiologi
Sering kali tempat masuk kuman sulit diketahui tetapi suasana
anaerob seperti pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka
yang menyembuh , otitis media, dan caries gigi, menunjang berkembang
biaknya kuman yang menghasilkan endotoksin.
c. Patogenesis
Bentuk spora dalam suasana anaerob dapat berubah menjadi
kuman vegetatif yang menghasilkan eksotoksin. Toksin ini menjalar
intrakasonal sampai ganglin/simpul saraf dan menyebabkan hilangnya
keseimbangan tonus otot sehingga terjadi kekakuan otot baik lokal
maupun mnyeluruh. Bila toksin banyak, selain otot bergaris, otot polos
dan saraf otak juga terpengaruh.
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri
dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron
terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di

6
dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang
disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase
yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan potensial membran ini
dapat diubah oleh :
a) Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular.
b) Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi
atau aliran listrik dari sekitarnya.
c) Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan


kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada orang dewasa sirkulasi otak mencapai 15 % dari
seluruh tubuh. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat
terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas
muatan listrik. Lepas muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga
dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan
bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang yang berlangsung
lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.

7
d. PROGNOSIS
Bila periode”periode of onset” pendek penyakit dengan cepat akan
berkembang menjadi berat

e. Pathways

f. Tanda dan Gejala


 Kekakuan otot, disusul dengan kesulitan membuka mulut (trismus).
 Diikuti gejala risus sardonikus,kekauan otot dinding perut dan
ekstremitas (fleksi pada lengan bawah, ekstensi pada telapak kaki).
 Pada keadaan berat, dapat terjadi kejang spontan yang makin lama
makin sering dan lama, gangguan saraf otonom seperti hiperpireksia,
hiperhidrosis,kelainan irama jantung dan akhirnya hipoksia yang berat.

8
 Bila periode”periode of onset” pendek penyakit dengan cepat akan
berkembang menjadi berat.Untuk memudahkannya tingkat berat
penyakit dibagi :
1. Ringan : hanya trismus dan kejang lokal
2. Sedang : mulai terjadi kejang spontan yang semakin sering,
trismus yang tampak nyata, opistotonus dan kekauan otot yang
menyeluruh.
g. Tes Diagnostik
Tergantung sarana yang tersedia dimana pasien dirawat,
pemeriksaannya meliputi :
1. Darah Glukosa Darah:Hipoglikemia merupakan predisposisi
kejang (N < 200 mq/dl), BUN: Peningkatan BUN mempunyai
potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akibat dari
pemberian obat. Elektrolit:K,Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl ) Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
2. Skull Ray:Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan
adanya lesi
3. EEG:Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui
tengkorak yang utuh untuk mengetahui fokus aktivitas kejang,
hasil biasanya normal.
h. Komplikasi
 Bronkopneumoni
 Asfiksia dan sianosis
i. Penatalaksanaan
Pada dasarnya , penatalaksanaan tetanus bertujuan :
a. Eliminasi kuman
 Debridement
Untuk menghilangkan suasana anaerob, dengan cara membuang
jaringan yang rusak, membuang benda asing, merawat luka/infeksi,
membersihkan liang telinga/otitis media, caries gigi.

9
 Antibiotika
penisilna prokain 50.000-100.000 ju/kg/hari IM, 1-2 hari, minimal
10 hari. Antibiotika lain ditambahkan sesuai dengan penyulit yang
timbul
b. Netralisasi toksin
Toksin yang belum melekat di jaringan.Dapat diberikan ATS 5000-
100.000 KI
c. Perawatan suporatif
Perawatan penderita tetanus harus intensif dan rasional :
 Nutrisi dan Cairan
 pemberian cairan IV sesuaikan jumlah dan jenisnya dengan
keadaan penderita, seperti sering kejang, hiperpireksia dan
sebagainya.
 beri nutrisi tinggi kalori, bila perlu dengan nutrisi parenteral
 bila sounde naso gastrik telah dapat dipasang (tanpa
memperberat kejang) pemberian makanan peroral hendaknya
segera dilaksanakan.
 Menjaga agar nafas tetap efisien
 pembersihan jalan nafas dari lendir
 pemberian zat asam tambahan
 bila perlu , lakukan trakeostomi (tetanus berat)
 Mengurangi kekakuan dan mengatasi kejang
 antikonvulsan diberikan secara tetrasi, disesuaikan dengan
kebutuhan dan respon klinis.
 pada penderita yang cepat memburuk (serangan makin sering
dan makin lama), pemberian antikonvulsan dirubah seperti
pada awal terapi yaitu mulai lagi dengan pemberian bolus,
dilanjutkan dengan dosis rumatan.
 Pengobatan rumat seperti Fenobarbital dosis maintenance : 8-
10 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari pertama, kedua
diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari berikutnya

