Anda di halaman 1dari 5

Nama : Farah Mutia Firdausy

Nim / Kelas : 25000118130295 / E 2018

PENDAHULUAN
Difteri adalah suatu penyakit infeksi yang bersifat lokal pada membran
mukosa atau kulit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae, pada
lokasi infeksi dapat dijumpai adanya lapisan tipis (pseudomembran) yang merupakan
karakteristik infeksi pada Difteri (Parwati, 2006). Bakteri Corynebacterium diphtheriae
adalah kuman yang bersifat toksigenik yaitu kuman yang mampu menguraikan
eksotoksin dengan akibat timbulnya penyakit difteri.Toksin yang dihasilkan kuman
Difteri dapat dipengaruhi oleh kadar zat besi (Fe) dan profaga pada kromosom
bakteri yang didapatkan melalui siklus lisogenik (Rusmana, 2006).
Bakteri Corynebacterium diphtheriae, berdasarkan beratnya penyakit yang
ditimbulkan, dapat dibedakan menjadi tiga biotipe, yaitu gravis, mitis dan
intermedius. Penyakit difteri merupakan salah satu penyakit menular yang akan
berakibat fatal jika tidak ditangani atau diberi pengobatan dengan cepat karena bisa
mengakibatkan komplikasi dan kematian.
Berdasarkan data World Health Organitation (WHO), jumlah kasus difteri di
dunia terjadi peningkatan tiap tahun dimulai dari tahun 2012 sampai 2014. Jumlah
kasus difteri di dunia tahun 2012 sebanyak 4490 kasus dan tahun 2013 sebanyak
4680 kasus. Peningkatan yang besar terjadi pada tahun 2014 yaitu sebanyak 7321
kasus. Ada beberapa negara di dunia yang masih tergolong endemik penyakit difteri.
Negara tersebut adalah negara di bagian Asia, Afrika, dan Amerika Selatan.
Pada tahun 2011 Indonesia adalah negara tertinggi kedua dunia setelah India
jumlah kasus difteri yaitu sebanyak 806 kasus dan (CFR) Case Fatality Rate sebesar
4,71%. Tahun 2012 Indonesia berada pada urutan kedua dunia setelah India dan
jumlah kasus meningkat sebanyak 1192 kasus dan CFR sebesar 6,38%. Begitu juga
pada tahun 2013 Indonesia berada pada urutan kedua tertinggi dunia setelah India
yaitu terdapat 778 kasus dan CFR 5.01%. Meskipun pada tahun 2014 jumlah kasus
difteri menurun namun, Indonesia masih berada pada urutan tertinggi kejadian difteri
diantara negara ASEAN

Tujuan :
1. Untuk mengetahui peranan bakteri Corynebacterium Diphtheriae sebagai
penyebab penyakit difteri

PEMBAHASAN
Bakteri Corynebacterium sp. berasal dari tanah, air, tumbuhan, dan makanan
yang tidak higienis. Ini adalah habitat kelompok bakteri ini di alam. Beberapa
spesies Corynebacterium non-difteri juga dapat hidup di selaput mukosa dan kulit
pada hewan dan manusia.
Bahaya yang ditimbulkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae termasuk
dalam kategori infeksi fatal yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian.
Ketika menginfeksi manusia, ia akan membentuk strain penghasil racun/ toksin yang
dapat membunuh sel-sel hidup. Sel-sel yang mati akibat serangan racun ini
kemudian akan membentuk lapisan tebal berwarna abu-abu pada tenggorokan dan
hidung yang disebut dengan pseudomembran. Umumnya bakteri difteri akan
menyerang saluran pernapasan bagian atas yaitu hidung dan tenggorokan.
Bakteri difteri sejatinya tidak memiliki kemampuan untuk memproduksi toksin.
Racun yang disebut dengan exotoxin tersebut dihasilkan oleh bakteri difteri yang
sudah terinfeksi oleh virus bernama Lysogenic bacteriophages. Jadi
bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyebabkan difteri itu sebenarnya juga
mengalami infeksi.Sedangkan bakteri yang tidak terinfeksi oleh bacteriophages tidak
akan mampu memproduksi exotoxinsehingga ia belum berbahaya bagi manusia,
bakteri ini disebut dengan Nontoxigenic C. diphtheriae.
Bakteri Corynebacterium diphtheriae yang sudah mengalami infeksi kemudian
akan mengalami mutasi genetik melalui penyisipan (insersi) gen toksin virus ke
dalam salinan genomnya. Sederhananya, sifat atau kemampuan bakteri difteri dalam
menghasilkan racun mematikan ini di peroleh dari gen virus.

A. Morfologi dan karakteristik

Corynebacterium diphtheriae termasuk dalam golongan bakteri gram positif.


Secara morfologinya bakteri ini berbentuk batang dengan panjang antara 1 – 8 μm
dan diameter 0,5 – 1 μm, tidak memiliki kapsul, tidak memiliki spora, dan tidak dapat
bergerak (nonmotil). Koloni bakteri Corynebacterium diphtheriae saling menyambung
satu dengan yang lainnya, jika dilihat di bawah mikroskop maka bentuknya mirip
seperti han zi (aksara Cina).

