Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HERNIA

OLEH

KELOMPOK 2

1. Erwin Nata Bora


2. Jose Caub
3. Maxi Y. Tatefin
4. Monika P. adu
5. Sresli Nalle
6. Virginia Diogu

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2023

SATUAN ACARA
PENYULUHAN KESEHATAN

1
TOPIK : Ayo kenali dan cegah hernia

SASARAN :Pasien dan keluarga di Poli Bedah RSUD. MGR. Gabriel Manek SVD
Atambua

HARI / TANGGAL : Jumat, 10 maret 2023

WAKTU : 09:00

TEMPAT : Poli Bedah RSUD. MGR. Gabriel Manek SVD Atambua


PENYULUHAN

A. TUJUAN UMUM
Setelah penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami masalah tentang hernia

B. TUJUAN KHUSUS
Agar pasien dan keluarga dapat :
 Mengetahui pengertian dari hernia
 Mengetahui penyebab dari hernia
 Mengetahui tanda dan gejala hernia
 Mengetahui penatalaksaan hernia
 Mengetahui cara mencegah hernia

C. MATERI PENYULUHAN
 Pengertian dari hernia
 Penyebab dari hernia
 Tanda dan gejala hernia
 Penatalaksaan hernia
 Cara mencegah hernia

2
D. KEGIATAN PENYULUHAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA
1 3 menit Pembukaan :
 Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam  Menjawab salam
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan dari penyuluhan  Memperhatikan
 Menyebutkan materi yang akan diberikan  Memperhatikan
 Kontrak waktu  Memperhatikan

2 15 menit Pelaksanaan :
a.Melakukan Pre test terhadap peserta penyuluhan  Menjawab
b.Menjelaskan tentang :
 Menjelaskan pengertian  Mendengarkan
 Menjelaskan penyebab
 Menjelaskan tanda dan gejala  Mendengarkan
 Menjelaskan penatalaksanaan
 Menjelaskan cara mencegah  Mendengarkan

c. Memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga  Menjawab


untuk bertanya tentang materi yang diberikan
d.Memberikan jawaban/penjelasan dari pertanyaan yang  Menjawab
diajukan.

3 10 menit Evaluasi :
 Menanyakan kepada peserta tentang materi yang  Menjawab
telah diberikan dan reinforcement kepada keluarga pertanyaan
pasien yang dapat menjawab pertanyaan (Post Test)
4 2 menit Terminasi/Penutupan :
 Mengucapkan terima kasih atas peran serta peserta  Mendengarkan
 Mengucapkan salam penutup  Menjawab salam

E. METODE
 Ceramah
 Diskusi

F. MEDIA
 Leaflet
 Poster

3
G. PENGORGANISASIAN
 Moderator : Virginia Diogu
 Penyaji : Monika Preselia Adu
 Observer : Erwin Nata Bora
 Fasilitator : 1. Jose Caub
 2. Sresli Nalle
 Dokumentasi : Maxi Y. Tetafin
H. EVALUASI
 Evaluasi Struktur
 Pasien/keluarga hadir di tempat penyuluhan
 Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh tim PKRS
 Pengorganisasian dilakukan sebelum pelaksanaan penyuluhan
 Evaluasi Proses
 Pasien/keluarga pasien antusias terhadap materi penyuluhan yang disampaikan oleh
pembicara
 Pasien/keluarga pasien tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan penyuluhan selesai
 Pasien/keluarga terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan
 Evaluasi Hasil
 Pasien/keluarga mampu menjelaskan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
komplikasi, pengobatan dan cara pencegahan penyakit. Ada umpan balik positif dari
peserta seperti dapat menjawab pertanyaan yang diajukan pemateri/pembicara.

