PADA ANAK
Disusun oleh :
V. Media
Video
1. Evaluasi struktur
- SAP telah dikonsultasikan kepada pembimbing sebelum pelaksanaan
- Tersedianya tempat, media, dan alat
- Kesepakatan kontrak waktu dan tempat
2. Evaluasi proses
- Perkenalan dan kontrak awal mahasiswa dengan peserta penyuluhan
- Penggunaan komunikasi terapeutik oleh mahasiswa saat berinteraksi dengan peserta penyuluhan
- Peserta penyuluhan berperan aktif dalam diskusi dan tanya jawab
- Kesepakatan kontrak pertemuan berikutnya dengan peserta penyuluhan
- peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dari awal hingga selesai
3. Evaluasi hasil
- Peserta dapat menjelaskan secara sederhana mengenai pengertian campak
- Peserta dapat menyebutkan penyebab campak
- Peserta dapat menyebutkan cara penularan campak
- Peserta dapat menyebutkan orang yang rentan terkena cacar
- Peserta dapat menyebutkan minimal 4 dari 8 tanda dan gejala campak
- Peserta dapat menyebutkan cara pengobatan dan pencegahan campak
CAMPAK
I. Pengertian campak
Campak menurut WHO adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo
papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 38oC atau lebih dan disertai salah satu
gejala batuk, pilek, dan mata merah.
b) Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok beresiko, yakni
anak yang belum terkena campak, tetapi berpotensi untuk terkena penyakit campak. Pada
pencegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
campak dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut.
1. Penyuluhan
Edukasi campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai campak. Di
samping kepada penderita campak, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya,
kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan. Berbagai
materi yang perlu diberikan kepada pasien campak adalah definisi penyakit campak, faktor-
faktor yang berpengaruh pada timbulnya campak dan upaya-upaya menekan campak,
pengelolaan campak secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi campak.
2. Imunisasi
Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak dilakukan dengan vaksinasi campak
secara rutin yaitu diberikan pada bayi berumur 9-15 bulan. Vaksin yang digunakan adalah
Schwarz vaccine yaitu vaksin hidup yang diolah menjadi lemah. Vaksin ini diberikan secara
subkutan sebanyak 0,5 ml. Vaksin campak tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan
TBC yang tidak diobati, penderita leukemia. Vaksin campak dapat diberikan sebagai vaksin
monovalen atau polivalen yaitu vaksin measles-mumps-rubella (MMR). Vaksin monovalen
diberikan pada bayi usia 9 bulan, sedangkan vaksin polivalen diberikan pada anak usia 15 bulan.
Penting diperhatikan penyimpanan dan transportasi vaksin harus pada temperature antara 2 oC-
8oC atau ± 4oC, vaksin tersebut harus dihindarkan dari sinar matahari. Mudah rusak oleh zat
pengawet atau bahan kimia dan setelah dibuka hanya tahan 4 jam. Dimana imunisasi ini terbagi
atas 2 yaitu :
a. Imunisasi aktif
Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi berumur 9 bulan atau
lebih. Pada tahun 1963 telah dibuat dua macam vaksin campak, yaitu vaksin yang berasal dari
virus campak hidup yang dilemahkan (tipe Edmonstone B); vaksin yang berasal dari virus
campak yang dimatikan (dalam larutan formalin dicampur dengan garam alumunium). Namun
sejak tahun1967, vaksin yang berasal dari virus campak yang telah dimatikan tidak digunakan
lagi, oleh karena efek proteksinya hanya bersifat sementara dan dapat menimbulkan gejala
atypical measles yang hebat. Vaksin yang berasal dari virus campak yang dilemahkan
berkembang dari Edmonstone strain menjadi strain Schwarz (1965) dan kemudian menjadi strais
Moraten (1968). Dosis baku minimal pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 0,5 ml,
secara subkutan, namun dilaporkan bahwa pemberian secara intramuskular mempunyai
efektivitas yang sama. Vaksin ini biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan campak
Jerman (vaksin MMR atau mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan
atas. Jika hanya mengandung campak vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR,
dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.
Vaksin campak sering dipakai bersama-sama dengan vaksin rubela dan parotitis epidemika yang
dilemahkan, vaksin polio oral, difteri, tetanus, polio dan lain-lain. Laporan beberapa peneliti
menyatakan bahwa kombinasi tersebut pada umumnya aman dan tetap efektif.
b. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum konvalesens, globulin
plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah efektif untuk pencegahan dan pelemahan
campak. Campak dapat dicegah dengan Immune serum globulin (gamma globulin) dengan dosis
0,25 ml/kgBB intramuskuler, maksimal 15 ml dalam waktu 5 hari sesudah terpapar, atau
sesegera mungkin. Perlindungan yang sempurna diindikasikan untuk bayi, anak-anak dengan
penyakit kronis, dan para kontak di bangsal rumah sakit serta institusi penampungan anak.
Setelah hari ke 7-8 dari masa inkubasi, maka jumlah antibodi yang diberikan harus ditingkatkan
untuk mendapatkan derajat perlindungan yang diharapkan. Kontraindikasi vaksin: reaksi
anafilaksis terhadap neomisin atau gelatin, kehamilan imunodefisiensi (keganasan hematologi
atau tumor padat), imunodefisiensi kongenital, terapi imunosupresan jangka panjang, infeksi
HIV dengan imunosupresi berat.
3. Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit campak dalam
kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak untuk diisolasi selama 20-30 hari
guna menghindari penularan lingkungan sekitar.
c) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya komplikasi
dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini
campak serta penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan-kegiatan pencegahan
sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang telah sakit atau penderita
yang beresiko tinggi untuk mengembangkan atau memperparah penyakit. Memberikan
pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah 13 kemungkinan
terjadinya komplikasi. Edukasi dan pengelolaan campak memegang peran penting untuk
meningkatkan kepatuhan pasien berobat.
d) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat komplikasi. Kegiatan
yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan
melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan. Dalam upaya
ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien dengan dokter maupun antara dokter-dokter
yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit campak. Begitu pun dengan pelayanan kesehatan
yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait sangat diperlukan, terutama di rumah sakit
rujukan, baik dengan para ahli sesama ilmu.
Tempat pemberian vitamin A diberikan secara gratis di sarana fasilitas pelayanan kesehatan,
seperti : RS, Puskesmas, Postu, polindes, praktek dokter/bidan swasta, posyandu, sekolah, TK,
dan PAUD.