Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

“Penyakit Chikungunya”

Disusun Oleh:

NAMA : JOSE LUIS DAVINCI SINAGA


NIM : P07539019053
JURUSAN : FARMASI

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 16 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................................. ii

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................................. 2

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................................ 2

1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................................................. 3

BAB III ISI .................................................................................................................................................... 4

2.2 Sejarah dan Pernyebaran Chikungunya .............................................................................................. 4

2.3 Chikungunya Di Indonesia................................................................................................................. 4

2.4 Penyebab Chikungunya ..................................................................................................................... 5

2.5 Mekanisme Penularan ........................................................................................................................ 5

2.6 Faktor Resiko Penyakit Chikungunya ................................................................................................ 6

2.7 Gejala Penyakit Chikungunya ............................................................................................................ 6

2.8 Pengobatan Penyakit Chikungunya .................................................................................................... 8

2.9 Pencegahan Penyakit Chikungunya ................................................................................................... 8

2.10 Studi Kasus Penyakit Chikungunya ................................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................................... 13

3.2 Penutup ............................................................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Di negara berkembang seperti Indonesia, angka kematian penyakit menular


cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena banyak dipengaruhi faktor lingkungan
dan perilaku hidup masyarakat. Terlebih lagi dalam kondisi sosial ekonomi yang
memburuk, tentunya kejadian kasus penyakit menular memerlukan penanganan yang
lebih serius, profesional, dan bermutu.

Indonesia juga menghadapi beban ganda dalam pembangunan kesehatan atau


yang dikenal dengan double burden. Dewasa ini masih dihadapkan dengan
meningkatnya beberapa penyakit menular (re-emerging diseases), sementara penyakit
tidak menular atau degeneratif mulai meningkat. Di samping itu telah timbul pula
berbagai penyakit baru (new-emerging diseases). Salah satu masalah yang menjadi
perhatian dan tercantum dalam PERPRES No. 5 tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 - 2014 adalah pengendalian
penyakit menular serta penyakit tidak menular, diikuti upaya penyehatan lingkungan.
Salah satu penyakit menular yang masih menjadi perhatian dan masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia dewasa ini yaitu Demam Chikungunya yang penyebarannya
semakin luas.

Di Indonesia, infeksi virus Chikungunya telah ada sejak abad ke-18 seperti
yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu
infeksi virus ini menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit demam 5 hari
(vijfdaagse koorts) yang kadangkala disebut juga sebagai demam sendi (knokkel koorts).
Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit Chikungunya pertama kali dilaporkan pada tahun
1973 di Samarinda Provinsi Kalimantan Timur dan di Jakarta. Tahun 1982 di Kuala
Tungkal Provinsi Jambi dan tahun 1983 di Yogyakarta. Sejak tahun 1985 seluruh
provinsi di Indonesia pernah melaporkan adanya KLB Chikungunya. KLB Chikungunya
mulai banyak dilaporkan sejak tahun 1999 yaitu di Muara Enim, tahun 2000 di Aceh,
tahun 2001 di Jawa Barat ( Bogor, Bekasi, Depok ), tahun 2002 di Palembang,
Semarang, Indramayu, Manado, DKI, Banten, tahun 2003 terjadi di beberapa wilayah

1
pulau Jawa, NTB, Kalimantan Tengah. Secara epidemiologis, saat ini hampir seluruh
wilayah di Indonesia berpotensial untuk timbulnya KLB Chikungunya.

Penyakit Chikungunya ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes


albopictus seperti halnya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang cara
penanggulangannya telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Penanggulangan secara
lintas program dan lintas sektor telah dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan,
sehingga cara penanggulangan penyakit Chikungunya bukan merupakan sesuatu hal
yang sangat khusus, namun dapat dilakukan secara bersamaan dengan upaya
pengendalian penyakit DBD. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah dalam hal ini penulis
menyusun makalah ini sebagai penambah pengetahuan dan wawasan tentang Penyakit
Menular Chikungunya tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah penyakit chikungnya itu?