10
 bila dosis maksimal telah tercapai namun kejang belum teratasi
, harus dilakukan pelumpuhan obat secara total dan dibantu
denga pernafasan mekanik (ventilator)

 Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :


1. Semua pakaian ketat dibuka
2. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi
lambung
3. Usahakan agar jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan
oksigen
4. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan
oksigen
j. Pola Pengkajian

Pola-Pola Fungsi Kesehatan Meliputi;

1. Pola Persepsi Kesehatan : menggambarkan persepsi klien dan


penanganan kesehatan dan kesejahteraan
2. Pola Nutrisi atau Metabolik : menggambarkan masukan nutrisi,
keseimbangan cairan dan elektrolit, kondisi kulit, rambut dan kuku
3. Pola Eliminasi : menggambarkan pola fungsi ekskresi usus, kandung
kemih dan empedu
4. Pola Aktivitas atau Latihan : menggambarkan pola latihan dan
aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi
5. Pola Tidur atau Istirahat : menggambarkan pola tidur, istirahat, dan
persepsi tentang tingkat energi
6. Pola Kognitif atau Perseptual : menggambarkan pola pendengaran,
penglihatan, pengecapan, [erabaan, persepsi nyeri, bahasa, memori
penggambaran keputusan
7. Pola Persepsi Diri atau Konsep Diri : menggambarkan sikap tentang
diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan

11
8. Pola peran dan hubungan : menggambarkan keefektifan peran dan
hubungan dengan orang terdekat
9. Pola Seksualitas atau Reproduksi : menggambarkan bagaimana
keadaan reproduksi seseorang
10. Pola koping atau Toleransi Stress : menggambarkan kemampuan untuk
menangani stres dan penggunaan sistem pendukung
11. Pola Nilai dan Kepercayaan : menggambarkan tentang agama yang
dianut

k. Diagnosa Keperawatan
1. Infeksi kebersihan jalan nafas (00031) berhubungan dengan spasme
jalan nafas
2. Gangguan rasa nyaman (00214) berhubungan dengan gejala terkait
penyakit
3. Risiko aspirasi (00039) berhubungan dengan Gangguan Menelan

Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
1. Infeksi kebersihan Status pernafasan Management jalan nafas (3140):
jalan nafas ( 0415) :
berhubungan Monitor status pernafasan
dengan spasme Frekuensi pernafasan Bantu dengan dorongan spirometer
jalan nafas (041501) Intruksikan bagaimana agar bisa melakukan
Irama pernafasan batuk efektif
(041502) Ajarkan pasien bagaimana menggunakan
Kedalaman inspirasi inhaler sesuai resep sebagaimana mestinya
(041503)
Suara auskultasi nafas
(041504)

12
2. Gangguan rasa Status kenyamanan (2008) Management lingkungan 6480) :
nyaman (00214) :
berhubungan Identifikasi kebutuhan keselamatan pasien
dengan gejala Kesejahteraan fisik berdasarkan fungsi fisik dan kognitif
terkait penyakit (200801) Atur persediaan dan linen dengan rapi
Kontrol terhadap gejala Sediakan kasur yang kokoh
(200802) Sediakan tempat tidur yang bersih fdan
Kesejahteraan psikologis nyaman
(200803)
Lingkungan fisik
(200804)
3. Risiko Aspirasi Pencegahan Managemen Kejang ( 2680 ):
(00039) Aspirasi(1918):
berhubungan Monitor tanda-tanda vital
dengan gangguan Mengidentifikasi faktor- Monitor durasi periode ketidaksadaran dan
menelan faktor risiko (191801) karakteristiknya
Menghindari faktor-faktor Balikan badan klien kesatu sisi
risiko (191802) Orientasikan [pasien] kembali setelah
Memilih makanan sesuai kejang
dengan kemampuan Berikan obat anti kejang dengan benar
menelan (191804)
Memilih makanan dan
cairan dengan konsistensi
yang tepat (191806)

13
Konsep Asuhan Keperawatan Tetanus Neonatorum

Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sitemik untuk mengumpulkan data dan


menganalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan pasien tersebut (pusdiknakes,
1989 hal 151). Langkah-langkah dalam pengkajian meliputi pengumpulan data,
analisa dan sintesa data serta perumusan diagnosa keperawatan. Pengumpulan
data akan menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan dan keperawatan yang
meliputi kebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan pasien, sumber data
diperoleh dari pasien, keluarga, teman, team kesehatan lain, catatan pasien dan
hasil pemeriksaan laboratorium.

