Anda di halaman 1dari 11

1) PENGERTIAN KATARAK

Katarak merupakan kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang diproyeksikan pada retina (Istiqomah,2003). Menurut Nugroho (2011)
Kelainan ini bukan suatu tumor atau pertumbuhan jaringan di dalam mata,akan tetapi
keadaan lensa yang menjadi berkabut (Ilyas, 2004). Katarak sendiri diumpamakan
seperti penglihatan yg tertutup airterjun akibat kerunhya lensa (Tamsuri,2004) biasanya
kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan dalam waktu yang lama.(Utara 2009)
Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata. Kekeruhan
lensa atau katarak akan mengakibatkan sinar terhalang masuk ke dalam mata sehingga
penglihatan menjadi menurun. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat
dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina sehingga
menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada
setiap lensa mata dapat bervariasi. Katarak berasal dari kata Yunani ”Cataracta” yang
berarti ”Air terjun”, hal ini disebabkan karena penderita katarak seakan-akan melihat
sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan matanya (Ilyas, 2003).(Nyoman et al.
2014).

2) FAKTOR DAN PENYEBAB TERJADINYA KATARAK


Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut, namun katarak juga dapat
diakibatkan oleh kelainan kongenital (Tamsuri, 2004). Banyak faktor dikaitkan dengan
katarak, yaitu umur sebagai faktor utama, dan faktor lainnya antara lain penyakit
diabetes melitus (DM), pajanan kronis terhadap sinar ultraviolet (sinar matahari),
konsumsi alkohol, nutrisi, merokok, tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan
pekerjaan (Tana dkk., 2009)
1. Umur
Bertambahnya umur harapan hidup di seluruh dunia, khususnya dinegara
berkembang, menyebabkan bertambah banyaknya jumlah orang tua secara cepat. Hal
ini dapat menimbulkan fenomena pertambahan kasus katarak, karena dengan
sendirinya jumlah kebutaan karena katarak akan bertambah banyak. Katarak senilis
(lebih dari 40 tahun) merupakan penyebab yang terbanyak penurunan penglihatan pada
orang usia lanjut. Pada penelitian cross sectional dikatakan bahwa prevalensi katarak
sekitar 50 % pada usia antara 65 smpai 74 tahun dan meningkat 70 % pada usia di atas
75 tahun (Wisnujono, 2004).
2. Jenis kelamin
Menurut Rasyid, dkk (2010) kejadian katarak lebih banyak terjadipada
perempuan dari pada laki-laki, ditujukan dengan hasil penelitian yang menemukan 114
orang (71,7%) penderita katarak berjenis kelamin perempuan, sedangkan 57 orang
(63,4%) penderita katarak berjenis kelamin laki-laki.
3. Katarak erat kaitannya juga dengan pekerjaan yang berada di luar gedung, dimana
sinar ultraviolet (UV) merupakan faktor risiko terjadinya katarak.
4. Pendapatan dikaitkan dengan status sosial ekonomi yang rendah.
Seseorang dengan tingkat ekonomi yang rendah dalam hal penghasilan memiliki
ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi setiap harinya. Status ekonomi
juga dihubungkan dengan rendahnya tingkat pengetahuan seseorang yang berkaitan
dengan kemauan untuk mencari informasi mengenai pengobatan katarak, sehingga
munculnya tanda-tanda akan terjadinya katarak tidak disadari oleh seseorang karena
dirasakan masih belum menganggu. Pada umumnya seseorang akan mengunjungi
tempat pelayanan kesehatan mata setelah merasa terganggu pada matanya. Selain itu
juga penderita katarak yang berasal dari golongan ekonomi rendah tidak akan mampu
mengobati penyakitnya ke rumah sakit atau klinik swasta yang mahal, sehingga
pengobatan katarak tidak menjadi prioritas bagi mereka. Jarak yang jauh dari sarana
pelayanan menyebabkan ongkos transportasi dan biaya untuk keluarga yang mengantar
menjadi mahal (Pujiyanto, 2004).
5. Diabetes Melitus dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, salah satunya adalah
katarak. peningkatan enzim aldose reduktase dapat mereduksi gula menjadi sorbitol, hal
ini menyebabkan terjadinya perubahan osmotik sehingga serat lensa lama-kelamaan
akan menjadi keruh dan menimbulkan katarak (Pollreisz dan Erfurth, 2010).
6. Merokok Dari beberapa faktor risiko terjadinya katarak, salah satunya adalah merokok.
Rokok berperan dalam pembentukan katarak melalui dua cara yaitu, pertama paparan
asap rokok yang berasal dari tembakau dapat merusak membrane sel dan serat-serat
yang ada pada mata. Ke dua yaitu, merokok dapat menyebabkan antioksidan dan enzim-
enzim di dalam tubuh mengalami gangguan sehingga dapat merusak mata (United For
Sigth, 2003 ) Pada penelitian dengan menggunakan kasus-kontrol, di mana kasus
sebanyak 54 orang dan kontrol 35 orang, hasil uji multivariat (OR=2,287) menunjukkan
hubungan merokok dapat meningkatkan kejadian katarak 2 kali dibandingkan dengan
yang tidak merokok.
C. PATOFISIOLOGI KATARAK
Menurut Kowalak (2003), patofoiologi katarak dapat bervariasi menurut
masing-masing bentuk katarak. Katarak senilis memperlihatkan bukti adanya agregasi
protein, cedera oksidatif dan peningkatan pigmentasi di bagian tengah lensa, selain itu
pada katarak traumatika dapat terjadi inflamasi atau fagositosis lensa ketika lensa
mata mengalami rupture (Kowalak, 2003). Sedangkan mekanisme katarak komplikasi
bervariasi menurut proses penyakitnya, sebagai contoh pada penyakit diabetes mellitus
