Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) DIFTERI

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


DIFTERI

Pokok Bahasan : Difteri


Sasaran : Orang tua dan keluarga pasien
Metode : Ceramah, diskusi
Media : Leaflet, LCD + proyektor, laptop
Waktu : 30 menit.
Tempat : Ruang Topaz RS. Lavalette Malang
Hari dan tanggal : Jumat, 25 Oktober 2019

A. LATAR BELAKANG
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae
yang dapat menyebabkan sakit tenggorokan, demam, kelenjar bengkak, dan lemas. Dalam
tahap lanjut, difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal dan sistem saraf yang
berakibat fatal dan berujung pada kematian. Penyakit difteri sangat rentan menyerang bayi
mulai umur 2 bulan.
Kasus difteri telah menjangkiti 34 kota/kabupaten, dan hanya empat daerah yang belum
terjangkit seperti Ngawi, Pacitan, Trenggalek, dan Magetan. Kasus difteri yang paling parah
menyerang Surabaya, Bangkalan, dan Mojokerto. Penularan penyakit difteri sudah mulai
meningkat sejak 2008. Pada tahun 2010, di wilayah Jatim memang tinggi angka kesakitan
akibat penyakit difteri sebanyak 304 kasus pada 32 daerah dan mengakibatkan 21 anak
meninggal. Sedangkan tahun 2009, terdapat 140 kasus pada 24 daerah di Jatim dengan korban
8 orang meninggal dunia. Peristiwa KLB difteri yang terjadi di Jatim memberikan gambaran
bahwa program imunisasi harus mendapat perhatian khusus.
Sejak Januari hingga Oktober 2011, korban penyakit difteri mencapai 328 orang.
Pemprov Jatim-pun melakukan vaksinasi massal yang dimulai serentak (10/10/2011) pada 11
kabupaten/kota yaitu Kota Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Mojokerto, Bangkalan, Sampang,
Sumenep, Pamekasan, Blitar, Gresik, dan Banyuwangi dengan anggaran Rp10 miliar dari Rp13
miliar yang disediakan. Kesebelas daerah itu merupakan daerah dengan jumlah persebaran
difteri terbesar. Dari 651 desa, 483 desa tanggungjawab Pemprov Jatim, 168 desa
tanggungjawab kabupaten kota. Pemprov menambahkan dana sebanyak Rp10 miliar yang
disalurkan melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim (beritajatim.com).
Kondisi di Kota Surabaya sendiri sebagai daerah dengan tingkat migrasi yang tinggi
memiliki tingkat risiko penularan yang tinggi pula. Surabaya masuk dalam wilayah yang
mendapat perhatian dalam kasus penularan penyakit difteri. Penelitian di lapangan, penularan
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada bayi dan anak-anak yang tidak mendapatkan
imunisasi. Imunisasi menjadi langkah penting dalam mencegah penularan penyakit ini.
Temuan dilapangan, penyakit difteri yang menyerang anak-anak di Jatim baik yang
ditemukan tanpa gejala maupun sampai fatal. Kondisi yang sangat fatal, penderita mengalami
sesak nafas dan tidak bisa bernafas. Penderita yang ditemukan kebanyakan anak-anak, dari usia
4 tahun sampai 12 tahun. Hal ini disebabkan sistem kekebalan tubuh mereka belum terbentuk
sempurna. Penderita juga bisa terserang dengan gejala mata berdarah dan menyerang kulit.
Untuk menangani kasus difteri ini, Pemprov Jatim telah menyediakan sebanyak 40 ribu vaksin
dan telah disalurkan kepada seluruh puskesmas dan posyandu yang ada di Jawa Timur.
Penyakit difteri bisa dicegah sejak dini. Upaya pencegahan bagi serangan Difteri ini
dilakukan secara dini kepada anak-anak atau balita dengan mendapatkan imunisasi DPT pada
usia 2 bulan ke atas. Biasanya vaksin DPT diberikan pada kegiatan bulan imunisasi di sekolah
kepada anak SD kelas 1. Pencegahan penyebaran penyakit Difteri juga dilakukan dengan
menerapkan pola hidup bersih dan sehat atau PHBS yang harus terus dilakukan seperti mencuci
tangan sebelum makan. Tujuan PHBS salah satunya agar penyebaran penyakit menular itu bisa
ditangkal. Lain lainnya adalah memperhatikan asupan makanan yang bergizi dan seimbang
juga harus terus dijaga.

B. TIU ( Tujuan Intruksional Umum )


Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan para lansia yang hadir di kecamatan
Sidosermo mendapat pengetahuan tambahan mengenai difteri lebih dalam dan mengetahui cara
menangani dan mencegah penyakit difteri.