Bakteri Corynebacterium diphtheria mememiliki kekhasan dengan bentuk “gada”


yang terdiri dari granula, granula merupakan bahan cadangan sumber karbon yang
disimpan dalam bentuk polimer netral dengan osmotik lambat yang suatu saat dapat
diubah menjadi polimer glukosa dan glikogen. Granula tersebut digunakan sebagai
sumber karbon ketika sintesis asam nukleat dan protein dimulai kembali. Granula
tersebut dapat terletak tidak teratur pada batang tetapi sering dijumpai terletak dekat
kutub.
B. Taksonomi
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Familia : Corynebacteriaceae
Genus : Corynebacterium
Spesies: Corynebacterium diphtheriae

C. Proses timbulnya penyakit difteri


1. Infeksi bakteri difteri dimulai dari menyerang selaput lendir pada hidung dan
juga tenggorokan.
2. Selanjutnya Corynebacterium diphtheriae akan memproduksi zat racun
bernama exotoxin. Racun ini tersebar lewat aliran darah dan dapat merusak
organ vital pada tubuh, seperti ginjal, jantung, jaringan saraf, dan otak.
3. Bakteri difteri sangat mudah menular melalui cairan yang dikeluarkan
penderita pada saat bersin atau batuk.
4. Difteri juga dapat menular melalui barang-barang bekas pakai penderita.
Selain itu, difteri juga dapat ditularkan melalui sentuhan langsung pada luka
yang terinfeksi bakteri difteri..
5. Hal yang perlu diketahui bahwa satu molekul racun exotoxin mampu
membunuh satu sel sehat manusia dan satu bakteri difteri mampu
menghasilkan 5.000 molekul exotoxin dalam setiap jam.
6. Masa inkubasi bakteri difteri terjadi antara dua sampai dengan lima hari. Masa
inkubasi merupajan rentang waktu antara bakteri masuk menginfeksi tubuh
hingga mulai dirasakan gejala-gejala penyakit.
7. Apabila bakteri difteri masuk ke dalam tubuh Anda, maka Anda tidak akan
merasakan gejala apa pun hingga dua sampai lima hari hari ke depan.

Namun jika infeksi berlanjut dan tidak segera mendapat penanganan, maka
toksin akan menyebar ke organ-organ lainnya melalui aliran darah. Jika sudah
masuk ke tahap ini maka akan terjadi komplikasi berbahaya yang dapat
menyebabkan kematian. Komplikasi berbahaya yang sering terjadi pada penyakit
difteri adalah:
1. Miokarditis (kerusakan otot jantung)
Miokarditis adalah gangguan pada otot jantung yang ditandai dengan irama
jantung yang tidak normal, terjadi inflamasi dan pembengkakan otot jantung,
dan dapat berujung pada gagal jantung (kematian).
2. Neuritis (kerusakan saraf)
Neuritis difteri umumnya akan mempengaruhi saraf motorik yang
menyebabkan kelumpuhan jaringan lunak, otot mata, diafragma, dan
kelumpuhan tungkai. Kerusakan saraf ini juga dapat menyebabkan gagal
napas yang berujung pada kematian.

D. Gejala difteri
Gejala difteri umumnya timbul 2-5 hari sejak seseorang terinfeksi kuman. Gejala
yang timbul, antara lain:

1. Terdapat lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi tenggorokan dan


amandel.
2. Demam dan menggigil.
3. Nyeri tenggorokan dan suara serak.
4. Sulit bernapas atau napas yang cepat.
5. Pembengkakan kelenjar getah bening pada leher.
6. Lemas dan lelah.
7. Pilek yang awalnya cair, tapi dapat sampai bercampur darah.
8. Batuk yang keras dan rasa tidak nyaman
9. Gangguan penglihatan dan bicara melantur
10. Tanda-tanda syok, seperti kulit yang pucat dan dingin, berkeringat, dan
jantung berdebar cepat.

E. Upaya untuk mencegah difteri


1. Vaksinasi difteri yang diberikan lewat imunisasi DPT (Difteri, Tetanus,
Pertusis) sebanyak lima kali saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18
bulan, dan usia 4-6 tahun.
2. Vaksinasi difteri yang diberikan lewat imunisasi Td atau Tdap untuk anak usia
di atas 7 tahun dan harus diulang setiap 10 tahun sekali, termasuk untuk
orang dewasa.
KESIMPULAN

Corynebacterium diphtheriae termasuk dalam golongan bakteri gram positif.


Secara morfologinya bakteri ini berbentuk batang dengan panjang antara 1 – 8 μm
dan diameter 0,5 – 1 μm, tidak memiliki kapsul, tidak memiliki spora, dan tidak dapat
bergerak (nonmotil). Corynebacterium diphtheriae merupakan bakteri penyebab
penyakit difteri yang biasanya menyerang bagian tenggorokan dan hidung manusia.
Penyakit ini apabila tidak segera ditangani dengan benar dapat mengakibatkan
komplikasi bahkan hingga kematian. Sehingga kita harus memahami betul seperti
apa gejala penyakit difteri dan bagaimana cara pencegahannya.

DAFTAR PUSTAKA
Scorpia Lestari, Kusuma. 2012. “ Faktor – faktor yang berhubungan dengan
kejadian difteri di Kabupaten Sidoarjo”. Tesis FKM UI.
Kambang Sariadji, Sunarno. 2017. “Toksigenitas corynebacterium diphtheria
pada sampel kejadian luar biasa difteri tahun 2010 – 2015 menggnakan elektes”.
Jurnal Kesehatan Andalas.
Rudi HP, Sariadji K, Sunarno, Roselinda. Corynebacterium diphtheriae:
diagnosis laboratorium bakteriologi. Edisi ke-1. Yayasan Pustaka Obor Indonesia;
2014.

Anda mungkin juga menyukai