Anda di halaman 1dari 17

Diabetes melitus tipe 2

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Lompat ke: navigasi, cari

Diabetes melitus tipe 2

Simbol universal lingkaran biru untuk diabetes.[1]


Klasifikasi dan rujukan luar
Bidang

family medicine[*], Endokrinologi

ICD-10

E11.

ICD-9-CM

250.00, 250.02

OMIM

125853

DiseasesDB

3661

MedlinePlus

000313

eMedicine

article/117853

MeSH

D003924

[sunting di Wikidata]

Diabetes melitus tipe 2 yang dahulu disebut diabetes melitus tidak tergantung insulin
(non-insulin-dependent diabetes melitus/NIDDM) atau diabetes onset dewasa merupakan
kelainan metabolik yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi dalam konteks
resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif.[2] Penyakit diabetes melitus jenis ini merupakan
kebalikan dari diabetes melitus tipe 1, yang mana terdapat defisiensi insulin mutlak akibat
rusaknya sel islet di pankreas.[3] Gejala klasiknya antara lain haus berlebihan, sering berkemih,
dan lapar terus-menerus. Diabetes tipe 2 berjumlah 90% dari seluruh kasus diabetes dan 10%
sisanya terutama merupakan diabetes melitus tipe 1 dan diabetes gestasional. Kegemukan diduga
merupakan penyebab utama diabetes tipe 2 pada orang yang secara genetik memiliki
kecenderungan penyakit ini.
Diabetes tipe 2 pada mulanya diatasi dengan meningkatkan olahraga dan modifikasi diet. Bila
kadar glukosa darah tidak turun melalui cara ini, pengobatan misalnya dengan metforminatau
insulin, mungkin diperlukan. Pasien yang menggunakan insulin harus memeriksa kadar glukosa
darah secara rutin.
Angka penderita diabetes selama 50 tahun terakhir meningkat pesat seiring dengan
meningkatnya angka kegemukan. Pada tahun 2010, diperkirakan ada 285 juta orang mengalami
penyakit ini, dibandingkan hanya ada 30 juta pasien pada tahun 1985. Komplikasi jangka
panjang yang mungkin terjadi akibat kadar glukosa darah tinggi antara lain penyakit jantung,
stroke, retinopati diabetes yang mempengaruhi penglihatan mata, gagal ginjal yang memerlukan
dialisis, dan kurangnya sirkulasi darah di bagian tungkai yang mengharuskan dilakukannya
amputasi. Komplikasi akut berupa ketoasidosis, yang merupakan salah satu ciri diabetes tipe 1,
jarang terjadi.[4] Namun pasien dapat mengalami koma hiperosmolar nonketotik.

Daftar isi
[sembunyikan]
1 Tanda dan gejala
o 1.1 Komplikasi
2 Penyebab
o 2.1 Gaya hidup
o 2.2 Genetik
o 2.3 Kondisi Medis
3 Patofisiologi

4 Diagnosis
5 Skrining
6 Pencegahan
7 Tata laksana
o 7.1 Gaya Hidup
o 7.2 Pengobatan
o 7.3 Pembedahan
8 Epidemiologi
9 Sejarah
10 Referensi
11 Pranala luar

Tanda dan gejala[sunting | sunting sumber]

Tinjauan gejala diabetes paling utama.

Gejala klasik diabetes antara lain poliuria (sering berkemih), polidipsia (sering haus),polifagia
(sering lapar), dan berat badan turun.[5] Gejala lain yang biasanya ditemukan pada saat diagnosis
antara lain: adanya riwayat penglihatan kabur, gatal-gatal, neuropati perifer, infeksi vagina
berulang, dan kelelahan. Meskipun demikian, banyak orang tidak mengalami gejala apapun pada
beberapa tahun pertama dan baru terdiagnosis pada pemeriksaan rutin.Pasien dengan diabetes
melitus tipe 2 jarang datang dalam keadaan koma hiperosmolar nonketotik (yaitu kondisi kadar
glukosa darah sangat tinggi yang berhubungan dengan menurunnya kesadaran dan tekanan darah
rendah).[3]

Komplikasi[sunting | sunting sumber]


Diabetes tipe 2 merupakan penyakit kronik yang berhubungan dengan harapan hidup
sepuluh tahun lebih pendek.[6] Hal ini sebagian disebabkan oleh berbagai komplikasi yang
menyertai penyakit ini seperti: dua sampai empat kali lipat risiko penyakit kardiovaskular, antara
lain penyakit jantung iskemik dan stroke, 20 kali lipat kemungkinan amputasi tungkai bawah,
dan meningkatnya angka perawatan rumah sakit.[6] Di negara maju, dan mulai diikuti di negara
lainnya, diabetes tipe 2 merupakan penyebab utama kebutaan non-traumatik dan gagal ginjal.[7]
Penyakit ini juga banyak dihubungkan dengan meningkatnya risiko disfungsi kognitif dan
demensia melalui proses penyakit seperti penyakit Alzheimer dan demensia vaskular.[8]
Komplikasi lain meliputi: akantosis nigrikans, disfungsi seksual, dan sering mengalami infeksi.[5]

