LIDIA PARAMITA
NIM: 143110252
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
PADANG
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Anak Pada Anak dengan Diare di Ruang 2 Ibu
dan Anak RS Reksodiwiryo Padang pada Tahun 2017”. Shalawat beriring
salam peneliti sampaikan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa umat
manusia dari alam kebodohan kealam yang penuh dengan ilmu pengetahuan
seperti sekarang ini.
Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya tulis ilmiah, Sangatlah sulit bagi
peneliti untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ns. Zolla Amelly Ilda, M. Kep selaku pembimbing I yang telah
mengarahkan membimbing dan memberikan masukan dengan penuh
kesabaran dan perhatian dalam membuat karya tulis ilmiah ini.
2. Ibu Delima, S.Pd, M.Kes selaku pembimbing II yang telah mengarahkan
membimbing dan memberikan masukan dengan penuh kesabaran dan
perhatian dalam membuat karya tulis ilmiah ini.
3. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Padang
4. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang
5. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M. Kep selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Padang
6. Ibu/Bapak Staf Dosen Program Studi Keperawatan Padang Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang yang telah memberikan
bekal ilmu untuk bekal peneliti.
i
Poltekkes Kemenkes Padang
8. Teristimewa kepada papa, mama, sisil, dan adek yang telah memberikan
semangat, serta restu yang tak dapat ternilai dengan apapun. Maaf kalau
selama kuliah Lidia banyak menghabiskan uang papa dan mama baik
untuk keperluan kuliah maupun yang tidak untuk keperluan kuliah.
Semoga Allah SWT membalas semua jasa papa, mama.
9. Spesial kepada para sahabat Nanda Berta Chania Amd.Kep, Shania Nabila
Amd.Kep, Rissa Mona Eriksani Amd.Kep , Thalhah Gazali Amd.Kep,
Nopebrian Bazar Yulias Amd.Kep, Dwi Sarah Rahmaniar Amd.Kep yang
selalu memberikan motivasi, tawa, sedih bersama selama tiga tahun ini
hingga penyusunan karya tulis ilmiah sampai kita wisuda nanti.
10. Terimakasih untuk Kelompok 2 Komunitas, Lady Permata Sari Amd.Kep
yang sudah mau menghabiskan waktu bersama selama praktek.
Terimakasih juga untuk Kelompok 54 PKTL senang bisa bertemu kalian,
senang bisa menghabiskan hari-hari selama PKLT bersama kalian.
11. Kepada nenek ipin, nenek anun, dan nenek sofi yang sudah mau
mendengarkan keluh kesah peneliti selama ini. Semoga kita semua bisa
sukses dibidangnya masing-masing.
12. Rekan- rekan kelas III C yang seperjuangan, terutama zizi yang sudah mau
berjuang dari awal sampai akhirnya ujian karya tulis ilmiah dan teman-
teman Bp 2014 keperawatan yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah membantu penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah mambantu. Semoga nantinya dapat membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.
Padang, Juni 2017
Penulis
ii
Poltekkes Kemenkes Padang
iii
Poltekkes Kemenkes Padang
iv
Poltekkes Kemenkes Padang
v
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NIM 143110252
Agama : Islam
Ayah : Dafril
Ibu : Yusnita
Riwayat Pendidikan
vi
Poltekkes Kemenkes Padang
JURUSAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Diare di Ruang 2 Ibu dan Anak RS
Reksodiwiryo Padang Tahun 2017
ABSTRAK
Diare merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada
anak. Berdasarkan data yang didapatkan dari Rekam Medis RS Reksodiwiryo
Padang didapatkan data jumlah pasien rawat inap dengan Diare pada tahun 2016
sebanyak 337 orang. Tujuan penelitian adalah diketahuinya asuhan keperawatan
pada pasien anak dengan Diare di Ruang 2 Ibu dan Anak RS Reksodiwiryo
Padang tahun 2017.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain studi
kasus. Dilakukan tanggal 23 Mei sampai dengan 27 Mei 2017 di Ruang 2 Ibu Dan
Anak RS Reksodiwiryo Padang. Populasi penelitian ini seluruh pasien anak Diare
dengan sampel yang diambil secara purposive sampling. Instrument
pengumpulan data yang digunakan format pengkajian dan alat pemeriksaan fisik.
Metode pengumpulan data wawancara, observasi, studi dokumentasi, setelah itu
data yang dianalisis untuk merumuskan diagnosa dan intervensi keperawatan.
Hasil penelitian yang didapatkan pada An.D dan An.R yaitu mengalami
Diare dengan gejala yang berbeda yaitu pada An.D BAB encer, BAB lebih dari 7
kali, demam, malas minum, sedangkan pada An.R BAB encer, BAB > 10 kali,
berlendir, demam, banyak minum, anus dan daerah sekitarnya lembab, berwana
kemerahan. Diagnosa keperawatan utama yang muncul pada kasus An.D dan
An.R yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif. Rencana keperawatan yaitu manajemen cairan, manjemen hipovolemia,
monitor cairan. Implementasi keperawatan yang dilakukan berdasarkan intervensi
yang telah dirumuskan. Evaluasi yang didapatkan pada An.D yaitu masalah
kekurangan volume cairan teratasi pada hari ke lima, pada An.R teratasi pada hari
ke empat.
Disarankan kepada Direktur RS Reksodiwiryo Padang agar sering
dilaksanakan palatihan secara berkala penyegaran asuhan keperawatan pada
pasien anak dengan Diare kepada pegawai khususnya perawat. Agar lebih
memperhatikan intervensi terhadap monitor kehilangan cairan yang berlebihan
pada pasien diare dehidrasi ringan/sedang.