2. Bagaimana sejarah dan penyebaran penyakit chikungunya?
3. Bagaimana kondisi penyakit chikungunya di Indonesia?
4. Apakah penyebab penyakit chikungunya?
5. Bagaimana mekanisme penularan penyakit chikungunya?
6. Apa saja faktor resiko penyakit chikungunya?
7. Apa saja gejala penyakit chikungunya?
8. Bagaimana pengobatan penyakit chikungunya?
9. Bagaimana pencegahan penyakit chikungunya?
10. Bagaimana hasil studi kasus penyakit chikungunya?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penyakit chikungnya


2. Untuk mengetahui sejarah dan penyebaran penyakit chikungunya
3. Untuk mengetahui penyakit chikungunya di Indonesia
4. Untuk mengetahui penyebab penyakit chikungunya
5. Untuk mengetahui mekanisme penularan penyakit chikungunya

2
6. Untuk mengetahui faktor resiko penyakit chikungunya
7. Untuk mengetahui gejala penyakit chikungunya
8. Untuk mengetahui pengobatan penyakit chikungunya
9. Untuk mengetahui pencegahan penyakit chikungunya
10. Untuk mengetahui hasil studi kasus penyakit chikungunya

1.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan serta wawasan tentang pemyakit menular Chikungunya

2. Bagi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Memberi informasi bagi mahasiswa-mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsri


tentang penyakit menular Chikungunya

3
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Chikungunya


Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease atau penyakit lama
yang merebak kembali. Chikungunya merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh virus chikungunya yang dikenal dengan nama Alphavirus dari famili
Togaviridae dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau Aedes Albopictus.
Penyakit ini termasuk “Self Limiting Disease” atau penyakit yang sembuh dengan
sendirinya.
Penyakit ini memiliki asal bahasa dari Swahili yang memiliki arti yaitu gejala
penderita yang memiliki posisi melengkung atau meliuk dan juga penyebab postur
tubuh yang demikian karena nyeri yang sangat hebat pada bagian sendi. Nyeri yang
dirasakan menurut penelitian dari Kantor Keamanan Laboratorium Kanada (MSDS)
terjadi pada lutut, persendian kaki dan tangan.

2.2 Sejarah dan Pernyebaran Chikungunya


Dari sejarah diduga KLB Chikungunya pernah terjadi pada tahun 1779 di
Batavia dan Kairo; 1823 di Zanzibar; 1824 di India; 1870 di Zanzibar; 1871 di India;
1901 di Hongkong, Burma, dan Madras; 1923 di Calcuta.
Pada tahun 1928 di Cuba pertama kali digunakan istilah “dengue”, ini dapat
diartikan bahwa infeksi Chikungunya sangat mirip dengan Dengue.
Dari tahun 1952 sampai kini virus telah tersebar luas di daerah Afrika dan
menyebar ke Amerika dan Asia. Virus Chikungunya menjadi endemis di wilayah Asia
Tenggara sejak tahun 1954. Pada akhir tahun 1950 dan 1960 virus berkembang di
Thailand, Kamboja, Vietnam, Manila dan Burma. Tahun 1965 terjadi KLB di
Srilanka.

2.3 Chikungunya Di Indonesia

Di Indonesia, KLB penyakit Chikungunya pertama kali dilaporkan dan tercatat


pada tahun 1973 terjadi di Samarinda Provinsi Kalimantan Timur dan di DKI Jakarta,
Tahun 1982 di Kuala Tungkal Provinsi Jambi dan tahun 1983 di Daerah Istimewa

4
Yogyakarta. KLB Chikungunya mulai banyak dilaporkan sejak tahun 1999 yaitu di
Muara Enim (1999), Aceh (2000), Jawa Barat ( Bogor, Bekasi, Depok ) pada tahun
2001, yang menyerang secara bersamaan pada penduduk di satu kesatuan wilayah
(RW/Desa ).
Pada tahun 2002 banyak daerah melaporkan terjadinya KLB Chikungunya
seperti Palembang, Semarang, Indramayu, Manado, DKI Jakarta , Banten, Jawa
Timur dan lain-lain. Pada tahun 2003 KLB Chikungunya terjadi di beberapa wilayah
di pulau Jawa, NTB, Kalimantan Tengah. Tahun 2006 dan 2007 terjadi KLB di
Provinsi Jawa Barat dan Sumatera Selatan. Dari tahun 2007 sampai tahun 2012 di
Indonesia terjadi KLB Chikungunya pada beberapa provinsi dengan 149.526 kasus
tanpa kematian.
Penyebaran penyakit Chikungunya biasanya terjadi pada daerah endemis
Demam Berdarah Dengue. Banyaknya tempat perindukan nyamuk sering
berhubungan dengan peningkatan kejadian penyakit Chikungunya. Saat ini hampir
seluruh provinsi di Indonesia potensial untuk terjadinya KLB Chikungunya. KLB
sering terjadi pada awal dan akhir musim hujan. Penyakit Chikungunya sering terjadi
di daerah sub urban.

2.4 Penyebab Chikungunya

Penyakit Demam Chikungunya disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIKV)


yang termasuk keluarga Togaviridae, Genus Alphavirus dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Cara transmisi bagi chikungunya ini adalah vector-borne yaitu melalui gigitan
nyamuk Aedes sp yang terinfeksi. Transmisi melalui darah berkemungkinan bisa
terjadi dengan satu kasus pernah dilaporkan. CHIKV dikatakan tidak bisa ditularkan
malalui ASI.

2.5 Mekanisme Penularan

Virus Chikungunya ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes


SPP Nyamuk lain mungkin bisa berperan sebagai vektor namun perlu penelitian lebih
lanjut. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus Chikungunya pada saat
menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum demam
sampai 5 hari setelah demam timbul. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur

5
berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat
ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Di tubuh manusia,
virus memerlukan waktu masa tunas 4-7 hari (intrinsic incubation period) sebelum
menimbulkan penyakit.

2.6 Faktor Resiko Penyakit Chikungunya


Terdapat tiga faktor yang memegang peranan dalam penularan penyakit
Chikungunya, yaitu: manusia, virus dan vektor perantara. Beberapa faktor penyebab
timbulnya KLB demam Chikungunya adalah:
1. Perpindahan penduduk dari daerah terinfeksi
2. Sanitasi lingkungan yang buruk.
3. Berkembangnya penyebaran dan kepadatan nyamuk (sanitasi lingkungan
yang buruk)
Ada gelombang epidemi 20 tahunan mungkin terkait perubahan iklim dan
cuaca. Anti bodi yang timbul dari penyakit ini membuat penderita kebal terhadap
serangan virus selanjutnya. Oleh karena itu perlu waktu panjang bagi penyakit ini
untuk merebak kembali.

2.7 Gejala Penyakit Chikungunya


Gejala-gejala penyakit chikungunya dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Demam
Gejala utama penyakit Chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa demam disertai
menggigil selama 2-5 hari. Gejala demam biasanya timbul mendadak secara tiba-
tiba dengan derajat tinggi ( >40ºC). Demam kemudian menurun setelah 2-3 hari
dan bisa kambuh kembali 1 hari berikutnya diikuti dengan nyeri pada persendian.
Demam ini membentuk kurva “Sadle back fever” (Bifasik).

6
b) Sakit Persendian
Salah satu gejala yang khas adalah timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul
rasa sakit pada tulang-tulang. Gejalanya mirip dengan virus dengue dengan sedikit
perbedaan pada hal-hal tertentu. Misalnya saja mengalami sakit pada persendian,
tidak menyebabkan kematian dan masih banyak lainnya.
c) Nyeri Otot
Nyeri bisa pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan daerah bahu.
Kadang terjadi pembengkakan pada otot sekitar mata kaki.
d) Ruam Pada Kulit
Biasanya penyakit ini menyerang pada jaringan sel epidermis atau jaringan terluar
dari kulit. Sehingga gejala yang dirasakan antara lain berupa ruam atau bintik
kemerahan pada kulit. Ruam pada kulit ini akan disertai dengan adanya demam
yang dirasakan selama tiga hingga lima hari. Lokasi ruam biasanya terdaat
disekitar muka, badan, tangan, dan kaki. Kadang juga ditemukan pendarahan pada
gusi.
e) Mual dan Muntah
Biasanya yang akan dirasakan oleh penderita penyakit Chikungunya yang
berakibat pada mual dan muntah. Mual dan muntah yang dilakukan tak jarang
akan disertai dengan bercak darah yang ada didalamnya. Namun berbeda dengan
pendarahan yang didapatkan pada penyakit demam berdarah pendarahan berupa
muntah darah yang dirasakan hanya sedikit.
f) Sakit Kepala
Sakit kepala merupakan keluhan yang sering ditemui conjungtival infection dan
sedikit fotophobia.
g) Kejang dan penurunan kesadaran
Kejang biasanya pada anak karena demam yang terlalu tinggi, jadi kemungkinan
bukan secara langsung oleh penyakitnya. Kadang-kadang kejang disertai
penurunan kesadaran. Pemeriksaan cairan spinal (cerebro spinal) tidak ditemukan
kelainan biokimia atau jumlah sel.
h) Gejala lain
Kadang dijumpai pembesaran kelenjar getah bening dibagian leher dan kolaps
pemnuluh darah kapiler

7
2.8 Pengobatan Penyakit Chikungunya
Sehingga kini masih tiada pengobatan spesifik untuk penyakit ini dan vaksin
yang berguna sebagai tindakan preventif juga belum ditemukan. Pengobatannya
hanya bersifat simptomatis dan supportif seperti pemberian analgesik, antipiretik,
antiinflamasi.. Pemberian aspirin kepada penderita demam chikungunya ini tidak
dianjurkan karena dikuatiri efek aspirin terhadap platelet. Pemberian chloroquine
phosphate sangat efektif untuk arthritis chikungunya kronis. Penularan wabah
chikungunya yang semakin berkembang membuat para peneliti berminat
mengembangkan agen antivirus baru, RNAi. Ianya bertindak mencegah infeksi yang
ditimbulkan virus dengan mengganggu post transcriptional expression mRNA.
Untuk memperbaiki keadaan umum penderita dianjurkan untuk mengkonsumsi
makanan yang bergizi cukup karbohidrat dan protein serta minum sebanyak munkin
untuk meminum jus buah segar. Pemberian vitamin dan istirahat yang cukup juga
berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

2.9 Pencegahan Penyakit Chikungunya

a) Untuk menghindari gigitan nyamuk


1. Secara rutin menjaga kebersihan bak mandi, vas bunga yang ada airnya, kaleng
atau pun botol bekas yang menanmpung air.
2. Bersihkan serangga yang bercorak hitam putih yang biasanya bersarang di benda-
benda menggantung, lukisan dan berbagai benda lainnya.
3. Selalu buka pintu dan jendela pada pagi hari hingga semua udara yang segar
masuk ke dalam rumah.
4. Jaga kebersihan halaman dan daerah rumah serta hindari pakaian yang banyak
menggantung.
5. Menggunakan kelambu atau obat nyamuk jika tidur pada siang hari. Efektifitas
kelambu dapat ditingkatkan dengan memakai permetrin (Pyrethroid insektisida).
6. Memasang kawat kasa pada ventilasi rumah
7. Menggunakan pakaian elngan panjang dan celana panjang untuk menutupi tubuh.

b) Untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk


Untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk dengan cara Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN).

8
PSN ini bertujuan mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus sehingga penularan Chikungunya dapat dicegah atau dibatasi. Cara
memberantas nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang tepat melalui
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah kegiatan memberantas jentik ditempat
berkembang biaknya dengan cara :
a. Kimiawi (Larvasidasi). Larvasidasi adalah pemberantasan jentik dengan
menaburkan bubuk larvasida.. Kegiatan ini tepat digunakan apabila surveilans
epidemiologi penyakit penyakit dan vektor menunjukkan adanya periode
berisiko tinggi dan di lokasi dimana KLB mungkin timbul.
b. Biologi Penerapan pengendalian biologis yang ditujukan langsung terhadap
jentik hanya terbatas pada sasaran berskala kecil. Pengendalian dengan cara ini
misalnya dengan memelihara ikan pemakan jentik atau dengan bakteri.
c. Fisik Pengendalian secara fisik ini dikenal dengan kegiatan 3M Plus
(Menguras, Menutup, Mengubur) yaitu :
a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi,
drum dan lain-lain seminggu sekali (M1).
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air ,
tempayan dan lain-lain (M2).
c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung
air hujan (M3)

