Anda di halaman 1dari 8

Satuan Acara Penyuluhan Difteri

SATUAN ACARA PENYULUHAN


(SAP)
DIFTERI

OLEH
FIANA ANJASARI
NIM.110601051

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIKES PEMKAB JOMBANG
TAHUN AJARAN 2011/2012

PERENCANAAN PENYULUHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )


a. Pokok Bahasan : Penyakit Difteri

b. Sasaran : Ibu – ibu posyandu

c. Metode : Ceramah

Diskusi

d. Media : Leaflet

e. Waktu dan tempat : Waktu : 30 menit.

Tempat : Posyandu

f. Hari dan tanggal : Senin, 19 Desember 2011

g. Tujuan Intruksional

1. TIU ( Tujuan Intruksional Umum )

Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan ibu – ibu pengunjung

posyandu mendapat pengetahuan tambahan mengenai penyakit difteri lebih dalam

dan mengetahui cara menangani dan mencegah penyakit difteri.

2. TIK ( Tujuan Intruksional Khusus )

Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan ibu – ibu pengunjung posyandu

mampu :

1. Menyebutkan pengertian difteri dengan benar.

2. Menyebutkan tanda dan gejala difteri dengan benar .

3. Menyebutkan cara penularan difteri dengan benar.

4. Menyebutkan faktor-faktor resiko difteri dengan benar.

5. Menyebutkan komplikasi difteri dengan benar.


6. Menyebutkan penanganan difteri dengan tepat.

7. Menyebutkan pencegahan difteri dengan benar.

h. Langkah – langkah penyuluhan

Alokasi waktu Kegiatan Kegiatan peserta Media / Metode

pengajar / penyaji didik /

masyarakat
Pembukaan 1. salam pembuka Menjawab salam Ceramah

( 5 menit ) 2. memperkenalkan Mendengarkan

diri penyaji

3. menjelaskan

maksud dan tujuan

4. Apresepsi

5. Kontak Waktu
Pelaksanaan 6. Menjelaskan Memperhatikan Ceramah

( 15 menit ) pengertian difteri Leaflet

7. Menjelaskan tanda Mendengarkan

dan gejala difteri

8. Menjelaskan cara Memperhatikan

penularan difteri

9. Menjelaskan Mendengarkan

faktor resiko

difteri.

10. Menjelaskan

komplikasi Memperhatikan
penyakit difteri.

11. Menjelaskan

penanganan dan

pencegahan difteri.
Evaluasi 12. Reinforcement Mendengarkan Ceramah

( 5 menit ) (Penguatan) Bertanya Diskusi

13. Memberi

kesempatan pada

ibu – ibu untuk

bertanya.
Penutup 1. Menyimpulkan Mendengarkan Ceramah

( 5 menit ) materi yang sudah

disampaikan. Menjawab salam

2. Menutup

pertemuan.

a. Materi penyuluhan

 Pengertian Difteri

Difteri adalah infeksi bakteri yang bersumber dari Corynebacterium


diphtheriae, yang biasanya mempengaruhi selaput lendir dan tenggorokan. Difteri
umumnya menyebabkan sakit tenggorokan, demam, kelenjar tonsil (amandel)
bengkak, dan lemas. Dalam tahap lanjut, difteri bisa menyebabkan kerusakan pada
jantung, ginjal dan sistem saraf. Kondisi seperti itu pada akhirnya bisa berakibat
sangat fatal dan berujung pada kematian. karena bakteri mengeluarkan racun yang
mengganggu fungsi organ-organ yang mengalami kerusakan tersebut. manusia
yang kurang memilki sistem kekebalan tubuh terutama yang tidak mendapatkan
suntikan imunisasi lengkap saat masih kecil atau kanak-kanak mudah terserang
bakteri ini.

 Tanda dan gejala


Tanda dan gejala difteri meliputi, sakit tenggorokan dan suara serak, nyeri
saat menelan, pembengkakan kelenjar (kelenjar getah bening membesar) di leher,
dan terbentuknya sebuah membran tebal abu-abu menutupi tenggorokan dan
amandel, sulit bernapas atau napas cepat, demam, dan menggigil.
Tanda dan gejala biasanya mulai muncul 2-5 hari setelah seseorang menjadi
terinfeksi. Orang yang terinfeksi C. Diphtheria seringkali tidak merasakan sesuatu
atau tidak ada tanda-tanda dan gejala sama sekali.
Orang yang terinfeksi namun tidak menyadarinya dikenal sebagai carier
(pembawa) difteri. Sumber penularan penyakit difteri ini adalah manusia, baik
sebagai penderita maupun sebagai carier.
Tipe kedua dari difteri dapat mempengaruhi kulit, menyebabkan nyeri kemerahan,
dan bengkak yang khas terkait dengan infeksi bakteri kulit lainnya. Sementara itu
pada kasus yang jarang, infeksi difteri juga mempengaruhi mata.
 Cara Penularan
Bakteri C.diphtheriae dapat menyebar melalui tiga rute:
* Bersin: Ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk, mereka akan melepaskan
uap air yang terkontaminasi dan memungkinkan orang di sekitarnya terpapar
bakteri tersebut.
* Kontaminasi barang pribadi: Penularan difteri bisa berasal dari barang-barang
pribadi seperti gelas yang belum dicuci.
* Barang rumah tangga: Dalam kasus yang jarang, difteri menyebar melalui
barang-barang rumah tangga yang biasanya dipakai secara bersamaan, seperti
handuk atau mainan.
Selain itu, Anda juga dapat terkontaminasi bakteri berbahaya tersebut apabila
menyentuh luka orang yang sudah terinfeksi. Orang yang telah terinfeksi bakteri
difteri dan belum diobati dapat menginfeksi orang nonimmunized selama enam
minggu - bahkan jika mereka tidak menunjukkan gejala apapun.
 Faktor risiko
Orang-orang yang berada pada risiko tertular difteri meliputi:
 Anak-anak dan orang dewasa yang tidak mendapatkan imunisasi terbaru
 Orang yang hidup dalam kondisi tempat tingal penuh sesak atau tidak sehat
 Orang yang memiliki gangguan sistem kekebalan.
 Siapapun yang bepergian ke tempat atau daerah endemik difteri
Difteri jarang terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa,
karena telah mewajibkan imunisasi pada anak-anak selama beberapa dekade.
Namun, difteri masih sering ditemukan pada negara-negara berkembang di mana
tingkat imunisasinya masih rendah seperti halnya yang saat ini terjadi di Jawa
timur.
 Komplikasi
Jika tidak diobati, difteri dapat menyebabkan:
* Gangguan pernapasan
C. Diphtheriae dapat menghasilkan racun yang menginfeksi jaringan di daerah
hidung dan tenggorokan. Infeksi tersebut menghasilkan membaran putih keabu-
abuan (psedomembrane) terdiri dari membran sel-sel mati, bakteri dan zat lainnya.
Membran ini dapat menghambat pernapasan.
* Kerusakan jantung
Toksin (racun) difteri dapat menyebar melalui aliran darah dan merusak jaringan
lain dalam tubuh Anda, seperti otot jantung, sehingga menyebabkan komplikasi
seperti radang pada otot jantung (miokarditis). Kerusakan jantung akibat
miokarditis muncul sebagai kelainan ringan pada elektrokardiogram yang
menyebabkan gagal jantung kongestif dan kematian mendadak.
* Kerusakan saraf
Toksin juga dapat menyebabkan kerusakan saraf khususnya pada tenggorokan, di
mana konduksi saraf yang buruk dapat menyebabkan kesulitan menelan. Bahkan
saraf pada lengan dan kaki juga bisa meradang yang menyebabkan otot menjadi
lemah. Jika racun ini merusak otot-otot kontrol yang digunakan untuk bernapas,
maka otot-otot ini dapat menjadi lumpuh. Kalau sudah seperti itu, maka
diperlukan alat bantu napas.
Dengan pengobatan, kebanyakan orang dengan difteri dapat bertahan dari
komplikasi ini, namun pemulihannya akan berjalan lama.
 Penanganan
Difteri adalah penyakit yang serius. Para ahli di Mayo Clinic,
memaparkan, ada beberapa upaya pengobatan yang dapat dilakukan diantaranya:
* Pemberian antitoksin: Setelah dokter memastikan diagnosa awal difteri, anak
yang terinfeksi atau orang dewasa harus menerima suatu antitoksin. Antitoksin itu
disuntikkan ke pembuluh darah atau otot untuk menetralkan toksin difteri yang
sudah terkontaminasi dalam tubuh.
Sebelum memberikan antitoksin, dokter mungkin melakukan tes alergi kulit untuk
memastikan bahwa orang yang terinfeksi tidak memiliki alergi terhadap
antitoksin. Dokter awalnya akan memberikan dosis kecil dari antitoksin dan
kemudian secara bertahap meningkatkan dosisnya.
* Antibiotik: Difteri juga dapat diobati dengan antibiotik, seperti penisilin atau
eritromisin. Antibiotik membantu membunuh bakteri di dalam tubuh dan
membersihkan infeksi. Anak-anak dan orang dewasa yang telah terinfeksi difteri
dianjurkan untuk menjalani perawatan di rumah sakit untuk perawatan.
Mereka mungkin akan diisolasi di unit perawatan intensif karena difteri dapat
menyebar dengan mudah ke orang sekitar terutama yang tidak mendapatkan
imunisasi penyakit ini.
 Pencegahan
Jika Anda telah terpapar orang yang terinfeksi difteri, segeralah pergi ke
dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan. Dokter mungkin akan
memberi Anda resep antibiotik untuk mencegah infeksi penyakit itu.
Di samping juga pemberian vaksin difteri dengan dosis yang lebih banyak.
Pemberian antibiotik juga diperlukan bagi mereka yang diketahui sebagai carrier
(pembawa) difteri.
Difteri adalah penyakit yang umum pada anak-anak. Penyakit ini tidak hanya
dapat diobati tetapi juga dapat dicegah dengan vaksin. Vaksin difteri biasanya
dikombinasikan dengan vaksin untuk tetanus dan pertusis, yang dikenal sebagai
vaksin difteri, tetanus dan pertusis (DTP).Versi terbaru dari vaksin ini dikenal
sebagai vaksin DTP untuk anak-anak dan vaksin Tdap untuk remaja dan dewasa.
Pemberian vaksinasi sudah dapat dilakukan saat masih bayi dengan lima tahapan
yakni, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 12-18 bulan dan 4-6 tahun.
Vaksin difteri sangat efektif untuk mencegah difteri. Tapi pada beberapa anak
mungkin akan mengalami efek samping seperti demam, rewel, mengantuk atau
nyeri pasca pemberian vaksin. Pemberian vaksin DTP pada anak jarang
menyebabkan komplikasi serius, seperti reaksi alergi (gatal-gatal atau ruam
berkembang hanya dalam beberapa menit pasca injeksi), kejang atau shock. Untuk
beberapa anak dengan gangguan otak progresif - tidak dapat menerima vaksin
DTP.
Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap
penyakit Diferi, Pertusis, Tetanus dengan cara memasukkan kuman difteri,
pertusis, tetanus yang telah dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh sehingga
tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk
melawan kuman atau bibit ketiga penyakit tersebut.

