Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DIFTERI

Di Poli Anak RSU Dr. Soetomo Surabaya

Di Susun Oleh :

1. Novi Khoirotun Nisak (7210043)


2. Siti Aminah (7209019)
3. Siti Masruroh (7210059)
4. Ita setyawati (7210081)

PRO DI D III KE B IDANAN

FA KUL T AS IL MU KE S E H AT AN

UNI VE RS IT AS PE S ANT RE N T INGGI DARUL UL UM JO MB ANG

201 3
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan acara penyuluhan ini telah dilihat dan disahkan sebagai tugas dan laporan PKK III prodi
DIII Kebidanan FIK UNIPDU Jombang Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktek

Murfi Hidamansyah, SST Nuryati , S.Kep.Ns

Kepala Ruangan

Ari Suwandari, S.Kep.Ns.M.Kep


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Sudi : Asuhan Kebidanan pada Anak Difteri

Topik : Difteri

Sasaran : Orang tua pasien di ruang poli Anak Di RSU Dr. Soetomo Surabaya

Tempat : Poli Anak Di RSU Dr. Soetomo Surabaya

Hari / Tanggal : Kamis, 25 April 2013

Waktu : 1 x 30 menit

Penyuluh :
1. Novi Khoirotun Nisak (7210043)
2. Siti Aminah (7209019)
3. Siti Masruroh (7210059)
4. Ita setyawati (7210081)

I. Tujuan Interaksional Umum


Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan orang tua bisa mengerti tentang difteri.

II. Tujuan Interaksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan ibu dapat :

1. Mengetahui pengertian tentang Difteri


2. Mengetahui dan memahami tentang penyebab terjadinya Difteri
3. Mengetahui gejala-gejala yang timbul pada difteri
4. Mengetahui beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan pada difteri
5. Mengetahui pengobatan yang diberikan pada penderita difteri
III. Sasaran
Orang tua Pasien yang memeriksakan anaknya di poli Anak RSU Dr. Soetomo Surabaya

IV. Metode yang Dilakukan


1. Ceramah
2. Tanya jawab
V. Media yang Digunakan
1. Leaflet
2. Flip chart
VI. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Difteri
2. Penyebab terjadinya difteri
3. Gejala difteri
4. Macam-macam pemeriksaan pada difteri
5. Pengobatan yang diberikan pada difteri

VII. Kriteria Evaluasi


1. Evaluasi struktur
a. Orang tua hadir dalam acara penyuluhan
b. Penyelenggaraan penyuluhan diselenggarakan di Ruang poli anak RSU Dr.
Soetomo Surabaya
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan sebelumnya
2. Evaluasi proses
a. Orang tua antusias terhadap materi penyuluhan
b. Orang tua tidak meninggalkan tempat penyuluhan
c. Orang tua mengajukan pertanyaan dan menjawab dengan lancar
3. Evaluasi Hasil
a. Orang tua mengetahui dan memahami tentang difteri
b. Orang tua hadir saat penyuluhan

VIII. Pelaksana penyuluhan

Moderator : SITI AMINAH


Penyaji materi : NOVI KHOIROTUN NISAK
Fasilitator : SITI MASRUROH
ITA SETYAWATI
IX. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 5 menit PEMBUKAAN
Menjawab salam
- Membuka kegiatan dengan mengucap salam
Mendengarkan
- Memperkenalkan diri
Memperhatikan
- Menyampaikan tujuan penyuluhan
Memperhatikan
- Menyebutkan materi yang akan disampaikan
2 15 menit PELAKSANAAN
- Menyampaikan materi tentang :
a. Pengertian Difteri
b. Penyebab terjadinya Difteri
c. Gejala difteri Memperhatikan
d. Macam-macam pemeriksaan pada difteri
e. Pengobatan yang diberikan pada difteri
- Memberi kesempatan bertanya
3 10 menit EVALUASI
Bertanya dan
Membuka kesempatan diskusi
menjawab pertanyaan
Doorperize
4 5 menit - Menyampaikan terima kasih atas Memperhatikan
kerjasamanya
- Mengucapkan salam penutup Menjawab salam

LAMPIRAN

DIFTERI
DIFTERI
1. Definisi.
Difteri adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas. Penyakit ini
dominan menyerang anak anak, biasanya bagian tubuh yang diserang adalah tonsil, faring hingga
laring yang merupakan saluran pernafasan bagian atas. Ciri yang khusus pada difteri ialah
terbentuknya lapisan yang khas selaput lendir pada saluran nafas, serta adanya kerusakan otot
jantung dan saraf.
Difteria merupakan penyakit infeksi akut yang sangat menular, disebabkan oleh
Corynebacterium diphtheriae dengan ditandai pembentukan pseudo-membran pada kulit dan/atau
mukosa. Dikenal 3 tipe utama C. diphtheriae, yaitu tipe gravis, intermedius, dan mitis namun
dipandang dari sudut antigenisitas sebenarnya basil ini merupakan spesies yang bersifat
heterogen dan mempunyai banyak tipe serologik. Difteria ditularkan melalui kontak dengan
pasien atau karier dengan cara droplet. Muntahan/debu bisa merupakan wahana penularan
(vehicles of transmission). Difteria kulit, meskipun jarang dibahas, memegang peran yang cukup
penting secara epidemiologik. Difteria tersebar luas di seluruh dunia. Angka kejadian menurun
secara nyata setelah Perang Dunia II, setelah penggunaan toksoid difteria. Demikian pula
terdapat penurunan mortalitas yang berkisar antara 5-10%. Faktor sosial-ekonomi, overcrowding,
nutrisi jelek, terbatasnya fasilitas kesehatan merupakan faktor penting terjadinya penyakit ini

2. Gejala dan tanda


Demam, suhu tubuh meningkat sampai 38,9 derjat Celcius,
Batuk dan pilek yang ringan.
Sakit dan pembengkakan pada tenggorokan
Mual, muntah , sakit kepala.
Adanya pembentukan selaput di tenggorokan berwarna putih ke abu abuan kotor.
Kaku leher
a. Difteria hidung
1. Menyerupai common cold dengan gejala pilek ringan tanpa atau disertai gejala
sistemik ringan.
2. Sekret hidung berangsur menjadi serosanguinus dan kemudian mukopurulen
menyebabkan lecet pada nares dan bibir atas.
3. Membran putih pada daerah septum nasi.
b. Difteria tonsil-faring
1. Anoreksia, malaise, demam ringan, dan nyeri menelan.
2. Dalam 1-2 hari kemudian timbul membran yang melekat, berwarna putih kelabu
dapat menutup tonsil dan dinding faring, meluas ke uvula dan palatum molle atau ke
bawah ke laring dan trakea, yang mudah berdarah.
3. Limfadenitis servikal dan submandibular, bila limfadenitis terjadi bersama dengan
edema jaringan lunak leher yang luas, timbul bullneck.
4. Pada kasus berat, dapat terjadi gagal napas.
5. Dapat terjadi paralisis palatum molle, baik uni maupun bilateral, disertai kesukaran
menelan dan regurgitasi.
c. Difteria laring
1. Gejala klinis sukar dibedakan dari tipe infectious croups lainnya seperti napas
berbunyi, stridor progresif, suara parau, dan batuk kering
2. Bila terjadi perluasan dari difteria faring maka gejala yang tampak merupakan
campuran gejala obstruksi dan toksemia.
d. Lain-lain
1. Difteria kulit, vulvovaginal, konjungtiva, dan telinga.

3. Diagnosis
Diagnosis difteria ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Penentuan kuman
difteria dengan sediaan langsung kurang dapat dipercaya. Cara yang lebih akurat adalah dengan
identifikasi dengan flourescent antibody technique. Diagnosis pasti adalah dengan isolasi C.
diphtheriae dengan pembiakan pada media Loeffler.

4. Penatalaksanaan
Secara umum pasien sebaiknya diisolasi sampai masa akut terlampaui (biasanya sampai 2-3
minggu), tirah baring, pemberian cairan serta diet yang adekuat, dan jaga agar napas tetap bebas.
Penatalaksanaan Spesifik, pasien diberikan antitoksin Anti Diphtheria Serum (ADS) yang
diberikan segera setelah dibuat diagnosis difteria Antibiotik (penisislin prokain), diberikan untuk
eradikasi kuman. Steroid diberikan bila terdapat gejala obstruksi saluran napas bagian atas
(dengan atau tanpa bullneck) atau bila terdapat miokarditis. Kortikosteroid tidak bermanfaat
untuk mencegah miokarditis.

5. Pencegahan
Imunitas pasif diperoleh secara transplasental dari ibu yang kebal terhadap difteria sampai 6
bulan atau suntikan antitoksin yang bertahan selama 2-3 minggu. Imunitas aktif diperoleh setelah
menderita aktif yang nyata atau inapparent infection serta imunisasi toksoid difteria.
- Diskripsi Vaksin jerap DPT (dipteri, pertusis, tetanus) adalah vaksin yang terdiri dari toxoid
difteri dan tetenus yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah dinaktivasi.
- Indikasi Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadapdifteri, pertusis dan tetanus
- Cara pemberian dan dosis
1. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen
2. Disuntikan secara intramuskuler dengan pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis
3. Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan interval
paling cepat 4 minggu (1 bulan)
- Kontra indikasi
Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius
keabnormalan pada saraf merupakan kontra indikasi pertusis. Anak yang mengalami gejala-
gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis kedua dan
meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT
- Efek samping
Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti : lemas, demam, kemerahan pada tempat
penyuntikan, kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas dan
merancau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi.
DAFTAR HADIR
PESERTA PENYULUHAN DIFTERI
Di Ruang Poli Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya
No Nama Alamat Tanda Tangan
1

10

11

12

13

14

15

16
No Nama Alamat Tanda Tangan
17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

Anda mungkin juga menyukai