Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DIFTERI

Disusun Oleh:
1 Aya Kuncahayaningtias Soleha (21218025)
2 Fitri Lestari (21218068)
3 Herlinda Inggriana (21218079)
4 Hilda Diva Artiyas (21218080)
5 Julia Lestari (21218097)
6 Luthfi Fajar (21218109)
7 Indri Damayanthi (21218085)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS YATSI MADANI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
schingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa'atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga Penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Keperawatan Anak II dengan judul Asuhan Keperawatan Trombositopenia Imun.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
Penulis mengharapkan kritik serta saran dari Pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini Penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Tangerang, 14 November 2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Definisi ...............................................................................................3
2.2 Etiologi ...............................................................................................3
2.3 Patofisiologi........................................................................................4
2.4 Pathway...............................................................................................6
2.5 Tanda dan Gejala ...............................................................................7
2.6 Penatalaksanaan .................................................................................7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................8
3.1 Kasus ..................................................................................................8
3.2 Analisa Data .....................................................................................10
3.3 Diagnosa Keperawatan ....................................................................11
3.4 Intervensi Keperawatan ...................................................................11
3.5 Implementasi Keperawatan ..............................................................14
3.6 Evaluasi Keperawatan ......................................................................17
BAB IV PENUTUP .............................................................................................19
4.1 Kesimpulan ......................................................................................19
4.2 Saran ................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Difteri merupakan penyakit yang diakibatkan oleh Corynebacterium


diphtheriae, suatu bakteri gram positif fakultatif anaerob. Indonesia merupakan
salah satu negara dengan kasus difteri terbesar di dunia. Pada tiga tahun terakhir
kasus difteri mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2015 sebanyak 529 kasus,
tahun 2016 sebanyak 591 kasus dan tahun 2017 sebanyak 622 kasus. Strain difteri
yang mengalami lisogenisasi dapat menghasilkan toksin difteri diawali oleh
masuknya Corynebacterium diphtheriae ke dalam hidung atau mulut dan
terlokalisasi pada permukaan mukosa saluran pernapasan atas. Respons inflamasi
bersama jaringan nekrosis membentuk eksudat pseudomembran.. Virulensi
bakteri mempunyai prognosis paling buruk yang bisa menimbulkan kematian
disebabkan oleh efek toksin. Dan lokasi difteri pada laring dapat menyebabkan
meningkatnya persentasi kematian. (N.Safita, 2020).
Difteri adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphtheriae. Gejalanya meliputi sakit tenggorokan, demam, dan
pembentukan pseudomembran di tonsil, faring, atau rongga hidung. Bakteri ini
memiliki kemampuan menghasilkan toksin yang dapat menyebar ke seluruh tubuh
sehingga menyebabkan kerusakan pada epitel saluran pernapasan, ginjal, jantung,
saraf kranial, dan saraf tepi.1 Difteri dapat dengan mudah ditularkan dari orang ke
orang melalui droplet yang terhirup dan kontak kulit dengan pasien pembawa
difteri yang terinfeksi kuman Corynebacterium diphtheriae.2Walaupun vaksinasi
difteri telah rutin dilaksanakan di seluruh dunia. Untuk beberapa negara
berkembang masih terdapat laporan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada kasus
difteri, maka dari itu penyakit difteri tetap menjadi masalah serius. Indonesia pun
tidak lepas dari masalah difteri. Sebanyak 1.192 kasus difteri tercatat pada tahun
2012. Jumlah kasus menurun dari tahun ke tahun, mencapai terendah 342 kasus
pada tahun 2016.3 Meskipun demikian, jumlah kasus difteri di Indonesia
meningkat pada tahun 2017. Tercatat 591 kasus difteri dengan 32 orang
meninggal dunia di 95 Kabupaten/Kota di 20 Provinsi di Indonesia.4 Menurut

1
2

Kementerian Kesehatan, jumlah kasus difteri melonjak drastis pada 2018,


mencapai 1.386 kasus dan 29 kematian.5Pada tahun 2019, jumlah kasus difteri
turun menjadi 529, dengan 23 kematian dilaporkan, dan penyakit ini
terdokumentasi di hampir seluruh wilayah Indonesia, Pada tahun 2019, CFR
meningkat sebesar 4,35% persen sebagai akibat dari hal ini.6Pada tahun 2020
tercatat 259 kasus difteri dengan jumlah kematian 13 kasus dan CFR sebesar
5,02%. Terdapat penurunan yang bermakna dibandingkan dengan jumlah kasus
tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Difteri ?


2. Bagaimana aplikasi Asuhan Keperawatan pada Difteri ?
3. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit Difteri ?
4. Apa Etiologi dari penyakit Difteri ?
5. Bagaimana Patofisiologi dari Difteri?
6. Bagaimana pathway Difteri?
7. Apa saja Tanda&gejala Diteri?
8. Bagaimana penatalaksanaan penyakit Difteri ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengertian Difteri


2. Mengetahui Etiologi, epidomologi, patologi dan Manifestasi klinis pada
Difteri
3. Mengetahui pengaplikasian aplikasi Asuhan Keperawatan pada Difteri

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat sebagai referensi dalam penyebarluasan ilmu
pengetahuan, pengembangan ilmu dalam bidang kesehatan, dan
digunakan untuk penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis
3

a. Menambah pengetahuan bagi masyarakat dalam bentukliterature


pedidikan dibidang kesehatan.
b. Memberikan pengetahuan baru untuk ditelaah, dikaji, ataupun
diteliti lebih lanjut bagi teman sejawat maupun ahli dalam
bidangnya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Difteri adalah penyakit akut yang disebabkan oleh Corynebacterium
diphtheria, suatu bakteri Gram positif fakultatif anacrob Penyakit ini ditandai
dengan sakit tenggorokan, demam, malaise dan pada pemeriksaan ditemukan
pseudomembran pada tonsil, faring, dan / atau rongga hidung. Difteri adalah
penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung atau droplet dari penderita
(Hartoyo Edi, 2018).
Difteri adalah penyakit infeksi sangat menular yang disebabkan oleh
Corynebacterium diphtheria. Bakteri ini akan mengelurakan toksin yang
menyebabkan terbentuknya pseudomembran atau selaput putih keabu-abuan pada
kulit dan atau mukosa. Kuman difteri akan menular ke orang lain melalui percikan
ludah, kontak langsung, dan luka yang terbuka. Hal inilah yang menyebabkan
penularan difteri yang sangat tinggi (MP. Sampealang, 2021)
Difteria adalah suatu penyakit bakteri akut terutama menyerang tonsil,
faring, laring, hidung, ada kalanya menyerang selaput lendir atau kulit serta
kadang-kadang konjunngtiva atau vagina. Timbulnya lesi yang khas disebabkan
oleh cytotoxin spesifik yang dilepas oleh bakteri. Lesi nampak sebagai suatu
membran asimetrik keabu- abuan yang dikelilingi dengan daerah inflamasi.
Tenggorokan terasa sakit, sekalipun pada difteria faucial atau pada difteri
faringotonsiler diikuti dengan kelenjar limfe yang membesar dan melunak. Pada
kasus-kasus yang berat dan sedang ditandai dengan pembengkakan dan edema
dileher dengan pembentukan membran pada trachea secara ektensif dan dapat
terjadi obstruksi jalan napas. Difteri hidung biasanya ringan dan kronis dengan
satu rongga hidung tersumbat dan terjadi ekskorisasi (ledes). Infeksi subklinis
(atau kolonisasi) merupakan kasus terbanyak. Toksin dapat menyebabkan
myocarditis dengan heart block dan kegagalan jantung kongestif yang progresif,
timbul satu minggu setelah gejala klinis difteri. Bentuk lesi pada difteri kulit
bermacam-macam dan tidak dapat dibedakan dari lesi penyakit kulit yang lain,
bisa seperti atau merupakan bagian dari impetigo.

4
5

2.2 Etiologi
Penyebab penyakit difteri adalah Corynebacterium diphtheriae berbentuk
batang gram positif, tidak berspora, bercampak atau kapsul. Infeksi oleh kuman
sifatnya tidak invasive, tetapi kuman dapat mengeluarkan toxin, yaitu exotoxin.
Toxin difteri ini, karena mempunyai efek patoligik menyebabkan orang jadi sakit.
Ada tiga type variants dari Corynebacterium diphtheriae ini yaitu: type mitis,
typeintermedius dan type gravis. Corynebacterium diphtheriae dapat
dikalsifikasikan dengan cara bacteriophage lysis menjadi 19 tipe. Tipe 1-3
termasuk tipe mitis, tipe 4-6 termasuk tipe intermedius, tipe 7 termasuk tipe gravis
yang tidak ganas, sedangkan tipe-tipe lainnya termasuk tipe gravis yang virulen.
Corynebacterium diphtheriae ini dalam bentuk satu atau dua varian yang tidak
ganas dapat ditemukan pada tenggorokan manusia, pada selaputmukosa.
Disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae, bakteri gram positif, yang
bersifat polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Pewarnaan sediaan
langsung dapat dilakukan dengan biru metilen atau biru toluidin. Basil ini dapat
ditemukan dengan sediaan langsung dari lesi.
Sifat basil polimorf, gram positif, tidak bergerak dan tidak membentuk
spora, mati pada pemanasan 60°C selama 10 menit, tahan sampai beberapa
minggu dalam es, air susu, dan lendir yang telah mengering. Basil ini dapat
membentuk:

 Pseudomembran yang sukar diangkat, mudah berdarah dan berwarna


putih. keabu-abuan yang terkena terdiri dari fibrin, leukosit, jaringan
nekrotik dan basil

 Eksotoksin yang sangat ganas dan dapat meracuni jaringan setelah


bebrapa jam diabsorbsi dan memberikan gambaran perubahan
jaringan yang khas terutama pada otot jantung, ginjal dan jaringan
saraf.
6

2.3 Komplikasi
Racun difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, sistem saraf, ginjal
ataupun organ lainnya:
1. Miokarditis bisa menyebabkan gagal jantung
2. Kelumpuhan saraf atau neuritis perifer menyebabkan gerakan menjadi tidak
terkoordinasi dan gejala lainnya (timbul dalam waktu 3-7 minggu.
3. Kerusakan saraf yang berat bisa menyebabkan kelumpuhan
4. Kerusakan ginjal (nefritis)

2.4 Patofisiologi

1. Tahap Inkubasi
Kuman difteri masuk ke hidung atau mulut dimana baksil akan menempel
di mukosa saluran nafas bagian atas, kadang-kadang kulit, mata atau mukosa
genital dan biasanya bakteri berkembangbiak pada atau di sekitar permukaan
selaput lendir mulut atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan. Bila bakteri
sampai ke hidung, hidung akan meler. Peradangan bisa menyebar dari
tenggorokan ke pita suara (laring) dan menyebabkan pembengkakan sehingga
saluran udara menyempit dan terjadi gangguan pernafasan.
Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah dari batuk penderita atau
benda maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Ketika telah
masuk dalam tubuh, bakteri melepaskan toksin atau racun. Toksin ini akan
menyebar melalui darah dan bisa menyebabkan kerusakan jaringan di seluruh
tubuh, terutama jantung dan saraf.
Masa inkubasi penyakit difteri dapat berlangsung antara 2-5 hari.
Sedangkan masa penularan beragam, dengan penderita bisa menularkan antara
dua minggu atau kurang bahkan kadangkala dapat lebih dari empat minggu sejak
masa inkubasi. Sedangkan stadium karier kronis dapat menularkan penyakit
sampai 6 bulan.
7

2. Tahap Penyakit Dini


Toksin biasanya menyerang saraf tertentu, misalnya saraf di tenggorokan.
Penderita mengalami kesulitan menelan pada minggu pertama kontaminasi
toksin.Antara minggu ketiga sampai minggu keenam, bisa terjadi peradangan pada
saraf lengan dan tungkai, sehingga terjadi kelemahan pada lengan dan
tungkai.Kerusakan pada otot jantung (miokarditis) bisa terjadi kapan saja selama
minggupertama sampai minggu keenam, bersifat ringan, tampak sebagai kelainan
ringanpada EKG. Namun, kerusakan bisa sangat berat, bahkan menyebabkan
gagal jantung dan kematian mendadak. Pemulihan jantung dan saraf berlangsung
secara perlahan selama berminggu-minggu. Pada penderita dengan tingkat
kebersihan buruk, tak jarang difteri juga menyerang kulit.

3. Tahap Penyakit lanjut


Pada serangan difteri berat akan ditemukan pseudomembran, yaitu lapisan
selaputyang terdiri dari sel darah putih yang mati, bakteri dan bahan lainnya, di
dekat amandel dan bagian tenggorokan yang lain. Membran ini tidak mudah robek
dan berwarna abu-abu. Jika membran dilepaskan secara paksa, maka lapisan
lendir dibawahnya akan berdarah. Membran inilah penyebab penyempitan saluran
udara. atau secara tiba-tiba bisa terlepas dan menyumbat saluran udara, sehingga
anak mengalami kesulitan bernafas.
8

2.5 Pathway

2.6 Tanda dan Gejala


Penetapan kasus salah satunya dilihat dari tanda dan gejala klinis yang muncul
hal ini karena penanganan sedini mungkin sangatlah penting untuk dilakukan.
Tanda dan gejala yang digunakan sebagai alat diagnosa penyakit difteri, yaitu:
a. Mengalami infeksi pada faring, laring, trakhea, atau kombinasinya;
b. Muncul selaput berwarna putih keabu-abuan (pseudomembran) yang tidak
mudah lepas pada tenggorokan, amandel, rongga mulut, atau hidung;
c. Pembengkakan kelenjar limfa pada leher (bullneck);
d. Demam yang tidak tinggi (< 38,5 ̊C);
e. Mengeluarkan bunyi saat menarik napas (stidor); dan
f. Kesulitan bernapas.
(Widoyono, 2017; Kemenkes RI, 2017)

2.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
9

Pengobatan umum dengan perawatan yang baik, isolasi dan pengawasan EKG
yang dilakukan pada permulan dirawat satu minggu kemudian dan minggu
berikutnya sampai keadaan EKG 2 kali berturut-turut normal dan pengobatan
spesifik. Pengobatan spesifik untuk difteri:
 ADS (Antidifteri serum), 20.000 U/hari selama 2 hari berturut-turut
dengan sebelumnya harus dilakukan uji kulit dan mata.
 Antibiotik, diberikan penisillin prokain 5000U/kgBB/hari sampai 3 hari
bebas demam. Pada pasien yang dilakukan trakeostomi ditambahkan
kloramfenikol 75mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis.
 Kortikosteroid, untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang
sangat membahayakan, dengan memberikan predison 2mg/kgBB/hari
selama 3-4 minggu. Bila terjadi sumbatan jalan nafas yang berat
dipertimbangkan untuk tindakan trakeostomi.
a. Isolasi Penderita
Penderita difteria harus di isolasi dan baru dapat dipulangkan setelah
pemeriksaan sediaan langsung menunjukkan tidak terdapat lagi Corynebacterium
diphtheriae.
b. Imunisasi
Pencegahan dilakukan dengan memberikan imunisasi DPT (difteria,
pertusis, dan tetanus) pada bayi, dan vaksin DT (difteria, tetanus) pada anak-anak
usia sekolah dasar.
c. Pencarian dan kemudian mengobati karier difteria.
Dilakukan dengan uji Schick, yaitu bila hasil uji negatif (mungkin
penderita karier pernah mendapat imunisasi), maka harus dilakukan hapusan
tenggorok. Jika temyata ditemukan Corynebacterium diphtheriae, penderita harus
diobati dan bila perlu dilakukan tonsilektomi.
10

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus
I. Seorang anak laki-laki usia 5 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo pada tanggal 5 Desember 2018. Pasien dirujuk dari Rumah
Sakit Sulianti Saroso. Pasien mengeluh sesak sejak 2 hari sebelumnya.
Pasien menahan sakit, terdapat nyeri tekan di dada sesak. Riwayat napas
bunyi ada, suara serak tidak ada. Leher terlihat membesar. Riwayat demam
ada, sulit menelan ada. Batuk pilek tidak ada, riwayat imunisasi lengkap.
Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran somnolen, terdapat dispneu, stridor,
retraksi pada suprasternal dan epigastrium. Nadi 120/menit, pernapasan
30/menit, suhu 38.5 C. Pemeriksaan tenggorok ditemukan arkus faring
simetris, uvula di tengah, tonsil T4-T4, tampak membran putih kekuningan,
pada regio colli tidak ditemukan benjolan. Pasien didiagnosis obstruksi jalan
napas atas grade III, tonsilitis membranosa suspek difteri. Pasien
direncanakan trakeostomi cito, ivfd kaen 1b 500 cc/8 jam, cefazolin 1x1 g iv
profilaksis, swab tenggorok. Pasien dilakukan trakeostomi di ruang isolasi
IGD selama 30 menit dengan perdarahan sejumlah 10 cc. Durante operasi
pada saat insisi trakea, didapatkan membran putih kekuningan. Pasca
operasi, sesak tidak ada, demam tidak ada, pasien direncanakan untuk
kembali dirawat di Rumah Sakit Sulianti Saroso. Pemeriksaan fisik tidak
didapatkan adanya dispneu, stridor, retraksi. Pada stoma pasase udara lancar,
sekret serohemoragik, krepitasi tidak ada. Terapi ivfd kaen 1b 500 cc/12
jamantibiotik sesuai yang diberikan spesialis Anak, transamin 3x250 mg iv,
ketorolac 3x15 mg iv, ranitidine 2x25 mg iv, dexametason 3x2.5 mg iv,
pasien dikirim kembali ke Rumah Sakit Sulianti Saroso.
11

II. IDENTITAS PASIEN:


Nama : An. F
Usia : 5 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama/ Suku : Islam/ Jakarta
Alamat Rumah : Griya Sangiang raya

III. RIWAYAT KESEHATAN


Keluhan Utama:sesak nafas sejak 2 hari dan mengalami demam tinggi
38.5 C
Riwayat Kesehatan Sekarang : Riwayat napas bunyi ada, suara serak
tidak ada. Leher terlihat membesar. Riwayat demam ada, sulit menelan
ada. Batuk pilek tidak ada, riwayat imunisasi lengkap
Riwayat Kesehatan Lalu : Demam dan sulit menelan PS. Peradangan
kronis pada tonsil ,sinus ,faring
Riwayat Kesehatan Keluarga : Dahulu keluarga ada yang mengalami
difteri.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. TANDA-TANDA VITAL
Kesadaran : Somnolen terdapat dispeneu
Tekanan Darah :127 mmHg
Suhu :38.5 C
Pernapasan : 30/menit
Nadi : 120 kali per menit

B. PEMERIKSAAN FISIK(head to toe)


Kepala : mesocephal, rambut bersih, warna hitam
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, mata tidak cekung
Hidung : tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak ada pernafasan cuping
hidung
Telinga : telinga simetris, tidak ada serumen
12

Mulut : rongga mulut bersih, gigi lengkap, gusi tidak ada perdarahan
Leher : membesar meradang
(Paru-paru):
Inspeksi : pengembangan dada kanan dan kiri sama , sesak penyempitan
jalan nafas
Palpasi : vocal fremitus sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler

V. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. POLA ELIMINASI
Di rumah : keluarga pasien mengatakan pasien BAB 2 hari 1x dengan
konsistensilunak, warna kuning, bau khas, BAK 5 6x/hari
Di Rumah Sakit : belum bisa BAB, BAK 5 6x/hari
B. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
Di rumah : pasien mengatakan aktivitas selama sekolah, bermain bola
dengan teman- temannya
Di Rumah Sakit : pasien mengatakan selama di rumah sakit dibantu oleh
keluarganya dalam melakukan berbagai aktivitas
C. POLA PERSEPSI KOGNITIF
Di rumah : keluarga pasien mengatakan pasien tidak menggunakan kaca
mata, tidak menggunakan alat bantu dengar.
Di Rumah Sakit : pasien mengatakan perutnya sakit
P: ketika sedang tidak melakukan aktivitas
Q: seperti tertekan
R: Dada
S: 4
T: hilang timbul
Pasien menahan sakit, terdapat nyeri tekan di dada sesak
13

3.2 ANALISA DATA

No DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS: pasien mengatakan sesak Proses Infeksi oleh Bersihan jalan nafas tidak
sejak 2 hari yang lalu. bakteri efektif
Corynebacterium Kode :D.0001
DO: diphteriae Kategori : Fisiologi
- pasien tampak lemas Subkategori : Respirasi
berusaha bernafas
- terdapat bunyi napas mengi
- Leher terlihat membesar

2 DS : Ibu pasien mengatakan Hipertermia


ada riwayat demam Proses penyakit Kode: D.0130
infeksi menyerang alat Kat: Lingkungan
DO: pernapasan SubKat: Keamanan dan
- suhu tubuh pasien diatas Proteksi
nilai normal 38.5 C
- kulit terasa hangat

3 DS : pasien mengeluh nyeri Agen pencedera Nyeri Akut


fisiologi Kode : D.0077
DO : Kategori : Psikologis
- Pasien tampak meringis Subkategori : Nyeri dan
- Pola napas pasien tampak Kenyamanan
berubah
- Nafsu makan pasien
menurun

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS

1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan proses infeksi


ditandai dengan adanya infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae
2. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit infeksi difteri ditandai
dengan suhu tubuh meningkat 38.5 C
3. Nyeri Akut berhubungan dengan infeksi di alat pernapasan (adanya agen
pencedera) ditandai dengan keluhan nyeri pasien.
14

3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN

SDKI SLKI SIKI


Bersihan Jalan Napas Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
Tidak Efektif tindakan keperawatan I.01011
berhubungan dengan selama 1x24 jam maka Observasi:
proses infeksi ditandai Bersihan Jalan Napas - monitor jalan napas
dengan adanya infeksi Meningkat Dengan - monitor bunyi napas
bakteri Kriteria hasil: tambahan
Corynebacterium 1. Frekuensi napas
diphteriae membaik Terapeutik:
2. pola napas membaik - berikan oksigen, jika
3. dispneu menurun perlu

Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.

Hipertemia Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia


berhubungan dengan tindakan keperawatan I.15506
proses penyakit infeksi selama 1x24 jam maka
difteri ditandai dengan hipertermia dapat teratasi Observasi:
suhu tubuh meningkat dengan termoregulasi - identifikasi penyebab
38.5 C. membaik. Dengan hipertermia
Kriteria hasil: - monitor suhu tubuh
1. suhu tubuh membaik
2. suhu kulit membaik Terapeutik;
3. pucat membaik - berikan cairan oral
- lakukan pendinginan
eksternal (misal kompres
hangat)
15

Edukasi:
- anjurkan tirah baring

Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu.
Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan dengan tindakan keperawatan I.08238
infeksi di alat selama 1x24 jam maka Obsevasi :
pernapasan (adanya Tingkat Nyeri menurun. - Identifikasi lokasi,
agen pencedera) Dengan kriteria hasil: karakteristik nyeri
ditandai dengan 1. keluhan nyeri -Identifikasi sklaa nyeri
keluhan nyeri pasien. menurun Teraupetik :
2. pola napas membaik -Berikan teknik
3. nafsu makan membaik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
-Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
analgetik, Jika perlu

3.5 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


16

No Diagnosa Hari, Implementsi Evaluasi TTD


Keperawata Tanggal,
n Waktu
1 Bersihan Selasa, 13 Observasi: S: pasien mengatakan Perawat
1. Jalan Napas November - memonitor jalan sesaknya berkurang.
Tidak Efektif 2023 Jam
napas - pasien mengatakan
13.00
WIB H:/ Jalan napas pasien merasa lebih baik dari
membaik setelah keadaan sebelumnya
diberikan pengobatan O: pasien tampak sudah
dan terapi tidak ada sesak napas
- memonitor bunyi - pasien tampak mampu
napas tambahan bernapas secara normal
H:/ tidah ada bunyi - tidak ada bunyi napas
napas tambahan setelah tambahan pada pasien
diberikan pengobatan A: masalah bersihan
dan terapi jalan napas tidak efektif
teratasi
Terapeutik: P: intervensi dihentikan.
- memberikan oksigen,
jika perlu
H:/ diberikan terapi
oksigen pada pasien

Kolaborasi:
- berkolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
H:/ diberikan
pengobatan
farmakologi oleh
dokter.
2 Hipertemia Selasa, 13 Observasi: S: Ibu pasien mengatakan Perawat
2. November - mengidentifikasi badannya sudah tidak
17

2023 Jam penyebab hipertermia panas


13.30 H:/ diketahui penyebab O: suhu tubuh pasien
WIB
hipertermia adalah menurun 37.5 c
karena infeksi bakteri. - suhu kulit pasien terasa
- memonitor suhu normal
tubuh. - pasien tampak membaik
H:/ suhu tubuh setelah dilakukan tirah
membaik setelah baring
diberikan pengobatan A: masalah hipertermia
pasien teratasi
Terapeutik; P: intervensi dihentikan,
- melakukan
pendinginan eksternal
(misal kompres hangat)
H:/ dilakukan terapi
nonfarmakologis
kompres hangat pada
permukaan tubuh

Edukasi:
- menganjurkan tirah
baring.
H:/ pasien difasilitasi
istirahat dan tirah
baring

Kolaborasi:
- berkolaborasi
pemberian cairan dan
elektrolit intravena,
jika perlu.
H:/ diberikan
18

pengobatan medis oleh


dokter melalui
intravena.

3 Nyeri Akut Selasa, 13 Obsevasi : S: pasien mengatakan Perawat


. berhubungan November - Mengidentifikasi nyeri akut berkurang
dengan agen 2023 Jam lokasi, karakteristik
- ibu pasien mengatakan
cedera 14.00 nyeri
biologis WIB H/: penyebab dan pasien sudah jarang
lokasi nyeri pada menangis, nyerinya
pasien diketahui yaitu
sudah berkurang
penyebab infeksi
bakteri, di daerah alat - Ibu pasien mengatakan
pernapasan memahami penyebab
P : ketika sedang tidak
penyakit pasien
melakukan aktivitas
Q : seperti tertekan O: nyeri pada pasien
R: perut kuadran I tampak berkurang
S:4 - nafsu makan pasien
T : hilang timbul
tampak membaik
-Mengidentifikasi sklaa - pasien tampak jarang
nyeri menangis seperti
H/: Skala nyeri
sebelumnya.
menurun ( 4)
- Ibu pasien tampak
Teraupetik : memahami penyebab
-Memberikan teknik
penyakit, setelah
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri diberikan edukasi oleh
H/:Sudah diberikan perawat.
teknik nonfarmakologi
A: nyeri akut pada pasien
untuk pereda rasa nyeri
menurun.
-Memfasilitasi istirahat P: intervensi dilanjutkan
dan tidur dengan berkolaborasi
H/: Perawat sudah
memfasilitasi istirahat pemberian obat oleh
dan pola tidur dokter.
19

- Mengedukasi
penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
H/: Perawat sudah
mengedukasi
penyebab, pemicu
nyeri

Kolaborasi :
- Berkolaborasi
pemberian analgetik,
Jika perlu
H/: Perawat sudah
memberikan analgetik
yang berkolaborasi
dengan dokter.
BAB IV
PENUTUP

V.1Kesimpulan

Difteri adalah penyakit akut yang disebabkan oleh Corynebacterium


diphtheria, suatu bakteri Gram positif fakultatif anacrob Penyakit ini ditandai
dengan sakit tenggorokan, demam, malaise dan pada pemeriksaan ditemukan
pseudomembran pada tonsil, faring, dan / atau rongga hidung. Difteri adalah
penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung atau droplet dari penderita
(Hartoyo Edi, 2018).

V.2Saran

Dengan dibuatnya Makalah tentang Difteri teman-teman mahasiswa


Tingkat III keperawatan dapat memahami apa itu Difteri dan dapat menjelaskan
kepada oranglain yang membutuhkan.

20
21

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/11526212/Makalah_Askep_anak_dengan_difteri
https://www.academia.edu/35535170/
MAKALAH_EPIDEMIOLOGI_DIFTERI
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/12022/Thalamus
%2038.pdf?sequence=1&isAllowed=y
https://www.researchgate.net/publication/324775721_Difteri_Pada_Anak
https://id.scribd.com/document/470650890/Askep-difteri-anak-Copy-docx
https://www.scribd.com/document/495898277/MAKALAH-DIFTERI-
KELOMPOK-4
https://repository.uki.ac.id/8343/1/BABI.pdf

Anda mungkin juga menyukai