I. SETTING TEMPAT

Pem Mod
P P

F F
P P
P P

F O

4
KETERANGAN :

 PEM : Pemateri/pembicara/penyuluh
 MOD : Moderator/Pembawa acara/Protokol
 P : Peserta penyuluhan (pasien dan keluarga pasien)
 F : Fasilitator
 O : Observer
Pengorganisasian dan uraian tugas

 Moderator/protokol/pembawa acara
Uraian Tugas :
 Membuka acara penyuluhan,memperkenalkan diri dan tim kepada peserta
 Mengatur proses dan lama penyuluhan
 Menutup acara penyuluhan
 Pemateri/penyuluh
Uraian Tugas :
 Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah dipahami
oleh peserta
 Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses penyuluhan
 Memotivasi peserta untuk bertanya
 Fasilitator
Uraian Tugas :
 Ikut bergabung dan duduk bersama diantara peserta
 Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan
 Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas
 Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang jelas bagi peserta
 Observer
Uraian Tugas :
 Mencatat nama,alamat dan jumlah peserta serta menempatkan diri sehingga
memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses penyuluhan
 Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta
 Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses penyuluhan
5
 Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan
 Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak sesuai dengan
rencana penyuluhan

6
KONSEP TEORI HERNIA

A. Konsep Dasar
1. Definisi Hernia
Kata hernia pada hakekatnya berarti penonjolan suatu kantong peritoneum, suatu organ
atau lemak praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita dalam parietes
muskuloaponeurotik dinding abdomen yang normalnya tak dapat dilewati. Hernia merupakan
protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan. Hernia inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela
paha (regio inguinalis).
Hernia inguinalis direk adalah hernia yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intra
abdomen secara kronik dan disebabkan oleh kelemahan otot dinding abdomen di trigonum
Hasselbach yang menyebabkan hernia langsung menonjol. Hernia inguinalis indirek adalah
hernia yang bersifat kongenital dan disebabkan oleh kegagalan penutupan prosesus vaginalis
sewaktu turunnya testis ke dalam skrotum atau keluar melalui anulus dan kanalis inguinalis.
Prosesus vaginalis terletak didalam funikulus spermatikus, yang dikelilingi oleh muskulus
kremaster yang terbentuk dari pleksus venosus pampiniformis, duktus spermatikus, dan arteri
spermatika.
Berdasarkan uraian pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hernia adalah suatu
keadaan yang abnormal dari menonjolnya isi suatu rongga ke dalam suatu lubang. Sedangkan
pengertian hernia inguinalis adalah suatu keadaan yang abnormal dari penonjolan isi perut ke
daerah regio inguinalis, hernia inguinalis itu sendiri terbagi atas dua, yaitu hernia inguinal
direk (hernia yang keluar melalui segitiga Hasselbach) dan hernia inguinal indirek (yang
keluar melalui anulus dan kanalis inguinalis).
2. Klasifikasi Hernia
1. Pembagian menurut isi:
a. Hernia adiposa adalah hernia yang isinya terdiri dari jaringan lemak.
b. Hernia Littre adalah hernia inkarserata atau strangulata yang sebagian dinding
ususnya saja terjepit di dalam cincin hernia.
c. Sliding hernia adalah hernia yang isi hernia menjadi sebagian dari dinding
kantong hernia.

