Anda di halaman 1dari 21

Tugas Laporan FGD

Skenario 2

Disusun oleh : Kelompok B5

1. Ni Putu Sintya Radhayanti 16700052


2. Hildan Octavian Mazaya 16700054
3. Khesap Danafia 16700056
4. Adelia Salsabila 16700058
5. Luh Putu Mirah Sancita Dewi 16700060
6. I Gst. Ayu Agung Meidayanti 16700062

PEMBIMBING

Laksmono Pratignjo, dr.,M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITA WIJAYA KUSUMA SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2016/207

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………….3
BAB I
1.1 Latar belakang…………………………………………………………………………………4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………………..5
1.3 Tujuan……………………………………………………………………................................5
BAB II
2.1 Pengertian Difteri........………………………………………………………………………..6
2.2 Penyebab…………………………………………………………….......................................7
2.3 Cara Penularan………..…………………………………………………................................7
2.4 Gejala Penyakit……………………………………………………...........…………………..8
2.5 Faktor Resiko…………............................................................................................................8
2.6 Pencegahan dan Pengobatan………………………………………………………………….9
2.7 Contoh KIE untuk masyarakat di pedesaan atau urban………………….................…………….11
2.8 Contoh Poster …………………….....................…………………………………………….12
2.9 Contoh KIE untuk masyarakat perkotaan atau rural …………………….................………..13
2.10 Diagram Fishbone…………………………………………………………………………..14
2.11 Penjelasam Diagram Fishbone……………………………………………………………...15
BAB III
3.1 Rencana Program…………………………………………………………………………….18
3.2 Rancangan Kegiatan…………………………………………………………………………19
BAB IV
Kesimpulan dan Saran………………………………………………………………………….. 20
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………21

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga tugas FGD
dengan judul “Difteri” ini dapat tersusun hingga selesai. Dan harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 23 April 2018

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Difteri adalah salah satu penyakit yang sangat menular, dapat dicegah dengan imunisasi, dan
disebabkan oleh bakteri gram positif Corynebacterium diptheriae strain toksin. Penyakit ini
ditandai dengan adanya peradangan pada tempat infeksi, terutama pada selaput mukosa faring,
laring, tonsil, hidung dan juga pada kulit. Manusia adalah satu-satunya reservoir Corynebacterium
diptheriae. Penularan terjadi secara droplet (percikan ludah) dari batuk, bersin, muntah, melalui
alat makan, atau kontak langsung dari lesi di kulit. Tanda dan gejala berupa infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) bagian atas, adanya nyeri tenggorok, nyeri menelan, demam tidak tinggi
(kurang dari 38,5º C), dan ditemui adanya pseudomembrane putih/keabu-abuan/kehitaman
ditonsil, faring, atau laring yang tak mudah lepas, serta berdarah apabila diangkat.

Sebanyak 94 % kasus Difteri mengenai tonsil dan faring. Pada keadaan lebih berat dapat
ditandai dengan kesulitan menelan, sesak nafas, stridor dan pembengkakan leher yang tampak
seperti leher sapi (bullneck). Kematian biasanya terjadi karena obstruksi/sumbatan jalan nafas,
kerusakan otot jantung, serta kelainan susunan saraf pusat dan ginjal. Apabila tidak diobati dan
penderita tidak mempunyai kekebalan, angka kematian adalah sekitar 50 %, sedangkan dengan
terapi angka kematiannya sekitar 10%, (CDC Manual for the Surveilans of Vaccine Preventable
Diseases, 2017). Angka kematian Difteri ratarata 5 – 10% pada anak usia kurang 5 tahun dan 20%
pada dewasa (diatas 40 tahun).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu difteri?


2. Apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya difteri?
3. Bagaimana gejala klinis difteri?
4. Bagaimana pencegahan dan pengobatan difteri?

4
1. Tujuan umum

1. Mengetahui dan memahami pengertian difteri


2. Mengetahui dan memahami apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya difteri
3. Mengetahui dan memahami apa saja pencegahan difteri

2. Tujuan khusus
1. Mengetahui faktor resiko penyakit difteri
2. Mengetahui metode desain media untuk KIE pada masyarakat berdasarkan sasaran
kelompok.

