Disusun oleh :
KELOMPOK 5
Annisa Nur Awalia Kusmawati
32722001D20012
Fito Adisa Wiananda
32722001D20033
Gita Andriani
32722001D20035
Muhammad Farrel Maulana Akbar
32722001D20057
Neng Reista Djeniary
32722001D20067
Daftar isi ii
Kata pengantar iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang ………………………………………………………………...1
1.2 Rumusan masalah ……………………………………………………………..1
1.3 Tujuan makalah ……………………………………………………………….1
1.4 Manfaat makalah ……………………………………………………………...2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Etiologi penyakit difteri ………………………………………………………3
2.2 Gejala penyakit difteri ………………………………………………………...3
2.3 Patofisiologi penyakit difteri ………………………………………………….4
2.4 Patogenesis penyakit difteri……………………………………………….......4
2.5 Manifestasi klinis penyakit difteri …………………………………………….5
2.6 Pencegahan penyakit difteri …………………………………………………..7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 9
3.1 Kasus difteri …………………………………………………………………..9
3.2 Asuhan keperawatan ………………………………………………………….9
3.2.1 Anamnesa …………………………………………………………...9
3.2.2 Diagnosa keerawatan ………………………………………………16
3.2.3 Intervensi keperawatan …………………………………………….17
3.2.4 Implementasi dan evaluasi ………………………………………...19
BAB IV PENUTUP 22
4.1 Simpulan ……………………………………………………………………..22
4.2 Saran …………………………………………………………………………22
DAFTAR PUSTAKA 23
II
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ PENGELOLAAN PENYAKIT INFEKSI DIFTERI ” ini dengan baik meskipun
masih banyak kekurangan didalamnya. Penulis sangat berharap makalah ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita, baik untuk
penulis maupun pembaca. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Penulis
berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang penulis buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis memohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan, Terimakasih.
III
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3.2 Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah untuk
menambah nilai tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah 1.
1.4 Manfaat Makalah
1.4.1 Untuk menambah wawasan mahasiswa dalam menerapkan metode
tim pada pelayanan kesehatan
1.4.2 Sebagai bahan evaluasi pembelajaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
10) Bicara yang melantur
11) Tanda-tanda shock, seperti kulit yang pucat dan dingin, berkeringat
dan jantung berdebar cepat.
4
penyakit. Corynebacterium diptheriae memiliki factor virulensi yang
memungkinkannya untuk menginvasi sel epitel saluran pernafasan atas dan
kemudian menghasilkan seuatu eksotoksin. Kemampuan invasi dan virulensi
basil difteri ditentukan oleh antigen K bersama-sama dengan glikolipid.
Antigen K adalah suatu protein termolabil dan terdapat pada permukaan
dinding sel. Anti-gen ini berperan penting dalam imunitas antibakteri dan
hipersensitivitas, tetapi tidak ada hubungannya dengan imunitas anti toksin.
Selain antigen K, basil difteri juga memiliki cord factor berupa glikolipid
yang mengandung mycolic acids. Pada tikus, cord factor ini terbukti
menyebabkan kerusakan mitokondria, mereduksi respi rasi, mereduksi
fosforilasi dan mengakibatkan kematian sel.
Setelah menginvasi epitel saluran pernafasan atas, C. diphtheriae
akan membentuk koloni pada tenggorokan dan kemudian menghasilkan
enzim neuraminidase yang akan memecah N-acetylneuraminic acid (NAN)
pada permukaan sel untuk menghasilkan piruvat yang berperan sebagai
pemicu pertumbuhan. C. diphtheria juga menghasilkan diphthine, yaitu suatu
protease yang menginaktifkan IgA. C. diphtheriae juga akan menghasilkan
protein eksotoksin yang potensial, toksin difteri, yang akan memasuki aliran
darah lalu didistribusikan ke jaringan-jaringan tubuh dan menyebabkan gejala
difteri disertai gejala komplikasi, terutama miokarditis dan neuritis.
5
Dalam 24 jam membrane dapat menjalar dan menutupi tonsil,
palatum molle, uvula. Mula-mula membrane tipis, putih dan berselaput yang
segera menjadi tebal, abu-abu/hitam tergantung jumlah kapiler yang
berdilatasi dan masuknya darah ke dalam eksudat. Membran mempunyai
batas-batas jelas dan melekat dengan jaringan dibawah-Nya, sehingga sukar
diangkat sehingga jika diangkat secara paksa menimbulkan perdarahan.
