Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

Menurut The Center For Deseases Control and Prevention (CDC) di


Atlanta mengatakan Chlamyda adalah infeksual sexual yang paling sering terjadi
di Amerika (diperkirakan 3 juta orang Amerka mengidap penyakit ini setiap
tahun dan sebagian besar berumur 15 dan 24 tahun) . Chlamydia disebabkan
melalui hubungan seksual, tetapi bukan sebagai virus, seperti kebanyakan
penyakit akibat hubungan seksual lain. Ini disebabkan oleh suatu bakteri yang
disebut

Chlamydia.(

http://wowo-mm.blogspot.com/2009/02/uretritis-non-

gonokokal.html)
di Indonesia Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang
dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih.
(Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001).Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik
laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak remaja,
dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis kelamin ternyata
wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umu, kurang lebih 5 15 %.
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang
disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat
dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis

perkemiha, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker,


dkk, 1998) Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari
menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun
demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria
dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi
traktus urinarius. Akibatnya UTI paa pria jarang terjadi, namun ketika gangguan
ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari
traktus urinarius(http://www.dakdem.com/berita/berita)
Maka dari itu kami inggin membagi pengertahuan kami mengengenai
pntyakit uretritis tersebut, dengan makalah ini semoga temen-temen mahasiswa
dapat memahami Dan mengetahui paa Dan bagaiman penanggulanganya.

A. TUJUAN PENULISAN
Tujuan kami menulis makalah ini adalah:
1.

Mahasiswa dapat mengerti tentang panyakit urethritris

2.

Mahasiswa dapat memahami tentang askep urethritris

3.

Memenuhui penugasan kmb 3

B. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah pengumpulan
data yang di rangkai sedemikian rupa berbentuk sebagai makalah.

C. RUANG LINGKUP PENULISAN


Dalam makalah ini kami hanya membahas tentang penyakit kardivaskuler
dan askep hipertensi

D. SISTEMATIS PENULISAN
Makalah ini terdiri dari:
Bab I

:Pendahuluan

BAB II

:Tinjauan teori

BAB III : Asuhan keperawatan


BAB IV : Penutup
Daftar Pustaka

BAB II
TINJAUAN TEORI
3

A.

Pengertian
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih). (H. Syafarudin, 1997)
1.

Susunan Sistem Perkemihan


Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan
urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria
(kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan,
dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria. (H. Syafarudin,
1997)

a. Ginjal (Ren)

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang


peritoneum pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra
lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit
lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang
besar. (Nursalam, 2008)
b. Fungsi ginjal
Fungsi ginjal adalah
1)

memegang peranan penting dalam pengeluaran zatzat toksis atau racun,

2)

mempertahankan suasana keseimbangan cairan

3)

mempertahankan keseimbangan kadar asam dan


basa dari cairan tubuh,

4)

mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari


protein ureum, kreatinin dan amoniak.

c. Fascia Renalis terdiri dari:


Fascia renalis terdiri dari
1)

fascia (fascia renalis)

2)

Jaringan lemak peri renal, dan

3)

kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi


dan melekat dengan erat pada permukaan luar ginjal. (Nursalam,
2008)

2.

Struktur Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan
medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang
dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut
pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari
lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu
masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis
renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal.
Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing
akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit
fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron
terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan
tubulus urinarius. (Peace. 2006)

3.

Proses pembentukan urin (Syafarudin, 1992)


Tahap pembentukan urin
a. Proses Filtrasi ,di glomerulus
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah
kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen
yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll,
6

diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut filtrate


gromerulus.
b. Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
glikosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya
terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan
pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat
bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi
fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
c. Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke
papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.
4.

Pendarahan
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai
percabangan arteria renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri
renalis bercabang menjadi arteria interlobularis kemudian menjadi arteri
akuarta. Arteri interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi
arteriolae aferen glomerulus yang masuk ke gromerulus. Kapiler darah yang
meninggalkan gromerulus disebut arteriolae eferen gromerulus yang
kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior.

5.

Persarafan Ginjal
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini
berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.

a. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
vesika urinaria. Panjangnya 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter
sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada
rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
1) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2) Lapisan tengah lapisan otot polos
3) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang
mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
b. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk
seperti buah pir (kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga
panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon
karet.
Dinding kandung kemih terdiri dari:

1) Lapisan sebelah luar (peritoneum).