2.10 Studi Kasus Penyakit Chikungunya

Pada Oktober 2006, bertepatan dengan Ramadhan, di Kelurahan Cinere,


Kecamatan Limo, Kota Depok muncul suatu penyakit dengan tanda-tanda klinis
penyakit tersebut menunjukkan chikungunya. Sebelumnya, belum pernah ada laporan
kejadian penyakit chikungunya. Wabah yang untuk pertama kalinya terjadi di
kecamatan itu dimasukan dalam kategori KLB karena frekuensi penyebarannya cepat
dan termasuk besar. Dilaporkan pada KLB tersebut, jumlah penderita sebanyak 200
kasus dengan tidak ada yang meninggal.

Jumlah penduduk laki-laki sebagai kelompok yang berisiko lebih banyak


dibandingkan penduduk perempuan yaitu sebesar 12.071 jiwa. Sedangkan kepadatan

9
penduduk di wilayah tersebut tergolong tidak padat yaitu sebesar 53 jiwa/Ha namun
kasus banyak terjadi.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor sosiodemografi


dan lingkungan yang mempengaruhi Kejadian Luar Biasa chikungunya di Kelurahan
Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok 2006

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Diketahuinya distribusi kasus berdasarkan pendidikan, pengetahuan, kepadatan


hunian, umur, jenis kelamin, pekerjaan, mobilisasi penduduk serta perilaku
penggunaan obat anti nyamuk pada KLB chikungunya di Kelurahan Cinere,
Kecamatan Limo, Kota Depok 2006.
2. Diketahuinya distribusi kasus berdasarkan keberadaan jentik nyamuk,
ketersediaan tempat penampungan air, dan ketersediaan kasa nyamuk pada KLB
chikungunya di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok 2006.
3. Diketahuinya hubungan antara faktor sosiodemografi yaitu pendidikan,
pengetahuan, kepadatan hunian, umur, jenis kelamin, pekerjaan, mobilisasi
penduduk, serta perilaku penggunaan obat anti nyamuk dengan KLB
chikungunya di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok 2006.
4. Diketahuinya hubungan antara faktor lingkungan yaitu kepadatan jentik
nyamuk, ketersediaan tempat penampungan air, dan ketersediaan kasa nyamuk.
dengan KLB chikungunya di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok
2006.
5. Diketahuinya faktor dominan yang mempengaruhi terjadinya KLB chikungunya
di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok 2006.
Desain penelitian ini menggunakan kasus kontrol. Kasus adalah penderita
yang telah didiagnosis petugas kesehatan sesuai dengan petunjuk teknik yang
menegakkan diagnosis sebagai penderita chikungunya. Kontrol adalah tetangga
penderita yang tidak diagnosis petugas kesehatan sesuai dengan petunjuk teknis yang
menegakkan diagnosis sebagai penderita chikungunya dan tidak mengalami gejala
chikungunya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang berumur ≥
15 tahun di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok. Jumlah kasus dan
jumlah kontrol masing-masing sebanyak 118 orang.

10
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari
variabel yang diteliti. Sedangkan analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan
antara variabel dependen (Kejadian Chikungunya) dengan variabel independen yaitu
faktor sosiodemografi (pendidikan, pengetahuan, kepadatan hunian, umur, pekerjaan,
jenis kelamin, mobilitas, dan pemakaian obat anti nyamuk) serta faktor lingkungan
(ketersediaan Tempat Penampungan Air (TPA), dan ketersediaan kasa nyamuk).

Analisis univariat menggambarkan bahwa sebanyak 142 responden (60,3%)


