Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PADA BAYI BARU LAHIR


DENGAN HIRSCHSPRUNG DI RUANG RAWAT ANAK RS USU

Oleh:
FITRI HANDAYANI HASIBUAN
NIM : P07524719004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES
KEMENKES MEDAN
2019/2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Hirschsprung

Hari/Tanggal : Kamis / 13-02-2020

Waktu : 20 menit

Tempat : Ruang Rawat Anak RS.USU

Sasaran : Bayi Ny.M dengan Diagnosa Hirschsprung

A. Tujuan instruksional umum


Setelah dilakukan penyuluhan, orang tua bayi diharapkan mampu memahami penyakit
Hirschsprung dapat mengetahui penyebab, tanda dan gejala Hirschsprung dan komplikasi
penyakit Hirschsprung.

B. Tujuan instruksional khusus


Setelah dilakukan penyuluhan, orang tua bayi diharapkan mampu :
1. Menyebutkan pengertian Hirschsprung.
2. Menyebutkan penyebab Hirschsprung.
3. Menyebutkan tanda dan gejala Hirschsprung.
4. Menyebutkan komplikasi penyakit Hirschsprung.

C. Materi
Penyakit Hirschsprung yang meliputi :
1. pengertian Hirschsprung.
2. penyebab Hirschsprung.
3. Tanda dan gejala Hirschsprung.
4. Komplikasi penyakit Hirschsprung.
D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi / tanya jawab

E. Media
1. Leaflet tentang penyuluhan Hirschsprung.

F. Kegiatan Penyuluhan

NO
WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA
1. 2 menit Pembukaan :
 Membuka kegiatan Menjawab salam
dengan mengucapkan salam. Mendengarkan
 Memperkenalkan Memperhatikan
diri Memperhatikan
 Menjelaskan
tujuan dari penyuluhan
 Menyebutkan
materi yang akan diberikan

2. 8 menit Pelaksanaan :
 Menjelaskan Memperhatikan
tentang pengertian penyakit
Hirschsprung. Memperhatikan
 Menjelaskan
tentang penyebab, tanda-
tanda dan gejala penyakit Memperhatikan
Hirschsprung.

3. 5 Menit Sesi Tanya jawab


 Memberi kesempatan Bertanya dan menjawab
kepada peserta untuk pertanyaan yang diajukan
bertanya

4. 3 menit Evaluasi :
 Menanyakan kepada peserta Menjawab pertanyaan
tentang materi yang telah
diberikan dan diberikan
reword kepada peserta yang
dapat menjawab pertanyaan.
5. 2 menit Terminasi :
 Mengucapkan terima kasih Mendengarkan
atas peran serta peserta.
 Mengucapkan salam Menjawab salam
penutup
G. LAMPIRAN

MATERI PENYULUHAN
a. Pengertian Hirschsprung
Penyakit Hirschsprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini
merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik). Jadi,
karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak mempunyai
persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam menjalanakan fungsinya
sehingga usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-
beda untuk setiap individu (Betz, Cecily, dkk. 2002).

b. Pembagian Penyakit Hirschprung


Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu (Ngastiyah. 1997) :
 Penyakit Hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid, ini merupakan 70% dari kasus penyakit
Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibanding anak perempuan.
 Penyakit Hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus.
Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun prempuan.

c. Penyebab Hirschsprung
Penyakit ini disebabkan tidak adanya sel syarat dinding usus,  karena terhentinya migrasi
sel syaraf usus dari arah kepala menuju anus pada masa embrio (janin). Yang terjadi pada
minggu ke lima sampai minggu ke dua belas kehamilan dalam pembentukan sistem saraf
usus. Tidak adanya ganglion usus ini mulai dari spinkter ani interna anus ke arah proksimal
(atas) dengan panjang yang bervariasi, tetapi selalu termasuk anus dan setidak-tidaknya
sebagian rektum dengan gejala klinis berupa fungsi gangguan gerakan usus (Ngastiyah. 1997).

d. Tanda-tanda yang di temui pada penderita Hirschsprung


Tanda dan gejala setelah bayi lahir (Kartono, Darmawan. 2004) :
1. Tidak ada pengeluaran mekonium (keterlambatan > 24 jam)
2. Muntah berwarna hijau
3. Distensi abdomen, konstipasi.
4. Diare yang berlebihan yang paling menonjol dengan pengeluaran tinja / pengeluaran gas
yang banyak.

Gejala pada anak yang lebih besar karena gejala tidak jelas pada waktu lahir (Kartono,
Darmawan. 2004) :
1. Riwayat adanya obstipasi pada waktu lahir
2. Distensi abdomen bertambah
3. Serangan konstipasi dan diare terjadi selang-seling
4. Terganggu tumbuh kembang karena sering diare.
5. Feses bentuk cair, butir-butir dan seperti pita.
6. Perut besar dan membuncit.

e. Komplikasi Hirschsprung
Komplikasi pada pasien hirschsprung ada dua, yaitu komplikasi prabedah dan komplikasi
pascabedah. Komplikasi prabedah terdiri dari sepsis hingga perforasi. Perforasi terjadi
berawal dari adanya usus yang mengalami distensi pada hirschsprung yang mengakibatkan
gangguan sirkulasi pada dinding usus, mulanya aliran vena yang terganggu akibatnya terjadi
perpindahan cairan dari vena ke jaringan, terjadilah edema. Edema menyebabkan aliran arteri
terganggu sehingga usus mengalami iskemik dan akhirnya nekrotik. Akibat dari ini terjadi
gangguan absorpsi dan gangguan barier. Kuman-kuman yang ada di lumen usus mengadakan
multiplikasi dan translokasi menembus mukosa, submukosa dan otot usus. Jika kuman
menyebar ke dalam aliran darah terjadi viremia jika meluas terjadi sepsis, jika kuman
menyebar ke cavum peritoneum akan terjadi peritonitis.
Faktor predisposisi komplikasi pasca bedah antara lain (Wong, Donna L. 2003) :
1. Usia pasien saat dilakukan bedah definitif, makin muda usia pasien makin sering
komplikasi yang dijumpai.

2. Kondisi pasien pra bedah, keadaan umum pra bedah yang kurang baik (misalnya,
enterokolitis) cenderung menimbulkan komplikasi bedah.

3. Prosedur bedah yang digunakan.


4. Keterampilan spesialis bedah.

5. Perawatan pasca bedah.

Komplikasi pasca bedah, antara lain (Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1985) :
1. Kebocoran anastomosis
Kebocoran dapat disebabkan oleh ketegangan yang berlebihan pada garis
anastomose, vaskularisasi yang tidak adekuat pada kedua tepi sayatan ujung
usus, infeksi dan abses sekitar anastomose serta trauma colok dubur atau businasi
pasca operasi yang dikerjakan terlalu dini dan tidak hati-hati. Terjadi
peningkatan suhu tubuh terdapat infiltrat atau abses rongga pelvis.
2. Stenosis
Stenosis dapat disebabkan oleh gangguan penyembuhan luka di daerah
anastomose, infeksi yang menyebabkan terbentuknya jaringan fibrosis, serta
prosedur bedah yang dipergunakan.
3. Enterokolitis
Merupakan komplikasi yang paling berbahaya dan dapat berakibat
kematian. Mekanisme timbulnya enterokolitis karena adanya obstruksi parsial.
Obstruksi usus pasca bedah disebabkan oleh stenosis anastomosis, sfingter ani
dan kolon aganglionik yang tersisa masih spastic. Manifestasi klinik dari
enterokolitis berupa distensi abdomen diikuti tanda obstruksi seperti; muntah
hijau, feses keluar secara eksplosif cair dan berbau busuk. Enterokolitis
nekrotikan merupakan komplikasi parah yang dapat menyebabkan nekrosis dan
perforasi
Daftar Pustaka

Betz, Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi ke-3. Jakarta : EGC.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Sri Kurnianingsih (Fd), Monica
Ester (Alih bahasa) edisi – 4 Jakarta : EGC.

Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1985. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-1 . Jakarta : FKUI .

Anda mungkin juga menyukai