Anda di halaman 1dari 14

1

BAB 1
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1.1 Latar Belakang
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai
dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau
demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa, nadi (Ilmu Kesehatan Anak
Nelson, EGC, 2000)
Penyakit campak adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi
masalah kesehatan pada bayi dan anak di Indonesia dan merupakan penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit ini tetap menjadi salah
satu penyebab utama kematian di kalangan anak-anak di dunia, meskipun
tersedia vaksin yang aman dan efektif. Penyakit ini umumnya menyerang anak
umur di bawah 5 tahun (balita) akan tetapi campak bisa menyerang semua
umur. Sampai saat ini cara yang efektif untuk mencegah penyakit campak
yaitu dengan imunisasi. Selama tahun 2000 sampai 2013, imunisasi campak
berhasil menurunkan 15,6 juta (75%) kematian akibat campak di seluruh dunia
(WHO, 2015).
Sedangkan, menurut Profil Kesehatan Indonesia (2012), Indonesia
merupakan Negara ASEAN yang memiliki kasus penyakit campak terbanyak
dengan jumlah 15.489 kasus, urutan kedua terbanyak adalah Thailand dengan
5.197 kasus, sedangkan 8 negara ASEAN lainnya memiliki jumlah lebih
sedikit dan tidak lebih dari 3.000 kasus.
Untuk itu kami mahasiswa mahasiswi dari STIKes Eka Harap Palangka
Raya tertarik untuk melakukan pendidikan kesehatan tentang Campak Di
Posyandu Mutiara Palangka Raya.
1.2 Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan ini, diharapkan klien/ibu dapat mengerti dan
memahami tentang penyakit campak.
1.3 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini audiens/ibu dapat :
1. Menjelaskan pengertian campak dengan bahasa sederhana.
2. Menjelaskan pengertian penyakit campak dengan bahasa sederhana.

1
2

3. Menjelaskan penyebab dari penyakit campak.


4. Menjelaskan tanda dan gejala dari penyakit campak.
5. Apa saja komplikasi dari penyakit campak.
6. Menjelaskan bagaimana cara penularan penyakit campak.
7. Menjelaskan bagaimana cara pencegahan terhadap penyakit campak.
8. Menjelaskan bagaimana cara pengobatan terhadap penyakit campak.

1.4 Sasaran
Orang Tua Yang berkunjung di Posyandu Mutiara Palangka Raya.
1. Campak
1) Pengertian Campak
2) Penyebab Penyakit Campak
3) Tanda dan Gejala Dari Penyakit Campak
4) Komplikasi Dari Penyakit Campak
5) Cara Penularan Penyakit Campak
6) Cara Pencegahan Terhadap Penyakit Campak
7) Cara Pengobatan Terhadap Penyakit Campak.

1.5 Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
1.6 Media
 Leaflet
 Poster
1.7 Kriteria Evaluasi
1. Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta
penyuluhan memahami materi penyuluhan yang diberikan.
2. Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.
3. Selama proses penyuluhan terjadi interaksi antara penyuluh dengan
sasaran.
3

1.8 Kegiatan Penyuluhan


No. WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA
1. 5 menit Pembukaan :
 Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam
mengucapkan salam.
 Memperkenalkan diri.  Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan dari  Memperhatikan
penyuluhan.
 Menyebutkan materi yang akan  Memperhatikan
diberikan.
2. 10 menit Pelaksanaan :
 Menjelaskan tentang Campak  Memperhatikan
 Memberi kesempatan kepada
peserta untuk bertanya.  Bertanya dan menjawab
pertanyaan yang diajukan
3. 10 menit Evaluasi :
 Menanyakan kepada peserta  Menjawab pertanyaan
tentang materi yang telah
diberikan, dan reinforcement
kepada Ibu-Ibu yang dapat
menjawab pertanyaan.
4. 5 menit Terminasi :
 Mengucapkan terimakasih atas  Mendengarkan
peran serta peserta.
 Mengucapkan salam penutup  Menjawab salam
4

1.9 Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
a. Tempat dan alat sesuai rencana.
b. Peran dan tugas sesuai rencana.
c. Setting tempat sesuai dengan rencana.
2) Evaluasi Proses
a. Selama kegiatan semua peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan.
b. Selama kegiatan semua peserta aktif.
3) Evaluasi Hasil
a. Ibu-Ibu Mengetahui apa yang di maksud penyakit Campak
b. ibu-ibu Mengetahui Cara Pencegahan Campak
5

