DIFTERI
Di Susun Oleh :
FA KUL T AS IL MU KE S E H AT AN
201 3
LEMBAR PENGESAHAN
Satuan acara penyuluhan ini telah dilihat dan disahkan sebagai tugas dan laporan PKK III prodi
DIII Kebidanan FIK UNIPDU Jombang Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Kepala Ruangan
Topik : Difteri
Sasaran : Orang tua pasien di ruang poli Anak Di RSU Dr. Soetomo Surabaya
Waktu : 1 x 30 menit
Penyuluh :
1. Novi Khoirotun Nisak (7210043)
2. Siti Aminah (7209019)
3. Siti Masruroh (7210059)
4. Ita setyawati (7210081)
LAMPIRAN
DIFTERI
DIFTERI
1. Definisi.
Difteri adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas. Penyakit ini
dominan menyerang anak anak, biasanya bagian tubuh yang diserang adalah tonsil, faring hingga
laring yang merupakan saluran pernafasan bagian atas. Ciri yang khusus pada difteri ialah
terbentuknya lapisan yang khas selaput lendir pada saluran nafas, serta adanya kerusakan otot
jantung dan saraf.
Difteria merupakan penyakit infeksi akut yang sangat menular, disebabkan oleh
Corynebacterium diphtheriae dengan ditandai pembentukan pseudo-membran pada kulit dan/atau
mukosa. Dikenal 3 tipe utama C. diphtheriae, yaitu tipe gravis, intermedius, dan mitis namun
dipandang dari sudut antigenisitas sebenarnya basil ini merupakan spesies yang bersifat
heterogen dan mempunyai banyak tipe serologik. Difteria ditularkan melalui kontak dengan
pasien atau karier dengan cara droplet. Muntahan/debu bisa merupakan wahana penularan
(vehicles of transmission). Difteria kulit, meskipun jarang dibahas, memegang peran yang cukup
penting secara epidemiologik. Difteria tersebar luas di seluruh dunia. Angka kejadian menurun
secara nyata setelah Perang Dunia II, setelah penggunaan toksoid difteria. Demikian pula
terdapat penurunan mortalitas yang berkisar antara 5-10%. Faktor sosial-ekonomi, overcrowding,
nutrisi jelek, terbatasnya fasilitas kesehatan merupakan faktor penting terjadinya penyakit ini
3. Diagnosis
Diagnosis difteria ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Penentuan kuman
difteria dengan sediaan langsung kurang dapat dipercaya. Cara yang lebih akurat adalah dengan
identifikasi dengan flourescent antibody technique. Diagnosis pasti adalah dengan isolasi C.
diphtheriae dengan pembiakan pada media Loeffler.
4. Penatalaksanaan
Secara umum pasien sebaiknya diisolasi sampai masa akut terlampaui (biasanya sampai 2-3
minggu), tirah baring, pemberian cairan serta diet yang adekuat, dan jaga agar napas tetap bebas.
Penatalaksanaan Spesifik, pasien diberikan antitoksin Anti Diphtheria Serum (ADS) yang
diberikan segera setelah dibuat diagnosis difteria Antibiotik (penisislin prokain), diberikan untuk
eradikasi kuman. Steroid diberikan bila terdapat gejala obstruksi saluran napas bagian atas
(dengan atau tanpa bullneck) atau bila terdapat miokarditis. Kortikosteroid tidak bermanfaat
untuk mencegah miokarditis.
5. Pencegahan
Imunitas pasif diperoleh secara transplasental dari ibu yang kebal terhadap difteria sampai 6
bulan atau suntikan antitoksin yang bertahan selama 2-3 minggu. Imunitas aktif diperoleh setelah
menderita aktif yang nyata atau inapparent infection serta imunisasi toksoid difteria.
- Diskripsi Vaksin jerap DPT (dipteri, pertusis, tetanus) adalah vaksin yang terdiri dari toxoid
difteri dan tetenus yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah dinaktivasi.
- Indikasi Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadapdifteri, pertusis dan tetanus
- Cara pemberian dan dosis
1. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen
2. Disuntikan secara intramuskuler dengan pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis
3. Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan interval
paling cepat 4 minggu (1 bulan)
- Kontra indikasi
Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius
keabnormalan pada saraf merupakan kontra indikasi pertusis. Anak yang mengalami gejala-
gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis kedua dan
meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT
- Efek samping
Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti : lemas, demam, kemerahan pada tempat
penyuntikan, kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas dan
merancau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi.
DAFTAR HADIR
PESERTA PENYULUHAN DIFTERI
Di Ruang Poli Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya
No Nama Alamat Tanda Tangan
1
10
11
12
13
14
15
16
No Nama Alamat Tanda Tangan
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33