Kata kunci (Key Word): Diare Dehidrasi ringan/sedang, Asuhan
Keperawatan
Daftar Pustaka: 34 (2008-2017)
vii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................iv
LEMBAR ORISINALITAS................................................................................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...........................................................................vi
ABSTRAK........................................................................................................vii
DAFTAR ISI....................................................................................................viii
DAFTAR BAGAN..............................................................................................x
DAFTAR TABEL..............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................8
A. Konsep Kasus Diare................................................................................8
1. Pengertian Diare................................................................................8
2. Klasifikasi Diare................................................................................8
3. Etiologi............................................................................................10
4. Patofisiologi.....................................................................................13
5. WOC................................................................................................17
6. Manifestasi Klinis............................................................................18
7. Respon Tubuh..................................................................................20
8. Penatalaksanaan...............................................................................21
9. Komplikasi......................................................................................29
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diare......................31
1. Pengkajian.......................................................................................31
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan............................................37
3. Perencanaan Keperawatan...............................................................38
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................49
A. Desain Penelitian...................................................................................49
B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................49
C. Subjek Penelitian...................................................................................49
D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data................................................50
E. Cara Pengumpulan Data........................................................................50
viii
Poltekkes Kemenkes Padang
F. Jenis-Jenis Data.....................................................................................52
G. Rencana Analisis...................................................................................53
BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN.................................54
A. Deskripsi Kasus.....................................................................................54
1. Pengkajian.......................................................................................54
2. Diagnosis Keperawatan...................................................................56
3. Intervensi Keperawatan...................................................................59
4. Implementasi Keperawatan.............................................................62
5. Evaluasi Keperawatan.....................................................................64
B. Pembahasan...........................................................................................67
1. Pengkajian.......................................................................................67
2. Diagnosis Keperawatan...................................................................70
3. Intervensi Keperawatan...................................................................76
4. Implementasi Keperawatan.............................................................77
5. Evaluasi Keperawatan.....................................................................79
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 WOC Diare Pada Anak...................................................................17
ix
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL
x
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 4 : Ganchart
xi
Poltekkes Kemenkes
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi
pada masyarakat. Diare juga merupakan penyebab utama kesakitan dan
kematian pada anak di berbagai negara (Widoyono, 2011). Diare dapat
menyerang semua kelompok usia terutama pada anak. Anak lebih
rentan mengalami diare, karena sistem pertahanan tubuh anak belum
sempurna (Soedjas, 2011).
Poltekkes Kemenkes
1
Poltekkes Kemenkes
2
Target penemuan kasus diare pada tahun 2015 adalah 2,14% dari
92,4% penduduk Kota Padang, dengan capaian kasus adalah 49,7%
kasus dan semuanya ditangani. Jumlah kasus ini naik dari tahun
sebelumnya (41,7% kasus) dan lebih banyak ditemukan pada
perempuan (Dinkes, 2016). Cakupan pelayanan diare pada balita kota
Padang tahun 2015 adalah 48,3% dari 100% yang ditargetkan. Laporan
macam penyakit dan jumlah penderita rawat inap di RS Reksodiwiryo
Padang tahun 2016 pasien yang terdiagnosa menderita diare sebanyak
337 kasus dan diare berada di urutan kedua penyakit terbanyak di
kelompok infeksi saluran pencernaan.
Diare pada bayi dan balita ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya: yaitu infeksi, malabsorbsi, makanan, dan psikologis anak.
Infeksi enteral merupakan infeksi saluran percernaan, yang menjadi
penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral disebabkan karena
bakteri, virus dan parasit. Sedangkan infeksi parenteral merupakan
infeksi dari luar pencernaan seperti otitis media akut (OMA),
Poltekkes Kemenkes
3
Dampak masalah fisik yang akan terjadi bila diare tidak diobati akan
berakibat kehilangan cairan dan eletrolit secara mendadak. Pada balita
akan menyebabkan anoreksia (kurang nafsu makan) sehingga
mengurangi asupan gizi, dan diare dapat mengurangi daya serap usus
terhadap sari makanan. Dalam keadaan infeksi, kebutuhan sari
makanan pada anak yang mengalami diare akan meningkat, sehingga
setiap serangan diare akan menyebabkan kekurangan gizi. Jika hal ini
berlangsung terus menerus akan menghambat proses tumbuh kembang
anak. Sedangkan dampak psikologis terhadap anak-anak antara lain
anak akan menjadi rewel, cengeng, sangat tergantung pada orang
terdekatnya (Widoyono, 2011).
Poltekkes Kemenkes
4
Selain dari tindakan keperawatan, orang tua dan keluarga juga ikut
memberikan perawatan seperti memberikan perhatian, semangat dan
mendampingi anak selama dirawat dirumah sakit (Nursalam, 2008).
Selain dari perawatan anak di rumah sakit, pengetahuan orang tua
tentang terjadinya diare sangatlah penting. Hal ini disebabkan karena
sebagian ibu belum mengetahui tentang perilaku sehat untuk menjaga
kesehatan keluarga seperti selalu menjaga kebersihan diri dan
makanan, menjaga kebersihan lingkungan rumah, memeriksakan
kondisi kesehatan ketika terdapat gejala suatu penyakit ke puskesmas,
menjaga pola istirahat serta menyempatkan untuk berekreasi guna
menghilangkan stres yang dapat memicu suatu penyakit (Subakti,
2015).
Poltekkes Kemenkes
5
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
Poltekkes Kemenkes
6
D. Manfaat
1. Pengembang Keilmuan
a. Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengalaman nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan anak pada anak dengan diare.
2. Institusi Pelayanan
Poltekkes Kemenkes
7
Poltekkes Kemenkes
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air besar
(BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari
tiga kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan
diare persisten terjadi selama ≥ 14 hari.
2. Klasifikasi Diare
Pedoman dari Laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Uniersitas
Airlangga dalam Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan
menjadi:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung
paling lama 3-5 hari.
b. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
8
Poltekkes Kemenkes
9
c. Diare kornik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik
bukan suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang
penyebab dan patogenesisnya multikompleks. Mengingat
banyaknya kemungkinan penyakit yang dapat mengakibatkan diare
kronik dan banyaknya pemeriksaan yang harus dikerjakan maka
dibuat tinjauan pustaka ini untuk dapat melakukan pemeriksaan
lebih terarah.
a. Diare akut
Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare akut
didefenisikan sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi
defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus
Gastroenteritis Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat menyertai
infeksi saluran napas atau (ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK).
Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14
hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi
tidak terjadi.
b. Diare kronis
Didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi
dan kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih
dari 14 hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis
seperti sindrom malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi
kekebalan, alergi makanan, intoleransi latosa atau diare nonspesifik
yang kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut
yang tidak memadai.
c. Diare intraktabel
Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrom pada
bayi dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu
tanpa ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai penyebabnya
dan bersifat resisten atau membandel terhadap terapi. Penyebabnya
Poltekkes Kemenkes
1
yang paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani
secara memadai.
3. Etiologi
Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai
infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya
merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal
atau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih
dikenal dengan “penyakit diare”, karena dengan sebutan penyakit diare
akan mempercepat tindakan penanggulangannya. Penyakit diare
terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena
dapat membawa bencana bisa terlambat.
Poltekkes Kemenkes
1
b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting
dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein.
a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari
kehidupan.
b. Menggunakan botol susu.
c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar.
d. Air minum tercemar dengan bakteri tinja.
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang
tinja, atau sebelum menjamaah makanan.
Poltekkes Kemenkes
1
dari air minum, air di tempat rekreasi (air kolam renang, dll),
makanan. Dapat menjangkit segala usia dan dapat sembuh
sendiri dalam waktu 2-3 hari.