Metode pengumpulan data melalui observasi (yaitu dengan cara inspeksi, palpasi,
auskultasi, perkusi) wawancara ( yaitu berupa percakapan guna memperoleh data
yang diperlukan), catatan (berupa catatan klinik, dokumen yang baru maupun
yang lama), literatur ( mencakup semua materi, buku-buku, majalah dan surat
kabar).

Anamnese

Identitas pasien, meliputi: nama, umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan
saat pengkajian, nama orang tua, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, umur
orang tua, agama, jumlah saudara kandung, jumlah anggota keluarga, alamat
rumah (Depkes, 1989).

1. Keluhan utama : kejang

Riwayat Penyakit (Darto Suharso, 2000)

2. Riwayat penyakit sekarang yang menyertai


Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada
penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA,
Morbili dan lain-lain

14
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah
penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang
terjadi untuk pertama kali ?
Apakah ada riwayat trauma kepala, luka tusuk, lukakotor, adanya benda
asing dalam luka yang menyembuh , otitis media, dan caries gigi,
menunjang berkembang biaknya kuman yang menghasilkan endotoksin
4. Riwayat kesehatan keluarga.
Kebiasaan perawatan luka dengan menggunakan bahan yang kurang
aseptik

Pola-pola fungsi kesehatan meliputi

a. Pola Persepsi Kesehatan : menggambarkan persepsi klien dan penanganan


kesehatan dan kesejahteraan
b. Pola Nutrisi atau Metabolik : menggambarkan masukan nutrisi,
keseimbangan cairan dan elektrolit, kondisi kulit, rambut dan kuku
c. Pola Eliminasi : menggambarkan pola fungsi ekskresi usus, kandung
kemih dan empedu
d. Pola Aktivitas atau Latihan : menggambarkan pola latihan dan aktivitas,
fungsi pernafasan dan sirkulasi
e. Pola Tidur atau Istirahat : menggambarkan pola tidur, istirahat, dan
persepsi tentang tingkat energi
f. Pola Kognitif atau Perseptual : menggambarkan pola pendengaran,
penglihatan, pengecapan, [erabaan, persepsi nyeri, bahasa, memori
penggambaran keputusan
g. Pola Persepsi Diri atau Konsep Diri : menggambarkan sikap tentang diri
sendiri dan persepsi terhadap kemampuan
h. Pola peran dan hubungan : menggambarkan keefektifan peran dan
hubungan dengan orang terdekat
i. Pola Seksualitas atau Reproduksi : menggambarkan bagaimana keadaan
reproduksi seseorang

15
j. Pola koping atau Toleransi Stress : menggambarkan kemampuan untuk
menangani stres dan penggunaan sistem pendukung
k. Pola Nilai dan Kepercayaan : menggambarkan tentang agama yang dianut

Pengkajian Fisik

Pemeriksaan Umum (Corry S, 2000 hal : 36)


Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah,
nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu
tinggi sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum
kejang tanpa kelainan neurologi.

Pemeriksaan Fisik
•Kepala dan Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan
malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti
rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.
•Muka/ Wajah.
Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada gangguan
nervus cranial ?
•Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman
penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
•Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti
pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga,
berkurangnya pendengaran.
•Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas ?
Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?
•Mulut

16
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynusitis? Bagaimana keadaan lidah?
Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi ?
•Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan
eksudat ?
•Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah
pembesaran vena jugulans ?
•Thorax
Pada insfeksi: amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi Intercostale ?
Pada auskultasi,:adakah suara napas tambahan ?
•Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi
tambahan ? Adakah bradicardi atau tachycardia ?
•Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana turgor
kulit dan peristaltik usus ? Adakah pembesaran lien dan hepar ?
•Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah terdapat
oedema, hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?
•Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang?
Bagaimana suhunya pada daerah akral ?
•Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi ?

17
Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah

Pada pemeriksaan darah meliputi albumin, globulin, protein total, elektrolit


serum.

2. Pemeriksaan urine: Pemeriksaan urine meliputi urine lengkap dan kulture urine

3. Uji faal hati

4. EKG

5. X foto paru

6. Konsul THT : adanya otitis media

(Ratna Indrawti, 1994).