5
BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Difteri

Gambar Difteri (https://makassar.terkini.id/cara-efektif-mencegah-penyakit-difteri-imunisasi/ )

Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium


diphtheriae. Kasus penyakit difteri saat ini masih menjadi kejadian luar biasa (KLB) dan
menyebabkan kematian. Difteri merupakan salah satu penyakit menular yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I). Sebelum era vaksinasi, racun yang dihasilkan oleh kuman ini sering
meyebabkan penyakit yang serius, bahkan dapat menimbulkan kematian. Tapi sejak vaksin
difteri ditemukan dan imunisasi terhadap difteri digalakkan, jumlah kasus penyakit dan
kematian akibat kuman difteri menurun dengan drastis.

Difteri termasuk penyakit menular yang jumlah kasusnya relatif rendah. Rendahnya
kasus difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi. Jumlah kasus penyakit difteri di
Propinsi Jawa Timur tahun 2006 sebesar 39 kasus, dengan rincian jumlah terbanyak Kota
Surabaya 8 Kasus, Kab. Sidoarjo 7 kasus, Kab. Sumenep 4 kasus dan Kota Probolinggo 4 kasus
.( Dinkes Jatim ,2006).
6
2.2 Penyebab

Penyebab penyakit difteri adalah Corynebacterium diphtheriae. Berbentuk batang gram


positif, tidak berspora, bercampak atau kapsul. Infeksi oleh kuman sifatnya tidak invasive,
tetapi kuman dapat mengeluarkan toxin, yaitu exotoxin. Toxin difteri ini, karena mempunayi
efek patoligik meyebabkan orang jadi sakit. Ada tiga type variants dari Corynebacterium
diphtheriae ini yaitu : type mitis, type intermedius dan type gravis. Corynebacterium
diphtheriae dapat dikalsifikasikan dengan cara bacteriophage lysis menjadi 19 tipe.

Tipe 1-3 termasuk tipe mitis, tipe 4-6 termasuk tipe intermedius, tipe 7 termasuk tipe
gravis yang tidak ganas, sedangkan tipe-tipe lainnya termasuk tipe gravis yang virulen.
Corynebacterium diphtheriae ini dalam bentuk satu atau dua varian yang tidak ganas dapat
ditemukan pada tenggorokan manusia, pada selaput mukosa.

2.3 Cara Penularan


Bakteri C.diphtheriae dapat menyebar melalui tiga rute:
1. Bersin: Ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk, mereka akan melepaskan uap air
yang terkontaminasi dan memungkinkan orang di sekitarnya terpapar bakteri tersebut.
2. Kontaminasi barang pribadi: Penularan difteri bisa berasal dari barang-barang pribadi
seperti gelas yang belum dicuci.
3. Barang rumah tangga: Dalam kasus yang jarang, difteri menyebar melalui barang-barang
rumah tangga yang biasanya dipakai secara bersamaan, seperti handuk atau mainan.
Selain itu, Anda juga dapat terkontaminasi bakteri berbahaya tersebut apabila
menyentuh luka orang yang sudah terinfeksi. Orang yang telah terinfeksi bakteri difteri dan
belum diobati dapat menginfeksi orang nonimmunized selama enam minggu - bahkan jika
mereka tidak menunjukkan gejala apapun.

7
2.4 Gejala Penyakit

Gambar penyakit difteri (https://www.pinterpandai.com/penyakit-difteri/)

Gejala klinis penyakit difteri ini adalah :


1. Panas lebih dari 38 °C

2. Ada psedomembrane bisa di pharynx, larynx atau tonsil

3. Sakit waktu menelan

4. Leher membengkak seperti leher sapi (bullneck), disebabkan karena pembengkakan


kelenjar leher

2.5 Faktor risiko


Orang-orang yang berada pada risiko tertular difteri meliputi:
1. Anak-anak dan orang dewasa yang tidak mendapatkan imunisasi terbaru
2. Orang yang hidup dalam kondisi tempat tingal penuh sesak atau tidak sehat
3. Orang yang memiliki gangguan sistem kekebalan.
4. Siapapun yang bepergian ke tempat atau daerah endemik difteri

8
Difteri jarang terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, karena
telah mewajibkan imunisasi pada anak-anak selama beberapa dekade. Namun, difteri masih
sering ditemukan pada negara-negara berkembang di mana tingkat imunisasinya masih rendah
seperti halnya yang saat ini terjadi di Jawa timur.

