DIFTERI
Disusun oleh :
Topik : Difteri
Pukul : 08.00
Waktu : 30 menit
I. Analisis Situasi
II. Tujuan
V. Kegiatan Diskusi
4. Menjelaskan tujuan
penyuluhan
2. Menjelaskan penyebab
2. Mendengarkan
penyakit Difteri
3. Memperhatikan
3. Menjelaskan tanda dan
gejala penyakit Difteri
2. Menjawab salam
2. Mengakhiri pertemuan
dengan mengucapkan
salam dan terima kasih
b. Media : leafleat
3. Dari jumlah seluruh peserta ada yang mengajukan sanggahan kembali dari penyampaian
materi, peserta dinyatakan paham dengan materi yang disampaikan
https://www.halodoc.com/kesehatan/difteri
https://rsudpariaman.sumbarprov.go.id/readpost/Difteri.html#:~:text=Difteri%20adalah%
20infeksi%20menular%20yang,pasien%20juga%20mengalami%20infeksi%20kulit
A. DEFINISI
Difteri merupakan penyakit akut yang disebabkan endotoksin yang dihasilkan oleh
kuman gram positif Corynebacterium diphtheria. Toksin yang dihasilkan oleh bakteri akan
membentuk pseudomembran yang dapat menyumbat saluran nafas atas atau merusak
miokardium dan jaringan lainnya, hal inilah yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas dari
penyakit difteri.
Difteri adalah infeksi bakteri yang bersumber dari Corybacterium diphtheriae, yang
biasanya mempengaruhi selaput lendir dan tenggorokan. Difteri umumnya menyebabkan sakit
tenggorokan, demam, kelenjar tonsil(amandel) bengkak, dan lemas. Dalam tahap lanjut, difteri
bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal dan sistem saraf. Kondisi seperti itu pada
akhirnya bisa berakibat sangat fatal dan berujung pada kematian. Karena bakteri mengeluarkan
racun yang mengganggu fungsi organ yang mengalami kerusakan tersebut manusia yang kurang
memiliki sistem kekebalan tubuh terutama yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap saat
masih kecil atau kanak-kanak mudah terserang bakteri ini.
B. ETIOLOGI
Tanda dan gejalanya umumnya muncul 2 – 5 hari setelah terinfeksi, namun mungkin
juga baru muncul 10 hari kemudian.
1. Fase Pertama
Minggu pertama, penyakit ini akan memengaruhi jalan napas. Pasien sudah mulai
sulit bernapas. Pasien mengalami demam, pembentukan selaput dimulai dalam 2-3 hari.
“Jika segera diobati, daya tahan fisik kuat, dan gizi cukup maka bisa selamat,” kata Hindra
dan Sri.
2. Fase Kedua
Akhir pekan pertama baru dibawa ke dokter, maka sudah akan mengalami masalah
jantung. Racun yang dibawa kuman dialirkan melalui darah, menyebar ke jantung, dan otot
lemah. “Baru diobati setelah hari ketujuh kemungkinan tak tertolong lebih tinggi,”
jelasnya.
3. Fase Ketiga
Pekan kedua baru dibawa ke dokter, pasien akan mengalami masalah saraf. Sengau
dalam berbicara dan selalu tersedak saat makan dan minum.
4. Fase Keempat
Akhir minggu kedua pasien akan semakin parah dan terlambat ditangani. Hal itu
tergantung pula jenis kumannya. Kuman difteri ada 3 macam, dan yang paling berat
memberikan racun paling parah.
E. Komplikasi Difteri
Sebagian besar kasus difteri menimbulkan gejala yang signifikan dan perlu diobati
untuk mencegah komplikasi yang mengancam nyawa. Jika tidak diobati difteri dapat
menyebabkan:
1. Masalah pernapasan.
Bakteri penyebab difteri dapat menghasilkan toksin atau racun. Racun ini mampu
merusak jaringan di area infeksi, biasanya di hidung dan tenggorokan
2. Kerusakan jantung.
Racun yang dihasilkan oleh bakteri pun berisiko menyebar melalui aliran darah dan
merusak jaringan lain di dalam tubuh.
3. Kerusakan saraf.
4. Racun juga dapat menyebabkan kerusakan saraf pada tenggorokan. Saraf yang mengalami
masalah ini bisa menyebabkan kesulitan menelan.
F. Pengobatan Difteri
Pasien harus dirawat di ruang isolasi rumah sakit untuk menghinde penularan ko
pasien lainnya. Pengobatan ditujukan untuk memulihk pasien akibat peradangan dan toksin
bakteri itu sendiri, yang terdiri dari:
1. Diphtheriae anti-toxin (DAT) atau antidifteri serum (ADS) merupakas antitoksin yang bisa
diproduksi dari serum kuda dan akan mengikat taka dalam darah namun tidak dalam jaringan.
DAT diberikan pada tersang penderita difteria tanpa menunggu konfirmasi hasil laboratorium.
2. Antibiotik eritromisin atau penisilin diberikan untuk terapi den profilaksis. Pengobatan
tersangka difteria bertujuan untuk meneka penularan penyakit.
G. Pencegahan Difteri
Setiap orang dapat terinfeksi oleh difteri, tetapi kerentanan terhadap infeksi
bergantung dari pernah tidaknya ia terinfeksi oleh difteri dan juga pada kekebalan tubuh. Bayi
yang dilahirkan oleh ibu yang kebal akan mendapatkan kekebalan pasif tetapi tak akan lebih
dari 6 bulan dan pada umur 1 tahun kekebalannya habis sama sekali. Kekebalan tubuh juga
bias didapat secara aktif melalui imunisasi. Upaya pencegahan timbulnya dan penularan
difteri, antara lain:
− Kebersihan Lingkungan
Pencegahan secara umum dengan menjaga kebersihan dan meningkatkan kekebalan
tubuh anak.
− Imunisasi DPT
Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan
pertusis (DPT) sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang
penyuntikan satu atau dua bulan. Efek samping yang mungkin akan timbul adalah
demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup diberi obat
penurun panas.
− Pengobatan Profilaksis
Pencarian dan kemudian mengobati karier difteria diperuntukkan untuk karier (pembawa)
difteri yang tampak sehat. Dilakukan dengan uji Schick, yaitu bila hasil uji negatif
(mungkin penderita karier pernah mendapat imunisasi), maka harus diiakukan hapusan
tenggorok. Jika ternyata ditemukan C. diphtheriae, penderita harus diobati dan bila perlu
dilakukan tonsilektomi.
− Hati-hati dalam menggunakan benda yang berisiko terkontaminasi bakteri
− Etika batuk
Pasien yang batuk diinstruksikan untuk memalingkan kepala dan menutup mulut /hidung
dengan tisu. Kalau tidak memiliki tisu maka mulut dan hidung ditutup dengan tangan atau
pangkal lengan. Sesudah batuk, tangan dibersihkan, dan tisu dibuang pada tempat sampah
yang khusus disediakan untuk ini.
H. Kesimpulan
Difteri adalah infeksi bakteri yang bersumber dari Corybacterium diphtheriae, yang
biasanya mempengaruhi selaput lendir dan tenggorokan. Difteri umumnya menyebabkan sakit
tenggorokan, demam, kelenjar tonsil(amandel) bengkak, dan lemas. Dalam tahap lanjut, difteri
bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal dan sistem saraf. Kondisi seperti itu pada
akhirnya bisa berakibat sangat fatal dan berujung pada kematian. Karena bakteri mengeluarkan
racun yang mengganggu fungsi organ yang mengalami kerusakan tersebut manusia yang kurang
memiliki sistem kekebalan tubuh terutama yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap saat
masih kecil atau kanak-kanak mudah terserang bakteri ini. Difteri disebabkan oleh
Corynebacterium, yaitu bakteri yang menyebarkan penyakit melalui partikel di udara, benda
pribadi, serta peralatan rumah tangga yang terkontaminasi. Jika seseorang menghirup partikel
udara dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi, dapat terkena difteri.