Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar
kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin
memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali. Namun, banyak masalah pada bayi baru
lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali.
Masalah pada neonatus ini biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada
masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini
timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai,
manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta kelalaian bidan dalam
melakukan tindakan.
Adanya kelalaian bidan dalam melakukan praktik yang dapat menyebabkan tetanus
neonatoeum ini sangat memebahayakan. Tetanus neonatorum yang terlambat mendapatkan
penanganan dapat menimbulkan kematian. Adanya kelalaian bidan dalam mensterilisasi alat
ataupun dalam program pemberian suntik TT ini sangat merugikan klien. Karena berawal dari
kelalaian ini seorang bayi dapat terkena tetanus.
Dengan tingginya kejadian kasus tetanus ini sangat diharapkan bagi seorang tenaga
medis, terutama seorang bidan dapat memberikan pertolongan/tindakan pertama atau
pelayanan asuhan kebidanan yang sesuai dengan kewenangan dalam menghadapi kasus
tetanus neonatorum.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembahasan mengenai kasus ini adalah untuk mengetahui akibat dari
adanya kasus bidan dalam pemberian suntik TT semasa kehamilan ibu.

1.3 Manfaat
Sebagai masuk kepada bidan untuk mengetahui potensi bahaya yang ditimbulkan
akibat kelalaian yang dilakukan. Sehingga diharapakan agar tidak terulang lagi kasus serupa.
Dengan begitu juga di harapkan untuk menekan kasus tetanus neonatorum akibat kelalaian
bidan dalam pemberian suntik TT kepada ibu hamil.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kasus Kelalaian Bidan


Seorang nyonya “X” yang merupakan pasien asuhan bidan “Y” datang ke bidan “Y”
dengan membawa seorang anaknya yang bernama an “Z” yang 2 minggu yang lalu baru saja
melahirkan di tempat praktik bidan “Y” tersebut. Nyonya “X” datang ke bidan karena
bingung dengan kondisi anaknya. Kondisi an “Z” saat itu suhunya tinggi, bayi menjadi sulit
menetek, mulut bayi mencucu seperti mulut ikan dan terjadi kejang. Bidan “Y” menduga
bahwa itu merupakan gejala tetanus.
Kemudian bidan “Y” membuka kembali dokumentasinya mengenai nyonya “X” mulai
dari asuhan kehamilan sampai dengan saat ini. Ternyata didapati pada buku dokumentasinya
itu bidan lalai memberikan suntik TT pada nyonya “X”. Selama kehamilan hanya diberikan
suntik TT sebanyak 1kali.

2.2 Pengertian Tetanus Neonatorum


Neonatus adalah organisme pada periode adaptasi kehidupan intra uterus ke kehidupan
intra uterin hingga berusia kurang dari 1 bulan. (Asri Rosad, 1987 dalam buku Nur
muslihatun, wafi. 2010)
Tetanus merupakan penyakit yang akut dan sering kali fatal. Kata tetanus berasal dari
bahasa yunani tetanos, yang diambil dari kata teinein yang berarti teregang.
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus yang
disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) yang
menyerang sistem saraf pusat. (Abdul Bari Saifuddin dalam buku Maternal dan Neonatal
2009)
Tetanus neonatorum merupakan penyebab kejang yang sering dijumpai pada bayi baru
lahir yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan oleh infeksi selama
masa neonatal, yang antara lain terjadi sebagai akibat pemotongan tali pusat atau perawatan
yang tidak aseptik .
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia
kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh Clostridium Tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan
toksin (racun) dan menyerang sistem saraf pusat.

2
2.3 Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah clostridium tetani yang hidup anaerob. Kuman ini
mudah dikenal karena pembentukan spora dan karena bentuk yang khas, tersebar luas di tanah
dan mengeluarkan toksin bila dalam kondisi baik. Sporanya dapat bertahan sampai bertahun-
tahun bila tidak kena sinar matahari, tersebar luas di tanah dan mengeluarkan toksin bila
dalam kondisi baik. Toksin daripada tetanus ini dapat menghancurkan sel darah merah,
merusak leukosit dan merupakan tetanospasmin, yaitu toksin yang neurotropik dapat
menyebabkan ketegangan dan spasme otot
Selain itu juga tidak jarang ditemukan pada feses manusia, juga pada feses kuda,
anjing, dan kucing.
.
2.4 Mikrobiologi
Kuman ini adalah kuman gram-positif berbentuk batang yang anaerob, motil, yang
berbentuk spora terminalis berbentuk lonjong yang tak berwarna. Spora ini menyerupai
bentuk raket tenis atau drum stick. Tetanospasmin dibentuk pada sel vegetatif di bawah
kendali plasmid. Toksin ini merupakan rantai polipeptida tunggal.