2.6 Pencegahan dan Pengobatan


Penyakit Difteri dapat dicegah dengan Imunisasi Lengkap, dengan jadwal pemberian
sesuai usia. Dokter mungkin akan memberi Anda resep antibiotik untuk mencegah infeksi
penyakit itu. Di samping juga pemberian vaksin difteri dengan dosis yang lebih banyak.
Pemberian antibiotik juga diperlukan bagi mereka yang diketahui sebagai carrier (pembawa)
difteri.
Difteri adalah penyakit yang umum pada anak-anak. Penyakit ini tidak hanya dapat
diobati tetapi juga dapat dicegah dengan vaksin. Vaksin difteri biasanya dikombinasikan
dengan vaksin untuk tetanus dan pertusis, yang dikenal sebagai vaksin difteri, tetanus dan
pertusis (DTP).Versi terbaru dari vaksin ini dikenal sebagai vaksin DTP untuk anak-anak dan
vaksin Tdap untuk remaja dan dewasa. Pemberian vaksinasi sudah dapat dilakukan saat masih
bayi dengan lima tahapan yakni, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 12-18 bulan dan 4-6 tahun.
Vaksin difteri sangat efektif untuk mencegah difteri. Tapi pada beberapa anak
mungkin akan mengalami efek samping seperti demam, rewel, mengantuk atau nyeri pasca
pemberian vaksin. Pemberian vaksin DTP pada anak jarang menyebabkan komplikasi serius,
seperti reaksi alergi (gatal-gatal atau ruam berkembang hanya dalam beberapa menit pasca
injeksi), kejang atau shock. Untuk beberapa anak dengan gangguan otak progresif - tidak dapat
menerima vaksin DTP.
Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit Diferi,
Pertusis, Tetanus dengan cara memasukkan kuman difteri, pertusis, tetanus yang telah
dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh sehingga tubuh dapat menghasilkan zat anti yang
pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit ketiga penyakit tersebut.
Upaya pengobatan yang dapat dilakukan diantaranya:
1. Pemberian antitoksin: Setelah dokter memastikan diagnosa awal difteri, anak yang
terinfeksi atau orang dewasa harus menerima suatu antitoksin. Antitoksin itu disuntikkan

9
ke pembuluh darah atau otot untuk menetralkan toksin difteri yang sudah terkontaminasi
dalam tubuh.
2. Sebelum memberikan antitoksin, dokter mungkin melakukan tes alergi kulit untuk
memastikan bahwa orang yang terinfeksi tidak memiliki alergi terhadap antitoksin. Dokter
awalnya akan memberikan dosis kecil dari antitoksin dan kemudian secara bertahap
meningkatkan dosisnya.
3. Antibiotik: Difteri juga dapat diobati dengan antibiotik, seperti penisilin atau eritromisin.
Antibiotik membantu membunuh bakteri di dalam tubuh dan membersihkan infeksi.
Anak-anak dan orang dewasa yang telah terinfeksi difteri dianjurkan untuk menjalani
perawatan di rumah sakit untuk perawatan.
4. Jika terkena diare, bisa diisolasi di unit perawatan intensif karena difteri dapat menyebar
dengan mudah ke orang sekitar terutama yang tidak mendapatkan imunisasi penyakit ini.

Selain pemberian imunisasi perlu juga diberikan penyuluhan kepada masyarakat terutama
kepada orang tua tentang bahaya dari difteria dan perlunya imunisasi aktif diberikan kepada
bayi dan anak-anak. Dan perlu juga untuk menjaga kebersihan badan, pakaian dan lingkungan.
Penyakit menular seperti difteri mudah menular dalam lingkungan yang buruk dengan tingkat
sanitasi rendah. Oleh karena itulah, selain menjaga kebersihan diri, kita juga harus menjaga
kebersihan lingkungan sekitar. Disamping itu juga perlu diperhatikan makanan yang kita
konsumsi harus bersih. Jika kita harus membeli makanan di luar, pilihlah warung yang bersih.
Jika telah terserang difteri, penderita sebaiknya dirawat dengan baik untuk mempercepat
kesembuhan dan agar tidak menjadi sumber penularan bagi yang lain. Pengobatan difteri
difokuskan untuk menetralkan toksin (racun) difteri dan untuk membunuh kuman
Corynebacterium diphtheriae penyebab difteri. Setelah terserang difteri satu kali, biasanya
penderita tidak akan terserang lagi seumur hidup.

