PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembahasan mengenai kasus ini adalah untuk mengetahui akibat dari
adanya kasus bidan dalam pemberian suntik TT semasa kehamilan ibu.
1.3 Manfaat
Sebagai masuk kepada bidan untuk mengetahui potensi bahaya yang ditimbulkan
akibat kelalaian yang dilakukan. Sehingga diharapakan agar tidak terulang lagi kasus serupa.
Dengan begitu juga di harapkan untuk menekan kasus tetanus neonatorum akibat kelalaian
bidan dalam pemberian suntik TT kepada ibu hamil.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.3 Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah clostridium tetani yang hidup anaerob. Kuman ini
mudah dikenal karena pembentukan spora dan karena bentuk yang khas, tersebar luas di tanah
dan mengeluarkan toksin bila dalam kondisi baik. Sporanya dapat bertahan sampai bertahun-
tahun bila tidak kena sinar matahari, tersebar luas di tanah dan mengeluarkan toksin bila
dalam kondisi baik. Toksin daripada tetanus ini dapat menghancurkan sel darah merah,
merusak leukosit dan merupakan tetanospasmin, yaitu toksin yang neurotropik dapat
menyebabkan ketegangan dan spasme otot
Selain itu juga tidak jarang ditemukan pada feses manusia, juga pada feses kuda,
anjing, dan kucing.
.
2.4 Mikrobiologi
Kuman ini adalah kuman gram-positif berbentuk batang yang anaerob, motil, yang
berbentuk spora terminalis berbentuk lonjong yang tak berwarna. Spora ini menyerupai
bentuk raket tenis atau drum stick. Tetanospasmin dibentuk pada sel vegetatif di bawah
kendali plasmid. Toksin ini merupakan rantai polipeptida tunggal.
2.5 Epidemiologi
Clostridium Tetani terdapat di tanah dan traktus digestivus manusia serta hewan.
Kuman ini dapat membuat spora yang tahan lama dan dapat berkembang biak dlam luka yang
kotor atau jaringan nekrotik yang mempunyai suasana anaerobic.
Pada bayi penyakit ini ditularkan biasanya melalui tali pusat, yaitu karena pemotongan
tali pusat dengan alat yang tidak steril. Selain itu, infeksi dapat juga melalui pemakaian obat,
bubuk, atau daun-daunan yang digunakan dalam perawatan tali pusat.
Penyakit ini masih banyak terdapat di Indonesia dan negara-negara lain yang sedang
berkembang. Mortalitasnya sangat tinggi karena biasanya baru mendapat pertolongan bila
bayi sudah gawat. Penanganan yang sempurna memegang peranan yang penting dalam
menurunkan angka mortalitas.
Kekebalan terhadap tetanus hanya dapat diperoleh melalui imunisasi TT. Sembuh dari
penyakit tetanus tidak berarti seorang/bayi selanjutnya kebal terhadap tetanus. Toksin tetanus
dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit tetanus, tidak cukup untuk
merangsang tubuh pendrita dalam membentuk zat anti (antibody) terhadap tetanus. Itulah
sebabnya seorang/ bayi penderita tetanus harus menerima imunisasi TT pada saat diagnosis
dan atau setelah sembuh.
3
TT akan membantu merangsang pembentukan antibody spesifik yang mempunyai
peranan penting dalam perlindungan terhadap tetanus. Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi
TT dalam tubuhnya akan membentuk antibody tetanus. Seperti difteri antibody tetanus masuk
dalam golongan IgG yang mudah melewati sawar plasenta, masuk dan menyebar melalui
aliran darah janin ke seluruh tubuh janin, yang akan mencegah terjadinya tetanus neonatorum.
Imunisasi TT pada ibu hamil diberikan 2 kali (2 dosis). Jarak pemberian TT pertama
dan kedua, serta jarak antara TT kedua dengan saat kelahiran, sangat menentukan kadar
antibody tetanus dalam darah bayi. Semakin lama interval antara pemberian TT pertama dan
kedua, serta antara TT kedua dengan kelahiran bayi, maka kadar antibody tetanus dalam darah
bayi akan semakin tinggi, karena interval yang panjang akan mempertinggi respon
imunologik dan di peroleh cukup waktu untuk menyeberang antibody tetanus dalam jumlah
yang cukup dari tubuh ibu hamil ke tubuh bayinya.
TT adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada
bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT. Pada ibu hamil yang
mendapatkan imunisasi TT tidak didapatkan resiko cacat bawaan ataupun abortus dengan
mereka yang tidak mendapatkan imunisasi.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tetanus neonatorum adalah:merupakan penyakit pada bayi baru lahir yang bukan
karena trauma kelahiran atau asfiksia tatapi disebabkan oleh infeksi masuknya kuman tetanus
melalui luka tali pusat
Penyebab penyakit tetanus neonarorium yaitu :
1. Kuman Clostridium Tetani
2. Pemotongan tali pusat bayi menggunakan alat yang tidak bersih atau steril.
3. Luka tali pusat kotor atau tdak bersih.
4. Ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT(Tetanus Toksoid) lengkap.
Adapun gejala yang timbul pada penyakit tetanus neonatorium yakni:
1. Mulut mencucu seperti mulut ikan
2. Bayi tiba-tiba panas.
3. Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang pada otot faring
4. Mudah sekali kejang disertai sianosis (biru),
5. Kejang, otot kaku/spasm dengan kesadaran tak terganggu.
6. Dinding perut tegang (perut papan)
7. Trismus (kesukaran membuka mulut/mulut tertutup).
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
1. Imunisasi aktif
2. Perawatan tali pusat yang baik
3. Pemberian toksoid tetanus pada ibu hamil 3 kali berturut-turut pada trimester ke 3
4. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril
3.2 Saran
Dalam memberikan asuhan kebidanan kepada klien kita sebagai seorang bidan tidak
boleh lalai dalam melakukan segala sesuatunya. Sebagai seorang bidan kita juga harus di
tuntut untuk teliti dalam berbagai hal. Ketelitian ini berfungsi untuk menghindari adanya
suatu kelalaian yang dimana kelalaian itu mungkin dapat merugikan klien itu sendiri. Yang
dimaksudkan teliti disini adakah seorang bidan hendaknya memeperhitungkan sacara matang
mengenai interval dalam pemberian ssuntik TT pada ibu hamil. Semakin lama interval antara
pemberian TT pertama dan kedua, serta antara TT kedua dengan kelahiran bayi, maka kadar
6
antibody tetanus dalam darah bayi akan semakin tinggi, karena interval yang panjang akan
mempertinggi respon imunologik dan di peroleh cukup waktu untuk menyeberang antibody
tetanus dalam jumlah yang cukup dari tubuh ibu hamil ke tubuh bayinya.
7
DAFTAR PUSTAKA