Disusun Oleh:
1 Aya Kuncahayaningtias Soleha (21218025)
2 Fitri Lestari (21218068)
3 Herlinda Inggriana (21218079)
4 Hilda Diva Artiyas (21218080)
5 Julia Lestari (21218097)
6 Luthfi Fajar (21218109)
7 Indri Damayanthi (21218085)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
schingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa'atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga Penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Keperawatan Anak II dengan judul Asuhan Keperawatan Trombositopenia Imun.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
Penulis mengharapkan kritik serta saran dari Pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini Penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Definisi ...............................................................................................3
2.2 Etiologi ...............................................................................................3
2.3 Patofisiologi........................................................................................4
2.4 Pathway...............................................................................................6
2.5 Tanda dan Gejala ...............................................................................7
2.6 Penatalaksanaan .................................................................................7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................8
3.1 Kasus ..................................................................................................8
3.2 Analisa Data .....................................................................................10
3.3 Diagnosa Keperawatan ....................................................................11
3.4 Intervensi Keperawatan ...................................................................11
3.5 Implementasi Keperawatan ..............................................................14
3.6 Evaluasi Keperawatan ......................................................................17
BAB IV PENUTUP .............................................................................................19
4.1 Kesimpulan ......................................................................................19
4.2 Saran ................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat sebagai referensi dalam penyebarluasan ilmu
pengetahuan, pengembangan ilmu dalam bidang kesehatan, dan
digunakan untuk penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
3
2.1 Definisi
Difteri adalah penyakit akut yang disebabkan oleh Corynebacterium
diphtheria, suatu bakteri Gram positif fakultatif anacrob Penyakit ini ditandai
dengan sakit tenggorokan, demam, malaise dan pada pemeriksaan ditemukan
pseudomembran pada tonsil, faring, dan / atau rongga hidung. Difteri adalah
penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung atau droplet dari penderita
(Hartoyo Edi, 2018).
Difteri adalah penyakit infeksi sangat menular yang disebabkan oleh
Corynebacterium diphtheria. Bakteri ini akan mengelurakan toksin yang
menyebabkan terbentuknya pseudomembran atau selaput putih keabu-abuan pada
kulit dan atau mukosa. Kuman difteri akan menular ke orang lain melalui percikan
ludah, kontak langsung, dan luka yang terbuka. Hal inilah yang menyebabkan
penularan difteri yang sangat tinggi (MP. Sampealang, 2021)
Difteria adalah suatu penyakit bakteri akut terutama menyerang tonsil,
faring, laring, hidung, ada kalanya menyerang selaput lendir atau kulit serta
kadang-kadang konjunngtiva atau vagina. Timbulnya lesi yang khas disebabkan
oleh cytotoxin spesifik yang dilepas oleh bakteri. Lesi nampak sebagai suatu
membran asimetrik keabu- abuan yang dikelilingi dengan daerah inflamasi.
Tenggorokan terasa sakit, sekalipun pada difteria faucial atau pada difteri
faringotonsiler diikuti dengan kelenjar limfe yang membesar dan melunak. Pada
kasus-kasus yang berat dan sedang ditandai dengan pembengkakan dan edema
dileher dengan pembentukan membran pada trachea secara ektensif dan dapat
terjadi obstruksi jalan napas. Difteri hidung biasanya ringan dan kronis dengan
satu rongga hidung tersumbat dan terjadi ekskorisasi (ledes). Infeksi subklinis
(atau kolonisasi) merupakan kasus terbanyak. Toksin dapat menyebabkan
myocarditis dengan heart block dan kegagalan jantung kongestif yang progresif,
timbul satu minggu setelah gejala klinis difteri. Bentuk lesi pada difteri kulit
bermacam-macam dan tidak dapat dibedakan dari lesi penyakit kulit yang lain,
bisa seperti atau merupakan bagian dari impetigo.
4
5
2.2 Etiologi
Penyebab penyakit difteri adalah Corynebacterium diphtheriae berbentuk
batang gram positif, tidak berspora, bercampak atau kapsul. Infeksi oleh kuman
sifatnya tidak invasive, tetapi kuman dapat mengeluarkan toxin, yaitu exotoxin.
Toxin difteri ini, karena mempunyai efek patoligik menyebabkan orang jadi sakit.