Penyebab[sunting | sunting sumber]


Diabetes tipe 2 tejadi akibat kombinasi antara gaya hidup dan faktor genetik.[7][9] Terdapat
beberapa hal yang dapat dikendalikan, misalnya diet dan kegemukan, namun terdapat hal-hal lain
yang tidak dapat dikendalikan seperti pertambahan usia, jenis kelamin wanita, dan genetik.[6]
Kurang tidur juga dikaitkan dengan diabetes tipe 2.[10] Hal ini diduga terjadi melalui efek kurang
tidur terhadap metabolisme.[10] Status gizi seorang ibu selama perkembangan janin dalam
kehamilan juga dapat berperan melalui suatu mekanisme yang masih merupakan dugaan yaitu
perubahan metilasi DNA.[11]

Gaya hidup[sunting | sunting sumber]


Banyak faktor gaya hidup yang diketahui berperan penting dalam menimbulkan penyakit
diabetes tipe 2 termasuk:kegemukan (yang ditentukan berdasarkan indeks massa tubuh yang
lebih besar dari tiga puluh), kurangnya kegiatan fisik, asupan gizi yang tidak baik, stres, dan
urbanisasi.[6] Kelebihan lemak tubuh dikaitkan dengan 30% kasus diabetes pada pasien keturunan
China dan Jepang, 60-80% kasus pada pasien keturunan Eropa dan Afrika, dan 100% kasus pada
pasien Indian Pima dan Kepulauan Pasifik.[3] Pasien yang tidak gemuk biasanya memiliki rasio
pinggang-pinggulyang besar.[3]
Faktor diet juga mempengaruhi risiko munculnya penyakit diabetes tipe 2. Konsumsi minuman
yang mengandung pemanis gula berlebihan juga berhubungan dengan peningkatan risiko.[12][13]
Tipe lemak dalam diet juga berpengaruh penting, dengan lemak jenuh dan asam lemak trans bisa
meningkatkan risiko, sebaliknya tidak jenuh ganda dan lemak tidak jenuh tunggal menurunkan

risiko.[9] Konsumsi beras putih yang terlalu banyak juga tampaknya berperan dalam
meningkatkan risiko.[14] Kurang olahraga diyakini menyebabkan 7% kasus.[15]

Genetik[sunting | sunting sumber]


Sebagian besar kasus diabetes melibatkan banyak gen yang masing-masing menyumbangkan
pengaruh yang kecil terhadap meningkatnya kemungkinan terjadi diabetes tipe 2.[6] Bila salah
satu dari pasangan kembar identik menderita diabetes maka peluang seumur hidup saudara
kembarnya terkena diabetes adalah lebih dari 90% sedangkan untuk pasangan kembar tidak
identik hanya 25-50%.[3] Hingga tahun 2011, lebih dari 36 gen telah diketahui memberikan
pengaruh terhadap munculnya risiko diabetes tipe 2.[16] Gabungan semua gen tersebut baru
memberikan kontribusi 10% dari seluruh komponen keturunan dari penyakit ini.Sebagai contoh,
alel TCF7L2 meningkatkan risiko timbulnya diabetes sebesar 1,5 kali lipat dan merupakan risiko
terbesar varian genetik yang sering dijumpai. Sebagian besar gen yang berhubungan dengan
diabetes terlibat dalam fungsi sel beta.[3]
Ada banyak kasus diabetes langka yang muncul akibat abnormalitas satu gen saja (yang dikenal
dengan bentuk diabetes monogenik atau "jenis diabetes spesifik lainnya").[3][6] Antara lain
maturity onset diabetes of the young (MODY), sindrom Donohue, dan sindrom RabsonMendenhall.[6] MODY berjumlah sekitar 15 % dari semua kasus diabetes pada kaum muda.[17]

Kondisi Medis[sunting | sunting sumber]


Terdapat banyak pengobatan dan masalah kesehatan lainnya yang merupakan predisposisi
terjadinya diabetes.[18] Beberapa pengobatan tersebut antara lain: glukokortikoid, tiazid, beta
blocker, antipsikotik atipikal,[19] dan statin.[20] Orang yang pernah mengalami diabetes gestasional
mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami diabetes tipe 2.[5] Masalah kesehatan lain
yang berhubungan antara lain: akromegali, sindrom Cushing's, hipertiroidisme,feokromositoma,
dan kanker tertentu seperti glukagonoma.[18] Defisiensi testosteronjuga berhubungan dengan
diabetes tipe 2.[21][22]

