Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“PENYAKIT DIFTERI”

Puskesmas Batujajar

Disusun untuk memenuhi tugas komunitas

Disusun oleh:

Irma Nuraeni

C.0105.15.012

Tingkat/Semeter: 4 / 7

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR

CIMAHI

2018

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Pokok Bahasan : Difteri

Sub Pokok Bahasan : Mengenali Difteri

Sasaran : Pasien Dan Keluarga Pasien

Waktu : 15 Menit

Tempat : Puskesmas Batujajar

Penyuluh : Irma Nuraeni

A. Tujuan
1. Tujuan instruksional umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan ibu – ibu pengunjung posyandu
mendapat pengetahuan tambahan mengenai penyakit difteri lebih dalam
mengetahui cara menangani dan mencegah penyakit difteri.
2. Tujuan pembelajaran khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan ibu – ibu pengunjung
posyandu mampu :

1. Menyebutkan pengertian difteri dengan benar.

2. Menyebutkan tanda dan gejala difteri dengan benar .

3. Menyebutkan cara penularan difteri dengan benar.

4. Menyebutkan faktor-faktor resiko difteri dengan benar.

5. Menyebutkan komplikasi difteri dengan benar.

6. Menyebutkan penanganan difteri dengan tepat.

7. Menyebutkan pencegahan difteri dengan benar.

B. Materi
Terlampir
C. Metode penyuluhan
Ceramah dan tanya jawab

D. Media
 Leaflet
 Lembar balik
E. Strategi pelaksanaan

Waktu Tahap Media


3 menit Orientasi :
a. Mengucapakan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Mengingatkan kontrak
d. Menjelaskan maksud dan
tujuan
e. Menanyakan kesediaan
8 menit Kerja :
a. Menjelaskan pengertian difteri
b. Menjelaskan tanda dan gejala
difteri
c. Menjelaskan cara penularan
difteri Leaflet
d. Menjelaskan faktor resiko difteri.
e. Menjelaskan komplikasi penyakit
difteri.
f. Menjelaskan penanganan dan
pencegahan difteri.
5 menit Terminasi :
a. Melakukan evaluasi
b. Memberikan kesimpulan
c. Menutup promosi kesehatan
dengan hamdalah
d. Memberikan salam penutup

F. Evaluasi
a. Prosedur : wawancara
b. Jenis : tanya jawab dan praktek
c. Pertanyaan :
1. Apa pengertian dari difteri ?
2. Bagaimna tanda dan gejala dari penyakit difteri ?
Lampiran

MATERI PENYULUHAN

A. Definisi Difteri
Difteri adalah infeksi bakteri yang bersumber dari Corynebacterium
diphtheriae, yang biasanya mempengaruhi selaput lendir dan tenggorokan. Difteri
umumnya menyebabkan sakit tenggorokan, demam, kelenjar tonsil (amandel)
bengkak, dan lemas. Dalam tahap lanjut, difteri bisa menyebabkan kerusakan pada
jantung, ginjal dan sistem saraf. Kondisi seperti itu pada akhirnya bisa berakibat
sangat fatal dan berujung pada kematian. karena bakteri mengeluarkan racun yang
mengganggu fungsi organ-organ yang mengalami kerusakan tersebut. manusia yang
kurang memilki sistem kekebalan tubuh terutama yang tidak mendapatkan suntikan
imunisasi lengkap saat masih kecil atau kanak-kanak mudah terserang bakteri ini.
B. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala difteri meliputi, sakit tenggorokan dan suara serak, nyeri saat menelan,
pembengkakan kelenjar (kelenjar getah bening membesar) di leher, dan terbentuknya sebuah
membran tebal abu-abu menutupi tenggorokan dan amandel, sulit bernapas atau napas cepat,
demam, dan menggigil.