2. Agens bakteri
a. Escherichia coli, masa inkubasinya bervariasi bergantung pada
strainnya. Biasanya anak akan mengalami distensi abdomen,
demam, vomitus, BAB berupa cairan berwarna hijau dengan
darah atau mukus bersifat menyembur. Dapat ditularkan antar
individu, disebabkan karena daging yang kurang matang,
pemberian ASI tidak eksklusif.
b. Kelompok salmonella (nontifoid), masa inkubasi 6-72 jam
untuk gastroenteritis. Gejalanya bervariasi, anak bisa
mengalami nausea atau vomitus, nyeri abdomen, demam, BAB
kadang berdarah dan ada lendir, peristaltik hiperaktif, nyeri
tekan ringan pada abdomen, sakit kepala, kejang. Dapat
disebabkan oleh makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh binatang seperti kucing, burung, dan
lainnya.
3. Keracunan makanan
a. Staphylococcus, masa inkubasi 4-6 jam. Dapat menyebabkan
kram yang hebat pada abdomen, syok. Disebabkan oleh
makanan yang kurang matang atau makanan yang disimpan di
lemari es seperti puding, mayones, makanan yang berlapis
krim.
b. Clostridium perfringens, masa inkubasi 8-24 jam. Dimana anak
akan mengalami nyeri epigastrium yang bersifat kram dengan
intensitas yang sedang hingga berat. Penularan bisa lewat
produk makanan komersial yang paling sering adalah daging
dan unggas.
c. Clostridium botulinum, masa inkubasi 12-26 jam. Anak akan
mengalami nausea, vomitus, mulut kering, dan disfagia.
Ditularkan lewat makanan yang terkntaminasi. Intensitasnya
bervariasi mulai dari gejala ringan hingga yang dapat
Poltekkes Kemenkes
1
4. Patofisiologi
Hidayat (2008), mengatakan proses terjadinya diare dapat disebabkan
oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya :
a. Faktor infeksi
1) Virus
Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksi
rotavirus. Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan
masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan dan minuman
yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian
melekat pada sel-sel mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus
menjadi rusak yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.
Sel-sel mukosa yang rusak akan digantikan oleh sel enterosit
baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum
matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini
menyebabkan vili-vili usus halus mengalami atrofi dan tidak
dapat menyerap cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya,
terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan
gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit.
Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri atau virus akan
menyebabkan sistem transpor aktif dalam usus sehingga sel
mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan
elektrolit akan meningkat.
2) Bakteri
Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke
dalam mukosa, terjadi perbanyakan diri sambil membentuk
toksin. Enterotoksin ini dapat diresorpsi ke dalam darah dan
menimbulkan gejala hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala,
dan kejang-kejang. Selain itu, mukosa usus yang telah dirusak
mengakibatkan mencret berdarah berlendir. Penyebab utama
pembentukan enterotoksin ialah bakteri Shigella sp, E.coli.
diare ini bersifat self-limiting dalam waktu kurang lebih lima
Poltekkes Kemenkes
1
b. Faktor malabsorpsi,
1) Gangguan osmotik
Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan terkumpul
di usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotik usus
Akibatnya akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meningkat. Gangguan osmotik meningkat menyebabkan
terjadinya pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus.
Hal ini menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumen
usus dan akan menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus.
Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan didorong
keluar melalui anus dan terjadilah diare (Nursalam, 2008).
2) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam
rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat
peningkatan isi rongga usus (Nursalam, 2008).
3) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare.
Sebaliknya bisa peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
Akibat dari diare yaitu kehilangan air dan elektrolit yang dapat
menyebabkan cairan ekstraseluler secara tiba-tiba cepat hilang,
terjadi ketidakseimbangan elektrolit yang mengakibatkan syok
hipovolemik dan berakhir pada kematian jika tidak segera
diobati (Nursalam, 2008).
c. Faktor makanan, ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak
mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan
peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk
menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare (Hidayat,
2008). Diare akut berulang dapat menjurus ke malnutrisi energi
protein, yang mengakibatkan usus halus mengalami perubahan
Poltekkes Kemenkes
1
Poltekkes Kemenkes
17
5. Manifestasi Klinis
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit. Jika anak telah banyak
kehilangan cairan dan elektrolit, serta mengalami gangguan asam basa
dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia,
hipovolemia. Gejala dari dehidrasi yang tampak yaitu berat badan
turun, turgor kulit kembali sangat lambat, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung, mukosa bibir kering.
Tabel 2.1
Penilaian Derajat Dehidrasi
Poltekkes Kemenkes
1
2. Periksa:
Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
Turgor kulit
lamb
6. Respon Tubuh
a. Sistem Integumen
Poltekkes Kemenkes
2
b. Sistem Respirasi
c. Sistem Pencernaan
d. Sistem Muskoloskletal
e. Sistem Sirkulasi
f. Sistem Otak
Poltekkes Kemenkes
2
g. Sistem Eliminasi
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
a) Jenis cairan
b) Jumlah cairan
(1) Cairan per oral, pada pasien dengan dehidrasi ringan dan
sedang cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan
NaCl dan NaHCO3, KCL dan glukosa.
Poltekkes Kemenkes
2
(2) Terpai sistematik seperti pemberian obat anti diare, obat anti
mortilitas dan sekresi usus, antiemetik
2) Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg jenis makanan :
(a) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah
dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau
sejenis lainnya).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes
2
(a) Jumlah tetesan per menit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set
infus yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol infus
waktu memantaunya.
(c) Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering,
encer atau sudah berubah konsistensinya.
(d) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk mencegah
bibir dan selaput lendir mulut kering.
1. Rencana terapi A
Poltekkes Kemenkes
2
a) Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali
pemberian.
Poltekkes Kemenkes
2
2. Rencana terapi B
Tabel 2.2
Pemberian Oralit
(2) Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu,
berikan juga 100-200 ml air matang selama periode ini.
Poltekkes Kemenkes
2
d) Setelah 3 jam
3. Rencana terapi C
Tabel 2.3
Pemberian Cairan
Poltekkes Kemenkes
2
b. Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum teraba,
beri tetesan lebih cepat.
f. Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukkan
cara meminumkan pada anaknya sedikit demi sedikit selama
dalam perjalan menuju klinik.
(1) Jika anak muntah terus atau perut makin kembung, beri
cairan lebih lambat.
Poltekkes Kemenkes
2
1) Larutkan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh
(tablet akan larut ± 30 detik), segera berikan kepada anak.
Poltekkes Kemenkes
2
Probiotik saat ini banyak digunakan sebagai salah satu terapi suportif
diare akut. Hal ini berdasarkan peranannya dalam menjaga
keseimbangan flora usus normal yang mendasari terjadinya diare.
Probiotik aman dan efektif dalam mencegah dan mengobati diare akut
pada anak (Yonata, 2016).
