“Penyakit Chikungunya”
Disusun Oleh:
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia, infeksi virus Chikungunya telah ada sejak abad ke-18 seperti
yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu
infeksi virus ini menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit demam 5 hari
(vijfdaagse koorts) yang kadangkala disebut juga sebagai demam sendi (knokkel koorts).
Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit Chikungunya pertama kali dilaporkan pada tahun
1973 di Samarinda Provinsi Kalimantan Timur dan di Jakarta. Tahun 1982 di Kuala
Tungkal Provinsi Jambi dan tahun 1983 di Yogyakarta. Sejak tahun 1985 seluruh
provinsi di Indonesia pernah melaporkan adanya KLB Chikungunya. KLB Chikungunya
mulai banyak dilaporkan sejak tahun 1999 yaitu di Muara Enim, tahun 2000 di Aceh,
tahun 2001 di Jawa Barat ( Bogor, Bekasi, Depok ), tahun 2002 di Palembang,
Semarang, Indramayu, Manado, DKI, Banten, tahun 2003 terjadi di beberapa wilayah
1
pulau Jawa, NTB, Kalimantan Tengah. Secara epidemiologis, saat ini hampir seluruh
wilayah di Indonesia berpotensial untuk timbulnya KLB Chikungunya.
2
6. Untuk mengetahui faktor resiko penyakit chikungunya
7. Untuk mengetahui gejala penyakit chikungunya
8. Untuk mengetahui pengobatan penyakit chikungunya
9. Untuk mengetahui pencegahan penyakit chikungunya
10. Untuk mengetahui hasil studi kasus penyakit chikungunya
1. Bagi Penulis
3
BAB II
ISI
4
Yogyakarta. KLB Chikungunya mulai banyak dilaporkan sejak tahun 1999 yaitu di
Muara Enim (1999), Aceh (2000), Jawa Barat ( Bogor, Bekasi, Depok ) pada tahun
2001, yang menyerang secara bersamaan pada penduduk di satu kesatuan wilayah
(RW/Desa ).
Pada tahun 2002 banyak daerah melaporkan terjadinya KLB Chikungunya
seperti Palembang, Semarang, Indramayu, Manado, DKI Jakarta , Banten, Jawa
Timur dan lain-lain. Pada tahun 2003 KLB Chikungunya terjadi di beberapa wilayah
di pulau Jawa, NTB, Kalimantan Tengah. Tahun 2006 dan 2007 terjadi KLB di
Provinsi Jawa Barat dan Sumatera Selatan. Dari tahun 2007 sampai tahun 2012 di
Indonesia terjadi KLB Chikungunya pada beberapa provinsi dengan 149.526 kasus
tanpa kematian.
Penyebaran penyakit Chikungunya biasanya terjadi pada daerah endemis
Demam Berdarah Dengue. Banyaknya tempat perindukan nyamuk sering
berhubungan dengan peningkatan kejadian penyakit Chikungunya. Saat ini hampir
seluruh provinsi di Indonesia potensial untuk terjadinya KLB Chikungunya. KLB
sering terjadi pada awal dan akhir musim hujan. Penyakit Chikungunya sering terjadi
di daerah sub urban.
5
berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat
ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Di tubuh manusia,
virus memerlukan waktu masa tunas 4-7 hari (intrinsic incubation period) sebelum
menimbulkan penyakit.
a) Demam
Gejala utama penyakit Chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa demam disertai
menggigil selama 2-5 hari. Gejala demam biasanya timbul mendadak secara tiba-
tiba dengan derajat tinggi ( >40ºC). Demam kemudian menurun setelah 2-3 hari
dan bisa kambuh kembali 1 hari berikutnya diikuti dengan nyeri pada persendian.
Demam ini membentuk kurva “Sadle back fever” (Bifasik).
6
b) Sakit Persendian
Salah satu gejala yang khas adalah timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul
rasa sakit pada tulang-tulang. Gejalanya mirip dengan virus dengue dengan sedikit
perbedaan pada hal-hal tertentu. Misalnya saja mengalami sakit pada persendian,
tidak menyebabkan kematian dan masih banyak lainnya.
c) Nyeri Otot
Nyeri bisa pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan daerah bahu.
Kadang terjadi pembengkakan pada otot sekitar mata kaki.
d) Ruam Pada Kulit
Biasanya penyakit ini menyerang pada jaringan sel epidermis atau jaringan terluar
dari kulit. Sehingga gejala yang dirasakan antara lain berupa ruam atau bintik
kemerahan pada kulit. Ruam pada kulit ini akan disertai dengan adanya demam
yang dirasakan selama tiga hingga lima hari. Lokasi ruam biasanya terdaat
disekitar muka, badan, tangan, dan kaki. Kadang juga ditemukan pendarahan pada
gusi.
e) Mual dan Muntah
Biasanya yang akan dirasakan oleh penderita penyakit Chikungunya yang
berakibat pada mual dan muntah. Mual dan muntah yang dilakukan tak jarang
akan disertai dengan bercak darah yang ada didalamnya. Namun berbeda dengan
pendarahan yang didapatkan pada penyakit demam berdarah pendarahan berupa
muntah darah yang dirasakan hanya sedikit.
f) Sakit Kepala
Sakit kepala merupakan keluhan yang sering ditemui conjungtival infection dan
sedikit fotophobia.
g) Kejang dan penurunan kesadaran
Kejang biasanya pada anak karena demam yang terlalu tinggi, jadi kemungkinan
bukan secara langsung oleh penyakitnya. Kadang-kadang kejang disertai
penurunan kesadaran. Pemeriksaan cairan spinal (cerebro spinal) tidak ditemukan
kelainan biokimia atau jumlah sel.
h) Gejala lain
Kadang dijumpai pembesaran kelenjar getah bening dibagian leher dan kolaps
pemnuluh darah kapiler
7
2.8 Pengobatan Penyakit Chikungunya
Sehingga kini masih tiada pengobatan spesifik untuk penyakit ini dan vaksin
yang berguna sebagai tindakan preventif juga belum ditemukan. Pengobatannya
hanya bersifat simptomatis dan supportif seperti pemberian analgesik, antipiretik,
antiinflamasi.. Pemberian aspirin kepada penderita demam chikungunya ini tidak
dianjurkan karena dikuatiri efek aspirin terhadap platelet. Pemberian chloroquine
phosphate sangat efektif untuk arthritis chikungunya kronis. Penularan wabah
chikungunya yang semakin berkembang membuat para peneliti berminat
mengembangkan agen antivirus baru, RNAi. Ianya bertindak mencegah infeksi yang
ditimbulkan virus dengan mengganggu post transcriptional expression mRNA.
Untuk memperbaiki keadaan umum penderita dianjurkan untuk mengkonsumsi
makanan yang bergizi cukup karbohidrat dan protein serta minum sebanyak munkin
untuk meminum jus buah segar. Pemberian vitamin dan istirahat yang cukup juga
berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
8
PSN ini bertujuan mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus sehingga penularan Chikungunya dapat dicegah atau dibatasi. Cara
memberantas nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang tepat melalui
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah kegiatan memberantas jentik ditempat
berkembang biaknya dengan cara :
a. Kimiawi (Larvasidasi). Larvasidasi adalah pemberantasan jentik dengan
menaburkan bubuk larvasida.. Kegiatan ini tepat digunakan apabila surveilans
epidemiologi penyakit penyakit dan vektor menunjukkan adanya periode
berisiko tinggi dan di lokasi dimana KLB mungkin timbul.
b. Biologi Penerapan pengendalian biologis yang ditujukan langsung terhadap
jentik hanya terbatas pada sasaran berskala kecil. Pengendalian dengan cara ini
misalnya dengan memelihara ikan pemakan jentik atau dengan bakteri.
c. Fisik Pengendalian secara fisik ini dikenal dengan kegiatan 3M Plus
(Menguras, Menutup, Mengubur) yaitu :
a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi,
drum dan lain-lain seminggu sekali (M1).
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air ,
tempayan dan lain-lain (M2).
c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung
air hujan (M3)
9
penduduk di wilayah tersebut tergolong tidak padat yaitu sebesar 53 jiwa/Ha namun
kasus banyak terjadi.
10
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari
variabel yang diteliti. Sedangkan analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan
antara variabel dependen (Kejadian Chikungunya) dengan variabel independen yaitu
faktor sosiodemografi (pendidikan, pengetahuan, kepadatan hunian, umur, pekerjaan,
jenis kelamin, mobilitas, dan pemakaian obat anti nyamuk) serta faktor lingkungan
(ketersediaan Tempat Penampungan Air (TPA), dan ketersediaan kasa nyamuk).
Berdasarkan hasil yang didapat dalam penelitian ini, maka saran yang dapat
diberikan adalah:
11
2. Penyebaran informasi ini sebaiknya tidak hanya dilakukan melalui ceramah
(penyuluhan) atau pembagian leaflet/ pamplet/ media lain tetapi juga dengan
tindakan nyata/ praktek seperti kerja bakti bersama agar masyarakat semakin
memahami informasi yang di dapat.
3. Pengelolaan lingkungan dan perlindungan diri seperti melakukan PSN,
memodifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk buatan manusia,
pemakaian obat anti nyamuk, dan sebagainya harus terus dilakukan sebagai
tindakan pencegahan penyakit chikungunya.
4. Pemetaan mengenai distribusi pengetahuan maupun vektor
sebaiknya dilakukan agar tindakan yang tepat untuk mencegah suatu penyakit
terutama chikungunya dan DBD dapat segera dilaksanakan.
5. Penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor lain terhadap kejadian
chikungunya yang tidak diteliti dalam penelitian ini perlu dilakukan.
6. Selain itu, perlu juga diadakan penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor-
faktor (lingkungan) yang membedakan vektor Aedes sp. terhadap virus
chikungunya dan dengue serta kemungkinan vektor lain yang dapat
menyebarkan penyakit ini.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
• Chikungunya merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus
chikungunya yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau Aedes Albopictus.
• Mekanisme penularan chikungunya adalah dari nyamuk yang menggigit penderita
kemudian menggigit manusia lain.
• Gejala-gejala penyakit chikungunya berupa demam, sakit persendian, nyeri otot,
ruam dikulit, sakit kepala, kejang dan penurunan kesadaran.
• Pengobatannya hanya bersifat simptomatis dan supportif.
• Pencegahan penyakit chikungunya dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk
dan mencegah perkembangbiakan nyamuk.
3.2 Penutup
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber - sumber yang lebih banyak dan baik lagi dari sebelumnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Panigoro, Verawati et.al. 2015. Hubungan Faktor Lingkungan Rumah Dan Kepadatan
Penduduk Dengan Kejadian Penyakit Chikungunya Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sipatana. Artikel Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri
Gorontalo.
Wuryanto, M.Arie. 2009. Aspek Sosial Dan Lingkungan Pada Kejadian Luar Biasa (KLB)
Chikungunya (Studi Kasus KLB Chikungunya di Kelurahan Bulusan Kecamatan
Tembalang Kota Semarang). Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, Vol.4, No.1:68
14