Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DIFTERI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Promosi Kesehatan

DOSEN PENGAMPU : Damon Wicaksi SST, M,Kes

Disusun oleh :

Nurul Fadhilah (211444010002)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN UNIVERSITAS BONDOWOSO

TAHUN AJARAN 2022


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Difteri

Sasaran : Klien & Keluarga

Hari/Tanggal : 11 September 2022

Pukul : 08.00

Waktu : 30 menit

Tempat ; Desa Pucanganom Kecamatan Jambesari Darussholah

Penyuluhan : Mahasiswa DIII Keperawatan Bondowoso

I. Analisis Situasi

1.1 Peserta diskusi : Klien dan keluarga

1.2 Ruangan Diskusi : Rumah Klien dan keluarga

1.3 Pemberi Materi : Mahasiswa DIII Keperawatan Universitas Bondowoso

II. Tujuan

2.1 Tujuan Umum


Setelah mengikuti diskusi kelompok tentang pendidikan Difteri diharapkan kilen &
keluarga dapat memahami informasi terkait Difteri.

2.2 Tujuan Khusus

a. Menjelaskan pengertian penyakit Difteri


b. Menjelaskan penyebab penyakit Difteri
c. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit Difteri
d. Menjelaskan fase penyakit Difteri
e. Menjelaskan komplikasi akibat penyakit Difteri
f. Menjelaskan pengobatan penyakit Difteri
g. Menjelaskan cara pencegahan penyakit Difteri
III. Materi Penyuluhan

3.1 Definisi/pengertian Difteri

3.2 Penyebab Difetri

3.3 Tanda & gejala Difteri

3.4 Fase Difteri

3.5 Komplikasi akibat Difteri

3.6 Cara pengobatan Difteri

3.7 Cara pencegahan Difteri

IV. Metode & Media

4.1 Metode : Diskusi

4.2 Media : Leafleat

V. Kegiatan Diskusi

NO Topik Waktu Kegiatan Diskusi Kegiatan Peserta

1. Pembukaan 5 Menit 1. Memberikan leaflet 1. Menerima dan membaca


Leaflet
2. Membuka kegiatan
diskusi dan mengucapkan 2. Menjawab salam
salam
3.Mendengarkan &
3. Memperkenalkan diri memeperhatikan

4. Menjelaskan tujuan
penyuluhan

2. Penyajian 20 Menit Pelaksanaan:


1. Menjelaskan pengertian 1. Memperhatikan
penyakit Difteri

2. Menjelaskan penyebab
2. Mendengarkan
penyakit Difteri
3. Memperhatikan
3. Menjelaskan tanda dan
gejala penyakit Difteri

4.Menjelaskan fase 4. Mendengarkan


penyakit Difteri
5. Memperhatikan
5. Menjelaskan komplikasi
akibat penyakit Difteri
6. Mendengarkan
6. Menjelaskan
pengobatan penyakit
Difteri
7. Memperhatikan
7.Menjelaskan cara
pencegahan penyakit
Difteri

3. Evaluasi 15 Menit Evaluasi :

Mengevaluasi hasil Memperhatikan &


penyuluhan & Mengajukan pertanyaan
Memberikan kesempatan
audiens untuk bertanya

4. Penutup 5 Menit 1. Kesimpulan dari 1. Mendengarkan


penyuluhan

2. Menjawab salam
2. Mengakhiri pertemuan
dengan mengucapkan
salam dan terima kasih

VI. Kriteria Hasil

5.1 Evaluasi Struktur

a. SAP (materi) dibuat sebelum penyuluhan

b. Media : leafleat

c. Peserta hadir di tempat diskusi

d. Penyelenggaraan diskusi dilaksanakan di Desa Pucanganom Kecamatan Jambesari


Darussholah

5.2 Evaluasi Proses

1. Penyuluhan dimulai sesuai waktu yang direncanakan

2. Proses penyuluhan berjalan lancar dengan durasi 35 menit dimulai dari


perkenalan,maksud dan tujuan,kontrak waktu sampai selesai

3. Dari jumlah seluruh peserta ada yang mengajukan sanggahan kembali dari penyampaian
materi, peserta dinyatakan paham dengan materi yang disampaikan

4. Selama berlangsungnya penyuluhan seluruh peserta kooperatif tidak ada yang


meninggalkan tempat selama acara berlangsung

5.3 Evaluasi hasil

a. Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diberikan

b. Peserta dapat memahami materi demam berdarah dengan baik


VII. Daftar Pustaka

https://www.halodoc.com/kesehatan/difteri

https://rsudpariaman.sumbarprov.go.id/readpost/Difteri.html#:~:text=Difteri%20adalah%
20infeksi%20menular%20yang,pasien%20juga%20mengalami%20infeksi%20kulit

Penerbit Erlangga (2008). PENYAKIT TROPIS (epidemiologi,penularan,pencegahan, 7


pemberantasannya )edisi ll.