Patofisiologi[sunting | sunting sumber]


Diabetes tipe 2 disebabkan oleh kurangnya produksi insulin oleh sel beta pada keadaan resistensi
insulin.[3] Resistensi insulin merupakan ketidakmampuan sel untuk berespon terhadap kadar
insulin normal, terutama di dalam otot, hati, dan jaringan lemak.[23] Di hati, insulin biasanya
bertugas menekan pelepasan glukosa. Namun, pada keadaan resistensi insulin, hati melepaskan
glukosa secara tidak normal ke dalam darah.[6] Proporsi resistensi insulin versus disfungsi sel
beta berbeda-beda pada masing-masing individu. Sebagian pasien dapat mengalami resistensi
insulin yang nyata dengan hanya sedikit cacat dalam sekresi insulin sementara yang lain dapat
mengalami hanya sedikit resistensi insulin namun berkurangnya sekresi insulin secara nyata.[3]
Mekanisme penting lain mungkin berhubungan dengan diabetes tipe 2 dan resistensi insulin
antara lain: meningkatnya perombakan lipid di dalam sel lemak, resistensi dan kekurangan
inkretin, tingginya kadar glukagon di dalam darah, peningkatan retensi garam dan air oleh ginjal,
dan gangguan pengaturan metabolisme olehsistem syaraf pusat.[6] Meskipun demikian, tidak

semua orang yang mengalami resistensi insulin kemudian terkena diabetes, karena keadaan ini
harus juga disertai oleh gangguan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.[3]

Diagnosis[sunting | sunting sumber]


Definisi diabetes menurut Organisasi Kesehatan Dunia (untuk tipe 1 dan tipe 2) adalah
peningkatan kadar glukosa darah pada satu kali pemeriksaan dengan disertai terdapatnya gejala
klinis, atau peningkatan kadar glukosa darah pada dua kali pemeriksaan, dapat berupa:[24]
glukosa plasma puasa 7.0 mmol/l (126 mg/dl)
atau
dengan suatu tes toleransi glukosa, dua jam setelah pemberian glukosa secara oral, kadar
glukosa plasma 11.1 mmol/l (200 mg/dl)
Kadar glukosa darah sewaktu yang lebih besar dari 11.1 mmol/l (200 mg/dL) disertai dengan
gejala yang khas[5] atau kadar glycated hemoglobin (HbA1c) yang lebih besar dari 6.5% adalah
metoda lain untuk mendiagnosis diabetes.[6] Pada tahun 2009, Komite Para Ahli Internasional
(International Expert Committee) yang terdiri dari perwakilan dari American Diabetes
Association (ADA), the International Diabetes Federation (IDF), dan European Association for
the Study of Diabetes (EASD) merekomendasikan ambang batas HbA1c 6.5% digunakan untuk
mendiagnosis diabetes. Rekomendasi ini kemudian diadopsi oleh American Diabetes Association
pada tahun 2010.[25] Hasil tes positif harus diulang kecuali pasien menunjukkan adanya gejala
yang khas dan kadar glukosa darah >11.1 mmol/l (>200 mg/dl).[26]
Ambang batas untuk diagnosis diabetes didasarkan oleh hubungan antara hasil tes toleransi
glukosa, glukosa puasa atau HbA1c dan komplikasi seperti masalah retina.[6] Pemeriksaan glukosa
darah puasa atau sewaktu lebih dipilih dibandingkan tes toleransi glukosa karena lebih nyaman
bagi pasien.[6] Pemeriksaan HbA1c mempunyai kelebihan karena pasien tidak perlu puasa dan
hasilnya lebih stabil, namun terdapat kekurangan berupa harga yang lebih mahal dibandingkan
pemeriksaan glukosa darah.[27] Diperkirakan sejumlah 20% dari penderita diabetes di Amerika
Serikat tidak menyadari bahwa mereka mengalami penyakit ini.[6]
Diabetes melitus tipe 2 mempunyai karakterisitk kadar glukosa darah yang tinggi dalam konteks
resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif.[2] Hal ini bertolak belakang dengan diabetes
melitus tipe 1 yang mana terjadi defisiensi insulin absolut akibat kerusakan sel islet di pankreas
dan diabetes melitus gestasional yaitu onset baru kadar glukosa darah tinggi yang berhubungan
dengan kehamilan.[3] Diabetes tipe 1 dan tipe 2 dapat dibedakan berdasarkan keadaan yang
dimunculkan.[26] Apabila terdapat keraguan diagnosis, pemeriksaan antibody dapat membantu
untuk memastikan diagnosis diabetes tipe 1 dan kadar C-peptide dapat membantu untuk
memastikan diabetes tipe 2.[28]