3) Kebutuhan nutrisi
Poltekkes Kemenkes
3
8. Komplikasi
Secara klinis, bila pH turun oleh karena akumulasi beberapa asam non-
volatil, maka akan terjadi hiperventilasi yang akan menurunkan pCO2
menyebabkan pernafasan bersifat cepat, teratur, dan dalam (pernapasan
kusmaul) (Suharyono, 2008).
2. Hipoglikemia
Poltekkes Kemenkes
3
terjadi.
3. Gangguan gizi
4. Gangguan sirkulasi
Poltekkes Kemenkes
3
5. Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang
hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na<
130 mol/L). Hiponatremi sering terjadi pada anak dengan
Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan oedema. Oralit
aman dan efektif untuk terapi dari hampir semua anaka dengan
hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan
dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu: memakai Ringer Laktat atau
Normal Saline (Juffrie, 2010).
1. Pengkajian
1) Keluhan Utama
Poltekkes Kemenkes
3
Poltekkes Kemenkes
3
5) Riwayat Nutrisi
Poltekkes Kemenkes
3
b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
2. Berat badan
Poltekkes Kemenkes
3
3. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
b) Mata
c) Hidung
d) Telinga
f) Leher
g) Thorak
(1) Jantung
(a) Inspeksi
Poltekkes Kemenkes
3
(b) Auskultasi
(2) Paru-paru
(a) Inspeksi
h) Abdomen
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
(3) Auskultasi
i) Ektremitas
Poltekkes Kemenkes
3
j) Genitalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu
di lakukan pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.
c. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan laboratrium
Poltekkes Kemenkes
3
2) Pemeriksaan Penunjang
(a) Endoskopi
(b) Radiologi
Poltekkes Kemenkes
4
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.5
Intervensi Keperawatan Untuk Pasien Diare
Intervensi
Poltekkes Kemenkes
4
b. Fungsi b. Manajemen
Gastrointestinal Saluran Cerna
Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
keperawatan diharapkan 1. Monitor buang air
saluran pencernaan pasien besar termasuk
mampu untuk mencerna, frekuensi,
dan menyerap nutrisi dari konsistensi, bentuk,
makanan, dengan Kriteria volume, dan warna,
hasil: dengan cara yang
1. Frekuensi BAB(4) tepat.
2. Konsistensi feses(5) 2. Monitor bising usus
3. Distensi perut(5) 3. Instruksikan pasien
4. Peningkatan mengenai makanan
peristaltik(4) tinggi serat
5. Diare(4)
Keterangan:
(4) : Sedikit terganggu
(5) : Tidak terganggu
Poltekkes Kemenkes
4
b. Hidrasi b. Manajemen
Setelah dilakukan tindakan Hipovolemia
keperawatan diharapkan Tindakan Keperawatan:
ketersediaan air didalam 1. Monitor status cairan
tubuh pasien tidak termasuk intake dan
terganggu, dengan Kriteria output cairan
hasil: 2. Pelihara IV line
1. Turgor kulit(5) 3. Monitor tingkat Hb
2. Membran mukosa dan hematokrit
lembab(5) 4. Monitor tanda-tanda
3. Intake cairan(5) vital
4. Mata dan ubun-ubun 5. Monitor respon
cekung(5) pasien terhadap
5. Nadi cepat dan penambahan cairan
lemah(5) 6. Dorong pasien untuk
menambah intake
Keterangan: oral
Poltekkes Kemenkes
4
Keterangan:
(4): Sebagian besar
adekuat
Poltekkes Kemenkes
4
memenuhi
persyaratan gizi
Keterangan:
(4): Sebagian besar
adekuat
Keterangan:
(4) : Sebagian
besar adekuat
(5) : Sepenuhnya adekuat
Poltekkes Kemenkes
4
Poltekkes Kemenkes
4
b. Fungsi
gastrointestinal
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan
saluran pencernaan pasien
mampu untuk mencerna,
dan menyerap nutrisi dari
makanan, dengan Kriteria
hasil:
1. Frekuensi BAB(4)
2. Konsistensi feses(5)
3. Distensi perut(5)
4. Peningkatan
peristaltik(4)
5. Diare(4)
Keterangan:
(4) : Sedikit terganggu
(5) : Tidak terganggu
6. Resiko syok
hipovolemik
7. Nyeri akut
8. Hipertermi
Keterangan:
(4) : Sedikit terganggu
(5) : Tidak terganggu
Poltekkes Kemenkes
4
c. Peningkatan tidur
c. Tidur Tindakan keperawatan:
Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan pola
keperawatan diharapkan tidur/aktivitas klien
tidur pasien tidak 2. Monitor pola tidur
terganggu, dengan Kriteria klien dan catat
hasil: kondisi fisik
1. Pola tidur(4) (misalnya,
2. Kualitas tidur(4) ketidaknyamanan)
atau psikologis
Keterangan: (ketakutan atau
(4): Sedikit terganggu kecemasan) keadaan
yang menggangu
tidur
3. Sesuaikan
lingkungan untuk
meningkatkan tidur
Poltekkes Kemenkes
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode
penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan
secara objektif dengan pendekatan studi kasus. Metode penelitian
deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan
yang sedang dihadapi pada situasi sekarang (Notoatmodjo, 2010). Hasil
yang diharapkan oleh peneliti adalah melihat penerapan asuhan
keperawatan anak pada anak dengan diare di ruang 2 ibu dan anak RS
Reksodiwiryo Padang tahun 2017.
C. Subjek Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini adalah 2 orang yang memiliki kriteria
sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien dan orangtua yang bersedia sebagai partisipan
b. Pasien anak yang berumur > 12 bulan
c. Pasien dengan masalah diare tidak disertai dengan penyakit lainnya
d. Pasien yang dirawat diruang 2 ibu dan anak RS Reksodiwiryo
Padang Tahun 2017
e. Pasien anak dengan diare yang dirawat minimal 5 hari rawatan.
49
Poltekkes Kemenkes
5
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien anak yang mengalami diare dengan komplikasi penyakit
lainnya seperti HIV, Sindroma Nefrotik, DHF, Bronkopneumonia.
D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah format pengkajian
keperawatan, diagnosis keperawatan, perencananaan keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan, dan alat pemeriksaan
fisik yang terdiri dari stetoskop, termometer, timbangan, pen light, dan
tongue spatel, meteran. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
anamnesis, pemeriksaan fisik, observasi langsung, dan studi dokumentasi.
1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas pasien,
identifikasi penanggung jawab, riwayat kesehatan, kebutuhan dasar,
pemeriksaan fisik, data psikologis, data ekonomi sosial, data spiritual,
lingkungan tempat tinggal, pemeriksaan laboratorium, dan program
pengobatan.
2. Format analisa data terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik,
data, masalah, dan etiologi.
3. Format diagnosis keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, diagnosis keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya
masalah, serta tanggal dan paraf dipecahkannya masalah.