akan terjadi peningkatan kadar glukosa dalam lensa yang kemudian menyebabkan
lensa mata menyerap air (Kowalak, 2011) sedangkan katarak kongenital merupakan
bentuk yang memberikan tantanggan khusus. Tamsuri (2003) mengungkapkan bahwa
secara kimiawi pembentukan katarak ditandai dengan berkurangnya ambilan oksigen
dan bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti dengan dehidrasi.
Kandungan natrium dan kalsium bertambah, sedangkan kalium, asam askorbat serta
protein menjadi berkurang.
Menurut Istiqomah (2003), lensa mata berisi 65% air, sisanya berupa protein dan
mineral penting. Katarak terjadi pada saat penurunan ambilan oksigen dan penurunan
air. Dilain sisi terjadi peningkatan kadar kalsium dan berubahnya protein larut menjadi
tidak dapat larut. Pada kondisi tersebut akan menyebabkan gangguan metabolisme pada
lensa mata. Gangguan metabolisme ini akan mengakibatkan perubahan kandungan
bahan-bahan yang ada di dalam lensa. Perubahan inilah yang pada akhirnya
menyebabkan kekeruhan lensa.Kekeruhan dapat berkembang sampai di berbagai
bagian lensa atau kapsulnya. (Pascasarjana & Udayana 2013)
D. TANDA DAN GEJALA KATARAK
Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai pada
pemeriksaan mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah :
1. Silau Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi keparahannya mulai
dari penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang terang hingga silau pada saat
siang hari atau sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan
ini khususnya dijumpai pada tipe katarak posterior subkapsular. Pemeriksaan silau (
test glare ) dilakukan untuk mengetahui derajat gangguan penglihatan yang disebabkan
oleh sumber cahaya yang diletakkan di dalam lapang pandangan pasien.
2. Diplopia monokular atau polyopia Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan
dalam nukleus lensa, menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa. Daerah
ini dapat dilihat dengan refleks merah retinoskopi atau oftalmoskopi direk. Tipe katarak
ini kadang – kadang menyebabkan diplopia monokular atau polyopia. Hal-hal ini bisa
terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih menjadi spektrum
warna oleh karena meningkatnya kandungan air dalam lensa.
3. Distorsi Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang,24 sering
dijumpai pada stadium awal katarak.
4. Penurunan tajam penglihatan Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif
tanpa rasa nyeri.
5. Sensitivitas kontras Sensitivitas kontras mengukur kemampuan pasien untuk
mendeteksi variasi tersamar dalam bayangan dengan menggunakan benda yang
bervariasi dalam hal kontras, luminance dan frekuensi spasial. Sensitivitas kontras dapat
menunjukkan penurunan fungsi penglihatan yang tidak terdeteksi dengan Snellen.
Namun, hal tersebut bukanlah indikator spesifik hilangnya tajam penglihatan oleh
karena katarak.
6. Myopic shift Perkembangan katarak dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan lensa,
yang umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya, pematangan
katarak nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena
meningkatnya myopia akibat peningkatan kekuatan refraktif lensa nuclear sklerotik,
sehingga kacamata baca atau bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut
“second sight”. Namun, seiring dengan perubahan kualitas optikal lensa, keuntungan
tersebut akhirnya hilang juga.(Mata 2010)
E. PATHWAY
F. JENIS- JENIS DAN STADIUM KATARAK
Stadium katarak ini dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu:
1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks
anterior dan posterior (katarak kortikal) Katarak subkapsular psoterior, kekeruhan
mulai terlihat di anterior subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan
korteks berisi jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien Katarak
intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif
menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan
mencembung dan daya biasnya bertambah, yang akan memberikan miopisasi
2. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan
osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat
menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder
3. Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur
tidak dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran
normal dan terjadi kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan
kalsifikasi lensa pada katarak matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman
normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif.
4. Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses degenerasi
lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar
dari kapsul lensa, sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning dan kering. Pada
pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang
pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila
proses katarak berlajut disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks yang
berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk
sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa
karena lebih berat, keadaan tersebut dinamakan katarak morgagni.(Masyarakat 2012)

