Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

( SAP )

DIFTERI

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
LEMBAR PENGESAHAN

Materi penyuluhan di Pengajian ibu-ibu di Desa Jatirejo Kecamatan Banyakan Kabupaten


Kediri dengan Judul “Difteri ”, telah diperiksa dan disetujui pada :

Hari: Rabu

Tanggal : 20 Desember 2017

Mengetahui,

Bidan Pembimbing Mahasiswa

( ) ( )
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) 
DIFTERI

Topik : Difteri
Sasaran : ibu-ibu yang mempunyai Balita
Tanggal : Rabu, 20 Desember 2017
Waktu : 08.00 – 08.25 menit.
Tempat : Posyandu Bugenvil

1. Karakteristik Peserta
a. Jumlah peserta : 38 orang
b. Pendidikan : semua kalangan

2. Tujuan penyuluhan
a. Tujuan umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan para lansia yang hadir di
kecamatan Sidosermo mendapat pengetahuan tambahan mengenai difteri
lebih dalam dan mengetahui cara menangani dan mencegah penyakit
difteri.

b. Tujuan khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan lansia yang hadir di
Kecamatan Sidosermo mampu :
1. Menyebutkan pengertian difteri dengan benar.
2. Menyebutkan tanda dan gejala difteri dengan benar .
3. Menyebutkan cara penularan difteri dengan benar.
4. Menyebutkan faktor-faktor resiko difteri dengan benar.
5. Menyebutkan komplikasi difteri dengan benar.
6. Menyebutkan penanganan difteri dengan tepat.
7. Menyebutkan pencegahan difteri dengan benar.
8. Menyebutkan tentang imunisasi difteri
3. Materi penyuluhan
a. Pengertian
Difteri adalah infeksi bakteri yang bersumber dari Corynebacterium
diphtheriae, yang biasanya mempengaruhi selaput lendir dan tenggorokan.
Difteri umumnya menyebabkan sakit tenggorokan, demam, kelenjar tonsil
(amandel) bengkak, dan lemas. Dalam tahap lanjut, difteri bisa menyebabkan
kerusakan pada jantung, ginjal dan sistem saraf. Kondisi seperti itu pada
akhirnya bisa berakibat sangat fatal dan berujung pada kematian. karena
bakteri mengeluarkan racun yang mengganggu fungsi organ-organ yang
mengalami kerusakan tersebut. manusia yang kurang memilki sistem
kekebalan tubuh terutama yang tidak mendapatkan suntikan imunisasi
lengkap saat masih kecil atau kanak-kanak mudah terserang bakteri ini.
b. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala difteri meliputi, sakit tenggorokan dan suara serak, nyeri
saat menelan, pembengkakan kelenjar (kelenjar getah bening membesar) di
leher, dan terbentuknya sebuah membran tebal abu-abu menutupi
tenggorokan dan amandel, sulit bernapas atau napas cepat, demam, dan
menggigil.
Tanda dan gejala biasanya mulai muncul 2-5 hari setelah seseorang
menjadi terinfeksi. Orang yang terinfeksi C. Diphtheria seringkali tidak
merasakan sesuatu atau tidak ada tanda-tanda dan gejala sama sekali.
Orang yang terinfeksi namun tidak menyadarinya dikenal sebagai carier
(pembawa) difteri. Sumber penularan penyakit difteri ini adalah manusia,
baik sebagai penderita maupun sebagai carier.
Tipe kedua dari difteri dapat mempengaruhi kulit, menyebabkan nyeri
kemerahan, dan bengkak yang khas terkait dengan infeksi bakteri kulit
lainnya. Sementara itu pada kasus yang jarang, infeksi difteri juga
mempengaruhi mata.
c. Cara Penularan
Bakteri C.diphtheriae dapat menyebar melalui tiga rute:
* Bersin: Ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk, mereka akan
melepaskan uap air yang terkontaminasi dan memungkinkan orang di
sekitarnya terpapar bakteri tersebut.
* Kontaminasi barang pribadi: Penularan difteri bisa berasal dari barang-
barang pribadi seperti gelas yang belum dicuci.
* Barang rumah tangga: Dalam kasus yang jarang, difteri menyebar
melalui barang-barang rumah tangga yang biasanya dipakai secara
bersamaan, seperti handuk atau mainan.
Selain itu, Anda juga dapat terkontaminasi bakteri berbahaya tersebut
apabila menyentuh luka orang yang sudah terinfeksi. Orang yang telah
terinfeksi bakteri difteri dan belum diobati dapat menginfeksi orang
nonimmunized selama enam minggu - bahkan jika mereka tidak
menunjukkan gejala apapun.
d. Faktor risiko
Orang-orang yang berada pada risiko tertular difteri meliputi:
· Anak-anak dan orang dewasa yang tidak mendapatkan imunisasi
terbaru
· Orang yang hidup dalam kondisi tempat tingal penuh sesak atau tidak
sehat
· Orang yang memiliki gangguan sistem kekebalan.
· Siapapun yang bepergian ke tempat atau daerah endemik difteri
Difteri jarang terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan
Eropa, karena telah mewajibkan imunisasi pada anak-anak selama