Skrining[sunting | sunting sumber]

Tidak terdapat organisasi besar yang merekomendasikan skrining universal untuk diabetes
karena belum ada bukti yang menunjukkan bahwa program ini dapat memperbaiki luaran.[29]
Skrining direkomendasikan oleh United States Preventive Services Task Force pada orang
dewasa yang tidak menunjukkan gejala namun mempunyai tekanan darah lebih tinggi dari
135/80 mmHg.[30] Untuk mereka yang mempunyai tekanan darah lebih rendah, belum terdapat
bukti yang cukup kuat untuk merekomendasikan ataupun menolak skrining.[30] Organisasi
Kesehatan Dunia hanya merekomendasikan skrining untuk kelompok dengan risiko tinggi.[29]
Kelompok dengan risiko tinggi di Amerika Serikat adalah: usia diatas 45 tahun, terdapat saudara
pada level pertama dengan diabetes, kelompok etnik tertentu seperti keturunan Amerika Latin,
Amerika keturunan Afrika, dan penduduk asli Amerika, riwayat diabetes gestasional,sindrom
ovarium polikistik, kelebihan berat badan, dan kondisi yang berhubungan dengan sindrom
metabolik.[5]

Pencegahan[sunting | sunting sumber]


Onset diabetes tipe 2 dapat ditunda atau dicegah melalui pengaturan nutrisi dan olahraga yang
teratur.[31][32] Perubahan gaya hidup yang intensif dapat menurunkan risiko menjadi setengahnya.
[7]
Manfaat berolahraga akan tetap terjadi tanpa melihat berapa berat awal seseorang ataupun
berapa berat badan yang hilang.[33] Namun, bukti manfaat akibat perubahan diet saja masih
terbatas,[34] dengan terdapat sejumlah bukti pada diet tinggi sayuran hijau [35] dan pembatasan
konsumsi minuman mengandung gula.[12] Pada mereka yang mengalami gangguan toleransi
glukosa, diet dan olahraga saja atau dikombinasikan dengan metformin atau acarbose dapat
menurunkan risiko terjadinya diabetes.[7][36] Intervensi gaya hidup lebih efektif dibandingkan
metformin.[7]

Tata laksana[sunting | sunting sumber]


Tata laksana diabetes tipe 2 berfokus pada intervensi gaya hidup, menurunkan faktor risiko
kardiovaskular lainnya, dan menjaga kadar glukosa darah di dalam kisaran normal.[7]
Pemantauan mandiri kadar glukosa darah untuk pasien yang baru didiagnosis diabetes tipe 2
direkomendasikan oleh Pelayanan Kesehatan Nasional Inggris atau British National Health
Service pada tahun 2008,[37] meskipun manfaat pemantaua mandiri bagi mereka yang tidak
memakai insulin multi dosis masih dipertanyakan.[7][38] Tata laksana berbagai faktor risiko
kardiovascular lain, seperti hipertensi, kolesterol tinggi, dan mikroalbuminuria, akan
memperbaiki harapan hidup seseorang.[7] Tata laksana tekanan darah tinggi secara intensif
(kurang dari 130/80 mmHg) dan bukan hanya tekanan darah standar (kurang dari 140-160/85100 mmHg) akan memberikan sedikit penurunan risiko stroke namun tidak mempengaruhi risiko
kematian secara keseluruhan.[39]
Penurunan gula darah secara intensif (HbA1C<6%) dibandingkan penurunan gula darah standar
(HbA1C of 7-7.9%) tampaknya tidak mengurangi mortalitas.[40][41] Tujuan terapi adalah kadar
HbA1C kurang dari 7% atau kadar glukosa puasa kurang dari 6.7 mmol/L (120 mg/dL), namun
target ini dapat berubah setelah konsultasi klinis professional, dengan pertimbangan risiko
hipoglikemia dan harapan hidup.[5] Semua pasien diabetes tipe 2 direkomendasikan untuk
menjalani pemeriksaanoptalmologi secara rutin.[3]

Gaya Hidup[sunting | sunting sumber]


Olahraga dan pola makan yang sesuai merupakan dasar dari tata laksana diabetes[5] dengan
jumlah olahraga yang lebih banyak memberikan hasil yang lebih baik.[42]Olahraga aerobik
memberikan penurunan HbA1C dan peningkatan sensitivitas insulin.[42] Latihan tahanan juga
bermanfaat dan kombinasi kedua jenis latihan ini mungkin paling efektif.[42] Diet diabetes yang
bertujuan untuk menurunkan berat badan juga penting.[43] Walaupun jenis diet yang terbaik untuk
mencapai hal ini masih kontroversial[43] diet indeks glikemik rendah telah terbukti dapat
memperbaiki kontrol glukosa darah.[44] Biasanya, edukasi yang tepat dapat membantu pasien
diabetes tipe 2 mengontrol kadar glukosa darah mereka, setidaknya hingga enam bulan
kemudian.[45] Apabila perubahan gaya hidup, pada penderita dengan diabetes ringan, belum
menunjukkan perbaikan glukosa darah dalam waktu enam minggu, perlu dipertimbangkan
pemberian obat-obatan.[5]