4. Format rencana asuhan keperwatan terdiri dari: nama pasien, nomor
rekam medik, diagnosa keperawatan, intervensi NIC dan NOC.
5. Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor
rekam medik, hari dan tanggal, diagnosis keperawatan, implementasi
keperawatan, dan paraf yang melakukan implementasi keperawatan.
6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, hari dan tanggal, diagnosis keperawatan, evaluasi keperawatan,
dan paraf yang mengevaluasi tindakan keperawatan.
Poltekkes Kemenkes
5
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.
Peneliti akan menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam,
dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak
(Sugiyono, 2014).
1. Observasi
Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari
pasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien, selain itu
juga mengobservasi tanda-tanda terjadinya dehidrasi seperti anak lesu,
rasa haus pada anak, turgor kulit abdomen, mata cekung, bibir, mukosa
mulut, lidah kering dan respon tubuh terhadap tindakan apa yang telah
dilakukan.
2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan
metoda mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti
melakukan pengukuran suhu, mengukur tanda-tanda vital, menimbang
berat badan.
3. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu. Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data
pengkajian seperti, identitas, riwayat kesehatan (riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan dahulu, dan riwayat kesehatan keluarga),
dan activity daily living.
Poltekkes Kemenkes
5
4. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dalam penelitian ini mengunakan dokumen dari rumah
sakit untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan yaitu data
laboratorium pemeriksaan pH, pemeriksaan darah lengkap,
pemeriksaan tinja, pemeriksaan elektrolit, pemeriksaan kadar natrium
serum, pemeriksaan urin dan pemeriksaan klinis lainnya.
Poltekkes Kemenkes
5
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan status pasien di ruangan 2 ibu
dan anak RS Reksodiwiryo Padang Tahun 2017. Informasi yang
diperoleh berupa data tambahan atau penunjang dalam merumuskan
diagnosa keperawatan. Data yang diperoleh biasanya berupa: data
penunjang dari laboratorium, terapi pengobatan yang diberikan dokter.
G. Rencana Analisis
Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis
semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan
konsep dan teori keperawatan pada anak dengan diare. Data yang telah
didapat dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,
penegakkan diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan tindakan
sampai mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan dibandingkan
dengan teori asuhan keperawatan anak dengan diare. Analisa yang
dilakukan adalah untuk menentukan apakah ada persamaan antara teori
yang ada dengan kondisi pasien di ruangan.
Poltekkes Kemenkes
BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS
A. Deskripsi Kasus
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan pada partisipan 1 An.D umur 13 tahun dengan
diagnosa diare dehidrasi ringan + low intake dan partisipan 2 An.R
umur 18 bulan dengan diare dehidrasi sedang. Pengkajian dilakukan
pada tanggal 23 Mei sampai 27 Mei 2017 di ruang 2 Ibu Dan Anak RS
Reksodiwiryo Padang.
Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Pada saat pengkajian An.D mengatakan Pada saat pengkajian Ny.Y mengatakan
BAB baru 1 kali dari pagi. Saat ini dari mulai masuk ruangan anaknya
BAB masih encer dengan jumlah ± 100 sudah 6 kali BAB. BAB anaknya encer,
ml setiap diare, warna kuning, tidak berlendir tidak disertai darah,
berlendir dan tidak disertai darah. Ny.I jumlahnya ±50 ml setiap diare, BAB
mengatakan anaknya masih demam dan sudah tidak ampas, warna kuning, area
BAK anaknya agak pekat, frekuensi 2 sekitar anus lembab dan tampak sedikit
kali dari pagi dengan jumlah ± 100 ml kemerahan. An.R masih demam anak
setiap BAK. Ny.I juga mengatakan tampak lemah dan rewel, setiap kali
anaknya masih malas makan dan malas anak BAK bercampur dengan BAB,
minum. An.D tampak lesu dan lemah. anak tampak lesu, dan rewel. Ny.Y juga
Kedua mata pasien tampak merah. mengatakan sebelum diare An.R
menderita demam, dan pilek. Ny.Y
mengatakan sebelumnya tidak ada
anggota keluarga yang menderita diare
54
Poltekkes Kemenkes Padang
5
Poltekkes Kemenkes
5
2. Diagnosis Keperawatan
Dari hasil pengkajian diatas, didapatkan diagnosis keperawatan yang
bisa ditegakkan untuk kedua partisipan tersebut yaitu, untuk An.D 1)
hipertermi berhubungan dengan proses infeksi, 2) kekurangan volume
cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, 3)
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor psikologis, 4) diare berhubungan dengan proses infeksi,
5) resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi atau
sering BAB. Diagnosis yang dapat ditegakkan untuk An.R yaitu 1)
kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif, 2) ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsobrsi makanan, 3)
hipertermi berhubungan dengan proses infeksi, 4) resiko kerusakan
integrotas kulit berhubungan dengan ekskresi atau sering BAB, 5)
diare berhubungan dengan proses infeksi, 6) gangguan rasa nyaman
berhubungan dengan gejala terkait penyakit.
Tabel 4.2
Diagnosis Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Kekurangan volume cairan Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan Kehilangan berhubungan dengan Kehilangan
cairan aktif akibat diare ditandai cairan aktif akibat diare ditandai
dengan Ny.Y mengatakan anaknya dengan Ny.Y mengatakan anaknya
diare baru satu hari yang lalu, Ibu diare sejak 2 hari sebelum masuk
mengatakan BAB anaknya encer, tidak rumah sakit, BAB encer, berlendir tapi
berlendir, dan tidak berdarah. Ibu I tidak berdarah, sebelum masuk rumah
mengatakan anaknya ± 7 kali BAB sakit anaknya BAB ± 20 kali. Saat
sebelum masuk rumah sakit, saat diruangan An.R BAB sudah 6 kali,
pengkajian An.D mengatakan baru 1 warna kuning, anak rewel, infus
kali BAB, BAB masih encer, tidak terpasang RL 20 tts/mnt dalam 8 jam,
berlendir. Ibu I mengatakan BAK ± 4 setiap kali BAB ± 50 ml, anak minum
Poltekkes Kemenkes
5
kali sehari, bau khas, warna kuning oralit ± 8 dot sehari, ± 200cc/dot, BAK
pekat, anaknya masih malas minum, ±2 sedikit, warna kuning, bau khas, anak
(±200 cc) gelas sehari. Anak tampak menggunakan pempers, jumlah urine
lemah, urine ± 70 ml, BAB ± 100 ml, tidak bisa dihitung karena bercampur
mukosa bibir kering, turgor kulit dengan BAB, mukosa mulut kering,
kembali lambat, mata tampak cekung mata cekung.
dan merah.