Setelah dilakukan pengkajian, kemudian data dikelompokan yang meliputi data


subyektif dan obyektif. Selanjutnya data dianalisa dengan mengkaitkan,
menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep, teori, prinsip yang relevan
untuk mengetahui masalah kesehatan pasien. Selanjutnya diidentifikasi sesuai
dengan prioritas masalah-masalah yang mengancam jiwa, merusak sistem
jaringan maupun merusak fungsi organ.

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang
masalah pasien/klien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau diubah
melalui tindakan keperawatan. (Pusdiknakes. 1989). Diagnosa yang sering
muncul pada pasien dengan tetanus neonatorum :

1. Infeksi kebersihan jalan nafas (00031) berhubungan dengan spasme jalan


nafas
2. Gangguan rasa nyaman (00214) berhubungan dengan gejala terkait
penyakit

18
Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan : penentuan apa yang akan dilakukan untuk membantu


klien memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mengatasi masalah keperawatan
yang telah ditentukan.(Pusdiknakes,1985). Rencana ini disusun dengan
melibatkan klien secara maksimal dan dengan petugas lain yang melayani
pasien/klien. Unsur tahap pelayanan ada 4, yaitu: memprioritaskan masalah,
perumusan tujuan, penentuan tindakan keperawatan dan penentuan kriteria
evaluasi. Adapun perencanaan tindakan sesuai diagnosa keperawatan yang sering
timbul pada pasien dengan kwashiorkor adalah sebagai berikut.

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
1. Infeksi kebersihan Status pernafasan ( 0415) Management jalan nafas (3140):
jalan nafas :
berhubungan Monitor status pernafasan
dengan spasme Frekuensi pernafasan Bantu dengan dorongan spirometer
jalan nafas (041501) Intruksikan bagaimana agar bisa melakukan
Irama pernafasan batuk efektif
(041502) Ajarkan pasien bagaimana menggunakan
Kedalaman inspirasi inhaler sesuai resep sebagaimana mestinya
(041503)
Suara auskultasi nafas
(041504)
2. Gangguan rasa Status kenyamanan (2008) Management lingkungan 6480) :
nyaman (00214) :
berhubungan Identifikasi kebutuhan keselamatan pasien
dengan gejala Kesejahteraan fisik berdasarkan fungsi fisik dan kognitif
terkait penyakit (200801) Atur persediaan dan linen dengan rapi
Kontrol terhadap gejala Sediakan kasur yang kokoh

19
(200802) Sediakan tempat tidur yang bersih fdan
Kesejahteraan psikologis nyaman
(200803)
Lingkungan fisik
(200804)
3. Risiko Aspirasi Pencegahan Managemen Kejang ( 2680 ):
(00039) Aspirasi(1918):
berhubungan Monitor tanda-tanda vital
dengan gangguan Mengidentifikasi faktor- Monitor durasi periode ketidaksadaran dan
menelan faktor risiko (191801) karakteristiknya
Menghindari faktor-faktor Balikan badan klien kesatu sisi
risiko (191802) Orientasikan [pasien] kembali setelah
Memilih makanan sesuai kejang
dengan kemampuan Berikan obat anti kejang dengan benar
menelan (191804)
Memilih makanan dan
cairan dengan konsistensi
yang tepat (191806)

20
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Tetanus neonatorum merupakan tetanus terjadi pada bayi yang dapat disebabkan
oleh adanya infeksi melalui tali pusat. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008) Tetanus
adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa
disertai gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani.

Contoh penyakit yang sering didapatkan pada neonatus yaitu Tetanus neonatorum
masih banyak terdapat di negara-negara sedang membangun termasuk Indonesia
dengan kematian bayi yang tinggi dengan angka kematian 80%. Di Indonesia
pada saat ini persalinan yang ditolong di rumah sakit hanya 10–15%, 10% lagi
ditolong oleh bidan swasta, sedangkan sisanya 75–80 % masih ditolong oleh
dukun.

SARAN

Sebagai calon perawat harus mengerti dan memahami penyakit tetanus


neonatorum dengan memahami dan mengerti penyakit tersebut, sebagai calon
perawat maka bisa memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan baik dan
benar.

21
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, Gloria M.2013.Nursing Intervensions Classification


(NIC).Jakarta:mocomedia

Kariasa I Made, EGC, Jakarta

Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.

Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah

Moorhead, Sue.2013.Nursing Outcomes Classification (NOC).Jakarta:


mocomedia

Penerjemah Monica Ester, EGC, Jakarta

Santosa NI, 1989, Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.

Suharso Darto, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, F.K. Universitas Airlangga,
Surabaya.

22

Anda mungkin juga menyukai