7
2. Hernia menurut tempat:
a. Hernia inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha
(regio inguinalis).
b. Hernia femoralis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah fosa femoralis.
c. Hernia umbilikalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah pusar.
d. Hernia diafragmatika adalah hernia isi perut yang masuk melalui lubang diafragma
ke dalam rongga dada.
e. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah hernia yang terjadi pada sumsum tulang
belakang. Hernia ini terjadi karena nukleus pulposus yang berada diantara dua
tulang belakang menonjol keluar. Benjolan ini dapat menekan sumsum tulang
belakang atau sarafnya. Biasanya hernia ini terjadi pada tulang punggung,
akibatnya penderita merasa sakit pada kedua tungkai bawah dan bila lebih
hebat dapat menyebabkan kelumpuhan kedua kaki.
3. Sifat hernia:
a. Hernia reponibel
Hernia yang terjadi bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri
atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut,
tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia ireponibel
Hernia yang terjadi bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut.
c. Hernia akreta
Hernia yang disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong
hernia.
d. Hernia inkarserata
Hernia yang terjadi bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya terjadi
gangguan pasase.
e. Hernia strangulata
Hernia yang terjadi akibat dari isi hernia yang terjepit oleh cincin hernia
yang mengalami edema dan menjadi iskemia parah dan gangren usus yang
8
mengharuskan tindakan operasi segera.
3. Etiologi Hernia
a. Pertambahan usia atau penuaan
b. Sering mengangkat beban berat
c. Pernah menjalani operasi perut
d. Berat badan berlebih atau obesitas
e. Batuk kronis
f. Sembelit
g. Riwayat penyakit keluarga
4. Manifestasi klinis Hernia
a. Sensasi berat pada penonjolan
b. Rasa perih atau terbakar pada penonjolan
c. Rasa sakit dan pembengkakan pada selangkangan
d. Nyeri saat batuk, mengedan, atau membungkuk
5. Patofisiologi Hernia
Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari peritonium, isi hernia
yang biasanya terdiri dari usus, omentum, kadang berisi organ intraperitonial lain atau organ
ekstraperitonial seperti ovarium, apendiks divertikel dan bulu-bulu. Unsur terakhir adalah
struktur yang menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit (skrotum) umbilikus atau
organ-organ lain misalnya paru dan sebagainya. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi
karena usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan
bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi.
Pada orang dewasa kanalis tersebut telah menutup. Namun karena daerah ini
merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan
intraabdominal meningkat seperti batuk kronik, bersin yang kuat, mengejan dan mengangkat
barang-barang yang berat. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek
tersebut (Deden Dermwan & Tutik Rahayuningsih, 2010)
Potensial komplikasi terjadi pelengketan antara inti hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin
hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan
9
menimbulkan perut kembung,muntah, konstipasi. Bila karserata dibiarkan, akan
menimbulkan edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi
usus sederhana hingga perforasi usus yang akhirnya dapat menimbulkan abses local,
peritonitis (Jitiwoyono dan Kristiyanasari, 2010). Pada hernia inguinalis lateralis (indirek)
lengkung usus keluar melalui kanalis inguinalis dan mengikuti kora spermatikus (pria) atau
ligamen sekitar (wanita). Ini diakibatkan karena gagalnya prosesus vaginalis untuk menutup
testis turun ke dalam skrotum atau fiksasi ovarium (Mansjoer, dkk 2009)
Pada pertumbuhan janin (kira-kira 3 minggu) testis yang mula-mula terletak diatas
mengalami penurunan (desensius) menuju ke skrotum. Pada waktu testis turun melewati
iguinal sampai skrotum procesus vaginalis peritoneal yang terbuka dan berhubungan dengan
rongga peritoneum mengalami obliterasi dan setelah testis sampai pada skrotum, prosesus
vaginalis peritoneal seluruhnya tertutup (obliterasi). Bila ada gangguan obliterasi, maka
seluruh prosesus vaginalis peritoneal terbuka, terjadilah hernia ingguinal lateralis. Hernia
inguinalis lateralis lebih sering didapatkan dibagian kanan (kira-kira 60%). Hal ini disebabkan
karena proses desensus dan testis kanan lebih lambat dibandingkan dengan yang kiri.
(Jitiwoyono Dan Kristiyanasari, 2010).
Hernia inguinalis indirek terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda spermatikus
melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria dan wanita. Insidennya tertinggi
pada bayi dan anak kecil. Hernia dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum
(Haryono, 2012). Hernia inguinalis direk terjadi melewati dinding abdomen diarea kelemahan
otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan formalis indirek. Ini lebih umum
pada lansia (Rudi Haryono,2012).
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Dwi (2018) pemeriksaan penunjang pada hernia adalah :
a. Pemeriksaan darah lengkap
Menunjukan peningkatan sel darah putih, serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), dan ketidakseimbangan elektrolit.
b. Pemeriksaan koagulasi darah
Pemeriksaan koagulasi darah : mungkin memanjang, mempengaruhi homeostastis
intraoperasi atau post operasi.