G. CARA MENCEGAH TERJADINYA KATARAK


Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan:
1. Menjaga kadar gula darah selalu normal
Pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata, mengonsumsi
makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan antioksidan seperti
buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C, minyak sayuran, sayuran hijau,
kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan makanan
dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi. Vitamin C dan E dapat
memperjelas penglihatan. Vitamin C dan E merupakan antioksidan yang dapat
meminimalisasi kerusakan oksidatif pada mata, sebagai salah satu penyebab katarak.
(Masyarakat 2012).
2. Katarak yang disebabkan oleh faktor resiko lain dapat diusahakan
pencegahannya, misalnya dengan memberikan perlindungan khusus pada mata seperti
topi atau kacamata untuk menghindari radiasi sinar ultra violet.
3. Menghindari cedera pada mata atau prilaku merokok dan minum alkohol. Upaya
pencegahan ini dibutuhkan untuk menghindari datangnya katarak pada usia dini.
H. PENATA LAKSANAAN MEDIS
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak
tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan
mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa
yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi
glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam
pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang diteliti
termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen
glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E2,5,7,9. Penatalaksanaan definitif
untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah
yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik hari ini
phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang digunakan, yang
bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung pada integritas
kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi
(ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan
secara umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering
digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.
1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.
Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari
mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan
hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. ICCE tidak boleh dilakukan atau
kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai
ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini
astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan
2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek
lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak
muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra
ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan
akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps
badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata
mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema. Pasca bedah ablasi, untuk
mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak pasca bedah ablasi,
untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps
badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya
katarak sekunder.
3. Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan kristal
lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea.
Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin
PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa
Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang
kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan
pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini
bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.
Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi limbus yang
kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih
sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil
seperti itu.
4. SICS Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik
pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat
sembuh dan murah.
Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan lensa
penggant untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut: kacamata
afakia yang tebal lensanya lensa kontak lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang
ditanamkan di dalam mata pada saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang
telah diangkat(Klinis & Protein 2010)

I. PENATA LAKSANAAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas klien
i. Nama
ii. Usia
iii. Alamat
iv. Jenis kelamin
v. Agama
vi. Status
b. Anamnesis
Kaji keluhan utama pasien saat itu. Kaji riwayat penyakit saat ini. Kaji riwayat
penyakit dahulu. Lebih lanjut kaji riwayat kesehatan keluarga dan riwayat
psikososial(Muttaqin dan Kumala, 2009).
c. Pemeriksaan fisik.
Fokus utama pada pemeriksaan mata. Ketika pelebaran pupil, akan dapat ditemukan
gambaran kekeruhan lensa berbentuk berkas putih. Pasien akan mengeluhkan adanya
diplopia, pandangan berkabut. Tajam penglihata pasien juga mengalami penurunan
(myopia).
d. Pemeriksaaan penunjang; pemeriksaan visus untuk mengetahui batas penglihatan
pasien. Dapat juga dilakukan pemeriksaan lapang pandang.
e. Penatalaksanaan Bedah Katarak 1) Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK)
Tindakan pembedahan pada lensa dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa. dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan
korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder (Ilyas, 2004). 2) Ekstraksi
Katarak Intra Kapsular (EKIK) Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa
bersama kapsul. Pembedahan ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan
pemakaian alat khusus sehingga tidak banyak penyulit dan pembedahan ini tidak akan
terjadi katarak sekunder (Ilyas, 2004).

J. DIAGNOSA, INTERVENSI DAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN


1. Diagnosa: Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan penurunan
tajam penglihatan (Tamsuri, 2011). Tujuan: pasien melaporkan kemampuan yang lebih
baik untuk rangsang penglihatan dan mengkomunikasikan perubahan visual. Kriteria
hasil: Pasien mengidentifikasi dan menunjukkan pola-pola alternatif untuk
meningkatkan penerimaan rangsang penglihatan. Intervensi dan Rasional; Kaji
ketajaman penglihatan; untuk mengidentifikasi kemampuan visual pasien. Orientasikan
pasien akan lingkungan fisik sekitarnya; untuk meningkatkan kemampuan persepsi
sensori. Anjurkan penggunaan alternative rangsang lingkungan; untuk meningkatkan
kemampuan respons stimulus lingkungan. Cegah sinar yang menyilaukan; untuk
mencegah distress. Optimalisasi lingkungan untuk menurunkkan resiko cedera.
2. Diagnosa: Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian
operasi (Tamsuri, 2011). Tujuan: Tidak terjadi kecemasan. Kriteria hasil: Pasien
mengungkapkan kecemasan berkurang Intervensi dan Rasional; Kaji tingkat
kecemasan, untuk mengetahui kecemasan klien. Mendorong klien mengungkapkan
perasaannya, hal ini dapat mengurangi rasa cemas pada klien. Menjelaskan gambaran
yang terjadi pada saat pembedahan, peningkatan pemahaman tentang kejadian yang
mungkin terjadi dapat menurunkan kecemasan. Memberikan kesempatan bertanya,
dapat memerjelas pemahaman.
3. Diagnosa: Nyeri berhubungan dengan luka post operasi (Tamsuri,2011). Tujuan: nyeri
berkurang atau terkontrol. Kriteria hasil: pasien melaporkan nyeri berkurang atau
terkontrol. Intervensi dan Rasional; Kaji nyeri klien, untuk mengetahui derajat nyeri
klien. Mengajarkan teknik relaksasi, dapat menurunkan intensitas nyeri. Berikan posisi
yang nyaman, posisi yang tepat mempengaruhi perasaan nyeri. Lakukan kolaborasi
pemberian antalgesik, untuk mengurangi nyeri dengan menaikkan ambang nyeri.
Monitor kenyamanan manajemen nyeri, untuk memantau perkembanagan.
4. Diagnosa: Resiko Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan,
sekunder akibat interupsi bedah pada permukaan mata Tujuan: bebas dari infeksi.
Kriteria hasil: Tanda infeksi selama fase perawatan tidak muncul. Intervensi dan
Rasional; Anjurkan istirahat yang cukup meminimalisir terjadi infeksi. Berikan asupan
nutrisi cukup, untuk meningkatkan imunitas tubuh. Ajarkan teknik aseptik, untuk
mencegah infeksi. Monitor tanda infeksi, untuk memantau perkembangan klien.
Kolaborasi pemberian antibiotic, meningkatkan imun.
5. Diagnosa: Defisit pengetahuan b.d terbatasnya informasi. Tujuan: memahami cara
perawatan dirumah. Kriteria hasil: Pasien mampu mengidentifikasi kegiatan perawatan
rumah yang diperlukan. Intervensi dan Rasional; Kaji tingkat pengetahuan keluarga,
untuk mengetahui pemahaman keluarga. Menjelaskan tentang proses penyakit,
memberikan gambaran dari penyakit yang diderita klien. Menjelaskan tindakan yang
diperbolehkan dan yang perlu dihindari, meningkatkan pemahaman keluarga.
Memberika kesempatan bertanya, untuk memperluas cakupan diskusi
pembahasan.(Anon 2012)
K. EVALUASI
1. Gangguan Penglihatan mata dirasa minimal
2. Pasien tampak tenang
3. Skala nyeri setelah operasi berkurang
DAFTAR PUSTAKA
Anon, 2012. No Title.
Fakultas, M. & Universitas, K., 2013. Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung. , 1(5), pp.58–64.
Klinis, S. & Protein, A., 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak
senilis. , (December), pp.1–15.
Masyarakat, S.K., 2012. FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KATARAK DEGENERATIF DI RSUD BUDHI ASIH TAHUN
2011 SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA.
Mata, D.S., 2010. Prevalensi kebutaan akibat katarak di kabupaten tapanuli
selatan tesis dokter spesialis mata.
Nyoman, N.I. et al., 2014. No Title.
Pascasarjana, P. & Udayana, U., 2013. Kadar malondialdehyde serum pasien
katarak senilis matur lebih tinggi daripada katarak senilis imatur (7 ,6.
Utara, U.S., 2009. Universitas Sumatera Utara. , pp.1–4.

Anda mungkin juga menyukai