2) Tunika muskularis (lapisan berotot).
3) Tunika submukosa.
4) Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
c. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang
berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
1) Urethra pars Prostatica
2) Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
3) Urethra pars spongiosa.
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm
(Lewis). Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan
vagina) dan urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi.
Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:
1) Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika
urinaria. Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra
menjaga agar urethra tetap tertutup.
2) Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan
saraf.
3) Lapisan mukosa.

d. Urin (Air Kemih)


Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
1) Jumlah ekskresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari pemasukan
(intake) cairan dan faktor lainnya.
2) Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
3) Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan
sebagainya.
4) Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
5) Berat jenis 1,015-1,020.
6) Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada
diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi
asam).
Komposisi air kemih, terdiri dari:
1) Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
2) Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak
dan kreatinin.
3) Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
4) Pagmen (bilirubin dan urobilin).
5) Toksin.
6) Hormon.
e. Mikturisi

10

Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan


urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
1) Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya
meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah
tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2.
2) adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan
kandung kemih.
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang)
Sebagian besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di
pelajari latih. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria
dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna
konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor
berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak
nyeri).
Ciri-Ciri Urin Normal
1) Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan
jumlah cairan yang masuk.
2) Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
3) Baunya tajam.
4) Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
(Syafarrudin. 1992).

11

f. Uretritis
Uretritis adalah suatu inflamasi uretra atau suatu infeksi yang menyebar
naik yang digolongkan sebagai infeksi gonoreal dan nongonoreal. Namun
demikian kedua kondisi tersebut dapat terjadi pada satu pasien. (Nursalam,
2008).
Uretritis yaitu implamasi pada uretra, keadaan ini kerap kali merupakan
gejala penyakit genora, dapat pula disebabkan oleh mikroorganisme.
(Barbara. 2005)
Uretritis terbagi menjadi dua yaitu ;
1)

Uretritis akut, terjadi karena naiknya infeksi atau sebaliknya oleh karena
prostat mengalami infeksi

2)

Uretritis kronik, infeksi ini disebabkan oleh pengobatan yang


tidaksempurna pada masa akut, prostatitis kronik, atau striktura uretra.

12

B.

Etiologi
Uretritis disebabkan oleh kuman gonore atau terjadi tanpa adanya bakteri.
Sesuai dengan sebutan infeksi itu sendiri yaitu uretritis gonoreal dan
nongonoreal. (Nursalam, 2008).
1. Uretritis non-genokokal: uretritis yang bukan disebabkan oleh gonokokus,
penyebab umum infeksi penyakit menular seksual.
a. Klamida trachomatis dan ureoplasma urealitikum menyebabkan
urettritis nongonokokus

13

b. Berbagai organism panyakit menular seksual yang menyebabkan


uretritis akut meliputi herves simpleks, human papiloma virus, atau
trikomonas vaginalis
c. Masa inkubasi 1-5 minggu
2. Uretritis gonokokus disebabkan oleh N. Gonorhea dan penyakit menular
seksual, biasanya lebih verulen dan destruktif
Masa inkubasi 2-5 hari

C.

Tanda dan gejala


Adapuan tanda dan gejalanya antara lain: (Nursalam, 2008)
1. Terkadang asimptomatis
2. Rasa gatal dan terbakar di sekitar uretra
3. Cairan dari uretra: pada prepusium, dapat berwarna bening, kental, pekat atau
purulen
4. Disuria atau sering berkemih
5. Gangguan rasa nyaman pada penis

14

D.

Patofisiologi
1. Uretritis non-genokokal: uretritis yang bukan disebabkan oleh gonokokus,
penyebab umum infeksi penyakit menular seksual.(Nursalam, 2008)
a. Klamida trachomatis dan ureoplasma urealitikum menyebabkan urettritis
nongonokokus
b. Berbagai organism panyakit menular seksual yang menyebabkan uretritis
akut meliputi herves simpleks, human papiloma virus, atau trikomonas
vaginalis
c. Masa inkubasi 1-5 minggu
2. Uretritis gonokokus disebabkan oleh N. Gonorhea dan penyakit menular
seksual, biasanya lebih verulen dan destruktif
Masa inkubasi 2-5 hari

15

Pathway uretritis

ETIOLOGI

Uretra

Inflamasi

Mukosa memerah dan


oedema

Terdapat cairan eksudat


yang purulent

Obstruksi saluran kemih

Kekuatan pancaran & jumlah urin


berkurang

Adanya nanah awal miksi


16

Perubahan pola eliminasi

Nyeri pada saat miksi

Gg. rs nyaman:nyeri

E.

Pemeriksaan penunjang
Pada kasus uretritis hal-hal yang perlu diperiksa untuk mendukung diagnosa
adalah ;

1.

