Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PENYULUHAN

DIFTERI

Disusun oleh :

Dian Setya Hadi


( 1512038 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES PATRIA HUSADA BLITAR
2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang
dapat menyebabkan sakit tenggorokan, demam, kelenjar bengkak, dan lemas. Dalam tahap lanjut,
difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal dan sistem saraf yang berakibat fatal dan
berujung pada kematian. Penyakit difteri sangat rentan menyerang bayi mulai umur 2 bulan.

Kasus difteri telah menjangkiti 34 kota/kabupaten, dan hanya empat daerah yang belum
terjangkit seperti Ngawi, Pacitan, Trenggalek, dan Magetan. Kasus difteri yang paling parah
menyerang Surabaya, Bangkalan, dan Mojokerto. Penularan penyakit difteri sudah mulai
meningkat sejak 2008. Pada tahun 2010, di wilayah Jatim memang tinggi angka kesakitan akibat
penyakit difteri sebanyak 304 kasus pada 32 daerah dan mengakibatkan 21 anak meninggal.
Sedangkan tahun 2009, terdapat 140 kasus pada 24 daerah di Jatim dengan korban 8 orang
meninggal dunia. Peristiwa KLB difteri yang terjadi di Jatim memberikan gambaran bahwa
program imunisasi harus mendapat perhatian khusus.

Sejak Januari hingga Oktober 2011, korban penyakit difteri mencapai 328 orang.
Pemprov Jatim-pun melakukan vaksinasi massal yang dimulai serentak (10/10/2011) pada 11
kabupaten/kota yaitu Kota Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Mojokerto, Bangkalan, Sampang,
Sumenep, Pamekasan, Blitar, Gresik, dan Banyuwangi dengan anggaran Rp10 miliar dari Rp13
miliar yang disediakan. Kesebelas daerah itu merupakan daerah dengan jumlah persebaran difteri
terbesar. Dari 651 desa, 483 desa tanggungjawab Pemprov Jatim, 168 desa tanggungjawab
kabupaten kota. Pemprov menambahkan dana sebanyak Rp10 miliar yang disalurkan melalui
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim (beritajatim.com).

Kondisi di Kota Surabaya sendiri sebagai daerah dengan tingkat migrasi yang tinggi
memiliki tingkat risiko penularan yang tinggi pula. Surabaya masuk dalam wilayah yang
mendapat perhatian dalam kasus penularan penyakit difteri. Penelitian di lapangan, penularan
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada bayi dan anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi.
Imunisasi menjadi langkah penting dalam mencegah penularan penyakit ini.

Temuan dilapangan, penyakit difteri yang menyerang anak-anak di Jatim baik yang
ditemukan tanpa gejala maupun sampai fatal. Kondisi yang sangat fatal, penderita mengalami
sesak nafas dan tidak bisa bernafas. Penderita yang ditemukan kebanyakan anak-anak, dari usia 4
tahun sampai 12 tahun. Hal ini disebabkan sistem kekebalan tubuh mereka belum terbentuk
sempurna. Penderita juga bisa terserang dengan gejala mata berdarah dan menyerang kulit. Untuk
menangani kasus difteri ini, Pemprov Jatim telah menyediakan sebanyak 40 ribu vaksin dan telah
disalurkan kepada seluruh puskesmas dan posyandu yang ada di Jawa Timur.
Penyakit difteri bisa dicegah sejak dini. Upaya pencegahan bagi serangan Difteri ini
dilakukan secara dini kepada anak-anak atau balita dengan mendapatkan imunisasi DPT pada
usia 2 bulan ke atas. Biasanya vaksin DPT diberikan pada kegiatan bulan imunisasi di sekolah
kepada anak SD kelas 1. Pencegahan penyebaran penyakit Difteri juga dilakukan dengan
menerapkan pola hidup bersih dan sehat atau PHBS yang harus terus dilakukan seperti mencuci
tangan sebelum makan. Tujuan PHBS salah satunya agar penyebaran penyakit menular itu bisa
ditangkal. Lain lainnya adalah memperhatikan asupan makanan yang bergizi dan seimbang juga
harus terus dijaga.