Pengobatan[sunting | sunting sumber]

Tablet Metformin 500mg


Tersedia beberapa kelas obat anti-diabetes. Metformin umumnya dianjurkan sebagai terapi lini
pertama karena terdapat sejumlah bukti bahwa obat ini menurunkan mortalitas.[7] Obat oral kedua
dari kelas yang berbeda dapat digunakan apabila metformin belum cukup.[46] Kelas obat lainnya
termasuk: sulfonylurea, nonsulfonylurea secretagogue, penghambat alpha glucosidase,
thiazolidinedione, glucagon-like peptide-1 analog, dan penghambat dipeptidyl peptidase-4.[7][47]
Metformin sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan gangguan ginjal dan hati yang berat.[5]
Pemberian injeksi insulin dapat merupakan tambahan dari pengobatan oral atau juga digunakan
tersendiri.[7]
Umumnya sebagian besar pasien pada awalnya tidak membutuhkan insulin.[3] Apabila digunakan,
insulin kerja panjang biasanya ditambahkan pada malam hari, dengan pengobatan oral tetap
dilanjutkan.[5][7] Dosis kemudian ditingkatkan untuk memberi pengaruh (kadar glukosa darah
terkontrol).[7] Apabila insulin yang diberikan malam hari tidak cukup, insulin yang diberikan dua
kali sehari dapat memberikan kontrol yang lebih baik.[5] Insulin yang bekerja lama, glargine dan
detemir, tidak tampak lebih baik daripada neutral protamine Hagedorn insulin (NPH) tetapi
mempunyai biaya pembuatan yang jauh lebih besar, seperti pada tahun 2010, yang tidak hemat
biaya.[48] Untuk pasien yang sedang hamil biasanya insulin merupakan pilihan utama.[5]

Pembedahan[sunting | sunting sumber]


Pembedahan penurunan berat badan pada penderita yang gemuk merupakan tata laksana yang
efektif untuk diabetes.[49] Banyak yang mampu menjaga kadar glukosa darah dengan sedikit atau
bahkan tanpa bantuan obat setelah tindakan pembedahan[50] dan mortalitas jangka panjang juga
menurun.[51] Namun, terdapat risiko mortalitas jangka pendek kurang dari 1% yang terjadi akibat
pembedahan.[52] Batas indeks massa tubuh agar pembedahan layak dilakukan belum jelas.[51]
Namun dianjurkan agar pilihan ini dipertimbangkan bagi penderita yang tidak mampu mengatur
berat badan dan kadar glukosa darahnya.[53]

Epidemiologi[sunting | sunting sumber]

Prevalens diabetes di seluruh dunia pada tahun 2000 (per 1000 penduduk). Rata-rata dunia
adalah 2,8%.
no data
4552.5
7.5
52.560
7.515
6067.5
1522.5
67.575
22.530
7582.5
3037.5
82.5
37.545
Secara global pada tahun 2010 diperkirakan terdapat 285 juta penderita diabetes tipe 2 yang
mencakup 90% dari kasus diabetes.[6] Hal ini ekuivalen dengan sekitar 6% dari populasi dewasa
dunia.[54] Diabetes umum dijumpai di maju dan di negara berkembang.[6] Namun diabetes jarang
dijumpai di negara yang belum berkembang.[3]
Tampaknya perempuan serta kelompok etnis tertentu mempunyai risiko yang lebih besar,[6][55]
seperti Asia Selatan, Penduduk kepulauan Pasifik, Amerika Latin, dan Penduduk Asli Amerika.[5]
Hal ini dapat disebabkan oleh meningkatnya sensitivitas terhadap gaya hidup Barat pada
kelompok etnik tertentu.[56] Diabetes tipe 2 yang dulu dianggap sebagai penyakit orang dewasa,
kini mulai banyak didiagnosis pada anak-anak sejalan dengan meningkatnya kegemukan.[6]
Diabetes tipe 2 kini didiagnosis sama seringnya dengan diabetes tipe 1 pada remaja di Amerika.[3]
Angka diabetes pada tahun 1985 diperkirakan sejumlah 30 juta, meningkat menjadi 135 juta
pada tahun 1995 dan 217 juta pada 2005.[57] Peningkatan ini dipercaya disebabkan terutama oleh
bertambah tuanya populasi secara global, berkurangnya olahraga, dan meningkatnya angka
kegemukan.[57] Lima negara dengan jumlah pasien diabetes terbesar pada tahun 2000 adalah
India dengan 31,7 juta, Cina 20,8 juta, Amerika 17,7 juta, Indonesia 8,4 juta, dan Jepang 6,8 juta.
[58]
Hal ini dikenal sebagai epidemik global oleh Organisasi Kesehatan Dunia.[59]

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Diabetes merupakan salah satu penyakit pertama yang dijelaskan[60] dengan manuskrip Mesir dari
c. tahun 1500 SM yang menyinggung "pengosongan urin yang terlalu besar."[61] Dipercaya bahwa
kasus pertama yang digambarkan adalah diabetes tipe 1.[61] Dokter India pada sekitar waktu yang
sama mengindentifikasi penyakit tersebut dan mengklasifikasikannya sebagai madhumeha atau
kencing madu karena menemukan bahwa kencingnya mengundang semut.[61] Istilah "diabetes"
yang berarti "melewati" pertama kali digunakan pada tahun 230 SM oleh bangsa Yunani
Appollonius dari Memphis.[61] Penyakit ini langka pada masa kerajaan Roma dan Galen
berkomentar bahwa dia hanya menemukan dua kasus selama kariernya.[61]
Diabetes tipe 1 dan tipe 2 pertama kali diidentifikasi sebagai dua penyakit yang berbeda pertama
kali oleh dokter India Sushruta dan Charaka pada tahun 400-500 M dengan type 1 berhubungan
dengan usia muda dan tipe 2 dengan kelebihan berat badan.[61] Istilah "melitus" atau "dari madu"
ditambahkan oleh Briton John Rolle di akhir 1700-an untuk membedakan kondisinya dari
diabetes insipidus yang juga berhubungan dengan sering buang air kecil.[61] Tata laksana yang
efektif tidak berkembang hingga pada awal abad ke-20 ketika orang Kanada Frederick Banting
dan Charles Best menemukan insulin pada tahun 1921 dan 1922.[61] Hal ini kemudian diikuti
dengan pengembangan insulin NPH kerja panjang pada tahun 1940-an.[61]

Penyakit kencing manis


Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.

Lompat ke: pandu arah, cari


PENAFIAN: Untuk pengetahuan sahaja. Sila dapatkan nasihat doktor
atau
pakar perubatan bertauliah mengenai kesihatan anda.
Maklumat perubatan dan penjagaan kesihatan dalam laman ini tidak bertujuan
menggantikan jagaan profesional, khidmat nasihat, diagnosis atau rawatan doktor/pakar
perubatan bertauliah. Laman ini tidak mempunyai jawapan kepada semua masalah
kesihatan dan perubatan yang dialami. Jawapan kepada masalah umum mungkin tiada
kaitan langsung dengan keadaan kesihatan anda. Sekiranya anda menyedari tanda/gejala
penyakit atau jatuh sakit, sila hubungi doktor/pakar perubatan bertauliah untuk rawatan
segera.

Kencing manis
Diabetis melitus
Pengelasan dan sumber luaran

Simbol bulatan biru PBB untuk diabetis (seperti Reben


Merah AIDS).[1]

ICD-10

E10.E14.

ICD-9

250

MedlinePlus

001214

eMedicine

med/546 emerg/134

MeSH

C18.452.394.750
Penafian perubatan

Mainkan media
Penjelasan video
Penyakit kencing manis ataupun (BM = Diabetis melitus; Inggeris = diabetes mellitus
merupakan sejenis penyakit yang dapat dicirikan dengan keadaan hiperglisemia (tinggi
kandungan glukosa dalam darah), terutamanya selepas pengambilan makanan, pada
penghidapnya.
Secara umumnya, penyakit kencing manis dapat digolongkan sebagai:

Diabetis jenis pertama (I) juga dikenali sebagai diabetis bersandar insulin (IDDM 'Insulin Dependent Diabetes Mellitus') atau diabetis awal remaja. Diabetis jenis I
dicirikan dengan kegagalan penghasilan insulin oleh kelenjar pankreas. Biasanya,
penghidap diabetis jenis pertama mula mendapat simptom penyakit semasa kanak-kanak
atau remaja. Disebabkan oleh kegagalan penghasilan insulin semula jadi oleh badan,
pesakit memerlukan suntikan insulin dari luar untuk pengawalan tahap glukosa darah.

Diabetes jenis kedua (II) boleh disebabkan oleh kerintangan insulin (penurunan
sensitiviti tisu badan terhadap insulin) dan/atau penghasilan insulin yang berkurangan.
Diabetes jenis II, oleh kerana masih mempunyai sedikit sebanyak insulin dari pankreas,
boleh dikawal secara pemantauan pangambilan makanan, pengurangan berat badan,
bersenam, dan pengambilan ubat secara makan/suapan ( suntikan insulin diperlukan

dalam keadaan tertentu sekiranya pengambilan ubat secara makan kurang berkesan atau
memberi kesan samping serius kepada pesakit).