Ada tiga type variants dari Corynebacterium diphtheriae ini yaitu: type mitis,
typeintermedius dan type gravis. Corynebacterium diphtheriae dapat
dikalsifikasikan dengan cara bacteriophage lysis menjadi 19 tipe. Tipe 1-3
termasuk tipe mitis, tipe 4-6 termasuk tipe intermedius, tipe 7 termasuk tipe gravis
yang tidak ganas, sedangkan tipe-tipe lainnya termasuk tipe gravis yang virulen.
Corynebacterium diphtheriae ini dalam bentuk satu atau dua varian yang tidak
ganas dapat ditemukan pada tenggorokan manusia, pada selaputmukosa.
Disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae, bakteri gram positif, yang
bersifat polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Pewarnaan sediaan
langsung dapat dilakukan dengan biru metilen atau biru toluidin. Basil ini dapat
ditemukan dengan sediaan langsung dari lesi.
Sifat basil polimorf, gram positif, tidak bergerak dan tidak membentuk
spora, mati pada pemanasan 60°C selama 10 menit, tahan sampai beberapa
minggu dalam es, air susu, dan lendir yang telah mengering. Basil ini dapat
membentuk:
2.3 Komplikasi
Racun difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, sistem saraf, ginjal
ataupun organ lainnya:
1. Miokarditis bisa menyebabkan gagal jantung
2. Kelumpuhan saraf atau neuritis perifer menyebabkan gerakan menjadi tidak
terkoordinasi dan gejala lainnya (timbul dalam waktu 3-7 minggu.
3. Kerusakan saraf yang berat bisa menyebabkan kelumpuhan
4. Kerusakan ginjal (nefritis)
2.4 Patofisiologi
1. Tahap Inkubasi
Kuman difteri masuk ke hidung atau mulut dimana baksil akan menempel
di mukosa saluran nafas bagian atas, kadang-kadang kulit, mata atau mukosa
genital dan biasanya bakteri berkembangbiak pada atau di sekitar permukaan
selaput lendir mulut atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan. Bila bakteri
sampai ke hidung, hidung akan meler. Peradangan bisa menyebar dari
tenggorokan ke pita suara (laring) dan menyebabkan pembengkakan sehingga
saluran udara menyempit dan terjadi gangguan pernafasan.
Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah dari batuk penderita atau
benda maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Ketika telah
masuk dalam tubuh, bakteri melepaskan toksin atau racun. Toksin ini akan
menyebar melalui darah dan bisa menyebabkan kerusakan jaringan di seluruh
tubuh, terutama jantung dan saraf.
Masa inkubasi penyakit difteri dapat berlangsung antara 2-5 hari.
Sedangkan masa penularan beragam, dengan penderita bisa menularkan antara
dua minggu atau kurang bahkan kadangkala dapat lebih dari empat minggu sejak
masa inkubasi. Sedangkan stadium karier kronis dapat menularkan penyakit
sampai 6 bulan.
7
2.5 Pathway
2.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
9
Pengobatan umum dengan perawatan yang baik, isolasi dan pengawasan EKG
yang dilakukan pada permulan dirawat satu minggu kemudian dan minggu
berikutnya sampai keadaan EKG 2 kali berturut-turut normal dan pengobatan
spesifik. Pengobatan spesifik untuk difteri:
ADS (Antidifteri serum), 20.000 U/hari selama 2 hari berturut-turut
dengan sebelumnya harus dilakukan uji kulit dan mata.
Antibiotik, diberikan penisillin prokain 5000U/kgBB/hari sampai 3 hari
bebas demam. Pada pasien yang dilakukan trakeostomi ditambahkan
kloramfenikol 75mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis.
Kortikosteroid, untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang
sangat membahayakan, dengan memberikan predison 2mg/kgBB/hari
selama 3-4 minggu. Bila terjadi sumbatan jalan nafas yang berat
dipertimbangkan untuk tindakan trakeostomi.
a. Isolasi Penderita
Penderita difteria harus di isolasi dan baru dapat dipulangkan setelah
pemeriksaan sediaan langsung menunjukkan tidak terdapat lagi Corynebacterium
diphtheriae.
b. Imunisasi
Pencegahan dilakukan dengan memberikan imunisasi DPT (difteria,
pertusis, dan tetanus) pada bayi, dan vaksin DT (difteria, tetanus) pada anak-anak
usia sekolah dasar.
c. Pencarian dan kemudian mengobati karier difteria.
Dilakukan dengan uji Schick, yaitu bila hasil uji negatif (mungkin
penderita karier pernah mendapat imunisasi), maka harus dilakukan hapusan
tenggorok. Jika temyata ditemukan Corynebacterium diphtheriae, penderita harus
diobati dan bila perlu dilakukan tonsilektomi.
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
I. Seorang anak laki-laki usia 5 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo pada tanggal 5 Desember 2018. Pasien dirujuk dari Rumah
Sakit Sulianti Saroso. Pasien mengeluh sesak sejak 2 hari sebelumnya.
Pasien menahan sakit, terdapat nyeri tekan di dada sesak. Riwayat napas
bunyi ada, suara serak tidak ada. Leher terlihat membesar. Riwayat demam
ada, sulit menelan ada. Batuk pilek tidak ada, riwayat imunisasi lengkap.
Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran somnolen, terdapat dispneu, stridor,
retraksi pada suprasternal dan epigastrium. Nadi 120/menit, pernapasan
30/menit, suhu 38.5 C. Pemeriksaan tenggorok ditemukan arkus faring
simetris, uvula di tengah, tonsil T4-T4, tampak membran putih kekuningan,
pada regio colli tidak ditemukan benjolan. Pasien didiagnosis obstruksi jalan
napas atas grade III, tonsilitis membranosa suspek difteri. Pasien
direncanakan trakeostomi cito, ivfd kaen 1b 500 cc/8 jam, cefazolin 1x1 g iv
profilaksis, swab tenggorok. Pasien dilakukan trakeostomi di ruang isolasi
IGD selama 30 menit dengan perdarahan sejumlah 10 cc. Durante operasi
pada saat insisi trakea, didapatkan membran putih kekuningan. Pasca
operasi, sesak tidak ada, demam tidak ada, pasien direncanakan untuk
kembali dirawat di Rumah Sakit Sulianti Saroso. Pemeriksaan fisik tidak
didapatkan adanya dispneu, stridor, retraksi. Pada stoma pasase udara lancar,
sekret serohemoragik, krepitasi tidak ada. Terapi ivfd kaen 1b 500 cc/12
jamantibiotik sesuai yang diberikan spesialis Anak, transamin 3x250 mg iv,
ketorolac 3x15 mg iv, ranitidine 2x25 mg iv, dexametason 3x2.5 mg iv,
pasien dikirim kembali ke Rumah Sakit Sulianti Saroso.
11
Mulut : rongga mulut bersih, gigi lengkap, gusi tidak ada perdarahan
Leher : membesar meradang
(Paru-paru):
Inspeksi : pengembangan dada kanan dan kiri sama , sesak penyempitan
jalan nafas
Palpasi : vocal fremitus sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
Edukasi:
- anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu.
Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan dengan tindakan keperawatan I.08238
infeksi di alat selama 1x24 jam maka Obsevasi :
pernapasan (adanya Tingkat Nyeri menurun. - Identifikasi lokasi,
agen pencedera) Dengan kriteria hasil: karakteristik nyeri
ditandai dengan 1. keluhan nyeri -Identifikasi sklaa nyeri
keluhan nyeri pasien. menurun Teraupetik :
2. pola napas membaik -Berikan teknik
3. nafsu makan membaik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
-Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
analgetik, Jika perlu
Kolaborasi:
- berkolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
H:/ diberikan
pengobatan
farmakologi oleh
dokter.
2 Hipertemia Selasa, 13 Observasi: S: Ibu pasien mengatakan Perawat
2. November - mengidentifikasi badannya sudah tidak
17
Edukasi:
- menganjurkan tirah
baring.
H:/ pasien difasilitasi
istirahat dan tirah
baring
Kolaborasi:
- berkolaborasi
pemberian cairan dan
elektrolit intravena,
jika perlu.
H:/ diberikan
18
- Mengedukasi
penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
H/: Perawat sudah
mengedukasi
penyebab, pemicu
nyeri
Kolaborasi :
- Berkolaborasi
pemberian analgetik,
Jika perlu
H/: Perawat sudah
memberikan analgetik
yang berkolaborasi
dengan dokter.
BAB IV
PENUTUP
V.1Kesimpulan
V.2Saran
20
21
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/11526212/Makalah_Askep_anak_dengan_difteri
https://www.academia.edu/35535170/
MAKALAH_EPIDEMIOLOGI_DIFTERI
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/12022/Thalamus
%2038.pdf?sequence=1&isAllowed=y
https://www.researchgate.net/publication/324775721_Difteri_Pada_Anak
https://id.scribd.com/document/470650890/Askep-difteri-anak-Copy-docx
https://www.scribd.com/document/495898277/MAKALAH-DIFTERI-
KELOMPOK-4
https://repository.uki.ac.id/8343/1/BABI.pdf