Pemeriksaan urine lengkap

2.

Pemeriksaan sekret uretra

3.

Test sensitivitas dan kultur untuk menentukan antibiotika yang akan dipakai.

F.

Prognosa
Infeksi pada uretra atau uretritis bila pengobatannya tidak baik maka infeksi
dapat menjalar kekandung kemih, ureter ataupun ginjal

17

G.

Penatalaksanaan
1. Antimikroba: tetrasiklin, quinolon, atau eritromisin efektif pada beberapa
kasus uretritis nongokokus; metronidazol dipakai jika penyebabnya
trikomonas
2. Peneilin: yang resisten penisilin diberikan cephalosporin, dan quinolon dapat
digunakan mengobati uretritis gonokokus, dosis besar pemberian tunggal
efektif

18

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.

Fokus Pengkajian
1. Riwayat atau adanya faktor-faktor risiko:
a. Riwayat infeksi saluran kemih sebelumnya
b. Obstruksi pada saluran kemih
2.

Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi


nosokomial (didapat dari rumah sakit).
a.

Pemasangan kateter foley

b.

Imobilisasi dalam waktu yang lama

c.

Inkontinensia

19

3.

Kaji manifestasi klinik dari infeksi saluran kemih.


a.

Dorongan

b.

Frekuensi

c.

Disuria

d.

Bau urine yang menyengat

e.

Nyeri biasanya pada suprapubik pada isk bawah dan sakit pada
panggul pada isk atas (perkusi daerah kostovertebra untuk mengkaji nyeri
tekan panggul)

f.

4.

Demam, khususnya pada ISK atas

Pemeriskaan diagnostic
a. Urinalisa memperhatikan bakteriuria, sel darah putih dan endapan SDP
dengan keterlibatan ginjal
b. Kultur (biakan) urine mengidentifikasi organisme penyebab
c. Tes bakteri bersalut-antibodi terhadap bakteri bersalut antibodi
diindikasikan pada pielonefritis

20

d. Sinar x ginjal, ureter dan kandung kemih (GUK) mengidentifikasi


anomaly struktur nyata
e. Pielogram

intravena

(IVP)

mengidentifikasi

perubahan

atau

abnormalitas struktur
5.

Kaji perasaan-perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan.


Terutama pada wanita sering berfokus pada rasa takut akan kekambuhan,
dimana menyebabkan penolakan terhadap aktivitas seksual. Nyeri dan
kelelahan yang berkenaan dengan infeksi dapat berpengaruh terhadap
penampilan kerja dan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)

B.

Pemeriksaan Diagnostik:
1.

urinalisa memperlihatkan bakteriuria, sel darah putih, dan


endapan sel darah merah dengan keterlibatan ginjal.

2.

Kultur ( biakan ) urine mengidentifikasi organisme penyebab

3.

Tes bakteri bersalut- antibodi terhadap bakteri bersalut


antibodi diindikasikan pada pielonefritis.

4.

Sinar x ginjal, ureter dan kandung kemih mengidentifikasi


anomali struktur nyata.

21

5.

Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan atau


abnormalitas struktur.

6.

Mengkaji perasaan-perasaan pasien terhadap hasil tindakan


dan pengobatan. Terutama pada wanita sering berfokus pada rasa takut akan
kekambuhan, dimana menyebabkan penolakan terhadap aktivitas seksual.
Nyeri dan kelelahan yang berkenaan dengan infeksi dapat berpengaruh
terhadap penampilah kerja dan aktivitas kehidupan sehari-hari.

C.

Diagnosa Keperawatan
1.

Nyeri b.d infeksi saluran perkemihan.

2.

Perubahan

pola

eliminasi

BAK:

retensi

urine

b.d

penyumbatan sfingter sekrunder terhadap striktur


3.

Resiko infeksi b.d penularan melalui kontak seksual

4.

Resiko terhadap ketidakpatuhan b.d kurang pengetahuan


tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, pengobatan dan perawatan di
rumah.

22

D.

Intervensi Keperawatan
1.

Nyeri b.d infeksi saluran perkemihan.


Kriteria hasil :
Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi daerah panggul.
Intervensi
a.

Pantu haluaran urine terhadap perubahan warna, bau dan pola


berkemih
Ras = untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari
hasil yang diharapkan.

b.

Berikan analgetik sesuai kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya


Ras = analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga mengurangi nyeri.

c.

Berikan antibiotik, buat bervariasi sediaan minum, termasuk air segar


di samping tempat tidur dan pemberian air sampai 2400mL/hari.
Ras = akibat dari peningkatan haluaran urine memudahkan berkemih
sering dan membantu membilas saluran perkemihan.