Jaringan yang tidak ada membrane biasanya tidak membengkak. Pada difteri
sedang biasanya proses yang terjadi akan menurun pada hari-hari 5-6,
walaupun antitoksin tidak diberikan.
Gejala local dan sistemik secara bertahap menghilang dan
membrane akan menghilang. Bentuk difteri antara lain bentuk Bullneck atau
Malignant difteri. Bentuk ini timbul dengan gejala-gejala yang lebih berat
dan membrane secara cepat menutupi faring dan dapat menjalar ke hidung.
Udema tonsil dan uvula dapat timbul, dapat disertai nekrosis. Pembengkakan
kelenjar leher, infiltrate kedalam sel-sel jaringan leher, dari satu telinga ke
telinga yang lain dan mengisi bagian bawah mandibula sehingga member
gambaran Bullneck.
Gambaran klinik dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
1) Gejala umum, kenaikan suhu tubuh biasanya subfebris, nyeri kepala,
tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat, serta keluhan nyeri
menelan.
2) Gejala local, yang tampak berupa tonsil yang membengkak ditutupi
bercak putih kotor yang makin lama makin meluas, dan dapat
menyumbat saluran nafas. Pseudomembran ini melekat erat pada
dasarnya sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Pada
perkembangan penyakit ini infeksi berjalan terus, kelenjar limfe leher
akan membengkak sedemikian besarnya sehingga leher menyerupai
sapi( bullneck ).Bila difteri mengenai hidung (hanya 2% dari jumlah
pasiendifteria) gejala yang timbul berupa pilek, sekret yang keluar
bercampur darah yang berasal dari pseudomembran dalam hidung.
6
Biasanya penyakit ini akan meluas ke bagian tenggorak pada tonsil,
faring dan laring.
3) Gejala akibat eksotoksin yang dikeluarkan oleh kumandifteri ini akan
menimbulkan kerusakan jaringan tubuh yaitumiokarditis, mengenai
saraf cranial menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot-otot
pernapasan.
7
Dengan imunisasi dan ORI, pemerintah berusaha keras agar penyakit
ini tidak menimbulkan kasus yang baru. Walau begitu, peran
masyarakat sangat penting untuk kesuksesan hal ini. Maka dari itu,
pastikan diri kamu dan orang-orang yang kamu sayangi sudah
mendapatkan imunisasi untuk pencegahan difteri.
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus Difteri
Sdr. B, 25 thn, mengeluh sesak napas, RR: 26x/menit, pola napas cepat dan
dangkal, disertai keluhan lemas, sakit kepala, dan kesulitan makan. Kesadaran
klien compos mentis, TD: 100/60 mmHg, Nadi: 99x/menit, suhu: 37,2°C. Riwayat
sebelumnya klien pernah mengalami peradangan sinus. Setelah sakit klien
kesulitan untuk tidur karena sesak napas, Hasil inspeksi terdapat pseudomembran
di faring, lidah berwarna putih, hasil laboratorium swab nasofaring (+).
3.2.1 Anamnesa
Tanggal Pengkajian :-
Tanggal Masuk :-
Jam Pengkajian :-
9
No. RM :-
Sumber Biaya :-
Identitas Penanggung Jawab Klien
Nama :-
Usia :-
Jenis Kelamin :-
Status Perkawinan :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suku/Bangsa :-
Agama :-
Hubungan dengan Klien :-
Alamat :-
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan utama : Sesak nafas
2) Kronologi keluhan
Faktor pencetus :Riwayat kesehatan
sebelumnya
Timbulnya keluhan :Kesulitan untuk tidur karena
sesak nafas, pusing dan sulit makan
Lamanya :-
Cara mengatasi :-
11
Waktu(pagi/siang/malam/tidaktentu)
Warna - -
Konsistensi
Penggunaan laxatif -
12
f. Kebiasaan yang mempengaruhi -
kesehatan -
1) Merokok (ya/Tidak) -
Frekuensi
Jumlah - -
Lama pemakaian
2) NAPZA/MIRAS
-
-
-
-
- -
-
- -
-
-
-
-
-
13
f. Pola Presepsi dan Pemeliharaan Kesehatan :-
g. Pola Kognitif – Preseptual Sensosi ;-
h. Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri :-
i. Pola Mekanisme Koping :-
j. Pola Seksual – Reproduksi :-
k. Pola Peran Berhubungan dengan Orang Lain :-
l. Pola Nilai dan Kepercayaan ;-
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Sadar penuh
● Penampilan umum :-
● Kesadaran : Compos mentis
● Berat Badan sebelum sakit :-
● Berat badan saat ini :-
● Tinggi badan :-
b. Tanda-Tanda vital
● Tekanan darah : 100/60 mmHg
● Nadi : 99x/menit
● Suhu : 37,2oC
● Respirasi : 26x/menit
14
Hidung :-
Mulut dan bibir : Lidah berwarna
putih, terdapat pseudomembrane difaring
Telinga :-
Leher :-
Dada dan punggung : Nampak kembang
kempis cepat
Paru kiri dan kanan :-
Abdomen :-
Genitalia dan anus :-
Ekstremitas :-
Kulit :-
d. Pemeriksaan penunjang Pemberian obat
Ceftriaxon :-
Ranitidin :-
Paracetamol infus :-
15
3.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Analisis Data
DO :
RR: 26x/menit
Pola napas cepat dan dangkal
Hasil inspeksi terdapat
pseudomembran di faring,
lidah berwarna putih, hasil
laboratorium swab nasofaring
(+).