10
2.7 Contoh KIE untuk masyarakat di pedesaan atau urban
Dengan memberikan poster dan leaflet kepada masyarakat agar dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang penyakit difteri

11
Contoh Leaflet

2.8 Berikut ini ialah


poster untuk para
orang tua dan
masyarakat
sekitar yang menolak diadakannya imunisasi

12
2.9 Contoh KIE untuk masyarakat perkotaan atau rural

13
Yaitu berupa iklan yang ditayangkan di TV atau Poster yang ada di tempat umum dan melalui
koran.

Contoh Poster di tempat umum Contoh Iklan mengenai difteri di koran

2.10 Diagram Fishbone

14
a.2.1 Ekonomi
masyarakat rendah MASUKAN
PROSES
b.1.1 kurang memberikan
penyuluhan tentang a.2 Dana
pentingnya imunisasi a.1. Tenaga
b.2. Manajemen b.1. Metoda

a.3.1 pendidikan
b.2.1 Kurangnya masyarakat yang
b.1.2 Kurangnya KIE
penggalakan dari masih rendah a.1.1 Kurang
dari pemerintah pengetahuan
Dinas Kesehatan terkait Difteri masyarakat
tentang pentingnya
terhadap
imunisasi.
a.3 Fasilitas imunisasi

Wabah Difteri di
Jawa Barat.
c.1. Kebijakan
c.2. Peran Serta
Masyarakat
c.1.1 kurang tegasnya dari
Dinas Kesehatan mengenai
c.2.1 Kurangnya keturut pentingnya imunisasi Difteri
sertan masyarakat terkait
program dari Dinas
Kesehatan.
c.3. Organisasi

LINGKUNGAN c.3.1 Kurang dibentuk


Kader tenaga
kesehatan.

2.11 Penjelasan Fishbone

15
1. MASUKAN
a.1 Tenaga
a.1.1 Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap imunisasi

Imunisasi adalah hal terpenting bagi tubuh manusia, karena dengan diberikan
imunisasi tubuh kita akan kebal dari paparan penyakit dan system imun tubuh akan
baik. Penyakit Difteri adalah salah satu penyakit yang sebelum terpapar sebaiknya
di berikan imunisasi agar tidak timbulnya keparahan. Tetapi, di Provinsi Jawa Barat
masih ada penolakan mengenai pemberian imunisasi tersebut. Hal ini dikarenakan
rata-rata pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat disana rendah, sehingga
pengetahuan mengenai imunisasi ini masih kurang.

a.2 Dana

a.2.1 Ekonomi masyarakat rendah.

Ekonomi merupakan factor utama untuk masalah kesehatan. Kurangnya ekonomi


inilah yang menjadi penghambat para warga untuk melalukan imunisasi atau
sekedar chek-up mengenai gejala-gejala penyakit yang mereka alami, sehingga
mereka memilih untuk tidak berobat karena kurangnya dana yang mereka miliki.

a.3 Fasilitas

a.3.1 Pendidikan masyarakat yang masih rendah

Pendidikan yang rendah juga adalah salah satu factor masalah kesehatan. Seperti
halnya pada scenario ini, dikatakan bahwa mereka menolak diberikannya
imunisasi, padahal imunisasi adalah hal yang sangat terpenting untuk menjaga
kekebalan system tubuh kita. Namun, mereka yang memiliki pendidikan yang
kurang, tidak tahu apa dampaknya juga tidak melakukan imunisasi untuk anak-
anaknya. Sehingga, pada scenario ini didapatkan angka kematian kasus Difteri,
dan penyakit Difteri ini sangat berhubungan dengan imunisasi tersebut.