10
c. Pemeriksaan urine
Munculnya sel darah merah atau bakteri yang mengidentifikasikan infeksi.
d. Elektrokardiografi (EKG)
Penemuan akan sesuatu yang tidak normal memberikan prioritas perhatian untuk
memberikan anestesi.
e. Sinar X abdomen
Menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.
7. Penatalaksanaan Hernia
Menurut Sjamsuhidajat, (2010) penatalaksanaan pada hernia yaitu :
a. Penatalaksanaan medis
a) Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang.
b) Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka
dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia
dijahit ikat setinggi lalu dipotong.
c) Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan
menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan
muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.
b. Penatalaksanaan Operasi
a) Fase Pre Operatif
Fase pre operatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah
dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas
keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar
pasien di tatanan klinik ataupun rumah, wawancara pre operatif dan
menyiapkan pasien untuk anastesi yang diberikan serta pembedahan (Hipkabi,
2014). Asuhan keperawatan pre operatif pada prakteknya akan dilakukan secara
berkesinambungan, baik asuhan keperawatan pre operatif di bagian rawat inap,
poliklinik, bagian bedah sehari (one day care), atau di unit gawat darurat yang
kemudian dilanjutkan di kamar operasi oleh perawat kamar bedah (Muttaqin,
2010).
b) Fase Intra Operatif
11
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk kamar bedah dan berakhir saat
pasien dipindahkan ke ruang pemulihan atau ruang perawatan intensif (Hipkabi,
2014). Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup pemasangan infus,
pemberian medikasiintravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis
menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
Dalam hal ini sebagai contoh memberikan dukungan psikologis selama induksi
anastesi, bertindak sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien
di atas meja operasi dengan menggunakan prinsip-prinsip kesimetrisan tubuh
(Smeltzer, 2010).
c) Fase Post Operatif
Fase post operatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan
(recovery room) atau ruang intensive dan berakhir berakhir dengan evaluasi
tindak lanjut pada tatanan rawat inap, klinik, maupun di rumah.lingkup aktivitas
keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase
ini fokus pengkajian meliputi efek agen anastesi dan memantau fungsi vital serta
mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada
peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak
lanjut, serta rujukan untuk penyembuhan, rehabilitasi, dan pemulangan
(Hipkabi, 2014). Sedangkan penatalaksanaan Keperawatan yaitu :
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan
secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat
penyokong.
b. Jika suatu operasi daya pulih isi hernia diragukan, diberikan kompres
hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c. Celana penyangga
d. Istirahat baring
e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya asetaminofen,
antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah
sembelit.
f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan
dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan
12
mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman
beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
8. Komplikasi Hernia
Komplikasi yang di timbulkan dari hernia menurut Rudi Heryono (2012) antara lain :
a. Hernia berulang
a. Hematoma
b. Retensi urin
c. Infeksi pada luka
d. Nyeri kronis atau akut
e. Pembengkakan testis karena atrofi testis
9. Pecegahan Hernia
a. Berhenti merokok, karena rokok memicu batuk kronis yang dapat meningkatkan risiko
hernia
b. Menjaga berat badan ideal dengan berolahraga secara teratur
c. Mengonsumsi makanan tinggi serat, seperti buah, sayuran, dan biji-bijian untuk
menghindari konstipasi
d. Hindari mengangkat beban berlebih atau di luar kemampuan
e. Konsultasi kepada dokter jika mengalami batuk atau bersin yang berlangsung terus-
menerus

13
DAFTAR PUSTAKA

Dinarti, A., Nurhaeni, Chairani, & Tutiany. (2013). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta:
Cv.Trans Ifo Media.

Manurung, N. (2018). Keperawatan medikal bedah konsep mind mapping dan nanda
NIC NOC (1st ed.). Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.

Nuari, N. A. (2017). Strategi manajemen edukasi pasien Diabetes Mellitus (1st ed.).

Yogyakarta: BUDI UTAMA.

Nurarif, A., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Padila. (2012). Buku ajar: Keperawatan medikal bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

WHO. (2016). Global report on diabetes. In World Health Organization.


https://doi.org/10.1128/AAC.03728-14

PPNI, T. P. (2017). Standar diagnosa keperawatan indonesia definisi dan


indikator diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia definisi


dan tindakan keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat
PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar luaran keperawatan Indonesia definisi dan


kriteria hasil keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat PPNI.

Setiadi. (2012). Konsep & penulisan asuhan keperawatan. Yogyakarta: Graha


Ilmu.
14
15

Anda mungkin juga menyukai