 Manfaat Imunisasi DPT Dasar


Salah satu upaya agar anak-anak jangan sampai menderita suatu penyakit
adalah dengan jalan memberikan imunisasi. Dengan imunisasi ini tubuh akan
membuat zat anti dalam jumlah banyak, sehingga anak tersebut kebal terhadap
penyakit. Jadi tujuan imunisasi DPT adalah membuat anak kebal terhadap
penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus.
Selain itu manfaat pemberian imunisasi DPT adalah :
a. Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap
penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.
b. Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding terkena
penyakit secara alami.

b. Evaluasi :
 Evaluasi Struktur : Diharapkan penyuluhan berjalan sesuai dengan struktur yang
telah dibuat.
 Evaluasi proses : Diharapkan peserta sasaran mengikuti sampai kegiatan selesai
dilaksanakan.
 Evaluasi Hasil : Diharapkan sasaran mengerti tentang penanganan dan
pencegahan difteri

c. Referensi
Cooper, Robert B. 1996. Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui “Penyakit”. Jakarta:

Gramedia

Arvin, Behrman Klirgman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.

Suharjo, J.B dan B. Cahyono. 2010. Vaksinasi. Jakarta: Kanisius.

Suryana. 1996. Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK. Jakarta: EGC.

Maksum, Radji dan Harmita. 2008. Analisis Hayati. Jakarta: Gramedia.

http://fianaanjasari.blogspot.com/2012/03/satuan-acara-penyuluhan-
difteri.html

Anda mungkin juga menyukai