2. PROSES

16
b.1 Metoda
b.1.1 Kurangnya memberikan penyuluhan tentang imunisasi

Imunisasi adalah hal terpenting bagi tubuh manusia, karena dengan diberikan
imunisasi tubuh kita akan kebal dari paparan penyakit dan system imun tubuh akan
baik. Penyakit Difteri adalah salah satu penyakit yang sebelum terpapar sebaiknya
di berikan imunisasi agar tidak timbulnya keparahan. Tetapi, di Provinsi Jawa Barat
masih ada penolakan mengenai pemberian imunisasi tersebut. Mungkin masyarakat
disana belum diberikan penyuluhan atau sosisalisasi tentang pentingnya dan
dampak apa yang didapatkan dari imunisasi tersebut.

b.1.2 Kurangnya KIE dari pemerintah terkait Difteri

Masyarakat Jawa Barat mungkin tidak tahu bahwa penyakit Difteri adalah penyakit
yang penularannya sangat cepat, sehingga pemerintah atau Dinas Kesehatan sampai
membuat program kesehatan. Tetapi, karena sebelum dilakukannya kegiatan
tersebut, pemerintah atau Dinas Kesehatan belum melakukan KIE ( Komunikasi,
Informasi dan Edukasi) terkait tujuan adanya program tersebut. Oleh karenanya
banyak masyarakat yang menolak dan tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut.

b.2 Manajemen

b.2.1 Kurangnya penggalakan dari Dinas Kesehatan

Pada scenario, Dinas Kesehatan telah sempat melakukan kegiatan yaitu


memberikan pengobatan, penguatan imunisasi dasar, dll. Namun, kegiatan tersebut
tidak dilakukan oleh seluruh masyarakat disana, karena masih ada penolakan
mengenai adanya imunisasi tersebut, sehingga kegiatan dan target yang diharapkan
tidak tercapai maksimal. Maka dari itu, masyarakat yang menolak dengan adanya
pemberian imunisasi ini, kemungkinan besar berisiko terpapar penyakit seperti
Difteri.

3. LINGKUNGAN
c.1 Kebijakan
17
c.1.1 Kurang tegasnya dari Dinas Kesehatan mengenai imunisasi Difteri

Ketegasan dari Dinas Kesehatan merupakan hal terpenting jika ingin semua
masyarakat mau mengikuti kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan skenario, bahwa,
masih ada penolakan mengenai adanya imunisasi tersebut, sehingga kegiatan dan
target yang diharapkan tidak tercapai maksimal. Hal tersebut, mungkin dikarenakan
masyarakat disana tidak diberikan informasi yang lengkap mengenai apa tujuan
dari dibentuknya kegiatan tersebut, Maka dari itu, cara penyampaian dari Pihak
Dinas Kesehatan harus dipertegas lagi dalam memberikan informasi mengenai
tujuan kegiatan yang dibentuk.

c.2 Peran Serta Masyarakat

c.2.1 Kurangnya keturut sertaan masyarakat terkait program dari Dinas Kesehatan

Masyarakat di Provinsi Jawa Barat tidak semua mengikuti Progam Kesehatan yang
telah dilakukan dari Dinas Kesehatan. Padahal, tujuan dibentuknya kegiatan
tersebut untuk mensejahterakan kesehatan masyarakat di daerah tersebut. Namun,
faktanya tidak semua masyarakat disana turut serta dan mendukung kegiatan
tersebut, bahkan sampai ada yang menolak terkait pemberian imunisasi.

c.3 Organisasi

c.3.1 Kurang dibentuk Kader tenaga kesehatan.

Kader Tenaga kesehatan penting dibentuk disuatu daerah, karena dengan adanya
kader kesehatan ini, diharapkan para masyarakat lebih mengerti tentang masalah-
masalah kesehatan yang sedang terjadi, sehingga para masyarakat dapat lebih
berhati-hati atau mawas diri mengenai penyakit tersebut. Selain itu juga, melalui
Kader Tenaga Kesehatan ini, para masyarakat yang memiliki pendidikan kurang,
mendapatkan informasi-informasi yang lengkap mengenai kesehatan seperti halnya
imunisasi, dll.

BAB III

RENCANA PROGRAM
18
A. Tabel Scoring

𝑀𝑥𝐼𝑥𝑉
No. Masalah M I V C P=
𝐶
1. Penyuluhan dan Sosialisasi tentang 4 3 4 2 24
Difteri serta Pentingnya Vaksin.
2. Pemberian Imunisasi Difteri. 4 4 3 4 12
3. Penyuluhan tentang PHBS 3 2 3 2 9
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).

