Oleh:
FITRI HANDAYANI HASIBUAN
NIM : P07524719004
Waktu : 20 menit
C. Materi
Penyakit Hirschsprung yang meliputi :
1. pengertian Hirschsprung.
2. penyebab Hirschsprung.
3. Tanda dan gejala Hirschsprung.
4. Komplikasi penyakit Hirschsprung.
D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi / tanya jawab
E. Media
1. Leaflet tentang penyuluhan Hirschsprung.
F. Kegiatan Penyuluhan
NO
WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA
1. 2 menit Pembukaan :
Membuka kegiatan Menjawab salam
dengan mengucapkan salam. Mendengarkan
Memperkenalkan Memperhatikan
diri Memperhatikan
Menjelaskan
tujuan dari penyuluhan
Menyebutkan
materi yang akan diberikan
2. 8 menit Pelaksanaan :
Menjelaskan Memperhatikan
tentang pengertian penyakit
Hirschsprung. Memperhatikan
Menjelaskan
tentang penyebab, tanda-
tanda dan gejala penyakit Memperhatikan
Hirschsprung.
MATERI PENYULUHAN
a. Pengertian Hirschsprung
Penyakit Hirschsprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini
merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik). Jadi,
karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak mempunyai
persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam menjalanakan fungsinya
sehingga usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-
beda untuk setiap individu (Betz, Cecily, dkk. 2002).
c. Penyebab Hirschsprung
Penyakit ini disebabkan tidak adanya sel syarat dinding usus, karena terhentinya migrasi
sel syaraf usus dari arah kepala menuju anus pada masa embrio (janin). Yang terjadi pada
minggu ke lima sampai minggu ke dua belas kehamilan dalam pembentukan sistem saraf
usus. Tidak adanya ganglion usus ini mulai dari spinkter ani interna anus ke arah proksimal
(atas) dengan panjang yang bervariasi, tetapi selalu termasuk anus dan setidak-tidaknya
sebagian rektum dengan gejala klinis berupa fungsi gangguan gerakan usus (Ngastiyah. 1997).
Gejala pada anak yang lebih besar karena gejala tidak jelas pada waktu lahir (Kartono,
Darmawan. 2004) :
1. Riwayat adanya obstipasi pada waktu lahir
2. Distensi abdomen bertambah
3. Serangan konstipasi dan diare terjadi selang-seling
4. Terganggu tumbuh kembang karena sering diare.
5. Feses bentuk cair, butir-butir dan seperti pita.
6. Perut besar dan membuncit.
e. Komplikasi Hirschsprung
Komplikasi pada pasien hirschsprung ada dua, yaitu komplikasi prabedah dan komplikasi
pascabedah. Komplikasi prabedah terdiri dari sepsis hingga perforasi. Perforasi terjadi
berawal dari adanya usus yang mengalami distensi pada hirschsprung yang mengakibatkan
gangguan sirkulasi pada dinding usus, mulanya aliran vena yang terganggu akibatnya terjadi
perpindahan cairan dari vena ke jaringan, terjadilah edema. Edema menyebabkan aliran arteri
terganggu sehingga usus mengalami iskemik dan akhirnya nekrotik. Akibat dari ini terjadi
gangguan absorpsi dan gangguan barier. Kuman-kuman yang ada di lumen usus mengadakan
multiplikasi dan translokasi menembus mukosa, submukosa dan otot usus. Jika kuman
menyebar ke dalam aliran darah terjadi viremia jika meluas terjadi sepsis, jika kuman
menyebar ke cavum peritoneum akan terjadi peritonitis.
Faktor predisposisi komplikasi pasca bedah antara lain (Wong, Donna L. 2003) :
1. Usia pasien saat dilakukan bedah definitif, makin muda usia pasien makin sering
komplikasi yang dijumpai.
2. Kondisi pasien pra bedah, keadaan umum pra bedah yang kurang baik (misalnya,
enterokolitis) cenderung menimbulkan komplikasi bedah.
Komplikasi pasca bedah, antara lain (Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1985) :
1. Kebocoran anastomosis
Kebocoran dapat disebabkan oleh ketegangan yang berlebihan pada garis
anastomose, vaskularisasi yang tidak adekuat pada kedua tepi sayatan ujung
usus, infeksi dan abses sekitar anastomose serta trauma colok dubur atau businasi
pasca operasi yang dikerjakan terlalu dini dan tidak hati-hati. Terjadi
peningkatan suhu tubuh terdapat infiltrat atau abses rongga pelvis.
2. Stenosis
Stenosis dapat disebabkan oleh gangguan penyembuhan luka di daerah
anastomose, infeksi yang menyebabkan terbentuknya jaringan fibrosis, serta
prosedur bedah yang dipergunakan.
3. Enterokolitis
Merupakan komplikasi yang paling berbahaya dan dapat berakibat
kematian. Mekanisme timbulnya enterokolitis karena adanya obstruksi parsial.
Obstruksi usus pasca bedah disebabkan oleh stenosis anastomosis, sfingter ani
dan kolon aganglionik yang tersisa masih spastic. Manifestasi klinik dari
enterokolitis berupa distensi abdomen diikuti tanda obstruksi seperti; muntah
hijau, feses keluar secara eksplosif cair dan berbau busuk. Enterokolitis
nekrotikan merupakan komplikasi parah yang dapat menyebabkan nekrosis dan
perforasi
Daftar Pustaka
Betz, Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi ke-3. Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Sri Kurnianingsih (Fd), Monica
Ester (Alih bahasa) edisi – 4 Jakarta : EGC.
Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1985. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-1 . Jakarta : FKUI .