2.5 Epidemiologi
Clostridium Tetani terdapat di tanah dan traktus digestivus manusia serta hewan.
Kuman ini dapat membuat spora yang tahan lama dan dapat berkembang biak dlam luka yang
kotor atau jaringan nekrotik yang mempunyai suasana anaerobic.
Pada bayi penyakit ini ditularkan biasanya melalui tali pusat, yaitu karena pemotongan
tali pusat dengan alat yang tidak steril. Selain itu, infeksi dapat juga melalui pemakaian obat,
bubuk, atau daun-daunan yang digunakan dalam perawatan tali pusat.
Penyakit ini masih banyak terdapat di Indonesia dan negara-negara lain yang sedang
berkembang. Mortalitasnya sangat tinggi karena biasanya baru mendapat pertolongan bila
bayi sudah gawat. Penanganan yang sempurna memegang peranan yang penting dalam
menurunkan angka mortalitas.
Kekebalan terhadap tetanus hanya dapat diperoleh melalui imunisasi TT. Sembuh dari
penyakit tetanus tidak berarti seorang/bayi selanjutnya kebal terhadap tetanus. Toksin tetanus
dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit tetanus, tidak cukup untuk
merangsang tubuh pendrita dalam membentuk zat anti (antibody) terhadap tetanus. Itulah
sebabnya seorang/ bayi penderita tetanus harus menerima imunisasi TT pada saat diagnosis
dan atau setelah sembuh.

3
TT akan membantu merangsang pembentukan antibody spesifik yang mempunyai
peranan penting dalam perlindungan terhadap tetanus. Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi
TT dalam tubuhnya akan membentuk antibody tetanus. Seperti difteri antibody tetanus masuk
dalam golongan IgG yang mudah melewati sawar plasenta, masuk dan menyebar melalui
aliran darah janin ke seluruh tubuh janin, yang akan mencegah terjadinya tetanus neonatorum.
Imunisasi TT pada ibu hamil diberikan 2 kali (2 dosis). Jarak pemberian TT pertama
dan kedua, serta jarak antara TT kedua dengan saat kelahiran, sangat menentukan kadar
antibody tetanus dalam darah bayi. Semakin lama interval antara pemberian TT pertama dan
kedua, serta antara TT kedua dengan kelahiran bayi, maka kadar antibody tetanus dalam darah
bayi akan semakin tinggi, karena interval yang panjang akan mempertinggi respon
imunologik dan di peroleh cukup waktu untuk menyeberang antibody tetanus dalam jumlah
yang cukup dari tubuh ibu hamil ke tubuh bayinya.
TT adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada
bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT. Pada ibu hamil yang
mendapatkan imunisasi TT tidak didapatkan resiko cacat bawaan ataupun abortus dengan
mereka yang tidak mendapatkan imunisasi.

2.6 Gejala Klinis


Masa tunas biasanya 5 – 14 hari, kadang-kadang sampai beberapa minggu pada infeksi
ringan atau kalau terjadi modifikasi penyakit oleh antiserum.
Penyakit ini terjadi biasanya secara mendadak dengan ketegangan otot yang mungkin
bertambah terutama pada rahang dan leher. Dalam 48 jam penyakit ini menjadi nyata dengan :
 Malas minum, mudah terangsang dan anak menangis terus menerus.
 Tidak sanggup mengisap dan belakangan bayi berhenti menangis karena rahang sukar
dibuka disebabkan terjadinya kekakuan.
 Kemudian diikuti kekakuan pada seluruh tubuh disertai kejang yang tersentak (intermiten
jerking spasm), terutama hal ini terjadi bila ada rangsangan dari luar seperti suara yang
keras, cahaya dan tactile stimuli antara lain bila dipegang pada pemberian injeksi untuk
pengobatan dan pada waktu pengisapan lendir.
 Mulut mencucur, dan bila bayi menangis suaranya tangisan tidak jelas, terdengar seperti
mendesir.
 Suhu meninggi (sub febris)
 Kaku kuduk
 Opistotonus
 Kesadaran pulih setelah kejang
4
2.7 Pembahasan Kasus
Dari kasus di atas di ketahui bahwa seorang bidan “Y” lalai dalam melakukan
pelayanan kepada anggota asuhannya. Dari buku dokumentasinya bidan lalai dalam
memberikan suntik TT pada masa kehamilannya. Dimana seorang bidan itu hanya
memberikan 1 suntik TT. Seharusnya dalam masa kehamilan ibu mendapatkan 2 kali suntik
TT dan 1 kali suntik TT setelah kelahiran bayi. Dari segi kesehatan kelalaian semacam ini
sangatlah merupakan hal fatal yang pada akhirnya dapat menyebabkan suatu kematian jika
terlambat mendapatkan penanganan segera. Kelalaian bidan dalam memberikan suntik TT
yang tidak lengkap atau tidak sesuai program ini dapat menjadikan ibu ataupun bayi kurang
kebal terhadap infeksi tetanus.
Pemberian TT bertujuan membantu merangsang pembentukan antibody spesifik yang
mempunyai peranan penting dalam perlindungan terhadap tetanus. Ibu hamil yang
mendapatkan imunisasi TT dalam tubuhnya akan membentuk antibody tetanus. Seperti difteri
antibody tetanus masuk dalam golongan IgG yang mudah melewati sawar plasenta, masuk
dan menyebar melalui aliran darah janin ke seluruh tubuh janin, yang akan mencegah
terjadinya tetanus neonatorum. Interval antar TT dosis pertama dengan dosis kedua minimal 4
minggu. Semakin lama interval antara pemberian TT pertama dan kedua, serta antara TT
kedua dengan kelahiran bayi, maka kadar antibody tetanus dalam darah bayi akan semakin
tinggi, karena interval yang panjang akan mempertinggi respon imunologik dan di peroleh
cukup waktu untuk menyeberang antibody tetanus dalam jumlah yang cukup dari tubuh ibu
hamil ke tubuh bayinya.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tetanus neonatorum adalah:merupakan penyakit pada bayi baru lahir yang bukan
karena trauma kelahiran atau asfiksia tatapi disebabkan oleh infeksi masuknya kuman tetanus
melalui luka tali pusat
Penyebab penyakit tetanus neonarorium yaitu :
1. Kuman Clostridium Tetani
2. Pemotongan tali pusat bayi menggunakan alat yang tidak bersih atau steril.
3. Luka tali pusat kotor atau tdak bersih.
4. Ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT(Tetanus Toksoid) lengkap.
Adapun gejala yang timbul pada penyakit tetanus neonatorium yakni:
1. Mulut mencucu seperti mulut ikan
2. Bayi tiba-tiba panas.
3. Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang pada otot faring
4. Mudah sekali kejang disertai sianosis (biru),
5. Kejang, otot kaku/spasm dengan kesadaran tak terganggu.
6. Dinding perut tegang (perut papan)
7. Trismus (kesukaran membuka mulut/mulut tertutup).
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
1. Imunisasi aktif
2. Perawatan tali pusat yang baik
3. Pemberian toksoid tetanus pada ibu hamil 3 kali berturut-turut pada trimester ke 3
4. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril

3.2 Saran
Dalam memberikan asuhan kebidanan kepada klien kita sebagai seorang bidan tidak
boleh lalai dalam melakukan segala sesuatunya. Sebagai seorang bidan kita juga harus di
tuntut untuk teliti dalam berbagai hal. Ketelitian ini berfungsi untuk menghindari adanya
suatu kelalaian yang dimana kelalaian itu mungkin dapat merugikan klien itu sendiri. Yang
dimaksudkan teliti disini adakah seorang bidan hendaknya memeperhitungkan sacara matang
mengenai interval dalam pemberian ssuntik TT pada ibu hamil. Semakin lama interval antara
pemberian TT pertama dan kedua, serta antara TT kedua dengan kelahiran bayi, maka kadar

6
antibody tetanus dalam darah bayi akan semakin tinggi, karena interval yang panjang akan
mempertinggi respon imunologik dan di peroleh cukup waktu untuk menyeberang antibody
tetanus dalam jumlah yang cukup dari tubuh ibu hamil ke tubuh bayinya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman, Arvin.1996. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.                


Nur muslihatun, wafi. 2010. Asuhan neonates bayi da balita.yogyakarta : Fitramaya
Wiknyosastro, Gulardi Hanifa. 2002. Pelayanan Kesehatan Material Dan Neonatal. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo : Jakarta.
Sudarti.2010. Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Balita.yogyakarta:Nuha Medika.
Fauziah, Afroh dan Sudarti.2012.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan
Anak.Yogyakarta: Nuha Medika
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: TIM.
http://www.usu.ac.id/id/files/artikel/Tetanus_Neonatorum.pdf (diakses 13 Juni 2014)
http://library.usu.ac.id/download/fk/penysaraf-kiking2.pdf (diakses 13 Juni 2014)
http://nurullaizer78.blogspot.com/2013/04/makalah-dan-definisi-neonatus-neonatorum.html
(diakses 13 juni 2014)

Anda mungkin juga menyukai