Mengetahui Bondowoso, 11 September


2022
Pembimbing Mata Kuliah Penyuluh

Damon Wicaksi,SST.M.Kes Nurul Fadhilah


NIDN.07.1805.7505 NIM: 211444010039
PENYULUHAN DIFTERI

A. DEFINISI

Difteri merupakan penyakit akut yang disebabkan endotoksin yang dihasilkan oleh
kuman gram positif Corynebacterium diphtheria. Toksin yang dihasilkan oleh bakteri akan
membentuk pseudomembran yang dapat menyumbat saluran nafas atas atau merusak
miokardium dan jaringan lainnya, hal inilah yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas dari
penyakit difteri.
Difteri adalah infeksi bakteri yang bersumber dari Corybacterium diphtheriae, yang
biasanya mempengaruhi selaput lendir dan tenggorokan. Difteri umumnya menyebabkan sakit
tenggorokan, demam, kelenjar tonsil(amandel) bengkak, dan lemas. Dalam tahap lanjut, difteri
bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal dan sistem saraf. Kondisi seperti itu pada
akhirnya bisa berakibat sangat fatal dan berujung pada kematian. Karena bakteri mengeluarkan
racun yang mengganggu fungsi organ yang mengalami kerusakan tersebut manusia yang kurang
memiliki sistem kekebalan tubuh terutama yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap saat
masih kecil atau kanak-kanak mudah terserang bakteri ini.

B. ETIOLOGI

Difteri disebabkan oleh Corynebacterium, yaitu bakteri yang menyebarkan penyakit


melalui partikel di udara, benda pribadi, serta peralatan rumah tangga yang terkontaminasi. Jika
seseorang menghirup partikel udara dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi, dapat terkena
difteri. Cara ini sangat efektif untuk menyebarkan penyakit, terutama pada tempat yang ramai.
Penyebab lainnya adalah kontak dengan benda-benda pribadi yang terkontaminasi. Seseorang
dapat difteri dengan memegang tisu bekas orang yang terinfeksi, minum dari gelas yang belum
dicuci, atau kontak sejenisnya dengan benda-benda yang membawa bakteri. Pada kasus yang
langka, difteri menyebar pada peralatan rumah tangga yang digunakan bersama, seperti handuk
atau mainan.Menyentuh luka yang terinfeksi juga dapat membuat seseorang terpapar bakteri
yang menyebabkan difteri.
C. Tanda & Gejala

Tanda dan gejalanya umumnya muncul 2 – 5 hari setelah terinfeksi, namun mungkin
juga baru muncul 10 hari kemudian.

➢ Gejala umum yang timbul berupa :


a. Demam tinggi
b. Lesu dan lemah
c. Pucat
d. Anoreksia
e. pusing
➢ Gejala khas yang menyertai:
a. Nyeri menelan
b. Sesak nafas
c. Serak
d. Kelenjar getah bening di leher atau leher membengkak
e. Selaput berwarna putih

D. Fase Penyakit Difteri

1. Fase Pertama
Minggu pertama, penyakit ini akan memengaruhi jalan napas. Pasien sudah mulai
sulit bernapas. Pasien mengalami demam, pembentukan selaput dimulai dalam 2-3 hari.
“Jika segera diobati, daya tahan fisik kuat, dan gizi cukup maka bisa selamat,” kata Hindra
dan Sri.
2. Fase Kedua
Akhir pekan pertama baru dibawa ke dokter, maka sudah akan mengalami masalah
jantung. Racun yang dibawa kuman dialirkan melalui darah, menyebar ke jantung, dan otot
lemah. “Baru diobati setelah hari ketujuh kemungkinan tak tertolong lebih tinggi,”
jelasnya.
3. Fase Ketiga
Pekan kedua baru dibawa ke dokter, pasien akan mengalami masalah saraf. Sengau
dalam berbicara dan selalu tersedak saat makan dan minum.
4. Fase Keempat
Akhir minggu kedua pasien akan semakin parah dan terlambat ditangani. Hal itu
tergantung pula jenis kumannya. Kuman difteri ada 3 macam, dan yang paling berat
memberikan racun paling parah.

E. Komplikasi Difteri

Sebagian besar kasus difteri menimbulkan gejala yang signifikan dan perlu diobati
untuk mencegah komplikasi yang mengancam nyawa. Jika tidak diobati difteri dapat
menyebabkan:

1. Masalah pernapasan.
Bakteri penyebab difteri dapat menghasilkan toksin atau racun. Racun ini mampu
merusak jaringan di area infeksi, biasanya di hidung dan tenggorokan
2. Kerusakan jantung.
Racun yang dihasilkan oleh bakteri pun berisiko menyebar melalui aliran darah dan
merusak jaringan lain di dalam tubuh.
3. Kerusakan saraf.
4. Racun juga dapat menyebabkan kerusakan saraf pada tenggorokan. Saraf yang mengalami
masalah ini bisa menyebabkan kesulitan menelan.

Dengan pengobatan pengidap difteri berpeluang selamat dari komplikasi ini,


meskipun pemulihannya membutuhkan waktu yang cukup lama. Sekitar 5-10 persen kasus
difteri berakibat fatal dan tingkat kematiannya lebih tinggi pada anak-anak di bawah usia 5
tahun atau lansia.

F. Pengobatan Difteri

Pasien harus dirawat di ruang isolasi rumah sakit untuk menghinde penularan ko
pasien lainnya. Pengobatan ditujukan untuk memulihk pasien akibat peradangan dan toksin
bakteri itu sendiri, yang terdiri dari:

1. Diphtheriae anti-toxin (DAT) atau antidifteri serum (ADS) merupakas antitoksin yang bisa
diproduksi dari serum kuda dan akan mengikat taka dalam darah namun tidak dalam jaringan.
DAT diberikan pada tersang penderita difteria tanpa menunggu konfirmasi hasil laboratorium.
2. Antibiotik eritromisin atau penisilin diberikan untuk terapi den profilaksis. Pengobatan
tersangka difteria bertujuan untuk meneka penularan penyakit.

3. Kortikosteroid, untuk mencegah dan mengurangi peradangan.

G. Pencegahan Difteri

Setiap orang dapat terinfeksi oleh difteri, tetapi kerentanan terhadap infeksi
bergantung dari pernah tidaknya ia terinfeksi oleh difteri dan juga pada kekebalan tubuh. Bayi
yang dilahirkan oleh ibu yang kebal akan mendapatkan kekebalan pasif tetapi tak akan lebih
dari 6 bulan dan pada umur 1 tahun kekebalannya habis sama sekali. Kekebalan tubuh juga
bias didapat secara aktif melalui imunisasi. Upaya pencegahan timbulnya dan penularan
difteri, antara lain:
− Kebersihan Lingkungan
Pencegahan secara umum dengan menjaga kebersihan dan meningkatkan kekebalan
tubuh anak.
− Imunisasi DPT
Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan
pertusis (DPT) sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang
penyuntikan satu atau dua bulan. Efek samping yang mungkin akan timbul adalah
demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup diberi obat
penurun panas.
− Pengobatan Profilaksis
Pencarian dan kemudian mengobati karier difteria diperuntukkan untuk karier (pembawa)
difteri yang tampak sehat. Dilakukan dengan uji Schick, yaitu bila hasil uji negatif
(mungkin penderita karier pernah mendapat imunisasi), maka harus diiakukan hapusan
tenggorok. Jika ternyata ditemukan C. diphtheriae, penderita harus diobati dan bila perlu
dilakukan tonsilektomi.
− Hati-hati dalam menggunakan benda yang berisiko terkontaminasi bakteri
− Etika batuk
Pasien yang batuk diinstruksikan untuk memalingkan kepala dan menutup mulut /hidung
dengan tisu. Kalau tidak memiliki tisu maka mulut dan hidung ditutup dengan tangan atau
pangkal lengan. Sesudah batuk, tangan dibersihkan, dan tisu dibuang pada tempat sampah
yang khusus disediakan untuk ini.

H. Kesimpulan

Difteri adalah infeksi bakteri yang bersumber dari Corybacterium diphtheriae, yang
biasanya mempengaruhi selaput lendir dan tenggorokan. Difteri umumnya menyebabkan sakit
tenggorokan, demam, kelenjar tonsil(amandel) bengkak, dan lemas. Dalam tahap lanjut, difteri
bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal dan sistem saraf. Kondisi seperti itu pada
akhirnya bisa berakibat sangat fatal dan berujung pada kematian. Karena bakteri mengeluarkan
racun yang mengganggu fungsi organ yang mengalami kerusakan tersebut manusia yang kurang
memiliki sistem kekebalan tubuh terutama yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap saat
masih kecil atau kanak-kanak mudah terserang bakteri ini. Difteri disebabkan oleh
Corynebacterium, yaitu bakteri yang menyebarkan penyakit melalui partikel di udara, benda
pribadi, serta peralatan rumah tangga yang terkontaminasi. Jika seseorang menghirup partikel
udara dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi, dapat terkena difteri.

Anda mungkin juga menyukai