C. TIK ( Tujuan Intruksional Khusus )


Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan lansia yang hadir di Kecamatan
Sidosermo mampu
1. Menyebutkan pengertian difteri dengan benar.
2. Menyebutkan tanda dan gejala difteri dengan benar .
3. Menyebutkan cara penularan difteri dengan benar.
4. Menyebutkan faktor-faktor resiko difteri dengan benar.
5. Menyebutkan komplikasi difteri dengan benar.
6. Menyebutkan penanganan difteri dengan tepat.
7. Menyebutkan pencegahan difteri dengan benar.
8. Menyebutkan tentang imunisasi difteri

D. SASARAN
 Orang tua pasien
 Keluarga pasien
 Pengunjung ruang topaz

E. MATERI
Terlampir

F. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi

G. MEDIA
1. Leaflet
2. LCD
3. Leptop

H. KRITERIA EVALUASI
Kriteria Struktur :
a. Peserta hadir minimal 15 orang
1. Penyelenggara penyuluhan dilakukan di Kecamatan Sidosermo
2. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat
penyuluhan
b. Kriteria Proses :
1. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
2. Peserta konsentrasi mendengarkan penyuluhan
3. Paserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara lengkap dan benar
c. Kriteria Hasil :
1. Menyebutkan pengertian difteri dengan benar.
2. Menyebutkan tanda dan gejala difteri dengan benar .
3. Menyebutkan cara penularan difteri dengan benar.
4. Menyebutkan faktor-faktor resiko difteri dengan benar.
5. Menyebutkan komplikasi difteri dengan benar.
6. Menyebutkan penanganan difteri dengan tepat.
7. Menyebutkan pencegahan difteri dengan benar.
8. Menyebutkan tentang imunisasi difteri

I. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Kegiatan Kegiatan Audience
penyuluhan
1 5 Menit Pembukaan
1.Penyuluh memulai 1.Menjawab salam
penyuluhan dengan
2.Memperhatikan
mengucapkan salam
3.Memperhatikan
2.Memperkenalkan
diri 4.Memperhatikan
3.Menjelaskan tujuan 5.Menerima dan
penyuluhan membaca
4.Menyebutkan
materi yang akan
diberikan
5.Membagikan
leaflet
2 10 Menit Pelaksanaan
1.Menjelaskan 1.Memperhatikan
pengertian difteri
2.Memperhatikan
2.Menyebutkan tanda
3.Memperhatikan
dan gejala difteri
4.Memperhatikan
3.Menjelaskan cara
penularan difteri 5.Memperhatikan
4.menjelaskan faktor- 6.Memperhatikan
faktor resiko difteri
7. memperhatikan
5.menyebutkan
8.memperhatikan
komplikasi difteri
9.Bertanya dan
6.menjelaskan
mendengarkan
penanganan difteri
jawaban
7.menjelaskan cara
pencegahan difteri
8. mencelaskan
imunisasi difteri
9. memberi
kesempatan bertanya
3 10 Menit Evaluasi :
1.Meminta Audience 1.Menjelaskan
menjelaskan pengertian dari
pengertian dari difteri difteri
2.Meminta audience 2.Menyebutkan
menyebutkan tentang tentang tanda dan
tanda dan gejalan gejala difteri
difteri
3.Menyebutkan
3.Meminta audience tentang cara
menyebutkan cara- penularan difteri
cara penularan difteri
4. menyebutkan cara
4. meminta audience penanganan dan
menjelaskan cara pencegahan difteri
penanganan dan
5. menyebutkan
pencegahan difteri
jadwal pemberian
5.meminta audience imunisasi difteri
menjelaskan kapan
jadwal pemberian
imunisasi difteri
4 5 Menit Terminasi
1.Mengucapkan 1.Memperhatikan
terima kasih atas
2.Membalas salam
perhatian yang
diberikan
2.Mengucapkan
salam penutup
J. SETTING TEMPAT
LCD Proyektor

Keterangan :
: Pembawa acara dan moderator : Observer

: Penyaji : Audience

: Fasilitator

K. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
 Penyaji : Titian RRR
 Moderator : Mega P
 Fasilitator : Tito SR
 Observer : Tito SR dan Mega P
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian Difteri
Difteri adalah infeksi bakteri yang bersumber dari Corynebacterium diphtheriae, yang
biasanya mempengaruhi selaput lendir dan tenggorokan. Difteri umumnya menyebabkan sakit
tenggorokan, demam, kelenjar tonsil (amandel) bengkak, dan lemas. Dalam tahap lanjut, difteri
bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal dan sistem saraf. Kondisi seperti itu pada
akhirnya bisa berakibat sangat fatal dan berujung pada kematian. karena bakteri mengeluarkan
racun yang mengganggu fungsi organ-organ yang mengalami kerusakan tersebut. manusia
yang kurang memilki sistem kekebalan tubuh terutama yang tidak mendapatkan suntikan
imunisasi lengkap saat masih kecil atau kanak-kanak mudah terserang bakteri ini.

B. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala difteri meliputi, sakit tenggorokan dan suara serak, nyeri saat menelan,
pembengkakan kelenjar (kelenjar getah bening membesar) di leher, dan terbentuknya sebuah
membran tebal abu-abu menutupi tenggorokan dan amandel, sulit bernapas atau napas cepat,
demam, dan menggigil.
Tanda dan gejala biasanya mulai muncul 2-5 hari setelah seseorang menjadi terinfeksi.
Orang yang terinfeksi C. Diphtheria seringkali tidak merasakan sesuatu atau tidak ada tanda-
tanda dan gejala sama sekali. Orang yang terinfeksi namun tidak menyadarinya dikenal sebagai
carier (pembawa) difteri. Sumber penularan penyakit difteri ini adalah manusia, baik sebagai
penderita maupun sebagai carier.
Tipe kedua dari difteri dapat mempengaruhi kulit, menyebabkan nyeri kemerahan, dan
bengkak yang khas terkait dengan infeksi bakteri kulit lainnya. Sementara itu pada kasus yang
jarang, infeksi difteri juga mempengaruhi mata.

C. Cara Penularan
Bakteri C.diphtheriae dapat menyebar melalui tiga rute:
 Bersin: Ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk, mereka akan melepaskan uap
air yang terkontaminasi dan memungkinkan orang di sekitarnya terpapar bakteri
tersebut.
 Kontaminasi barang pribadi: Penularan difteri bisa berasal dari barang-barang pribadi
seperti gelas yang belum dicuci.
 Barang rumah tangga: Dalam kasus yang jarang, difteri menyebar melalui barang-
barang rumah tangga yang biasanya dipakai secara bersamaan, seperti handuk atau
mainan.
 Selain itu, Anda juga dapat terkontaminasi bakteri berbahaya tersebut apabila
menyentuh luka orang yang sudah terinfeksi. Orang yang telah terinfeksi bakteri difteri
dan belum diobati dapat menginfeksi orang nonimmunized selama enam minggu -
bahkan jika mereka tidak menunjukkan gejala apapun.

D. Faktor risiko
Orang-orang yang berada pada risiko tertular difteri meliputi:
· Anak-anak dan orang dewasa yang tidak mendapatkan imunisasi terbaru
· Orang yang hidup dalam kondisi tempat tingal penuh sesak atau tidak sehat
· Orang yang memiliki gangguan sistem kekebalan.
· Siapapun yang bepergian ke tempat atau daerah endemik difteri
Difteri jarang terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, karena telah
mewajibkan imunisasi pada anak-anak selama beberapa dekade. Namun, difteri masih sering
ditemukan pada negara-negara berkembang di mana tingkat imunisasinya masih rendah seperti
halnya yang saat ini terjadi di Jawa Timur.

E. Komplikasi
Jika tidak diobati, difteri dapat menyebabkan:
 Gangguan pernapasan
C. Diphtheriae dapat menghasilkan racun yang menginfeksi jaringan di daerah hidung
dan tenggorokan. Infeksi tersebut menghasilkan membaran putih keabu-abuan
(psedomembrane) terdiri dari membran sel-sel mati, bakteri dan zat lainnya. Membran
ini dapat menghambat pernapasan.
 Kerusakan jantung
Toksin (racun) difteri dapat menyebar melalui aliran darah dan merusak jaringan lain
dalam tubuh Anda, seperti otot jantung, sehingga menyebabkan komplikasi seperti
radang pada otot jantung (miokarditis). Kerusakan jantung akibat miokarditis muncul
sebagai kelainan ringan pada elektrokardiogram yang menyebabkan gagal jantung
kongestif dan kematian mendadak.
 Kerusakan saraf
Toksin juga dapat menyebabkan kerusakan saraf khususnya pada tenggorokan, di mana
konduksi saraf yang buruk dapat menyebabkan kesulitan menelan. Bahkan saraf pada
lengan dan kaki juga bisa meradang yang menyebabkan otot menjadi lemah. Jika racun
ini merusak otot-otot kontrol yang digunakan untuk bernapas, maka otot-otot ini dapat
menjadi lumpuh. Kalau sudah seperti itu, maka diperlukan alat bantu napas. Dengan
pengobatan, kebanyakan orang dengan difteri dapat bertahan dari komplikasi ini,
namun pemulihannya akan berjalan lama.

F. Penanganan
Difteri adalah penyakit yang serius. Para ahli di Mayo Clinic, memaparkan, ada beberapa
upaya pengobatan yang dapat dilakukan diantaranya:
 Pemberian antitoksin: Setelah dokter memastikan diagnosa awal difteri, anak yang
terinfeksi atau orang dewasa harus menerima suatu antitoksin. Antitoksin itu
disuntikkan ke pembuluh darah atau otot untuk menetralkan toksin difteri yang sudah
terkontaminasi dalam tubuh. Sebelum memberikan antitoksin, dokter mungkin
melakukan tes alergi kulit untuk memastikan bahwa orang yang terinfeksi tidak
memiliki alergi terhadap antitoksin. Dokter awalnya akan memberikan dosis kecil dari
antitoksin dan kemudian secara bertahap meningkatkan dosisnya.
 Antibiotik: Difteri juga dapat diobati dengan antibiotik, seperti penisilin atau
eritromisin. Antibiotik membantu membunuh bakteri di dalam tubuh dan
membersihkan infeksi. Anak-anak dan orang dewasa yang telah terinfeksi difteri
dianjurkan untuk menjalani perawatan di rumah sakit untuk perawatan. Mereka
mungkin akan diisolasi di unit perawatan intensif karena difteri dapat menyebar dengan
mudah ke orang sekitar terutama yang tidak mendapatkan imunisasi penyakit ini.

G. Pencegahan
Jika Anda telah terpapar orang yang terinfeksi difteri, segeralah pergi ke dokter untuk
mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan. Dokter mungkin akan memberi Anda resep
antibiotik untuk mencegah infeksi penyakit itu.
Di samping juga pemberian vaksin difteri dengan dosis yang lebih banyak. Pemberian
antibiotik juga diperlukan bagi mereka yang diketahui sebagai carrier (pembawa) difteri.
Difteri adalah penyakit yang umum pada anak-anak. Penyakit ini tidak hanya dapat diobati
tetapi juga dapat dicegah dengan vaksin. Vaksin difteri biasanya dikombinasikan dengan
vaksin untuk tetanus dan pertusis, yang dikenal sebagai vaksin difteri, tetanus dan pertusis
(DTP).Versi terbaru dari vaksin ini dikenal sebagai vaksin DTP untuk anak-anak dan vaksin
Tdap untuk remaja dan dewasa. Pemberian vaksinasi sudah dapat dilakukan saat masih bayi
dengan lima tahapan yakni, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 12-18 bulan dan 4-6 tahun.
Vaksin difteri sangat efektif untuk mencegah difteri. Tapi pada beberapa anak mungkin
akan mengalami efek samping seperti demam, rewel, mengantuk atau nyeri pasca pemberian
vaksin. Pemberian vaksin DTP pada anak jarang menyebabkan komplikasi serius, seperti reaksi
alergi (gatal-gatal atau ruam berkembang hanya dalam beberapa menit pasca injeksi), kejang
atau shock. Untuk beberapa anak dengan gangguan otak progresif - tidak dapat menerima
vaksin DTP.
Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit Diferi,
Pertusis, Tetanus dengan cara memasukkan kuman difteri, pertusis, tetanus yang telah
dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh sehingga tubuh dapat menghasilkan zat anti yang
pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit ketiga penyakit tersebut.

H. Manfaat Imunisasi DPT Dasar


Salah satu upaya agar anak-anak jangan sampai menderita suatu penyakit adalah dengan
jalan memberikan imunisasi. Dengan imunisasi ini tubuh akan membuat zat anti dalam jumlah
banyak, sehingga anak tersebut kebal terhadap penyakit. Jadi tujuan imunisasi DPT adalah
membuat anak kebal terhadap penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus.
Selain itu manfaat pemberian imunisasi DPT adalah :
a. Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit
difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.
b. Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding terkena penyakit
secara alami.
c. Evaluasi :
· Evaluasi Struktur : Diharapkan penyuluhan berjalan sesuai dengan struktur yang
telah dibuat.
· Evaluasi proses : Diharapkan peserta sasaran mengikuti sampai kegiatan selesai
dilaksanakan.
· Evaluasi Hasil : Diharapkan sasaran mengerti tentang penanganan dan pencegahan
difteri.
DAFTAR PUSTAKA
Cooper, Robert B. 1996. Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui “Penyakit”. Jakarta:
Gramedia
Arvin, Behrman Klirgman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
Suharjo, J.B dan B. Cahyono. 2010. Vaksinasi. Jakarta: Kanisius.
Suryana. 1996. Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK. Jakarta: EGC.
Maksum, Radji dan Harmita. 2008. Analisis Hayati. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai