PENDAHULUAN
Tetanus Neonatorum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat
disebabkan adanya infeksi melalui tali pusat yang tidak bersih. Kematian tetanus
sekitar 45 – 55 %, sedangkan pada tetanus neonatorum sekitar 80%. Terdapat
hubungan terbalik antara lamanya masa inkubasi dengan beratnya penyakit. Resiko
kematian sekitar 58 % pada masa inkubasi 2 – 10 hari, dan 17 – 35 % pada masa
inkubasi 11 – 22 hari. Bila interval antara gejala pertama dengan timbulnya kejang
cepat, prognosis lebih buruk.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas serta melihat peran dan fungsi
perawat sangatlah penting dalam hal memperbaiki derajat kesehatan khususnya
masalah Tetanus Neonatorum pada anak. Dalam hal pelaksanaan Asuhan
Keperawatan meliputi aspek promotif (memberikan penyuluhan kesehatan untuk
meningkatkan status kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif (memberikan obat-
obatan untuk mengobati penyebab dasar), rehabilitatif (dokter, perawat dan peran
serta keluarga dalam perawatan pasien).
1.3. Manfaat
pembaca tentang tetanus neonatorum mulai dri pengertian, penyebab, tanda dan
secara tepat tentang Asuhan Keperawatan Anak Dengan Tetanus Neonatorum untuk
Tetanus Neonatorum adalah penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan
tanda klinik yang khas, setelah 2 hari pertama bayi baru hidup, menangis dan
menyusu secara normal, pada hari ketiga atau lebih timbul kekakuan seluruh tubuh
(WHO, 1989 )
Tetanus Neonatorum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat
disebabkan adanya infeksi melalui tali pusat yang tidak bersih.Masih merupakan
kematian terutama akibat komplikasi antara lain radang paru dan sepsis, makin
muda umur bayi saat timbul gejala, makin tinggi pula angka kematian. (Maryunani,
2011).
2.2. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh karena clostridium tetani yang bersifat anaerob
dimana kuman tersebut berkembang tanpa adanya oksigen. Tetanus pada bayi ini
dapat disebabkan karena tindakan pemotongan tali pusat yang kurang steril, untuk
2.3. Patofisiologi
Virus yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobit berubah menjadi
bentuk vegetatif dan berbiak sambil menghasilkan toksin dalam jaringan yang
anaerobit ini terdapat penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya
tekanan oksigen jaringan akibat adanya pus, nekrosis jaringan, garam kalsium yang
dapat diionisasi. Secara intra aksonal toksin disalurkan ke sel syaraf yang memakan
waktu sesuai dengan panjang aksonnya dan aktifitas serabutnya. Belum terdapat
perubahan elektrik dan fungsi sel syaraf walaupun toksin telah terkumpul dalam sel.
Dalam sum-sum tulang belakang toksin menjalar dari sel syaraf lower motorneuron
Leher kaku c) Dinding abdomen keras d) Mulut mencucu seperti mulut ikan e)
2.5. Komplikasi
Sepsis neonatorum.
2.8. Pencegahan
1. Imunisasi aktif
Vaksinasi dasar dalam bentuk toksoid diberikan bersama vaksin pertusis dan
difteri ( vaksin DPT ). Kadar proteksi antibodi bertahan selama 5 – 10 tahun
sesudah suntikan “ booster “. Tetanus toksoid (TT) selanjunya diberikan 10 tahun
kecuali bila mengalami luka yang beresiko terinfeksi, diberikan toksoid bila
suntikan terakhir sudah lebih dari 5 tahun sebelumnya atau bila belum pernah
vaksinasi. Pada luka yang sangat parah, suntikan toksoid diberikan bila vaksinasi
terakhir sudah lebih dari 1 tahun.
Untuk mencegah tetanus neonatorum, diberikan TT pada semua wanita usia
subur atau wanita hamil trimester III, selain memberikan penyuluhan dan
bimbingan pada dukun beranak agar memotong dan merawat tali pusat bayi
dengan cara semestinya. Dapat terjadi pembengkakan dan rasa sakit pada tempat
suntikan sesudah pemberian vaksin TT. (Maryunani, 2010)
2. Imunisasi pasif
Diberikan serum anti tetanus (ATS Profilaksis) pada penderita luka yang
beresiko terjadi infeksi tetanus, bersama – sama dengan TT. (Maryunani, 2010).
1. Pengkajian
2. Riwayat kehamilan prenatal.
Ditanyakan apakah ibu sudah diimunisasi TT
3. Riwayat natal ditanyakan.
Siapa penolong persalinan karena data ini akan membantu membedakan
persalinan yang bersih/higienis atau tidak. Alat pemotong tali pusat, tempat
persalinan.
4. Riwayat Postnatal
Ditanyakan cara perawatan tali pusat, mulai kapan bayi tidak dapat menetek
(incubation period). Berapa lama selang waktu antara gejala tidak dapat menetek
dengan gejala kejang yang pertama (period of onset).
5. Riwayat imunisasi pada tetanus anak.
Ditanyakan apakah sudah pernah imunisasi DPT/DT atau TT dan kapan
terakhir
6. Riwayat psiko sosial.
1) Kebiasaan anak bermain di mana
2) Hygiene sanitasi
7. Pemeriksaan fisik.
Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan gejala dari tetanus,
bayi normal dan bisa menetek dalam 3 hari pertama. Hari berikutnya bayi sukar
menetek, mulut “mecucu” seperti mulut ikan. Risus sardonikus dan kekakuan otot
ekstrimitas. Tanda-tanda infeksi tali.
2.10. Diagnosa Keperawatan.
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. peningkatan kebutuhan kalori
yang tinggi, makan tidak adekuat.
2. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan sirkulasi (hipoksia berat).
3. Ketidakefektifan jalan nafas b.d. terkumpulnya liur di dalam rongga mulut (adanya
spasme pada otot faring).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Neonatorum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat disebabkan adanya
infeksi melalui tali pusat yang tidak bersih.Penyakit ini disebabkan oleh karena
clostridium tetani yang bersifat anaerob dimana kuman tersebut berkembang tanpa
Tanda dan gejala meliputi , Kejang sampai pada otot pernafasan, Leher kaku,
Dinding abdomen keras, Mulut mencucu seperti mulut ikan dan Suhu tubuh dapat
Deslidel, hajjah. 2011. Buku ajar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta : EGC
Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba
Medika
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : TIM
http://hasgurstika.blogspot.com/2011/01/askep-tetanus-neonatorum.html