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum

Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan masyarakat yang hadir di


Kecamatan Ponggok mendapat pengetahuan tambahan mengenai difteri lebih
dalam dan mengetahui cara menangani dan mencegah penyakit difteri.

2.1.2 Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan Masyarakat yang hadir di


Kecamatan Ponggok mampu :

1. Menyebutkan pengertian difteri dengan benar.

2. Menyebutkan tanda dan gejala difteri dengan benar .

3. Menyebutkan cara penularan difteri dengan benar.

4. Menyebutkan faktor-faktor resiko difteri dengan benar.

5. Menyebutkan komplikasi difteri dengan benar.

6. Menyebutkan penanganan difteri dengan tepat.

7. Menyebutkan pencegahan difteri dengan benar.

8. Menyebutkan tentang imunisasi difteri


BAB II

METODE DAN PROSEDUR KEGIATAN

2.1 Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
2.2 Sasaran
1. Kader Posyandu
2. Masyarakat
3. Tokoh Masyarakat
2.3 Tempat
Kantor Desa Ponggok Kecamatan Ponggok
2.4 Waktu
Hari / Tanggal : Rabu, 13 April 2016
Waktu : Pukul 09.00 – 10.00
2.5 Alat Bantu
1. LCD monitor
2. Laptop
3. Leaflet
2.6 Pelaksana
Penyaji : Dian Setya Hadi
Moderator : Wiwin Aristyani
2.7 Strategi Pelaksanaan
1. Pemberian Materi
2. Tanya Jawab
2.8 Langkah kerja
1. Menjelaskan tujuan dilaksanakan penyuluhan difteri
2. Menjelaskan tentang penyakit Difteri
2.9 Metode evaluasi.
1. Meminta salah satu peserta untuk meyebutkan kesimpulan dari penyuluhan tentang
penyakit difteri
2. Observasi respon peserta tentang perilaku peserta selama penyuluhan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Difteri

Difteri adalah infeksi bakteri yang bersumber dari Corynebacterium diphtheriae, yang
biasanya mempengaruhi selaput lendir dan tenggorokan. Difteri umumnya menyebabkan sakit
tenggorokan, demam, kelenjar tonsil (amandel) bengkak, dan lemas. Dalam tahap lanjut, difteri
bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal dan sistem saraf. Kondisi seperti itu pada
akhirnya bisa berakibat sangat fatal dan berujung pada kematian. karena bakteri mengeluarkan
racun yang mengganggu fungsi organ-organ yang mengalami kerusakan tersebut. manusia yang
kurang memilki sistem kekebalan tubuh terutama yang tidak mendapatkan suntikan imunisasi
lengkap saat masih kecil atau kanak-kanak mudah terserang bakteri ini.

Tanda dan gejala

Tanda dan gejala difteri meliputi, sakit tenggorokan dan suara serak, nyeri saat menelan,
pembengkakan kelenjar (kelenjar getah bening membesar) di leher, dan terbentuknya sebuah
membran tebal abu-abu menutupi tenggorokan dan amandel, sulit bernapas atau napas cepat,
demam, dan menggigil.

Tanda dan gejala biasanya mulai muncul 2-5 hari setelah seseorang menjadi terinfeksi.
Orang yang terinfeksi C. Diphtheria seringkali tidak merasakan sesuatu atau tidak ada tanda-
tanda dan gejala sama sekali.

Orang yang terinfeksi namun tidak menyadarinya dikenal sebagai carier (pembawa)
difteri. Sumber penularan penyakit difteri ini adalah manusia, baik sebagai penderita maupun
sebagai carier.

Tipe kedua dari difteri dapat mempengaruhi kulit, menyebabkan nyeri kemerahan, dan
bengkak yang khas terkait dengan infeksi bakteri kulit lainnya. Sementara itu pada kasus yang
jarang, infeksi difteri juga mempengaruhi mata.

Cara Penularan

Bakteri C.diphtheriae dapat menyebar melalui tiga rute:

* Bersin: Ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk, mereka akan melepaskan uap air yang
terkontaminasi dan memungkinkan orang di sekitarnya terpapar bakteri tersebut.

* Kontaminasi barang pribadi: Penularan difteri bisa berasal dari barang-barang pribadi seperti
gelas yang belum dicuci.

* Barang rumah tangga: Dalam kasus yang jarang, difteri menyebar melalui barang-barang rumah
tangga yang biasanya dipakai secara bersamaan, seperti handuk atau mainan.

Selain itu, Anda juga dapat terkontaminasi bakteri berbahaya tersebut apabila menyentuh luka
orang yang sudah terinfeksi. Orang yang telah terinfeksi bakteri difteri dan belum diobati dapat
menginfeksi orang nonimmunized selama enam minggu - bahkan jika mereka tidak menunjukkan
gejala apapun.

Faktor risiko

Orang-orang yang berada pada risiko tertular difteri meliputi:

· Anak-anak dan orang dewasa yang tidak mendapatkan imunisasi terbaru

· Orang yang hidup dalam kondisi tempat tingal penuh sesak atau tidak sehat

· Orang yang memiliki gangguan sistem kekebalan.

· Siapapun yang bepergian ke tempat atau daerah endemik difteri

Difteri jarang terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, karena telah
mewajibkan imunisasi pada anak-anak selama beberapa dekade. Namun, difteri masih sering
ditemukan pada negara-negara berkembang di mana tingkat imunisasinya masih rendah seperti
halnya yang saat ini terjadi di Jawa timur.

Komplikasi

Jika tidak diobati, difteri dapat menyebabkan:

* Gangguan pernapasan

C. Diphtheriae dapat menghasilkan racun yang menginfeksi jaringan di daerah hidung dan
tenggorokan. Infeksi tersebut menghasilkan membaran putih keabu-abuan (psedomembrane)
terdiri dari membran sel-sel mati, bakteri dan zat lainnya. Membran ini dapat menghambat
pernapasan.

* Kerusakan jantung

Toksin (racun) difteri dapat menyebar melalui aliran darah dan merusak jaringan lain dalam
tubuh Anda, seperti otot jantung, sehingga menyebabkan komplikasi seperti radang pada otot
jantung (miokarditis). Kerusakan jantung akibat miokarditis muncul sebagai kelainan ringan pada
elektrokardiogram yang menyebabkan gagal jantung kongestif dan kematian mendadak.

* Kerusakan saraf

Toksin juga dapat menyebabkan kerusakan saraf khususnya pada tenggorokan, di mana konduksi
saraf yang buruk dapat menyebabkan kesulitan menelan. Bahkan saraf pada lengan dan kaki juga
bisa meradang yang menyebabkan otot menjadi lemah. Jika racun ini merusak otot-otot kontrol
yang digunakan untuk bernapas, maka otot-otot ini dapat menjadi lumpuh. Kalau sudah seperti
itu, maka diperlukan alat bantu napas.

Dengan pengobatan, kebanyakan orang dengan difteri dapat bertahan dari komplikasi ini, namun
pemulihannya akan berjalan lama.
Penanganan

Difteri adalah penyakit yang serius. Para ahli di Mayo Clinic, memaparkan, ada beberapa upaya
pengobatan yang dapat dilakukan diantaranya:

* Pemberian antitoksin: Setelah dokter memastikan diagnosa awal difteri, anak yang terinfeksi
atau orang dewasa harus menerima suatu antitoksin. Antitoksin itu disuntikkan ke pembuluh
darah atau otot untuk menetralkan toksin difteri yang sudah terkontaminasi dalam tubuh.

Sebelum memberikan antitoksin, dokter mungkin melakukan tes alergi kulit untuk memastikan
bahwa orang yang terinfeksi tidak memiliki alergi terhadap antitoksin. Dokter awalnya akan
memberikan dosis kecil dari antitoksin dan kemudian secara bertahap meningkatkan dosisnya.

* Antibiotik: Difteri juga dapat diobati dengan antibiotik, seperti penisilin atau eritromisin.
Antibiotik membantu membunuh bakteri di dalam tubuh dan membersihkan infeksi. Anak-anak
dan orang dewasa yang telah terinfeksi difteri dianjurkan untuk menjalani perawatan di rumah
sakit untuk perawatan.