memiliki tingkat pendidikan yang tinggi (tamat SMP sampai perguruan tinggi).
Sebanyak 125 responden (53%) memiliki tingkat pengetahuan tentang penyakit
chikungunya yang rendah (di bawah atau sama dengan median hasil). Tingkat
kepadatan hunian responden sebagian besar tidak padat (lebih dari 9 m2/orang) yaitu
sebanyak 158 responden (66,9%). Responden yang berumur lebih dari atau sama
dengan median (lebih dari atau sama dengan 37 tahun) sebanyak 125 responden
(53%) dan tidak bekerja (IRT, pelajar, pengangguran) sebanyak 143 responden
(60,6%). Selain itu, sebanyak 177 responden (75%) berjenis kelamin perempuan.
Sebanyak 191 responden (80,9%) menjawab tidak pergi ke daerah yang pernah terjadi
chikungunya. Selanjutnya berdasarkan penggunaan obat anti nyamuk, sebanyak 134
responden (56,8%) menggunakan obat anti nyamuk. Sedangkan melalui observasi di
lapangan, didapatkan gambaran mengenai faktor lingkungan yaitu sebanyak 206
responden (87,3%) tidak ditemukan jentik di seluruh kontainer (tempat
penampungan air) rumahnya. Sebanyak 215 responden (91,1%) memiliki tempat
penampungan air dan 149 responden (63,1%) rumahnya dilengkapi kasa nyamuk.

Pengetahuan tentang penyakit chikungunya ternyata tidak sesuai dengan teori


bahwa pengetahuan tentang chikungunya yang rendah seyogyanya memiliki risiko
yang lebih tinggi dari pengetahuan yang lebih baik.

Berdasarkan hasil yang didapat dalam penelitian ini, maka saran yang dapat
diberikan adalah:

1. Penyebaran informasi mengenai chikungunya melalui penyuluhan atau


kegiatan lain sebaiknya disampaikan melalui petugas kesehatan dengan
dukungan penuh dari tokoh masyarakat serta disesuaikan dengan tingkat
pendidikan masyarakat setempat.

11
2. Penyebaran informasi ini sebaiknya tidak hanya dilakukan melalui ceramah
(penyuluhan) atau pembagian leaflet/ pamplet/ media lain tetapi juga dengan
tindakan nyata/ praktek seperti kerja bakti bersama agar masyarakat semakin
memahami informasi yang di dapat.
3. Pengelolaan lingkungan dan perlindungan diri seperti melakukan PSN,
memodifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk buatan manusia,
pemakaian obat anti nyamuk, dan sebagainya harus terus dilakukan sebagai
tindakan pencegahan penyakit chikungunya.
4. Pemetaan mengenai distribusi pengetahuan maupun vektor
sebaiknya dilakukan agar tindakan yang tepat untuk mencegah suatu penyakit
terutama chikungunya dan DBD dapat segera dilaksanakan.
5. Penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor lain terhadap kejadian
chikungunya yang tidak diteliti dalam penelitian ini perlu dilakukan.
6. Selain itu, perlu juga diadakan penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor-
faktor (lingkungan) yang membedakan vektor Aedes sp. terhadap virus
chikungunya dan dengue serta kemungkinan vektor lain yang dapat
menyebarkan penyakit ini.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
• Chikungunya merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus
chikungunya yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau Aedes Albopictus.
• Mekanisme penularan chikungunya adalah dari nyamuk yang menggigit penderita
kemudian menggigit manusia lain.
• Gejala-gejala penyakit chikungunya berupa demam, sakit persendian, nyeri otot,
ruam dikulit, sakit kepala, kejang dan penurunan kesadaran.
• Pengobatannya hanya bersifat simptomatis dan supportif.
• Pencegahan penyakit chikungunya dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk
dan mencegah perkembangbiakan nyamuk.
3.2 Penutup
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber - sumber yang lebih banyak dan baik lagi dari sebelumnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2012. Pedoman Pengendalian Demam Chikungunya. Direktorat Jenderal


Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Mangguang, Masrizal DT. 2010. Penyakit Menular “Cikungunya”. Jurnal Kesehatan


Masyarakat, Vol.5,No.1:41-46

Panigoro, Verawati et.al. 2015. Hubungan Faktor Lingkungan Rumah Dan Kepadatan
Penduduk Dengan Kejadian Penyakit Chikungunya Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sipatana. Artikel Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri
Gorontalo.

Wuryanto, M.Arie. 2009. Aspek Sosial Dan Lingkungan Pada Kejadian Luar Biasa (KLB)
Chikungunya (Studi Kasus KLB Chikungunya di Kelurahan Bulusan Kecamatan
Tembalang Kota Semarang). Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, Vol.4, No.1:68

14

Anda mungkin juga menyukai