beberapa dekade. Namun, difteri masih sering ditemukan pada negara-
negara berkembang di mana tingkat imunisasinya masih rendah seperti
halnya yang saat ini terjadi di Jawa timur.
e. Komplikasi
Jika tidak diobati, difteri dapat menyebabkan:
* Gangguan pernapasan
C. Diphtheriae dapat menghasilkan racun yang menginfeksi jaringan di
daerah hidung dan tenggorokan. Infeksi tersebut menghasilkan
membaran putih keabu-abuan (psedomembrane) terdiri dari membran
sel-sel mati, bakteri dan zat lainnya. Membran ini dapat menghambat
pernapasan.
* Kerusakan jantung
Toksin (racun) difteri dapat menyebar melalui aliran darah dan merusak
jaringan lain dalam tubuh Anda, seperti otot jantung, sehingga
menyebabkan komplikasi seperti radang pada otot jantung
(miokarditis). Kerusakan jantung akibat miokarditis muncul sebagai
kelainan ringan pada elektrokardiogram yang menyebabkan gagal
jantung kongestif dan kematian mendadak.
* Kerusakan saraf
Toksin juga dapat menyebabkan kerusakan saraf khususnya pada
tenggorokan, di mana konduksi saraf yang buruk dapat menyebabkan
kesulitan menelan. Bahkan saraf pada lengan dan kaki juga bisa
meradang yang menyebabkan otot menjadi lemah. Jika racun ini
merusak otot-otot kontrol yang digunakan untuk bernapas, maka otot-
otot ini dapat menjadi lumpuh. Kalau sudah seperti itu, maka
diperlukan alat bantu napas.
Dengan pengobatan, kebanyakan orang dengan difteri dapat bertahan
dari komplikasi ini, namun pemulihannya akan berjalan lama.
f. Penanganan
Difteri adalah penyakit yang serius. Para ahli di Mayo Clinic,
memaparkan, ada beberapa upaya pengobatan yang dapat dilakukan
diantaranya:
* Pemberian antitoksin: Setelah dokter memastikan diagnosa awal
difteri, anak yang terinfeksi atau orang dewasa harus menerima suatu
antitoksin. Antitoksin itu disuntikkan ke pembuluh darah atau otot
untuk menetralkan toksin difteri yang sudah terkontaminasi dalam
tubuh.
Sebelum memberikan antitoksin, dokter mungkin melakukan tes alergi
kulit untuk memastikan bahwa orang yang terinfeksi tidak memiliki
alergi terhadap antitoksin. Dokter awalnya akan memberikan dosis kecil
dari antitoksin dan kemudian secara bertahap meningkatkan dosisnya.
* Antibiotik: Difteri juga dapat diobati dengan antibiotik, seperti
penisilin atau eritromisin. Antibiotik membantu membunuh bakteri di
dalam tubuh dan membersihkan infeksi. Anak-anak dan orang dewasa
yang telah terinfeksi difteri dianjurkan untuk menjalani perawatan di
rumah sakit untuk perawatan.
Mereka mungkin akan diisolasi di unit perawatan intensif karena difteri
dapat menyebar dengan mudah ke orang sekitar terutama yang tidak
mendapatkan imunisasi penyakit ini.
g. Pencegahan
Jika Anda telah terpapar orang yang terinfeksi difteri, segeralah
pergi ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan.
Dokter mungkin akan memberi Anda resep antibiotik untuk mencegah
infeksi penyakit itu.
Di samping juga pemberian vaksin difteri dengan dosis yang lebih
banyak. Pemberian antibiotik juga diperlukan bagi mereka yang
diketahui sebagai carrier (pembawa) difteri.
Difteri adalah penyakit yang umum pada anak-anak. Penyakit ini
tidak hanya dapat diobati tetapi juga dapat dicegah dengan vaksin.
Vaksin difteri biasanya dikombinasikan dengan vaksin untuk tetanus
dan pertusis, yang dikenal sebagai vaksin difteri, tetanus dan pertusis
(DTP).Versi terbaru dari vaksin ini dikenal sebagai vaksin DTP untuk
anak-anak dan vaksin Tdap untuk remaja dan dewasa. Pemberian
vaksinasi sudah dapat dilakukan saat masih bayi dengan lima tahapan
yakni, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 12-18 bulan dan 4-6 tahun.
Vaksin difteri sangat efektif untuk mencegah difteri. Tapi pada
beberapa anak mungkin akan mengalami efek samping seperti demam,
rewel, mengantuk atau nyeri pasca pemberian vaksin. Pemberian vaksin
DTP pada anak jarang menyebabkan komplikasi serius, seperti reaksi
alergi (gatal-gatal atau ruam berkembang hanya dalam beberapa menit
pasca injeksi), kejang atau shock. Untuk beberapa anak dengan
gangguan otak progresif - tidak dapat menerima vaksin DTP.
Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan
terhadap penyakit Diferi, Pertusis, Tetanus dengan cara memasukkan
kuman difteri, pertusis, tetanus yang telah dilemahkan dan dimatikan
kedalam tubuh sehingga tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada
saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit ketiga
penyakit tersebut.

4. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi

5. Kegiatan penyuluhan

No Tahap Kegiatan penyuluhan Waktu


1 Pembukaan 1. Salam Pembukaan
2. Perkenalan 5 Menit
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan
2 Pengembangan 1.Menjelaskan pengertian difteri
2.Menyebutkan tanda dan gejala difteri 10 Menit
3.Menjelaskan cara penularan difteri
4.menjelaskan faktor-faktor resiko difteri
5.menyebutkan komplikasi difteri
6.menjelaskan penanganan difteri
7.menjelaskan cara pencegahan difteri

8. mencelaskan imunisasi difteri


9. memberi kesempatan bertanya
3 Penutup 1. Melakukan evaluasi
2. Membagikan leaflet 10 menit
3. Menyimpulkan
Salam penutup
6. Media
1. leaflet
2. LCD
3. Leptop
7. sumber :
 Cooper, Robert B. 1996. Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui
“Penyakit”. Jakarta: Gramedia
 Arvin, Behrman Klirgman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
 Suharjo, J.B dan B. Cahyono. 2010. Vaksinasi. Jakarta: Kanisius.
 Suryana. 1996. Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK. Jakarta: EGC.
 Maksum, Radji dan Harmita. 2008. Analisis Hayati. Jakarta: Gramedia.
8. Evaluasi
a. Tanggal : Rabu, 20
Desember 2017
b. Waktu :
08.00- 08.25 WIB
c. Tempat : Posyandu
Bugenvil
d. Jumlah peserta : 38 orang
e. Jumlah peserta yang aktif : 30 orang
f. jumlah pertanyaan : -

Anda mungkin juga menyukai