Poltekkes Kemenkes
5
sudah 1 hari, frekuensi BAB ± 7 kali 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
dari pagi sebelum masuk rumah sakit, BAB analnya encer, berlendir, sebelum
BAB bewarna kuning, tidak berlendir masuk RS pasien ± 20 kali BAB. Dan
dan tidak berdarah, demam tinggi sudah saat baru masuk ruangan An.R sudah 6
2 hari sebelum masuk rumah sakit. Saat kali BAB. Anak tampak lesu, hasil
diruangan An.D masih demam, BAB pemeriksaan laboratorium darah
baru 1 kali dari pagi, kosistensi encer, didapatkan leukosit 11.620 mm3.
warna kuning, tidak berlendir, tidak
berdarah, jumlah ± 100.Hasil
laboratorium pemeriksaan darah
didapatkan leukosit An.D tinggi yaitu
10.800 mm3.
Poltekkes Kemenkes
5
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi atau rencana tindakan yang akan dilakukan ke An.D dan
An.R sesuai dengan diagnosis yang sudah ada yaitu 1) manajemen
cairan, 2) manajemen nutrisi, 3) termoregulasi, dan 4) manajemen
diare, 5) manajemen tekanan.
Tabel 4.3
Intervensi Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Rencana tindakan yang akan dilakukan Rencana tindakan untuk diagnosa
untuk diagnosa kekurangan volume kekurangan volume cairan
cairan berhubungan dengan berhubungan dengan kehilangan
kehilangan cairan aktif yaitu 1) cairan aktif yaitu 1) monitor status
monitor status hidrasi (kelembaban hidrasi (kelembaban mukosa mulut,
mukosa mulut, nadi yang adekuat), 2) nadi yang adekuat), 2) mencatat intake
mencatat intake dan output pasien, 3) dan output pasien, 3) monitor dan
monitor dan hitung asupan kalori hitung asupan kalori pasien, 4)
pasien, 4) kolaborasi pemberian cairan kolaborasi pemberian cairan IV, 5)
IV, 5) monitor status nutrisi, 6) monitor monitor status nutrisi, 6) monitor tanda-
tanda-tanda vital, 7) timbang berat tanda vital, 7) timbang berat badan
badan pasien, 8) monitor respon pasien pasien, 8) monitor respon pasien
terhadap penambahan cairan. Kriteria terhadap penambahan cairan. Kriteria
hasil yang hendak dicapai yaitu, turgor hasil yang hendak dicapai yaitu, turgor
kulit tidak terganggu, berat badan kulit tidak terganggu, berat badan
stabil, kelembaban membran mukosa stabil, kelembaban membran mukosa
tidak terganggu, keseimbangan intake tidak terganggu, keseimbangan intake
dan output dalam 24 jam tidak dan output dalam 24 jam tidak
terganggu, intake cairan tidak terganggu, intake cairan tidak
terganggu, mata tidak cekung. terganggu, mata tidak cekung.
Poltekkes Kemenkes
6
mual dan muntah, 6) monitor turgor mual dan muntah, 6) monitor turgor
kulit, 7) instrusikan cara meningkatkan kulit, 7) instrusikan cara meningkatkan
asupan nutrisi. Kriteria hasil yang asupan nutrisi. Kriteria hasil yang
dicapai asupan makanan dan cairan dicapai asupan makanan dan cairan
tidak menyimpang dari rentang normal, tidak menyimpang dari rentang normal,
asupan makanan secara oral adekuat, asupan makanan secara oral adekuat,
berat badan dalam kisaran normal, berat badan dalam kisaran normal.
asupan makanan secara oral adekuat,
asupan cairan secara oral adekuat.
Poltekkes Kemenkes
6
Poltekkes Kemenkes
6
Poltekkes Kemenkes
6
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan rencana
diatas. Tindakan yang akan dilakukan untuk memenuhi 1) kebutuhan
cairan, 2) kebutuhan nutrisi, 3) manajemen mengatasi diare, 4)
manajemen termoregulasi, 5) manajemen tekanan.
Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Tindakan keperawatan yang dilakukan Tindakan keperawatan yang dilakukan
untuk diagnosa utama Kekurangan untuk diagnosa utama Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif 1) kehilangan cairan aktif 1)
Memberikan cairan oralit 700 cc/3 Memberikan cairan oralit 200 cc/3 jam
jam, 2) Memberitahu ibu untuk tetap , 2) Memberitahu ibu untuk tetap
memberikan anaknya minum sesering memberikan anaknya minum sesering
mungkin, 4 gelas dalam 8 jam, 3) mungkin, 3) Memberikan cairan IV RL
Memberikan cairan IV RL 20 tts/mnt 20 tts/mnt dalam 8 jam, 4) Memantau
dalam 8 jam, 4) Memantau respon respon pasien setelah 7 jam pemberian
pasien setelah 7 jam pemberian oralit , oralit, 5) Memberikan terapi zink 1x1
5) Memberikan terapi zink 1x10 mg sendok teh setelah BAB, 6) Memantau
setelah BAB, 6) Memantau mata mata cekung, turgor kulit, kelembaban
cekung, turgor kulit kembali lambat , mukosa mulut, CRT pada anak
kelembaban mukos mulut, CRT pada kembali >2 detik, 7) Memantau pola
anak > 2 detik, 7) Memantau pola minum anak hasil yang didapatkan
minum anak, hasil yang didapatkan anak minum oralit ± 200 cc/dot, 8)
anak hanya minum ± 50 cc, 8) Memantau warna urine dan frekuensi
Memantau warna urine dan frekuensi urine anak, hasil yang didapatkan
urine anak. warna kuning, frekuensi setiap kali
anak BAB langsung BAK.
Poltekkes Kemenkes
6
Poltekkes Kemenkes
6
5. Evaluasi Keperawatan
Poltekkes Kemenkes
6
Partisipan 1 Partisipan 2
Poltekkes Kemenkes
6
menyimpang dari rentang normal, lembab, CRT < 2 detik, mata anak
asupan makanan secara oral sebagian sudah tidak cekung, anak dapat
besar adekuat, P: intervensi dihentikan. menghabiskan makanannya, anak
banyak minum), A: tujuan tercapai,
asupan makanan dan cairan tidak
menyimpang dari rentang normal,
asupan makanan secara oral sebagian
besar adekuat, P: intervensi dihentikan
Poltekkes Kemenkes
6
Poltekkes Kemenkes
6
B. Pembahasan
1. Pengkajian
Hasil pengkajian riwayat kesehatan yang peneliti temukan pada An.D
datang ke rumah sakit dengan keluhan BAB encer sudah 7 kali, Nyeri
di ulu hati, batuk, nafsu makan berkurang, demam, anak malas minum.
An.D tampak lesu dan lemah. Riwayat kesehatan yang peneliti
temukan pada An.R datang ke rumah sakit dengan keluhan muntah 1
kali, demam tinggi sejak 2 hari, BAB encer sudah 2 hari, BAB ± 12
kali, BAB berlendir tidak disertai darah, area sekitar anus lembab dan
tampak sedikit kemerahan, anak demam, lemah dan rewel.
Poltekkes Kemenkes
6
lendir dan darah. Anus dan daerah sekitarnya akan lecet karena sering
defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin
banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi
oleh usus selama diare.
Menurut peneliti keluhan yang ditemukan pada kasus An.D dan An.R
sesuai dengan teori dan yang ada dimana pasien dengan diare datang
kerumah sakit karena BAB encer, frekuensi lebih dari 3 kali dalam
sehari, muntah, demam tinggi, dan BAB berlendir, anus dan daerah
sekitar menjadi lecet, nafsu makan berkurang, anak menjadi gelisah,
dan rewel. Hanya saja terdapat perbedaan pada An.D dimana An.D
tidak mengalami muntah, BAB tidak berlendir, anus dan daerah
sekitarnya tidak ada lecet. Hal ini disebabkan karena jenis dari bakteri
yang menginfeksi partisipan 1, tetapi pada partisipan 1 tidak diketahui
pasti bakteri apa yang terdapat didalam feses.
Poltekkes Kemenkes
7
Poltekkes Kemenkes
7
tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci tangan sesudah buang air
besar, sesudah membuang tinja, atau sebelum menjamaah makanan,
dan kondisi lingkungan juga menjadi resiko utama terjadinya diare.
Asumsi dari peneliti berdasarkan pengkajian, hasil penelitian dan teori
diatas sanitasi ibu dalam menyiapkan makanan keluarga An.D perlu
ditingkat lagi, sedangkan pada An.R ibu juga perlu meningkatkan lagi
sanitasinya dalam menyiapkan makanan dan kebiasaan ibu untuk
mencuci tangan setelah membersihkan BAB anaknya. Hal ini
dilakukan agar diare dan penyakit lainnya terjadi pada keluarga lainnya
dan untuk mencegah terjadinya penularan terhadap anggota keluarga
lainnya.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di rumah sakit, perawat hanya
menegakkan dua diagnosa saja. Diagnosa utama yang diangkat untuk
partisipan 1 dan partisipan 2 sama yaitu, 1) kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, 2) ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi makanan. Diagnosa yang peneliti
temukan pada partisipan 1 yaitu, 1) Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, 2) Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
biologis, 3) hipertermi berhubungan dengan proses infeksi, 4) diare
berhubungan dengan proses infeksi, 5) resiko kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan ekskresi atau sering BAB. Pada partisipan 2
yaitu, 1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif, 2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan faktor biologis, 3) hipertermi berhubungan
dengan proses infeksi, 4) diare berhubungan dengan proses infeksi, 5)
resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi atau
sering BAB, 6) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala
terkait penyakit.
Poltekkes Kemenkes
7
Poltekkes Kemenkes
7
Poltekkes Kemenkes
7
Poltekkes Kemenkes
7
Poltekkes Kemenkes
7
berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.
Menurut analisa peneliti anak yang mengalami diare pasti mengalami
gangguan rasa nyaman karena perubahan status kesehatan dan efek
hospitalisasi.
Asumsi dari peneliti yaitu jika dehidrasi pada partisipan 1 dan 2 tidak
diatasi dengan cepat maka ditakutkan anak akan mengalami dehidrasi
berat. Anak dengan dehidrasi berat akan mengalami penurunan
kesadaran, Seperti yang dijelaskan Nursalam (2008), syok
hipovolemik dapat terjadi pada anak yang mengalami dehidrasi berat.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang disusun sesuai diagnosa yang muncul
pada kasus berdasarkan NOC dan NIC (2013) yaitu, diagnosa utama
pada partisipan 1 dan partisipan 2 adalah kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif yaitu 1) monitor status
hidrasi, 2) catat intake dan output pasien, 3) monitor makanan yang
dikonsumsi, 4) kolaborasi pemberian cairan IV, 5) mmnitor status
nutrisi, 5) timbang BB pasien, 6) monitor tanda-tanda vital, 7) dorong
pasien untuk menambah intake oral, 8) monitor kelembaban mukosa
dan turgor kulit. Tindakan yang dilakukan pada masalah kekurangan
volume cairan yaitu untuk menggantikan cairan yang hilang,
mencegah terjadinya penurunan berat badan, untuk melihat respon
pasien setelah diberikan cairan. Kriteria hasil yang hendak dicapai
yaitu tanda-tanda vital tidak terganggu, keseimbangan intake dan
output cairan dalam 24 jam tidak terganggu, berat badan stabil, turgor
Poltekkes Kemenkes
7
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan yang telah peneliti rencanakan untuk diagnosa Tindakan
keperawatan untuk diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan aktif yaitu, Memberikan cairan oralit 200
cc/3 jam, memberitahu ibu untuk tetap memberikan anaknya minum
sesering mungkin, memberikan cairan IV RL 20 tts/mnt dalam 8 jam,
memantau respon pasien setelah 7 jam pemberian oralit, memberikan
terapi zink 1x1 sendok teh sesuai dengan order dokter, memantau
mata cekung, turgor kulit, kelembaban mukosa mulut, CRT pada anak,
memantau pola minum anak, memantau warna urine dan frekuensi
urine anak
Poltekkes Kemenkes
7
Poltekkes Kemenkes
7
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan disusun dengan metode SOAP. Evaluasi
keperawatan dilaksanakan selama 5 hari melakasanakan asuhan
keperawatan. Hasil evaluasi dari diagnosa kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, setelah 5 hari melakukan
asuhan keperawatan didapatkan Ibu mengatakan saat dirumah anaknya
masih diberi oralit, ibu mengatakan anaknya masih diberi zink, ibu
mengatakan BAB anaknya sudah normal ± 3 kali, konsistensi lembek,
jumlah ± 50ml, ibu mengatakan sudah paham dengan apa yang
dijelaskan, anak tampak tenang, anak sudah bisa bermain, mata tidak
cekung, turgor kulit baik.
Depkes (2011), mangatakan oralit diberikan bila anak diare dan sampai
diare berhenti. Untuk anak usia kurang dari satu tahun diberikan 50
sampai 100 cc cairan oralit setiap kali buang air besar sedangkan anak
labih dari 1 tahun diberikan 100 sampai 200 cc cairan oralit setiap klai
buang air besar. Menurut peneliti apa yang ditemukan pada kasus sama
dengan apa yang ada diteori. Anak yang diare banyak kehilangan air
Poltekkes Kemenkes
8
Poltekkes Kemenkes
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada partisipan 1 An.D
dengan diare dehidrasi ringan+low intake dan partisipan 2 An.R dengan
diare dehidrasi sedang di ruang 2 Ibu Dan Anak RS Reksodiwiryo Padang,
peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian pada An.D didapatkan anak BAB ± 7 kali, BAB
encer, tidak berlendir, anak demam, nafsu makan berkurang, anak
malas dan An.R didapatkan data keluhan BAB encer, lebih dari 20 kali
dalam sehari, berlendir, tidak berdarah, demam, anak banyak minum,
dan nafsu makan berkurang.
