1. Pengertian
Apda medium tellurite basil ini tumbuh lebih lambat membentuk koloni-koloni,
berwarna abu-abu kehitaman, menurut bentuk besar dan warna koloni yang terbentuk dapat
dibedakan 3 jenis basil.
a. Gravis : koloninya besar, kasar irregular, berwarna abu-abu dan tidak menimbulkan
hemolisis entrosit.
b. Mitis : koloninya kecil, halus, warna hutan konveks dan dapat menimbulkan hemolisis
entrosit.
c. Intermediate : koloninya kecil, halus, punya bentuk hitam ditengahnya dan dapat
menimbulkan hemolisis eritrosit.
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin
membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap
penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu
membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak. Vaksin secara umum
cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek
samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit masa kanak-
kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.
2. GEJALA PENYAKIT :
Setelah terinfeksi bacteri ini 1-4 hari gejala mulai timbul. Diawali dengan myeri tenggorokan
yang ringan dan nyeri ketika menelan. selanjutnya si penderita (anak) mengalami demam
ringan,denyut jantung cepat,di sertai muntah,menggigil dan sakit kepala.
Hal ini mungkin di karenakan telah terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di leher. Jika
bacteri menyerang sampai ke hidung,hidung akan mengalami rhinorhea (meler) biasanya
hanya satu dari sakah satu lubang hidungnya.Peradangan ini bisa menyebar dari tenggorokan
ke pita suara (laring) dan menyebabkan pembengkakan tenggorokan sehingga saluran udara
menyempit dan terjadi gangguan pernafasan.
Bacteri dapat membentuk suatu pseudomembran ( lapisan selaput yang terdiri dari sel darah
putih yang mati dan bahan lainya ) di dekat amandel dan pada bagian tenggorokan yang lain.
Pseudomembran ini tidak mudah pecah,robek dan berwarna abu-abu.Pseudomembran jika di
lepaskan secara paksa,maka lapisan lendir di bawahnya akan berdarah atau terluka.
Pseudomembran dapat menyebabkan penyempitan saluran udara dan menyumbat saluran
udara sehingga penderita difteri mengalami apneu ( sesak napas ) dan kulit terlihat pucat dan
berwarna biru hal ini di akibatkan pasokan oksigen dalam tubuh kurang.Pada hari ke 10-
14,bacteri difteri melepaskan toksin melalui peredaran darah dan bisa menyebabkan
kerusakan jaringan di seluruh tubuh termasuk saraf dan jantung,sehingga Badan terasa lemah
tidak bisa di gerakkan ( terutama lengan dan tungkai ),denyut jantung cepat, ,kesulitan
menelan pada tenggorokan ( toksin menyerang saraf tenggorokan )akan tetapi hal ini bisa
berlangsung dari minggu pertama hingga ke 6.
3. KOMPLIKASI
Racun difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung,ginjal,system saraf ataupun organ
lainnya :
a. Myokarditis (peradangan dinding otot jantung ) bisa menyebabkan gagal jantung.
b. Kelumpuhan saraf atau neuritis perifer menyebabkan gerakan menjadi tidak
terkoordinasi
c. Dapat menyebabkan kelumpuhan jika terjadi kerusakan saraf yang berat
d. Kerusakan ginjal.
4. DIAGNOSIS :
Pengujian secara fisik boleh mengungkapkan karakteristik selaput ( pseudomembrane) di
(dalam) kerongkongan, memperbesar kelenjar getah bening, dan bengkak menyangkut
pangkal tenggorokan atau leher. Jika dipteri dicurigai, perawatan harus dimulai dengan
seketika,
Test yang digunakan untuk mendeteksi penyakit Difteri boleh meliputi:
a. gram Noda kultur kerongkongan atau selaput untuk mengidentifikasi
Corynebacterium diphtheriae.
b. Untuk melihat ada tidaknya myocarditis (peradangan dinding otot jantung) dapat di
lakuka dengan electrocardiogram (ECG).
5. PENGOBATAN ( TREATMENT ) :
Dalam pencegahan difteri ini dapat dilakukan dengan melakukan imunisasi rutin pada anak-
anak (DPT) dan Booster setelah dewasa (DT).Dan semua orang yang berhubungan dengan
penderita difteri termasuk perawat atau pegawai rumah sakit harus menjalani apus
tenggorokan.Dan di berikan antibiotic selama 7 hari.
Jika belum pernah mendapatkan vaksinasi atau belum mendapatkan booster dalam 5 tahun
terakhir, maka diberikan dosis vaksinasi atau dosis booster.Seorang karier (hasil biakan
positif, tetapi tidak menunjukkan gejala) dapat menularkan difteri, karena itu diberikan
antibiotik dan dilakukan pembiakan ulang pada apus tenggorokannya. Kekebalan hanya
diiperoleh selama 10 tahun setelah mendapatkan imunisasi, karena itu orang dewasa
sebaiknya menjalani vaksinasi booster setiap 10 tahun.
Vaksin DT adalah vaksin yang mengandung toksoid Difteri dan Tetanus yang telah
dimurnikan yang teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml
digunakan sebagai pengawet. Potensi komponen vaksin per dosis sedikitnya 30 IU
(International Unit) untuk potensi toksoid Difteri dan sedikitnya 40 IU untuk potensi toksoid
Tetanus.
7. Indikasi
Vaksin Jerap DTP adalah vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan tetanus yang
dimurnikan, serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi yang teradsorbsi ke dalam 3 mg /
ml Aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Potensi vaksin
per dosis tunggal sedikitnya 4 IU pertussis, 30 IU difteri dan 60 IU tetanus.
Komposisi
Tiap ml mengandung : Toksoid difteri yang dimurnikan 40 LfToksoid tetanus yang
dimurnikan 15 LfB, pertussis yang diinaktivasi 24 OUAluminium fosfat 3 mgThimerosal
0,1 mg
a. Efek Samping.
Terjadinya gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam, kemerahan pada
tempat suntikan. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas,
dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi. Menurut dugaan
komplikasi neurologis yang disebabkan oleh komponen pertusis sangat jarang terjadi,
observasi yang telah dilakukan menunjukkan gejala ini jarang terjadi jika dibandingkan
dengan gejala-gejala lain yang ditimbulkan oleh imunisasi DTP.
b. Kontraindikasi