Mereka mungkin akan diisolasi di unit perawatan intensif karena difteri dapat menyebar dengan
mudah ke orang sekitar terutama yang tidak mendapatkan imunisasi penyakit ini.

Pencegahan

Jika Anda telah terpapar orang yang terinfeksi difteri, segeralah pergi ke dokter untuk
mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan. Dokter mungkin akan memberi Anda resep antibiotik
untuk mencegah infeksi penyakit itu.

Di samping juga pemberian vaksin difteri dengan dosis yang lebih banyak. Pemberian antibiotik
juga diperlukan bagi mereka yang diketahui sebagai carrier (pembawa) difteri.

Difteri adalah penyakit yang umum pada anak-anak. Penyakit ini tidak hanya dapat
diobati tetapi juga dapat dicegah dengan vaksin. Vaksin difteri biasanya dikombinasikan dengan
vaksin untuk tetanus dan pertusis, yang dikenal sebagai vaksin difteri, tetanus dan pertusis
(DTP).Versi terbaru dari vaksin ini dikenal sebagai vaksin DTP untuk anak-anak dan vaksin
Tdap untuk remaja dan dewasa. Pemberian vaksinasi sudah dapat dilakukan saat masih bayi
dengan lima tahapan yakni, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 12-18 bulan dan 4-6 tahun.

Vaksin difteri sangat efektif untuk mencegah difteri. Tapi pada beberapa anak mungkin
akan mengalami efek samping seperti demam, rewel, mengantuk atau nyeri pasca pemberian
vaksin. Pemberian vaksin DTP pada anak jarang menyebabkan komplikasi serius, seperti reaksi
alergi (gatal-gatal atau ruam berkembang hanya dalam beberapa menit pasca injeksi), kejang atau
shock. Untuk beberapa anak dengan gangguan otak progresif - tidak dapat menerima vaksin DTP.

Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit Diferi,
Pertusis, Tetanus dengan cara memasukkan kuman difteri, pertusis, tetanus yang telah
dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh sehingga tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada
saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit ketiga penyakit tersebut.
Manfaat Imunisasi DPT Dasar

Salah satu upaya agar anak-anak jangan sampai menderita suatu penyakit adalah dengan
jalan memberikan imunisasi. Dengan imunisasi ini tubuh akan membuat zat anti dalam jumlah
banyak, sehingga anak tersebut kebal terhadap penyakit. Jadi tujuan imunisasi DPT adalah
membuat anak kebal terhadap penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus.

Selain itu manfaat pemberian imunisasi DPT adalah :

a. Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri,
pertusis (batuk rejan), tetanus.

b. Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding terkena penyakit secara
alami.

b. Evaluasi :

· Evaluasi Struktur : Diharapkan penyuluhan berjalan sesuai dengan struktur yang telah dibuat.

· Evaluasi proses : Diharapkan peserta sasaran mengikuti sampai kegiatan selesai dilaksanakan.

· Evaluasi Hasil : Diharapkan sasaran mengerti tentang penanganan dan pencegahan difteri
SATUAN ACARA PENYULUHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) DIFTERI

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) 

DIFTERI

Pokok : Difteri

Sasaran : Masyarakat Desa Ponggok Kecamatan Ponggok

Metode : Ceramah

Diskusi

Media : Leaflet

LCD Proyektor

Laptop

Waktu : 60 menit.

Tempat : Kantor Desa Ponggok

Hari dan tanggal : Rabu, 13 April 2016

B. Tujuan Umum

Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan masyarakat Desa Ponggok Kecamatan Ponggok
mendapat pengetahuan tambahan mengenai difteri lebih dalam dan mengetahui cara menangani
dan mencegah penyakit difteri.

C. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan masyarakat Desa ponggok mampu :

1. Menyebutkan pengertian difteri dengan benar.

2. Menyebutkan tanda dan gejala difteri dengan benar .

3. Menyebutkan cara penularan difteri dengan benar.

4. Menyebutkan faktor-faktor resiko difteri dengan benar.

5. Menyebutkan komplikasi difteri dengan benar.

6. Menyebutkan penanganan difteri dengan tepat.

7. Menyebutkan pencegahan difteri dengan benar.

8. Menyebutkan tentang imunisasi difteri


D. SASARAN

Masyarakat Desa Ponggok

E. MATERI (TERLAMPIR)

F. METODE

1. Ceramah

2. Diskusi

G. MEDIA

1. leaflet

2. LCD Proyektor

3. Leptop

H. KRITERIA EVALUASI

a. Kriteria Struktur :

1. Peserta hadir minimal 25 orang

2. Penyelenggara penyuluhan dilakukan di Kantor Desa Ponggok

3. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat penyuluhan

b. Kriteria Proses :

1. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan

2. Peserta konsentrasi mendengarkan penyuluhan

3. Paserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara lengkap dan benar

c. Kriteria Hasil :

1. Menyebutkan pengertian difteri dengan benar.

2. Menyebutkan tanda dan gejala difteri dengan benar .

3. Menyebutkan cara penularan difteri dengan benar.

4. Menyebutkan faktor-faktor resiko difteri dengan benar.

5. Menyebutkan komplikasi difteri dengan benar.

6. Menyebutkan penanganan difteri dengan tepat.

7. Menyebutkan pencegahan difteri dengan benar.

8. Menyebutkan tentang imunisasi difteri


I. KEGIATAN PENYULUHAN

No Waktu Kegiatan Kegiatan Audience


penyuluhan

1 10 Menit Pembukaan

1.Penyuluh memulai 1.Menjawab salam


penyuluhan dengan
mengucapkan salam

2.Memperkenalkan
2.Memperhatikan
diri

3.Menjelaskan tujuan
penyuluhan 3.Memperhatikan

4.Menyebutkan
materi yang akan 4.Memperhatikan
diberikan

5.Membagikan
5.Menerima dan
leaflet
membaca

2 30 Menit Pelaksanaan

1.Menjelaskan 1.Memperhatikan
pengertian difteri

2.Menyebutkan tanda 2.Memperhatikan


dan gejala difteri

3.Menjelaskan cara
3.Memperhatikan
penularan difteri

4.menjelaskan
faktor-faktor resiko 4.Memperhatikan
difteri

5.menyebutkan 5.Memperhatikan
komplikasi difteri

6.menjelaskan
6.Memperhatikan
penanganan difteri

7.menjelaskan cara
pencegahan difteri 7. memperhatikan
8. mencelaskan 8.memperhatikan
imunisasi difteri

9. memberi 9.Bertanya dan


kesempatan bertanya mendengarkan
jawaban

3 10 Menit Evaluasi :

1.Meminta Audience 1.Menjelaskan


menjelaskan pengertian dari difteri
pengertian dari difteri

2.Meminta audience 2.Menyebutkan


menyebutkan tentang tentang tanda dan
tanda dan gejalan gejala difteri
difteri

3.Meminta audience
3.Menyebutkan
menyebutkan cara-
tentang cara
cara penularan difteri
penularan difteri
4. meminta audience
4. menyebutkan cara
menjelaskan cara
penanganan dan
penanganan dan
pencegahan difteri
pencegahan difteri

5.meminta audience
menjelaskan kapan 5. menyebutkan
jadwal pemberian jadwal pemberian
imunisasi difteri imunisasi difteri

4 10 Menit Terminasi

1.Mengucapkan 1.Memperhatikan
terima kasih atas
perhatian yang
diberikan

2.Mengucapkan
salam penutup 2.Membalas salam
DAFTAR PUSTAKA

Cooper, Robert B. 1996. Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui “Penyakit”. Jakarta: Gramedia

Arvin, Behrman Klirgman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.

Suharjo, J.B dan B. Cahyono. 2010. Vaksinasi. Jakarta: Kanisius.

Suryana. 1996. Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK. Jakarta: EGC.

Maksum, Radji dan Harmita. 2008. Analisis Hayati. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai