Anda di halaman 1dari 5

VAKSIN DT VAKSIN TT

A. DESKRIPSI VAKSIN TD DAN VAKSIN TT


1. PENGERTIAN TETANUS
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang
dihasilkan oleh C. tetani (bakteri Gram positif anaerob yang ditemukan di tanah dan
kotoran binatang) ditandai dengan kekakuan otot dan spasme yang periodik dan berat.
Tetanus dapat didefinisikan sebagai keadaan hipertonia akut atau kontraksi otot yang
mengakibatkan nyeri (biasanya pada rahang bawah dan leher) dan spasme otot
menyeluruh tanpa penyebab lain, serta terdapat riwayat luka ataupun kecelakaan
sebelumnya.
2. PENGERTIAN DIFTERI
Difteri adalah infeksi bakteri yang umumnya menyerang selaput lendir pada
hidung dan tenggorokan, serta terkadang dapat memengaruhi kulit. Penyakit ini sangat
menular dan termasuk infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa.
3. PENGERTIAN VAKSIN
Vaksin adalah sediaan biologis yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan
adaptif terhadap penyakit infeksi tertentu. Biasanya, vaksin mengandung agen atau zat
yang menyerupai mikroorganisme penyebab penyakit dan sering kali dibuat dari
mikroorganisme yang dilemahkan atau dimatikan, dari toksinnya, atau dari salah satu
protein permukaannya. Agen dalam vaksin merangsang sistem imun agar dapat
mengenali agen tersebut sebagai ancaman, menghancurkannya, dan mengingatnya agar
sistem imun dapat kembali mengenali dan menghancurkan mikroorganisme yang
berhubungan dengan agen tersebut saat ditemui pada masa depan. Vaksin dapat bersifat
profilaksis (misalnya untuk mencegah atau memperbaiki dampak akibat infeksi patogen
pada masa depan) atau terapeutik (misalnya vaksin terhadap kanker).
4. DESKRIPSI VAKSIN TETANUS DIFTERI
Vaksin difteri merupakan vaksin yang diberikan untuk melawan Corynebacterium
diphtheriae, yaitu bakteri yang menyebabkan penyakit difteri. Vaksin ini digunakan untuk
mencegah penyakit difteri dan tetanus. Vaksin ini dapat memicu tubuh untuk
memproduksi antibodi terhadap kuman difteri (C. diphteriae) dan tetanus (C. tetani).
Imunitas yang terbentuk dapat bertahan hingga 10 tahun.
Vaksin difteri disiapkan dari toksin Corynebacterium diphtheriae dan adsorpsi
pada aluminium hidroksida atau aluminium fosfat memperbaiki antigenisitas. Vaksin ini
menstimulasi produksi antitoksin yang protektif. Vaksin difteri dengan antigen tunggal
tidak tersedia dan vaksin ini diberikan dalam bentuk kombinasi dengan vaksin lain yaitu
kombinasi dengan tetanus toksoid sebagai DT (untuk usia <7 tahun) dan TD (untuk usia
≥ 7 tahun), atau kombinasi dengan tetanus toksoid serta pertusis sebagai DPT.
5. DESKRIPSI VAKSIN TETANUS TOKSOID
Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toksoid Tetanus yang telah
dimurnikan yang terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml
digunakan sebagai pengawet. Vaksin TT dipergunakan untuk pencegahan tetanus pada
bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi wanita usia subur, dan juga untuk
pencegahan tetanus. Vaksin tetanus merangsang produksi antitoksin. Secara umum,
penjerapan pada aluminium hidroksida, aluminium fosfat, atau kalsium fosfat
meningkatkan antigenitas.
B. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI VAKSIN TD DAN VAKSIN TT
1. INDIKASI TD
Imunisasi ulangan terhadap tetanus dan difteri pada individu mulai usia 7 tahun.
2. KONTRA INDIKASI TD
Individu yang menderita reaksi berat terhadap dosis sebelumnya.
3. INDIKASI TT
 Perlindungan terhadap tetanus neonatorum pada wanita usia subur.
 Penguatan kekebalan pada anak sekolah
4. KONTRA INDIKASI TT
 Gejala-gejala berat karena dosis TT sebelumnya.
 Hipersensitif terhadap komponen vaksin.
 Demam atau infeksi akut.
C. CARA PEMBERIAN DAN DOSIS VAKSIN TD DAN VAKSIN TT
1. VAKSIN TD