Isi kandungan
[sorokkan]

1 Sejarah
o 1.1 Etimologi

2 Pengawalan diabetis

3 Masyarakat dan budaya


o 3.1 Penamaan

4 Haiwan lain

5 Penyelidikan

6 Rujukan

7 Bacaan selanjutnya

8 Pautan luar

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Penyakit kencing manis telah diketahui semenjak tamadun purba lagi dan telah direkodkan oleh
tamadun Mesir, India, Cina, dan Yunani (Greek). Tanda-tanda penyakit kencing manis, seperti
dahaga yang melampau dan kerap kencing, telah digambarkan oleh orang Mesir di atas paprus
pada 1550 SM. Pakar perubatan India juga telah membahagikan pengidap kencing manis kepada
dua jenis berlainan semenjak abad ke lima lagi.
Nama lain kencing manis, diabetes yang bererti pancur air, dinamakan oleh pakar perubatan
Yunani (Greek), Areteus dari Cappadocia semenjak 2,000 tahun dahulu. Perkataan mellitus
kemudiannya ditambah oleh Willis bagi menunjukkan terdapat gula dalam air kencing. Diabetes
Melitus atau secara amnya dikenali sebagai kencing manis, merupakan satu penyakit kronik
(tidak boleh pulih sepenuhnya) dan hampir 8-9% masyarakat dewasa di Malaysia mengidap
penyakit ini.
Salah satu daripada ujian bagi mengesan pengidap kencing manis yang terawal adalah
mencurahkan air kencing pada tanah dan melihat sama ada semut menghurungi tempat tersebut.

Bukti kaitan kelenjar pankreas dengan punca penyakit kencing manis dijumpai pada tahun 1897,
apabila dua orang pakar sains, Minkowski dan Von Mering membuktikan hubungan kelenjar
pankreas dengan kencing manis dengan membuang kelenjar pankreas pada anjing, menyebabkan
anjing tersebut mengidap kencing manis.
Walaupun penyakit kencing manis telah lama diketahui, kawalan penyakit kencing manis yang
berkesan hanya diketahui pada 1921 apabila Frederick G. Banting dan Best menjumpai fungsi
insulin sebagai pengawal kandungan glukos dalam darah.

Etimologi[sunting | sunting sumber]


Perkataan diabetis (/da.bitiz/ atau /da.bits/) datang dari bahasa Latin diabts, yang
seterusnya datang dari Yunani Purba (diabts) yang bermaksud "orang yang lewat
melalui; Sifon" Pakar perubatan Yunani Purba Aretaeus Cappadocia (fl. 1 abad CE)
menggunakan perkataan itu, dengan makna yang dimaksudkan "pelepasan air kencing secara
berlebihan", sebagai nama bagi penyakit ini. Akhirnya, perkataan berasal dari Greek
(diabainein), yang bermaksud "untuk melalui," yang terdiri daripada - (dia-), yang bermaksud
"melalui" dan (bainein), yang bermaksud "pergi". Perkataan "diabetis" mula-mula
direkodkan dalam bahasa Inggeris, dalam bentuk diabte, dalam teks perubatan yang ditulis
sekitar 1425.
Perkataan mellitus (/mlats/ atau /mlts/) berasal dari perkataan Latin klasik, kencing, yang
bermaksud "mellite" (iaitu manis dengan madu madu manis). Perkataan Latin berasal dari mell-,
yang berasal dari mel, yang bermaksud "madu"; kemanisan; perkara yang menyenangkan, dan
-tus akhiran, yang ertinya adalah sama dengan akhiran Bahasa Inggeris "-ite". Ia adalah Thomas
Willis yang pada 1675 berkata "kencing" kepada perkataan "kencing manis" sebagai penetapan
untuk penyakit ini, apabila beliau mendapati air kencing pesakit kencing manis mempunyai rasa
manis (glycosuria). Ini rasa manis telah perasan dalam air kencing oleh Yunani, China, Mesir,
India, dan Parsi.

Pengawalan diabetis[sunting | sunting sumber]


Diabetis adalah penyakit kronik yang akan kekal seumur hidup. Setakat ini belum ada ubat yang
dapat menyembuh penyakit diabetes tetapi penyakit ini boleh dikawal dengan cara berikut:

Penjagaan pemakanan dan berat badan

Kerap bersenam

Pengubatan

Pemakanan pesakit Diabetis seharusnya kurang lemak dan kalori serta seimbang.