23

d.

Jika frekuensi menjadi masalah, jamin akses ke kamar mandi, pispot


tempat tidur. Anjurkan pasien untuk berkemih kapan saja ada keinginan.
Ras = berkemih yang sering mengurangi statis urine pada kandung kemih
dan menghindari pertumbuhan bakteri.

2.

Perubahan eliminasi BAK : retensi urine b.d penyumbatan


spingter skunder terhaap striktur.
Intervensi :
a. Monitor keadaan bladder setiap 2 jam
ras = menentukan masalah
b. Ukur intake dan output cairan setiap 4 jam
ras = monitor keseimbangan cairan
c. Berikan cairan 2000 ml/ hari dengan kolaborasi
ras = menjaga depisit cairan
d. Kaji dan monitor analisis urine elektrolit dan berat badan
ras = membantu keseimbangan cairan

24

e. lakukan latihan pergerakan


ras = meningkatkan pungsi ginjal dan bladder
f. Lakukan relaksasi ketika duduk berkemih
ras = relaksasi pikiran dapat meningkatkan kemampuan berkemih
g. Ajarkan teknik latihan dengan kolaborasi dokter/ fisiotrapi
ras = Menguatkan otot pelvis
3. risiko infeksi akibat penularan melalui kontak seksual
Kriteria hasil
Cegah penyebaran infeksi
-

Hindarkan komplikasi dengan memberikan antimikroba sesuai waktu yang


telah diresepkan

Nasihatkan untuk tidak melakukan kontak sesksual hingga pengobatan


selesai (biasanya 7-10 hari)

Beritahu pasien untuk menghindari kontak seksual dengan pasangannya


hingga pasangannya telah diperiksa dan diobati

25

Pemakaian kondom dapat mencegah penularan, tetapi tergantung pada


teknik penggunaannya.

4.

Resti terhadap ketidakpatuhan b.d kurang pengetahuan


tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, pengobatan dan perawatan di rumah.
Kriteria hasil :
Menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana
pengobatan, tindakan perawatan diri preventif.
Intervensi:
a. Berikan informasi tentang sumber infeksi, tindakan untuk mencegah
penyebaran atau kekambuhan, penjelasan pemberian antibiotik yang
meliputi nama, tujuan, dosisi, jadwal dan catat efek sampingnya.
Ras = pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan
membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.
b. Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk
perawatan lanjut dan instruksi tertulis untuk tindakan pencegahan.
Ras = Instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan.

26

c. Instruksikan pasien untuk menggunakan seluruh antibiotik yang


diresepkan, minum sebanyak delapan gelas per hari, khususnya air dan
sari buah berri, dan segera memberitahu dokter bila diduga ada infeksi.
Ras = Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda mereda.
Cairan menolong membilas ginjal. Asam piruvat dari sari buah berri
membantu mempertahankan keadaan asam urine. Lingkungan asam
membantu mencegah pertumbuhan bakteri. Deteksi dini memungkinkan
pemberian terapi antibiotik sebelum infeksi m
d.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Uretritis Non Gonore (UNG) adalah suatu peradangan dari selaput lendir
saluran kencing (URETRA) yang bukan disebabkan oleh kuman Neisseria
gonorrhea.

Penyakit

Uretritis

disebabkan

oleh

Chlamydia

trachomatis,

Ureaplasma urealycum, Trichomonas vaginalis, Candida albicans, Virus Herpes


simplek, Tidak spesifik. Penyakit ini dapat menular melalui hubungan sexual

27

B. Saran
Penyakit uretritis adalah suatu penyakit yang berbahaya diharapkan
kepada:
1. Mahasiswa
Diharapkan kepada rekan-rekan untuk lebih giat membaca literature yang
berhubungan dengan penyakit Uretritis
2. Institusi
Diharapkan kepada Pihak Institusi untuk dapat menambah literature yang
berhubungan dengan penyakit Uretritis.

DAFTAR PUSTAKA

Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan


Jakarta

28

Keperawatan Medikal Bedah. EGC.

Pearce, Evalyn. C. 1991. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedia. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta

Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Perkemihan. Salemba Medika Jakarta

Syafaruddin. BAC. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. EGC. Jakarta
Edisi 2

Syafaruddin. BAC. 1992. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. EGC. Jakarta

Tarwonto. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba


Medika. Jakarta

Weller. 2005. Kamus Saku Keperawatan. EGC. Jakarta

29

Anda mungkin juga menyukai