Diberikan secara injeksi intramuskular pada regio deltoid lengan atas. Jangan melakukan
injeksi dengan rute pemberian intravena, subkutan atau intradermal. Dosis rekomendasi
setiap penyuntikan adalah 0.5 mL. Sebelum digunakan, kocok ampul / vial hingga
terbentuk suspensi homogen. Bio Td tidak boleh digunakan dengan cara rekonstitusi
dalam satu spuit dengan vaksin lain. Tidak untuk dijual bebas (over-the-counter) atau
digunakan tanpa diresepkan dan pengawasan oleh dokter yang kompeten di bidang
vaksinologi. Rekomendasi Pemberian Vaksin TdaP pada Kehamilan & Laktasi:
Pemberian vaksinasi Tetanus dan Difteri pada ibu hamil lebih direkomendasikan
menggunakan vaksin TdaP. Pemberian vaksin Bio Td pada ibu menyusui (post-partum)
diperbolehkan.
2. VAKSIN TT
Secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis 0,5 ml. Pemberian imunisasi
TT bagi ibu hamil yang telah mendapatkan imunisasi TT 2 kali pada kehamilan
sebelumnya atau pada saat calon pengantin/catin, maka imunisasi TT cukup diberikan 1
kali saja dengan dosis 0,5 cc pada lengan atas atau otot paha. Bila ibu hamil belum
pernah mendapatkan imunisasi TT/ragu, maka perlu diberikan imunisasi TT sejak
kunjungan pertama sebanyak 2 kali dengan jarak pemberian imunasasi TT1 dengan TT2
adalah minimal 1 bulan/4 minggu atau saat kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan.
D. EFEK SAMPING VAKSIN TD DAN VAKSIN TT
1. VAKSIN TD
Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan pada lokasi suntikan,
disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang-kadang reaksi berat,
seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi
dalam 24 jam setelah pemberian.
2. VAKSIN TT
Jarang terjadi dan bersifat ringan seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang
bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam.
E. PENANGAN EFEK SAMPING VAKSIN TD DAN VAKSIN TT
1. VAKSIN TD
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari buah).
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kg BB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam).
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
 Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter.
2. VAKSIN TT
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Anjurkan ibu minum lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Akib P.A., Purwanti A. 2011. Kejadian Ikutan pasca Imunisasi (KIPI) Adverse Events Following
Imumunization (AEFI). Dalam Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi keempat.
Penyunting: Ranuh Gde, Suyitno H, Hadinegoro S.R.S, Kartasasmita C.B, Ismoedijanto
dkk. Jakarta: IDAI.

Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro ARS, Satari HI. 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri
Tropis, Edisi Kedua. Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI. 2013. Modul Pelatihan
Imunisasi bagi petugas Puskesmas. Basic Health Worker’s training module.

Kemenkes RI. 2013. Peraturan Pemerintah Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Imunisasi.

Hadianti, Dian Nur. (2014). IMUNISASI. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan.

Pusat Informasi Obat Nasional. (2015). VAKSIN DIFTERI. Badan POM RI. Tersedia Pada
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-14-produk-imunologis-dan-vaksin/144-vaksin-dan-
antisera/vaksin-difteri (Diakses pada 11 Oktober 2021)

Pusat Informasi Obat Nasional. (2015). VAKSIN TETANUS (Tetanus Toksoid). Badan POM
RI. Tersedia Pada http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-14-produk-imunologis-dan-
vaksin/144-vaksin-dan-antisera/vaksin-tetanus-tetanus-toksoid (Diakses pada 11 Oktober
2021)

Marianti. (2021). Pengertian Difteri. RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak.

Anda mungkin juga menyukai