M : Megnitude yaitu besarnya masalah yang bisa diatasi apabilasolusi/kegiatan


ini dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)
Implementasi yaitu sensitifitasnya dalam mengatasi masalah
I : Viabillity yaitu kelanggengan selesainya masalah apabila kegiatan ini
V : dilaksanakan
Costbiaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah.
C : Hitunglah P (prioritas kegiatan/pemecahan masalah) dengan rumus paa
P : kolom Hasil

Keterangan :
Berdasarkan hasil diskusi kelompok kami, kami memilih “Penyuluhan dan Sosialisasi
tentang Difteri serta Pentingnya Vaksin”. Adapun manfaat penyuluhan dan sosialisasi yaitu :

1. Masyarakat mengetahui informasi tentang Difteri meliputi gejala dan penanganannya.


2. Masyarakat mengetahui tentang cara penularan difteri dan pencegahannya.
3. Melalui sosialisasi masyarakat dapat bertanya atau mengutarakan pendapat tentang
difteri.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

19
Kesimpulan

Difteri adalah salah satu penyakit yang sangat menular, dapat dicegah dengan imunisasi,
dan disebabkan oleh bakteri gram positif Corynebacterium diptheriae strain toksin. Penyakit ini
ditandai dengan adanya peradangan pada tempat infeksi, terutama pada selaput mukosa faring,
laring, tonsil, hidung dan juga pada kulit.

Faktor dapat menyebabkan difteri yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap


imunisasi, ekonomi masyarakat rendah, pendidikan masyarakat yang masih rendah, dan kurangnya
KIE dari pemerintah terkait Difteri. Contoh KIE untuk masyarakat di pedesaan atau urban dengan
memberikan poster dan leaflet kepada masyarakat agar dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang penyakit difteri. Contoh KIE untuk masyarakat perkotaan atau rural yaitu berupa iklan yang
ditayangkan di TV atau Poster yang ada di tempat umum dan melalui koran. Untuk menanggulangi
kejadian Difteri kelompok kami mengadakan program Penyuluhan dan Sosialisasi tentang Difteri
serta Pentingnya Vaksin bagi masyarakat kabupaten Indramayu.

Saran

1. Masyarakat harus turut serta ikut dalam program difteri dari Dinas Kesehatan.
Masyarakat di Provinsi Jawa Barat di harapkan semua mengikuti Progam Kesehatan
yang telah dilakukan dari Dinas Kesehatan.
2. Pembentukan Kader tenaga kesehatan.
Kader Tenaga kesehatan penting dibentuk disuatu daerah, karena dengan adanya kader
kesehatan ini, diharapkan para masyarakat lebih mengerti tentang masalah-masalah kesehatan
yang sedang terjadi, sehingga para masyarakat dapat lebih berhati-hati atau mawas diri
mengenai penyakit tersebut.
3. Penggalakan program dari Dinas Kesehatan lebih difokuskan dan ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

20
Alfina,R,dkk.2015.Faktor Yang Berhubungan Dengan Peran Aktif Kader Dalam Penjaringan Kasus Probable
Difteri. Departemen Epidemiologi FKM UA. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 3, No. 3 September 2015: 353–

365. ( Di Akses Pada 25 April 2018 https://e-journal.unair.ac.id/JBE/article/viewFile/1682/1292 )

Saifudin, N,dkk.2015. Malnutrisi Pada Anak Balita. Jurnal Wiyata. P-ISSN 2355-6498 |E-ISSN 2442-
6555. ( Di Akses Pada 25 April 2018 https://ojs.iik.ac.id/index.php/wiyata/article/download/72/71 )

Sari,s.2013.Penyelidikan Epidemiologi Klb Difteri Di Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan Tahun
2013. Dinas Kesehatan kabupaten bangkalan. Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri di

Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan Tahun 2013. ( Di Akses Pada 25 April 2018
http://publikasi.stikesstrada.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/5-PENYELIDIKAN-
EPIDEMIOLOGI-KLB-DIFTERI.pdf )

Cooper, Robert B. 1996. Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui “Penyakit”. Jakarta:
Gramedia

21

Anda mungkin juga menyukai