2. Hasil pengkajian dan analisa data terdapat 5 diagnosa yang muncul
pada An.D yaitu hipertermi berhubungan dengan proses infeksi,
kekurangan volume cairan berhubungan kehilangan cairan aktif,
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis, Diare berhubungan dengan proses infeksi,
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi atau sering
BAB. Pada An.R muncul 6 diagnosa utama Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan, Diare berhubungan dengan
proses infeksi, Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi
atau sering BAB, Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala
terkait penyakit
3. Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan masalah
yang ditemukan pada An.D yaitu perawatan demam, manajemen
cairan, manajemen nyeri, manajemen nutrisi, monitor nutrisi,
manajemen diare, manajemen tekanan. Rencana keperawatan pada
An.R yaitu manajemen cairan, manajemen nyeri, manajemen nutrisi,
monitor nutrisi, perawatan demam, manajemen diare, manajemen
tekanan, teknik menenangkan.
Poltekkes Kemenkes
82
Poltekkes Kemenkes
8
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit Reksodiwiryo
Saran peneliti kepada pihak rumah sakit lebih menyediakan fasilitas
dalam melakukan tindakan keperawatan dalam ruangan khususnya
fasilitas yang sangat dibutuhkan oleh pasien diare dehidarasi sedang.
2. Perawat ruangan
Poltekkes Kemenkes
8
3. Peneliti selanjutnya
Saran untuk peneliti selanjutnya agar lebih dapat memperhatikan
masalah yang dialami pasien khususnya dan mampu bekerja sama
dengan baik dengan perawat ruangan agar implementasi keperawatan
yang dijalankan dapat terlaksana dengan baik.
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR PUSTAKA
Adyanastri, Festy. 2012. Etiologi Dan Gambaran Klinis Diare Akut Di RSUP Dr.
Kariadi Semarang. Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Diakses tanggal 7 Januari 2017 dari
http://eprints.undip.ac.id/37538/1/Festy_G2A008082_Lap_kti.pdf
Arini, Estanti, N. 2012. Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Volume
Cairan Pada An.F Dengan Gastroenteritis Akut (GEA) Di Ruang Melati
RSUD Karanganyar. Studi Kasus Keperawatan STIKES Kusuma Husada
Surakarta. Diakses tanggal 6 Juni 2017 dari
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-estantinur-227-
1-estanti-4.pdf
Astuti, Wiwin, p.; Heriyatun.; Yudha, Hendri, T.; 2011. Hubungan Pengetahuan
Ibu Tentang Sanitasi Makanan Dengan Kejadian Diare Pada Balita. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3. Diakses tanggal 6 Juni
2017 dari
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/27/jtstikesmuhgo-gdl-
wiwinpujia-1337-2-hal.151-8.pdf
Betz, C. L. & Sowden, L. A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatr Edisi 5.
Jakarta: EGC
Bulechek, M.G.; Butcher, H.K.; Dochterman, J.M.; & Wagner, C.M. 2013.
Nursing Interventions Classification (NIC), 6th edition. United State Of
America: Mosby Elsevier, Inc
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS). Jakarta
Dinkes Kesehatan Kota Padang. 2016. Profil Kesehatan Kota Padang Tahun
2015. Dari http://dinkes.padang.go.id/index.php/baca/artikel/107 Diakses
tanggal 13 Januari 2017
Emmanuel, anton. & Inns, stephen. 2014. Gastroenterologi dan Hepatologi.
Jakarta: Erlangga
Herdman, T, Heather. NANDA Internasional Inc. Diagnosa Keperawatan:
Defenisi & Klasifikasi 2015-2017 edisi 10. Jakarta: EGC
Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Juffrie, M.; Soenarto, S.S.Y.; Oswari, H.; Arief, S.; Rosalina, I.; & Mulyani, N.S.
2010. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI
Kemenkes RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Diakses tanggal 9 Januari 2017
http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/buletin/buletin-diare.pdf
Poltekkes Kemenkes
Jurnal Sari Pediatri, Volume 16, No. 5. Dari
https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/142/146
diakses tanggal 22 Januari 2017
Moohead, S.; Johnson, M.; Maas, M.L.; & Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC) 5th edition. United State Of America: Mosby Elsevier,
Inc
Nursalam, Susilaningrum, R.; & Utami, R. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan
anak. Jakarta : Salemba Medika
Puput, Stefanny R. 2011. Perilaku Pemberian Asi Terhadap Frekuensi Diare Pada
Anak Usia 6-24 Bulan Di Ruang Anak Rumah Sakit Baptis Kediri. Jurnal
STIKES RS. Baptis Kediri Volume 4, No. 2. Diakses tanggal 6 Januari 2017
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=4216&val=360&title=PERILAKU%20PEMBERIAN%20ASI
%20TERHADAP%20FREKUENSI%20DIARE%20PADA%20ANAK
%20USIA%20624%20BULAN%20DI%20RUANG%20ANAK
%20RUMAH%20SAKIT%20BAPTIS%20KEDIRI
Rusdi, Numlil, K.; Gultom, Betti. & Wulandari, Apriyanti. 2012. Evaluasi
Penggunaan Obat Diare Terhadap Kesesuaian Obat Dan Dosis Pada Pasien
Rawat Inap Di RSUD Budhi Asih Jakarta. Jurnal Farmasains Volume 1,
No.5. Diakses tanggal 22 Januari 2017 dari
http://farmasains.uhamka.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/Numlil-
farmasains.uhamka.ac_.id-volume-1-no-5.pdf
Poltekkes Kemenkes
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses pada
tanggal 6 Juni 2017 dari
http://eprints.ums.ac.id/25518/13/NASKAH_PUBLIKASI_.pdf
WHO. 2012. The 10 leading causes of death in the world, 2000 and 2012. Dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/ diakses tanggal 11
Januari 2017
Yusuf, Sulaiman. 2011. Profil Diare Di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal Sari Pediatri Volume 13, No. 4. Dari
https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/424/356
diakses tanggal 18 Januari 2017.
Poltekkes Kemenkes
Lampiran
Poltekkes Kemenkes
Lampiran
Poltekkes Kemenkes
Lampiran
Poltekkes Kemenkes
Lampiran
Poltekkes Kemenkes
Lampiran
Poltekkes Kemenkes
Lampiran
Poltekkes Kemenkes
Lampiran
Poltekkes Kemenkes
Lampiran
Poltekkes Kemenkes
Lampiran
Poltekkes Kemenkes
Lampiran
Poltekkes Kemenkes
Lampiran
Poltekkes Kemenkes
Lampiran
Poltekkes Kemenkes