Pesakit diabetes boleh menjalani kehidupan yang normal dengan syarat pesakit itu dikawal
dengan betul. Lebih kurang 40% pesakit diabetes mampu mengawal keadaan penyakit mereka

dengan menjaga pemakanan dan bersenam. Manakala selebihnya adalah dengan mengambil
sama ada ubat (pil) dan/atau suntikan insulin di samping pemakanan yang sihat dan bersenam.
Walau apa pun ubat yang diambil, perkara-perkara berikut perlu diketahui dan dipatuhi :

Bila hendak mengambil/makan ubat dan berapa banyak ubat yang perlu diambil?

Jenis rawatan yang diterima?

Dimana hendak mendapat ubat?

Masyarakat dan budaya[sunting | sunting sumber]


"Deklarasi St. Vincent" 1989 adalah hasil daripada usaha-usaha antarabangsa untuk menambah
baik penjagaan yang diberikan kepada mereka yang mempunyai diabetis. Berbuat demikian
adalah penting bukan sahaja dari segi kualiti hidup dan jangka hayat tetapi juga ekonomi
perbelanjaan disebabkan oleh kencing manis telah ditunjukkan untuk menjadi parit besar ke atas
sumber-sumber kesihatan dan produktiviti yang berkaitan untuk sistem penjagaan kesihatan
dan kerajaan.
Beberapa negara ditubuhkan lebih dan program diabetes kebangsaan bagi membantu rawatan
penyakit kurang berjaya.
Orang yang mempunyai diabetis yang mempunyai gejala neuropatik seperti kebas atau
kesemutan di kaki atau tangan adalah dua kali lebih berkemungkinan untuk menjadi penganggur
kerana mereka yang tidak mempunyai gejala.
Pada tahun 2010, kadar lawatan bilik kecemasan (ER) yang berkaitan dengan diabetis di
Amerika Syarikat adalah lebih tinggi di kalangan orang-orang dari komuniti berpendapatan
rendah (526 bagi setiap 10,000 penduduk) berbanding daripada masyarakat pendapatan tertinggi
(236 bagi setiap 10,000 penduduk). Kira-kira 9.4% lawatan ER berkaitan dengan diabetes adalah
untuk tidak diinsuranskan.

Penamaan[sunting | sunting sumber]


Istilah "diabetis jenis 1" telah menggantikan beberapa istilah bterdahulu, termasuk kencing manis
zaman kanak-kanak-awal, diabetis juvenil, dan kencing manis yang bergantung kepada insulin
(IDDM). Begitu juga, "diabetis jenis 2" istilah telah menggantikan beberapa istilah bekas,
termasuk diabetis dewasa-awal, diabetis berkaitan obesiti dan kencing manis yang bergantung
kepada noninsulin (NIDDM). Melangkaui kedua-dua jenis, tidak ada tatanama standard
dipersetujui.
Diabetes mellitus juga kadang-kadang dikenali sebagai "penyakit kencing manis gula" untuk
membezakannya dengan diabetis insipidus.

Haiwan lain[sunting | sunting sumber]

Rencanarencana utama: Kencing manis pada anjing dan kencing manis pada kucing
Dalam haiwan, diabetis adalah yang paling biasa ditemui pada anjing dan kucing. Haiwan
pertengahan umur yang paling biasa terjejas. Anjing betina adalah dua kali lebih
berkemungkinan terjejas sebagai jantan, manakala menurut beberapa sumber, kucing jantan juga
akan lebih mudah berbanding betina. Dalam kedua-dua spesies, semua baka mungkin terjejas,
tetapi sesetengah baka anjing kecil adalah sangat berisiko untuk menghidap kencing manis,
seperti Pudel Miniatur. Tanda-tanda yang mungkin berkaitan dengan kehilangan cecair dan
poliuria, tetapi kursus ini juga boleh menjadi berbahaya. Haiwan diabetis lebih cenderung kepada
jangkitan. Komplikasi jangka panjang diiktiraf pada manusia lebih jarang terdapat pada haiwan.
Prinsip-prinsip rawatan (penurunan berat badan, antidiabetik oral, insulin subkutaneus) dan
pengurusan kecemasan (mis ketoasidosis) adalah sama dengan yang pada manusia.

Penyelidikan[sunting | sunting sumber]


Insulin boleh tersedut telah dibangunkan. Produk-produk yang asal telah ditarik balik kerana
kesan sampingan. Afrezza, di bawah pembangunan oleh syarikat farmaseutikal MannKind
Corporation, telah diluluskan oleh FDA untuk jualan umum pada Jun 2014. Satu kelebihan
kepada insulin dihidu adalah bahawa ia mungkin lebih mudah dan mudah untuk digunakan.
Insulin Transdermal dalam bentuk krim yang telah dibangunkan dan ujian sedang dijalankan ke
atas orang-orang dengan diabetis jenis 2.

Anda mungkin juga menyukai