2. DS :
Klien mengeluh lemas, sakit Asupan nutrisi Risiko defisit
kepala, dan kesulitan makan tidak cukup untuk nutrisi
DO : memenuhi
Kesadaran klien compos kebutuhan
mentis metabolisme
Hasil pemeriksaan TTV (RR:
26x/menit,TD: 100/60
mmHg, Nadi: 99x/menit,
suhu: 37,2°C)
16
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan dan proses
infeksi D.0001
b. Risiko defisit nutrisi d.d ketidakmampuan menelan makanan dan infeksi
faring D.0032
18
2.3.4 Implementasi
No Diagnosa Tanggal Implementasi Paraf
1. Bersihan jalan Pemantauan respirasi
nafas tidak 3. Memonitor frekuensi,
efektif b.d irama, kedalaman dan
sekresi yang upaya nafas
tertahan dan 4. Memonitor pola nafas
proses infeksi 5. Memonitor adanya
. sumbatan jalan nafas
6. Mengatur intervensi
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
7. Mendokumentasikan hasil
pemantauan
8. Menjelaskan tujuan
prosedur pemantauan
19
yang tinggi protein dan
kalori
21. Memberikan suplemen
makanan
22. Menghentikan pemberian
makanan dengan selang
nasogestic jika asupan oral
dapat dikonsumsi
23. Menganjurkan posisi
duduk, jika mampu
24. Mengajarkan diet yang
diprogramkan
25. Mengkolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
26. Mengkolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
2.3.5 Evaluasi
No Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf
1. Bersihan jalan nafas S:
tidak efektif b.d • klien mengatakan sesak
sekresi yang nafas sudah berkurang
tertahan dan proses • klien mengatakan sudah
infeksi bisa tidur
O:
• RR : 24 x/m
• Pola nafas tidak dangkal
• TD 120/90 mmHg
• masih terdapat
psedomembran pada
faring
• swab nasofaring (+)
A : masih terdapat
pseudomembran pada
faring
P : intervensi dilanjutkan
• pemberian obat
antitoksin dan antibiotik
2. Resiko Defisit S:
Nutrisi d.d ketidak - klien mengatakan sudah
mampuan menelan tidak lemas dan tidak
makanan dan infeksi sakit kepala
20
faring -kliem mengatakan sudah
bisa makan dengan
bentuk makanan lunak
O : lidah berwarna pink
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
4.2 SARAN
22
DAFTAR PUSTAKA
http://rsudpariaman.sumbarprov.go.id/read-post/difteri.html
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/difteri/patofisiologi
TIM Pokja SDKI DPP PPNI. Edisi I cetakan III ( revisi ) Standar Diagnostik
Keperawatan Indonesia
https://id.scribd.com/doc/208489678/askep-difteri-makalah
http://rsudpariaman.sumbarprov.go.id/read-post/difteri.html
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/difteri/patofisiologi
TIM Pokja SDKI DPP PPNI. Edisi I cetakan III ( revisi ) Standar Diagnostik
Keperawatan Indonesia
https://id.scribd.com/doc/208489678/askep-difteri-makalah
https://media.neliti.com/media/publications/148733-ID-mekanisme-toksigenitas-
molekuler-dan-pot.pdf
PPNI 2018 Standar Intervensi Keperawatan. Definisi dan tindakan keperawatan,
Edisi I jakarta : DPP.PPNI
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/difteri/etiologi
23