Tanda dan gejala biasanya mulai muncul 2-5 hari setelah seseorang menjadi terinfeksi.
Orang yang terinfeksi C. Diphtheria seringkali tidak merasakan sesuatu atau tidak ada tanda-
tanda dan gejala sama sekali. Orang yang terinfeksi namun tidak menyadarinya dikenal
sebagai carier (pembawa) difteri. Sumber penularan penyakit difteri ini adalah manusia, baik
sebagai penderita maupun sebagai carier.

Tipe kedua dari difteri dapat mempengaruhi kulit, menyebabkan nyeri kemerahan, dan
bengkak yang khas terkait dengan infeksi bakteri kulit lainnya. Sementara itu pada kasus
yang jarang, infeksi difteri juga mempengaruhi mata.

C. Cara penularan

Bakteri C.diphtheriae dapat menyebar melalui tiga rute:

1. Bersin: Ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk, mereka akan
melepaskan uap air yang terkontaminasi dan memungkinkan orang di sekitarnya
terpapar bakteri tersebut.
2. Kontaminasi barang pribadi: Penularan difteri bisa berasal dari barang-barang
pribadi seperti gelas yang belum dicuci.
3. Barang rumah tangga: Dalam kasus yang jarang, difteri menyebar melalui
barang-barang rumah tangga yang biasanya dipakai secara bersamaan, seperti handuk
atau mainan.

Selain itu, Anda juga dapat terkontaminasi bakteri berbahaya tersebut apabila menyentuh luka
orang yang sudah terinfeksi. Orang yang telah terinfeksi bakteri difteri dan belum diobati
dapat menginfeksi orang nonimmunized selama enam minggu - bahkan jika mereka tidak
menunjukkan gejala apapun.
D. Faktor resiko

Orang-orang yang berada pada risiko tertular difteri meliputi:

1. Orang yang hidup dalam kondisi tempat tingal penuh sesak atau tidak sehat
2. Orang yang memiliki gangguan sistem kekebalan.
3. Siapapun yang bepergian ke tempat atau daerah endemik difteri

Difteri jarang terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, karena
telah mewajibkan imunisasi pada anak-anak selama beberapa dekade. Namun, difteri masih
sering ditemukan pada negara-negara berkembang di mana tingkat imunisasinya masih
rendah seperti halnya yang saat ini terjadi di Jawa timur.

E. Komplikai

Jika tidak diobati, difteri dapat menyebabkan:

1. Gangguan pernapasan
C. Diphtheriae dapat menghasilkan racun yang menginfeksi jaringan di daerah
hidung dan tenggorokan. Infeksi tersebut menghasilkan membaran putih keabu-abuan
(psedomembrane) terdiri dari membran sel-sel mati, bakteri dan zat lainnya. Membran
ini dapat menghambat pernapasan.
2. Kerusakan jantung
Toksin (racun) difteri dapat menyebar melalui aliran darah dan merusak
jaringan lain dalam tubuh Anda, seperti otot jantung, sehingga menyebabkan
komplikasi seperti radang pada otot jantung (miokarditis). Kerusakan jantung akibat
miokarditis muncul sebagai kelainan ringan pada elektrokardiogram yang
menyebabkan gagal jantung kongestif dan kematian mendadak.

3. Kerusakan saraf
Toksin juga dapat menyebabkan kerusakan saraf khususnya pada tenggorokan,
di mana konduksi saraf yang buruk dapat menyebabkan kesulitan menelan. Bahkan
saraf pada lengan dan kaki juga bisa meradang yang menyebabkan otot menjadi
lemah. Jika racun ini merusak otot-otot kontrol yang digunakan untuk bernapas, maka
otot-otot ini dapat menjadi lumpuh. Kalau sudah seperti itu, maka diperlukan alat
bantu napas.
Dengan pengobatan, kebanyakan orang dengan difteri dapat bertahan dari
komplikasi ini, namun pemulihannya akan berjalan lama.
F. Penanganan

Difteri adalah penyakit yang serius. Para ahli di Mayo Clinic, memaparkan, ada beberapa
upaya pengobatan yang dapat dilakukan diantaranya:

1. Pemberian antitoksin:
Setelah dokter memastikan diagnosa awal difteri, anak yang terinfeksi atau
orang dewasa harus menerima suatu antitoksin. Antitoksin itu disuntikkan ke
pembuluh darah atau otot untuk menetralkan toksin difteri yang sudah terkontaminasi
dalam tubuh.
Sebelum memberikan antitoksin, dokter mungkin melakukan tes alergi kulit untuk
memastikan bahwa orang yang terinfeksi tidak memiliki alergi terhadap antitoksin.
Dokter awalnya akan memberikan dosis kecil dari antitoksin dan kemudian secara
bertahap meningkatkan dosisnya.
2. Antibiotik:
Difteri juga dapat diobati dengan antibiotik, seperti penisilin atau eritromisin.
Antibiotik membantu membunuh bakteri di dalam tubuh dan membersihkan infeksi.
Anak-anak dan orang dewasa yang telah terinfeksi difteri dianjurkan untuk menjalani
perawatan di rumah sakit untuk perawatan.

Mereka mungkin akan diisolasi di unit perawatan intensif karena difteri dapat menyebar
dengan mudah ke orang sekitar terutama yang tidak mendapatkan imunisasi penyakit ini.

G. Pencegahan

Jika Anda telah terpapar orang yang terinfeksi difteri, segeralah pergi ke dokter untuk
mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan. Dokter mungkin akan memberi Anda resep
antibiotik untuk mencegah infeksi penyakit itu.

Di samping juga pemberian vaksin difteri dengan dosis yang lebih banyak. Pemberian
antibiotik juga diperlukan bagi mereka yang diketahui sebagai carrier (pembawa) difteri.

Difteri adalah penyakit yang umum pada anak-anak. Penyakit ini tidak hanya dapat
diobati tetapi juga dapat dicegah dengan vaksin. Vaksin difteri biasanya dikombinasikan
dengan vaksin untuk tetanus dan pertusis, yang dikenal sebagai vaksin difteri, tetanus dan
pertusis (DTP).Versi terbaru dari vaksin ini dikenal sebagai vaksin DTP untuk anak-anak dan
vaksin Tdap untuk remaja dan dewasa. Pemberian vaksinasi sudah dapat dilakukan saat
masih bayi dengan lima tahapan yakni, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 12-18 bulan dan 4-6 tahun.

Vaksin difteri sangat efektif untuk mencegah difteri. Tapi pada beberapa anak mungkin
akan mengalami efek samping seperti demam, rewel, mengantuk atau nyeri pasca pemberian
vaksin. Pemberian vaksin DTP pada anak jarang menyebabkan komplikasi serius, seperti
reaksi alergi (gatal-gatal atau ruam berkembang hanya dalam beberapa menit pasca injeksi),
kejang atau shock. Untuk beberapa anak dengan gangguan otak progresif - tidak dapat
menerima vaksin DTP.

Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit Diferi,
Pertusis, Tetanus dengan cara memasukkan kuman difteri, pertusis, tetanus yang telah
dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh sehingga tubuh dapat menghasilkan zat anti yang
pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit ketiga penyakit
tersebut.

· Manfaat Imunisasi DPT Dasar

Salah satu upaya agar anak-anak jangan sampai menderita suatu penyakit adalah
dengan jalan memberikan imunisasi. Dengan imunisasi ini tubuh akan membuat zat anti
dalam jumlah banyak, sehingga anak tersebut kebal terhadap penyakit. Jadi tujuan imunisasi
DPT adalah membuat anak kebal terhadap penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus.

Selain itu manfaat pemberian imunisasi DPT adalah :

1. Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap


penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.
2. Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding terkena
penyakit secara alami.
DAFTAR PUSTAKA

Cooper, Robert B. 1996. Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui “Penyakit”. Jakarta:
Gramedia

Arvin, Behrman Klirgman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.

Suharjo, J.B dan B. Cahyono. 2010. Vaksinasi. Jakarta: Kanisius.

Suryana. 1996. Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK. Jakarta: EGC.

Maksum, Radji dan Harmita. 2008. Analisis Hayati. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai