Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENYAKIT DIFTERI

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD FARHAN RIZQULLAH 1801019

S1 KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
2019
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Difteri
Pokok Bahasan: Penatalaksanaan Penyakit Difteri
Sasaran : Pasien Dan Keluarga Pasien
Tempat : Laboratorium Stikes Panakkukang
Hari/Tanggal : Senin , 22 Juli 2019
Waktu : 09.00 – 09.30
Penyuluh : penatalaksanaan Penyakit Difteri

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Pada akhir penyuluhan, diharapkan semua peserta penyuluhan mengerti
dan memahami difteri dan cara mengatasi penularan, pencegahan dan
cara mengobati
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan peserta mampu:
1) Memahami tentang pengertian difteri
2) Mengenal tentang penyebab difteri
3) Mengenal tentang tanda dan gejalanya
4) Mengetahui tentang cara penatalaksanaannya
Sub Pokok Bahasan
1) Pengertian difteri?
2) Penyebab difteri?
3) Tanda dan gejala difteri?
4) Penatalaksanaan difteri?
5) Pencegahan difteri?
B. Kegiatan Penyuluhan

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan


1 3 mnt Pembukaan :

1. Salam pembuka
2. Memperkenalkan diri, dan menjelaskan topik
penyuluhan dan tujuan penyuluhan.
3. Menggali pengetahuan  tentang pencegahan
dan penanganan difteri
4. Mendengarkan dan memperhatikan

5. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh


penyaji
2 20 mnt Penyajian :
1. Pengertian difteri?
2. Penyebab difteri?
3. Tanda dan gejala difteri?
4. Penatalaksanaan difteri?
5. Pencegahan difteri?
1. Memberi kesempatan untuk bertanya
2. Menjawab pertanyaan
3. Mendengarkan dan memperhatikan

4. Mengajukan pertanyaan bila kurang


mengerti.
3 7 mnt Penutup :

1. Melakukan evaluasi dengan memberikan


pertanyaan
2. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan
3. Memberi kesempatan kepada peserta untuk
bertanya kembali jika kurang jelas
4. Mengucapkan salam penutup.

5. Memperhatikan dan menjawab pertanyaan


C. Media Penyuluhan
1. Media
Leaflet
2. Sarana
Ruang penyuluhan, meja dan kursi
D. Metoda
1.Ceramah
2.Tanya jawab
E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
 Peserta ( anggota keluarga pasien ) hadir ditempat penyuluhan
 Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang 25 IRNA 1 RSSA
Malang
 Pengorganisasian penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
 Peserta antusias dengan materi penyuluhan
 Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan tanpa ada
urusan penting
 Peserta mengajukan pertanyaan dan memahami pertanyaan dengan
baik
3. Evaluasi Hasil
 Peserta penyuluhan dapat mengerti dan memahami tentang:
1) Pengertian difteri
2) Penyebab difteri
3) Tanda dan gejala difteri
4) Penatalaksanaan difteri
5) Penularan difteri
 Peserta penyuluhan memberikan pertanyaan tentang
difteripermasalahan yang di alami serta cara mengatasi.
MATERI PENYULUHAN

1.      PENGERTIAN

Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Corynebacterium


diphetheria merangsang saluran pernafasan.

Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular ( contagious disease).
Penyakit ini disebabkan olaeh bakteri Corynebacterium diphetheria yaitu kuman
yang menyerang saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring ( bagian
antara hidung dan faring atau tenggorokan) dan laring.

2.      PENYEBAB

Disebabkan oleh corynebakterium diptheriae , bakteri gram positif yang bersifat


polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Pewarna sediaan langsung
dengan biru metilen atau biru toluidin. Basil ini dapat ditemukan dengan sediaan
langsung dari lesi. Sifat basil polimorf , gram positif, tidak bergerak dan tidak
membentuk spora, mati pada pemanasan 60 0C selama 10 menit, tahan sampai
bebera[pa minggu dalam es, air susu, dan lender yang telah mongering.

3.      PENULARAN

Penyakit difteri menular melalui tetes udara atau percikan ludah yang dikeluarkan
oleh penderita ketika batuk atau bersin. Selain itu, dari jari – jari, handuk, dan
susu yang terkontaminasi juga bisa menularkan penyakit difteri kepada orang
lain.Penularan juga dapat terjadi melalui tissue/ sapu tangan atau gelas bekas
minum penderita atau menyentuh luka penderita.
4.      MANIFESTASI KLINIS

Gejala umum yang timbul berupa :

a.       Demam tinggi


b.      Lesu dan lemah
c.       Pucat
d.      Anoreksia
e.       pusing

Gejala khas yang menyertai:

a.       Nyeri menelan


b.      Sesak nafas
c.       Serak
d.      Kelenjar getah bening di leher atau leher membengkak
e.       Selaput berwarna putih

Tanda dan gejalanya umumnya muncul 2 – 5 hari setelah terinfeksi, namun


mungkin juga baru muncul 10 hari kemudian.

6.      KOMPLIKASI

a)      Nafas berhenti atau apnea


b)      Neuritis
Neuritis merupakan peradangan pada saraf
c)      Miokarditis
Miokarditis adalah peradangan atau  inflamasi pada miokardium
d)     Nefritis
Nefritis adalah kerusakan pada bagian glomerulus ginjal akibat infeksi kuman
umumnya bakteri streptococcus
e)      Paralisis
Kelumpuhan (paralisis) adalah hilangnya gerakan sukarela (fungsi motorik).
Sehingga hampir setiap satu dari sepuluh orang yang menderita penyakit difteri
akan meninggal karenanya.
Anak –anak yang berumur kurang dari 5 tahun sangat beresiko tertular penyakit
difteri demikian pula mereka yang tinggal dilingkungan padat penduduk atau
lingkungan yang kurang bersih dan juga mereka yang kurang gizi dan tidak
diimunisasi DPT.

7.      PENCEGAHAN

Seorang dapat terinfeksi oleh difteri, tetapi kerentanan terhadap infeksi


bergantung dari pernah tidaknya ia terinfeksi oleh difteri dan pada juga
kekebalannya. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kebal akan mendapatkan
kekebalan pasif, tetapi tak akan lebih dari 6 bulan dan pada umur 1 tahun
kekebalannya habis sama sekali. Seseorang yang sembuh dari penyakit difteri
tidak selalu mempunyai kekebalan abadi. Paling baik adalah kekebalan yang
didapat secara aktif dengan imunisasi.
Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan
pertusis ( DPT ) sebanyak tiga kali sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang
penyuntikan satu dua bulan. Pemberian imunisasi akan memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus dalam waktu bersamaan .
Efek samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri, dan bengkak pada
permukaan kulit, dan mengatakannya cukup diberikan obat penurun panas.
Pencegahan penyakit difteri adalah dengan memberikan imunisai DPT ( difteri
pertusis tetanus) saat anak berumur 2, 4, 6, 18 bulan dan 5 tahun. Sedangkan pada
usia 10 tahun sampai 18 tahun diberikan imunisasi TT ( Toxoid Tetanus ) saja.
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak yang
menderita penyakit kejang demam kompleks. Juga tidak boleh diberikan pada
anak batuk yang diduga mungkin sedang menderita batuk rejan. Bila pada
suntikan DPT pertama terjadi reaksi yang berat maka sebaiknya suntikan
berikutnya jangan diberikan DPT lagi melainkan DT saja ( tanpa P ).

Anda mungkin juga menyukai