BAB II
MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian Campak
Pengertian campak menurut WHO adalah penyakit menular dengan gejala
kemerahan berbentuk mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang
disertai panas 38oC atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan
mata merah
2. Penyebab Penyakit Campak
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak yang termasuk golongan
paramyxovirus genus morbilivirus merupakan salah satu virus RNA. Virus
ini terdapat dalam darah dan secret (cairan) nasofaring (jaringan antara
tenggorokan dan hidung) pada masa gejala awal hingga 24 jam setelah
timbulnya bercak merah di kulit dan selaput lendir.
Virus ini berbentuk bulat dengan tepi kasar dan bergaris tengah 140 nm dan
di bungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein. Di
dalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian
protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA), merupakan struktur heliks
5 nukleoprotein dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan
tonjolan pendek, satu protein yang berada di selubung luar muncul sebagai
hemaglutinin.

3. Tanda dan Gejala Dari Penyakit Campak


Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa:
1. Panas badan
2. Nyeri tenggorokan
3. Hidung meler (coryza)
4. Batuk (cough)
5. Bercak koplik
6. Nyeri otot
7. Mata merah (conjunctivitis)

5
6

4. Komplikasi Dari Penyakit Campak


Adapun komplikasi yang terjadi disebabkan oleh adanya penurunan daya
tahan tubuh secara umum sehingga mudah terjadi infeksi tumpangan. Hal
yang tidak diinginkan adalah terjadinya komplikasi karena dapat
mengakibatkan kematian pada balita, keadaan inilah yang menyebabkan
mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti:
1. Otitis media akut
Otitis media akut dapat disebabkan invasi virus campak ke dalam telinga
tengah. Gendang telinga biasanya hyperemia pada fase prodormal dan
stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang
rusak karena invasi virus terjadi otitis media purulenta.
2. Ensefalitis
Ensefalitis adalah komplikasi neurologik yang paling jarang terjadi,
biasanya terjadi pada hari ke 4-7 setelah terjadinya ruam. Kejadian
ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus campak dengan CFR berkisar
antara 30-40%. Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme
imunologik maupun melalui invasi langsung virus campak ke dalam otak.
3. Bronchopneumonia
Bronchopneumonia dapat terjadi apabila virus campak menyerang epitel
saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan disebut radang paru-paru
atau Pneumonia. Bronchopneumonia dapat disebabkan virus campak
sendiri atau oleh Pneumococcus, Streptococcus, dan Staphylococcus yang
menyerang epitel pada saluran pernafasan maka Bronchopneumonia ini
dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan kurang
kalori protein.
4. Enteritis
Enteritis terdapat pada beberapa anak yang menderita campak, penderita
mengalami muntah mencret pada fase prodormal. Keadaan ini akibat
invasi virus ke dalam sel mukosa usus.
7

5. Cara Penularan Penyakit Campak


Cara penularan penyakit ini adalah melalui droplet dan kontak, yakni karena
menghirup percikan ludah (droplet) dari hidung, mulut maupun tenggorokan
penderita morbili atau campak artinya, seseorang dapat tertular campak bila
menghirup virus morbili, bisa di tempat umum, di kendaraan atau dimana
saja. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum
timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada. Masa inkubasi adalah 10-14
hari sebelum gejala muncul. Sebelum vaksinasi campak digunakan secara
meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak usia pra
sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka
seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini. Kekebalan terhadap
campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada
seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1
tahun).
Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah :
a. Bayi berumur lebih dari 1 tahun
b. Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
c. Remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

6. Cara Pencegahan Terhadap Penyakit Campak


a. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor
predisposisi atau resiko terhadap penyakit campak. Sasaran dari
pencegahan primordial adalah anak-anak yang masih sehat dan belum
memiliki resiko yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi
untuk penyakit campak. Edukasi kepada orang tua anak sangat penting
peranannya dalam upaya pencegahan primordial. Tindakan yang perlu
dilakukan seperti penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan, konseling
nutrisi dan penataan rumah yang baik.
8

b. Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk
kelompok beresiko, yakni anak yang belum terkena campak, tetapi
berpotensi untuk terkena penyakit campak. Pada pencegahan primer ini
harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
campak dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut.
1. Penyuluhan
Edukasi campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan
mengenai campak. Di samping kepada penderita campak, edukasi juga
diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat beresiko
tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan. Berbagai materi
yang perlu diberikan kepada pasien campak adalah definisi penyakit
campak, faktor-faktor yang berpengaruh pada timbulnya campak dan
upaya-upaya menekan campak, pengelolaan campak secara umum,
pencegahan dan pengenalan komplikasi campak.
2. Imunisasi
Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak dilakukan
dengan vaksinasi campak secara rutin yaitu diberikan pada bayi
berumur 9-15 bulan. Vaksin yang digunakan adalah Schwarz vaccine
yaitu vaksin hidup yang diolah menjadi lemah. Vaksin ini diberikan
secara subkutan sebanyak 0,5 ml. Vaksin campak tidak boleh diberikan
pada wanita hamil, anak dengan TBC yang tidak diobati, penderita
leukemia. Vaksin campak dapat diberikan sebagai vaksin monovalen
atau polivalen yaitu vaksin measles-mumps-rubella (MMR). Vaksin
monovalen diberikan pada bayi usia 9 bulan, sedangkan vaksin
polivalen diberikan pada anak usia 15 bulan.
Penting diperhatikan penyimpanan dan transportasi vaksin harus pada
temperature antara 2oC-8oC atau ± 4oC, vaksin tersebut harus
dihindarkan dari sinar matahari. Mudah rusak oleh zat pengawet atau
bahan kimia dan setelah dibuka hanya tahan 4 jam. Dimana imunisasi
ini terbagi atas 2 yaitu :
9

a. Imunisasi aktif
Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif
pada bayi berumur 9 bulan atau lebih. Pada tahun 1963 telah dibuat
dua macam vaksin campak, yaitu vaksin yang berasal dari virus
campak hidup yang dilemahkan (tipe Edmonstone B); vaksin yang
berasal dari virus campak yang dimatikan (dalam larutan formalin
dicampur dengan garam alumunium). Namun sejak tahun1967,
vaksin yang berasal dari virus campak yang telah dimatikan tidak
digunakan lagi, oleh karena efek proteksinya hanya bersifat
sementara dan dapat menimbulkan gejala atypical measles yang
hebat. Vaksin yang berasal dari virus campak yang dilemahkan
berkembang dari Edmonstone strain menjadi strain Schwarz (1965)
dan kemudian menjadi strais Moraten (1968). Dosis baku minimal
pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 0,5 ml, secara
subkutan, namun dilaporkan bahwa pemberian secara intramuskular
mempunyai efektivitas yang sama. Vaksin ini biasanya diberikan
dalam bentuk kombinasi dengan campak Jerman (vaksin MMR atau
mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan
atas. Jika hanya mengandung campak vaksin diberikan pada umur 9
bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15
bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. Vaksin campak
sering dipakai bersama-sama dengan vaksin rubela dan parotitis
epidemika yang dilemahkan, vaksin polio oral, difteri, tetanus, polio
dan lain-lain. Laporan beberapa peneliti menyatakan bahwa
kombinasi tersebut pada umumnya aman dan tetap efektif.
b. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan
serum konvalesens, globulin plasenta atau gamma globulin
kumpulan plasma adalah efektif untuk pencegahan dan pelemahan
campak. Campak dapat dicegah dengan Immune serum globulin
(gamma globulin) dengan dosis 0,25 ml/kgBB intramuskuler,
maksimal 15 ml dalam waktu 5 hari sesudah terpapar, atau sesegera
10

mungkin. Perlindungan yang sempurna diindikasikan untuk bayi,


anak-anak dengan penyakit kronis, dan para kontak di bangsal rumah
sakit serta institusi penampungan anak. Setelah hari ke 7-8 dari masa
inkubasi, maka jumlah antibodi yang diberikan harus ditingkatkan
untuk mendapatkan derajat perlindungan yang diharapkan.
Kontraindikasi vaksin: reaksi anafilaksis terhadap neomisin atau
gelatin, kehamilan imunodefisiensi (keganasan hematologi atau
tumor padat), imunodefisiensi kongenital, terapi imunosupresan
jangka panjang, infeksi HIV dengan imunosupresi berat.
3.Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena
penyakit campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi
penderita campak untuk diisolasi selama 20-30 hari guna
menghindari penularan lingkungan sekitar.
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat
timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan
yang ditujukan untuk pendeteksian dini campak serta penanganan segera
dan efektif. Tujuan utama kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah
untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang telah sakit atau
penderita yang beresiko tinggi untuk mengembangkan atau memperparah
penyakit. Memberikan pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin
dilakukan untuk mencegah 13 kemungkinan terjadinya komplikasi.
Edukasi dan pengelolaan campak memegang peran penting untuk
meningkatkan kepatuhan pasien berobat.
d. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat
komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari
komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini
mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan. Dalam upaya ini
diperlukan kerjasama yang baik antara pasien dengan dokter maupun
antara dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga
11

sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk


mengendalikan penyakit campak. Begitu pun dengan pelayanan kesehatan
yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait sangat diperlukan,
terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama ilmu.
.
7. Cara Pengobatan Terhadap Penyakit Campak.
Penderita campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan. Sehingga
pengobatannya bersifat symptomatik, yaitu memperbaiki keadaan umum atau
untuk mengurangi gejalanya saja dengan pemberian vitamin A.
Cara pemberian vitamin A
1. Cara pemberian kapsul pada bayi dan anak balita :
a. Berikan kapsul biru (100.000 SI) untuk bayi dan kapsul merah (200.000
SI) untuk balita
b. Potong ujung kapsul dengan menggunakan gunting yang bersih
c. Pencet kapsul dan pastikan anak menelan semua isi kapsul dan tidak
membuang sedikitpun isi kapsul.
d. Untuk anak yang sudah bisa menelan dapat diberikan langsung 1 kapsul
untuk diminum
2. Cara pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas :
a. Diberikan segera setelah melahirkan dengan cara meminum langsung 1
(satu) kapsul
b. Kemudian minum 1 (satu) kapsul lagi 24 jam setelah pemberian kapsul
pertama

Tempat pemberian vitamin A diberikan secara gratis di sarana fasilitas


pelayanan kesehatan, seperti : RS, Puskesmas, Postu, polindes, praktek
dokter/bidan swasta, posyandu, sekolah, TK, dan PAUD.
Bila terdapat komplikasi, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi
komplikasi yang timbul seperti :
a. Otitis media akut, sering kali disebabkan oleh karena infeksi sekunder,
maka perlu mendapat antibiotik kotrimoksazol-sulfametokzasol.
12

b. Ensefalitis, perlu direduksi jumlah pemberian cairan ¾ kebutuhan untuk


mengurangi edema otak, di samping pemberian kortikosteroid dosis tinggi
yaitu: Hidrokostison 100-200 mg/hari selama 3 -4 hari dan prednison 2
mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu, perlu dilakukan koreksi
elektrolit dan gangguan gas darah.
c. Bronchopneumonia, diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari
dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum
obat per oral. Antibiotik diberikan sampai tiga hari demam reda.
d. Enteritis, pada keadaan berat anak mudah dehidrasi. Pemberian cairan
intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan
dehidrasi.
13

BAB 3
LAPORAN HASIL KEGIATAN
1. Tahap Persiapan
Adapun tugas yang dilakukan oleh Mahasiswa(i) dalam tahap persiapan
kegiatan pendidikan kesehatan STIKES Eka Harap Palangka Raya meliputi;
1) Melakukan persiapan bahan yang akan digunakan dalam penyuluhan satu hari
sebelum dilaksanakan kegiatan penyuluhan.
2) Melakukan kontrak waktu dengan pembimbing sehari sebelumnya untuk
melaksanakan pendidikan kesehatan.
3) Melakukan kontrak waktu dengan keluarga klien untuk mengikuti pendidikan
kesehatan.
4) Melakukan persiapan media yang akan digunakaan dalam penyuluhan satu hari
sebelum dilaksanakan kegiatan penyuluhan.
2. Tahap Pelaksanaan
Adapun tugas yang dilakukan oleh mahasiswa(i) dalam tahap pelaksanan
kegiatan pendidikan kesehatan STIKES Eka Harap Palangka Raya meliputi:
1) Penyuluhan dilakukan pada pukul 09.00 WIB sampai selesai WIB di Posyandu
Murtiara Palangka Raya.
2) Peserta yang hadir sejumlah 18orang keluarga klien.
3) Setting tempat sesuai dengan rencana yang dilakukan di Posyandu Mutiara
4) Peran mahasiswa sesuai dengan uraian tugas yang ditetapkan sebagai fasilitator
kegiatan penyuluhan.
5) Penggunaan bahasa sudah komunikatif dan dapat dimengerti oleh keluarga
klien.
3. Tahap Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
a. Setting tempat dan alat sesuai dengan perencanaan.
b. Surat menyurat kegiatan sesuai dengan perencanaan.
c. Peran dan fungsi sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan dalam
perencanaan.

13
14

DAFTAR PUSTAKA
Achmad Rizki Azhari. 2015. Campak.
https://www.academia.edu/18550100/Campak. Akses : 1 Maret 2017
Nelson, 2000. Ilmu Kesehatan Anak vol 2. Jakarta. EGC
Rampengan, T. H. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai