Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK

DALAM KONDISI RENTAN COVID TERHADAP PELAYANAN


MATERNAL IBU HAMIL DAN IBU BERSALIN
Dosen Pengampu: Dr.H.Suntari.M.Pd

Oleh Kelompok:
1.Erni sugiarti :21025029008
2.Siti nur kholifah elwarin :21025029008

INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDATUL ULAMA TUBAN


Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Program Studi Kebidanan 2021/2022
Jl. P. Diponegoro No.17 Kab.Tuban
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehinggkami
dapat menyelesaikan makalah” MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA PEREMPUAN
DAN ANAK DALAM KONDISI RENTAN COVID TERHADAP PELAYANAN
MATERNAL IBU HAMIL DAN IBU BERSALIN” dengan penuh kesungguhan, dan makalah
ini disusun untuk menyelesaikan tugas makalah mata kuliah BAHASA INDONESIA.
Dalam menulis makalah ini tidak sedikit yang penulis hadapi,namun kami menyadari bahwa
hambatan itu selalu ada dalam setiap hal, seperti halnya menulis makalah ini dan kami menulis
makalah ini berdasarkan apa yang kami ketahui, dan tak lupa dukungan dan bimbingan orang-
orang penting sekitar kami.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan kesadaran tentang apa yang kami
sampaikan dan kami muat dalam makalah ini khususnya untuk para karya siswa di Lembaga
IIKNU Tuban,untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun yang sangat kami harapkan.

Tuban,28 Desember 2021


Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................
A. LatarBelakang........................................................................................................1
B. Tujuan ....................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Gambaran sebelum Pandemi Covid19 .................................................................. 3
B. Gambaran setelah Pandemi Covid19 .................................................................... 5
C. Permasalahannya.....................................................................................................9
BAB III PEMBAHASAN
A. Implementasi atau metode pelayanan ibu hamil dan bersalin di provinsi
Nusa Tenggara Timur............................................................................................... 10
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhir bulan Desember tahun 2019 seorang Dokter bernama Li mengidentifikasi munculnya virus
Corona pada seorang pasien yang berobat kepadanya. Li menyampaikan hasil temuannya kepada
Pemerintah Negara China, namun hal tersebut dianggap berita bohong. Dari hal sederhana
tersebut, terjadilah fenomena yang mengakibatkan suatu pandemi baru untuk dunia (Khan &
Fahad, 2020). Awal pandemi terjadi disebabkan dari munculnya virus Corona (2019-nCoV) di
kota Wuhan, salah satu kota di Negara China, dimana individu yang terserang oleh virus Corona
mengalami pneumonia atau radang paru-paru, penumpukan cairan di paru-paru, gangguan
pernafasan karena bocornya cairan di paru-paru, penurunan fungsi organ tubuh, khususnya paru-
paru, yang kemudian meninggal (Chen et al., 2020).
Virus Corona menyebar dengan pesatnya secara global dan memberikan dampak langsung
kepada 33 negara di berbagai belahan dunia yang terjangkiti virus Corona. Dimana 33 negara
yang terjangkiti virus Corona melaporkan terdapat 78.966 kasus kematian yang disebabkan oleh
virus Corona pada awal tahun 2020 dan angka kematian bertambah sekitar 2.468 kasus kematian
setiap harinya karena virus Corona (Khan & Fahad, 2020). Penularan yang sangat cepat dan
kasus yang terus bertambah menyebabkan WHO memutuskan pada tanggal 11 Maret 2020,
sebagai hari Pandemi Corona (Mona, 2020).
Salah satu negara yang mengalami dampak akibat virus Corona adalah Indonesia. Awal mula
informasi yang diberitakan oleh media massa, memberitakan ada tiga orang dari Depok
ditetapkan sebagai pasien positif pertama kali di Indonesia (Suminar, 2020). Di Indonesia virus
(2019- nCoV) dikenal dengan istilah COVID-19. Bertambahnya kasus orang-orang yang positif
COVID-19 memunculkan rasa panik bagi masyarakat Indonesia atas COVID-19 dan Pemerintah.
Untuk mengurangi rasa panik tersebut, lembaga kesehatan dunia mengenalkan istilah-istilah
yang tidak asing, namun wajib dilakukan oleh setiap warga negara di seluruh dunia. Istilah-
istilah yang dimaksudkan adalah ‘social distancing’ atau "jarak sosial", ‘physical distancing’,
‘self-quarantine’. Ketiga Istilah tersebut menjadi sangat familiar bagi masyarakat Indonesia,
bahkan orang-orang diseluruh dunia pun mengetahui ketiga istilah dilakukan untuk menghadapi
COVID-19. Salah satu provinsi yang mengalami dampak positif virus corona adalah Provinsi
Nusa Tenggara Timur sesuai update data website gugus tugas percepatan penanganan COVID-
19 provinsi

1
NTT jumlah total saat ini keseluruhan 103 Kasus positif terkonfirmasi 30 diantaranya sudah
dinyatakan sembuh dan meninggal 1 orang.
Pengaturan jarak sosial diterapkan untuk menghidari dan memutus rantai penyebaran COVID-
19, dimana hal ini dilakukan untuk menurunkan frekuensi bertemu secara fisik dari satu orang ke
orang lainnya, agar penyebaran COVID-19 dapat dihentikan, bahkan dibeberapa negara seperti
China, Spanyol, Italia, Malaysia dan masih banyak negara lainnya menerapkan sistem lock down
dengan menutup seluruh akses publik dan transportasi (Mona, 2020). Maragakis (2020)
mengatakan bahwa dalam pengaturan jarak sosial, setidaknya dibutuhkan jarak sekitar enam kaki
atau sekitar 2 meter untuk berinteraksi dengan orang lain, menggunakan kain penutup
wajah/masker, menjaga kebersihan diri untuk di daerah-daerah yang tingkat penularannya
signifikan.
Protokol kesehatan disiapkan untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam memastikan
kelanjutan pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir dapat tetap terlaksana sebagai upaya
penurunan angka kematian ibu dan bayi selama wabah pandemi Covid-19. Protokol disusun
dengan mengacu pada referensi yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan dan Organisasi
Profesi, seperti: Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas dan Bayi Baru Lahir selama pandemi
COVID-19 (Kemenkes, 2020).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran sebelum pandemi covid pada dan gambaran setelah adanya
pandemi covid serta permasalahannya
2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi/pelayanan di indonesia
3. Untuk mengethaui implementasi/pelayanan di Provinsi Nusa Tenggara Timur

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Gambaran sebelum Pandemi Covid19


1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita
selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis, bukan patologis. Oleh karenanya, asuhan
yang diberikan pun adalah meminimalkan intervensi. Bidan harus memfasilitasi proses alamiah
dari kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis yang tidak terbukti
manfaatnya (Walyani,2015). Kehamilan merupakan waktu transisi, yakni suatu masa antara
kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti
setelah anak tersebut lahir (Sukarni dan Wahyu, 2013).
Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari). Kehamilan ini dibagi atas 3 semester
yaitu; kehamilan trimester pertama mulai 0-14 minggu, kehamilan trimester kedua mulai mulai
14-28 minggu, dan kehamilan trimester ketiga mulai 28-42 minggu (Yuli, 2017).
2. Ibu Hamil Golongan Resiko Tinggi Sukarni dan Wahyu (2013), menulis ada beberapa
golongan ibu hamil
yang dikatakan memiliki risiko tinggi walaupun dalam kesehariannya hidup dengan sehat dan
tidak menderita suatu penyakit. Golongan yang dimaksud berisiko tinggi meliputi:
a. Ibu hamil terlalu muda dan terlalu tua (< 16 tahun dan > 35 tahun).
b. Ibu baru hamil setelah perkawinan selama 4 tahun.
c. Jarak dengan anak terkecil dengan anak > 10 tahun.
d. Jarak kehamilan terlalu dekat yaitu < 2 tahun.
e. Terlalu banyak anak yaitu > 4.
f. Tinggi badan terlalu pendek < 145 cm.
g. Terlalu gemuk atau terlalu kurus, ini akan berpengaruh pada gizi keduanya.
h. Riwayat persalinan jelek.
i. Riwayat adanya cacat bawaan atau kehamilan masa lalu
j. Ibu seorang perokok berat, kecanduan obat dan memiliki hobi minum-minuman Keras
3
3. Perubahan Psikologi pada Ibu Hamil
Menurut Yuli (2017), Kehamilan merupakan saat terjadinya krisis bila
keseimbangan hidup ternggangu.
a. Teori krisis.
Tahap syok dan menyangkal, bingung dan preoccupation, tindakan dan belajar dari pengalaman,
intervensi memudahkan kembali keadaan keseimbangan.
b. Awal penyesuaian terhadap kehamilan baik ibu maupun bapak mengalami syok.
1) Persepsi terhadap peristiwa bervariasi menurut individu.
2) Dukungan situsional penting untuk memberikan bantuan dan perhatian.
4. Asuhan Antenatal Care (ANC)
Asuhan antenatal care (ANC) adalah pengawasan sebelum persalinan
terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Yulaikhah, 2008).
Pelayanan ANC dilakukan oleh tenaga yang profesional dibidangnya sesuai dengan bidang ilmu
yang dipelajari/ digeluti (Yeyeh, 2010).
5. Tujuan Asuhan Antenatal Care (ANC)
Menurut Maulana (2008), Status kesehatan dapat diketahui dengan
memeriksakan diri dan kehamilannya kepelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, atau
poliklinik kebidanan. Adapun tujuan dari pemeriksaan kehamilan yang disebut dengan Antenatal
Care (ANC) adalah sebagai berikut:
a. Memantau kemajuan kehamilan. Dengan demikian, kesehatan ibu dan janin pun dapat
dipastikan keadaannya.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama kehamilan.
d. Mempersiapkan ibu agar dapat melahirkan dengan selamat.
e. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima bayi.
f. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal.

4
6. Jadwal kunjungan ANC
Standar kunjungan pelayanan pemeriksaan antenatal care pada ibu hamil
yaitu paling sedikit 4 kali kunjungan selama masa kehamilan (Kemenkes RI, 2016). Menurut
Padila (2014) setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya.
Oleh karena itu, wanita hamil perlu melakukan kunjungan kehamilan sedikitnya empat kali
kunjungan selama masa kehamilan:
a. Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 Minggu)
Pada kunjungan ini melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia
kekurangan zat besi serta mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan, kebersihan, istirahat dan
sebagainya).
b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28).
Pada kunjungan ini pemeriksaannya sama dengan sebelumnya, ditambah kewaspadaan khusus
mengenai preeklamsi (gejala preeklamsi, pemantauan tekanan darah, evaluasi adanya edema)
c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke 36).
Pada pemeriksaan trimester tiga antara minggu 28-36 ini ditambah pemeriksaan palpasi
abdominal untuk mengetahui ada atau tidaknya kehamilan ganda. Setelah minggu ke 36 di
tambah deteksi letak bayi yang tidak normal atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di
rumah sakit.
B. Gambaran setelah Pandemi Covid19
1. Antenatal care
Prinsip-prinsip manajemen COVID-19 pada kehamilan meliputi isolasi awal, prosedur
pencegahan infeksi sesuai standar, terapi oksigen, hindari kelebihan cairan, pemberian antibiotik
empiris (mempertimbangkan risiko sekunder akibat infeksi bakteri), pemeriksaan SARS-CoV-2
dan pemeriksaan infeksi penyerta yang lain, pemantauan janin dan kontraksi uterus, ventilasi
mekanis lebih dini apabila terjadi gangguan pernapasan yang progresif, perencanaan persalinan
berdasarkan pendekatan individual / indikasi obstetri, dan pendekatan berbasis tim dengan
multidisipin. Beberapa rekomendasi saat antenatal care :
a. Wanita hamil yang termasuk pasien dalam pengawasan (PDP) COVID-19 harus segera
dirawat di rumah sakit (berdasarkan pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi COVID-19).
Pasien dengan COVID-19 yang diketahui atau

5
diduga harus dirawat di ruang isolasi khusus di rumah sakit. Apabila rumah sakit tidak memiliki
ruangan isolasi khusus yang memenuhi syarat Airborne Infection Isolation Room (AIIR) pasien
harus ditransfer secepat mungkin ke fasilitas di mana fasilitas isolasi khusus tersedia.
b. Investigasi laboratorium rutin seperti tes darah dan urinalisis tetap dilakukan
c. Pemeriksaan rutin (USG) untuk sementara dapat ditunda pada ibu dengan infeksi
terkonfirmasi maupun PDP sampai ada rekomendasi dari episode isolasinya
berakhir. Pemantauan selanjutnya dianggap sebagai kasus risiko tinggi.
d. Penggunaan pengobatan di luar penelitian harus mempertimbangkan analisis riskbenefit
dengan menimbang potensi keuntungan bagi ibu dan keamanan bagi janin. Saat ini tidak ada
obat antivirus yang disetujui oleh FDA untuk pengobatan COVID-19, walaupun antivirus
spektrum luas digunakan pada hewan model MERS sedang dievaluasi untuk aktivitas terhadap
SARS-CoV-2
e. Antenatal care untuk wanita hamil yang terkonfirmasi COVID-19 pasca perawatan maternal.
Perawatan antenatal lanjutan dilakukan 14 hari setelah periode penyakit akut berakhir. Periode
14 hari ini dapat dikurangi apabila pasien dinyatakan sembuh. Direkomendasikan dilakukan
USG antenatal untuk pengawasan pertumbuhan janin, 14 hari setelah resolusi penyakit akut.
Meskipun tidak ada bukti bahwa gannguan pertumbuhan janin (IUGR) adalah risiko COVID-19,
duapertiga kehamilan dengan SARS disertai oleh IUGR dan solusio plasenta terjadi pada kasus
MERS, sehingga tindak lanjut ultrasonografi diperlukan.
f. Jika ibu hamil datang di rumah sakit dengan gejala memburuk dan diduga /
dikonfirmasi terinfeksi COVID-19, berlaku beberapa rekomendasi berikut: Pembentukan tim
multi-disiplin idealnya melibatkan konsultan dokter spesialis penyakit infeksi jika tersedia,
dokter kandungan, bidan yang bertugas dan dokter anestesi yang bertanggung jawab untuk
perawatan pasien sesegera mungkin setelah masuk. Diskusi dan kesimpulannya harus
didiskusikan dengan ibu dan keluarga tersebut. Pembahasan dalam rapat tim meliputi: Prioritas
utama untuk perawatan medis pada ibu hamil, lokasi perawatan yang paling tepat (mis. unit
perawatan intensif, ruang isolasi di bangsal penyakit menular atau ruang isolasi lain yang sesuai),
evaluasi kondisi ibu dan janin , perawatan medis dengan terapi suportif. Standar untuk
menstabilkan kondisi ibu Pertimbangan khusus untuk ibu hamil adalah: Pemeriksaan radiografi
harus dengan perlindungan terhadap janin.

6
Frekuensi dan jenis pemantauan detak jantung janin harus dipertimbangkan secara individual,
dengan mempertimbangkan usia kehamilan janin dan kondisi ibu. Stabilisasi ibu adalah prioritas
sebelum persalinan dan apabila ada kelainan penyerta lain seperti contoh pre-eklampsia berat
harus mendapatkan penanganan yang sesuai. Keputusan untuk melakukan persalinan perlu
dipertimbangkan, kalau persalinan akan lebih membantu efektifitas resusitasi ibu atau karena ada
kondisi janin yang mengharuskan dilakukan persalinan segera. Pemberian kortikosteroid untuk
pematangan paru janin harus dikonsultasikan dan dikomunikasikan dengan tim dokter yang
merawat. Pemberian kortikosteroid untuk pematangan paru janin harus sesuai indikasi.
g. Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya tidak melakukan pejalanan keluar
ke negara dengan mengikuti anjuran perjalanan (travel advisory) yang dikeluarkan pemerintah.
Dokter harus menanyakan riwayat perjalanan terutama dalam 14 hari terakhir dari daerah dengan
penyebaran luas SARS-CoV-2.
h. Vaksinasi. Saat ini tidak ada vaksin untuk mencegah COVID-19. Sejak memposting
SARSCoV-2 urutan genetik virus online pada 10 Januari 2020, beberapa organisasi berusaha
mengembangkan vaksin COVID-19 dengan cepat. Kita masih menunggu pengembangan cepat
vaksin yang aman dan efektif.
2. Pemeriksaan kehamilan pertama kali dibutuhkan untuk skrining faktor risiko (termasuk
Program Pencegahan Penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke anak / PPIA). Oleh
karena itu, dianjurkan pemeriksaannya dilakukan oleh dokter di fasilitas pelayanan kesehatan
dengan perjanjian agar ibu tidak menunggu lama. Apabila ibu hamil datang ke bidan tetap
dilakukan pelayanan ANC, kemudian ibu hamil dirujuk untuk pemeriksaan oleh dokter.
3. Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan skrining kemungkinan ibu menderita Tuberculosis.
4. Pada daerah endemis malaria, seluruh ibu hamil pada pemeriksaan pertama dilakukan
pemeriksaan RDT malaria dan diberikan kelambu berinsektisida.
5. Jika ada komplikasi atau penyulit maka ibu hamil dirujuk untuk pemeriksaan dan tata laksana
lebih lanjut.
6. Pemeriksaan rutin (USG) untuk sementara dapat ditunda pada ibu dengan PDP atau
terkonfirmasi COVID-19 sampai ada rekomendasi dari episode isolasinya berakhir. Pemantauan
selanjutnya dianggap sebagai kasus risiko tinggi.

7
7. Ibu hamil diminta mempelajari buku KIA untuk diterapkan dalam kehidupan sehari- hari
termasuk mengenali tanda bahaya pada kehamilan. Jika ada keluhan atau tanda bahaya, ibu
hamil harus segera memeriksakan diri ke fasyankes.
8. Pengisian stiker P4K dipandu bidan/perawat/dokter melalui media komunikasi. Pedoman Bagi
Ibu Hamil, Nifas, Bersalin, dan Bayi Baru Lahir di Era Pandemi COVID-19 .
9. Kelas Ibu Hamil ditunda pelaksanaannya di masa pandemi COVID-19 atau dapat mengikuti
kelas ibu secara online.
10. Tunda pemeriksaan pada kehamilan trimester kedua. Atau pemeriksaan antenatal dapat
dilakukan melalui tele-konsultasi klinis, kecuali dijumpai keluhan atau tanda bahaya.
11. Ibu hamil yang pada kunjungan pertama terdetekdi memiliki faktor risiko atau penyulit harus
memeriksakan kehamilannya pada trimester kedua. Jika Ibu tidak datang ke fasyankes, maka
tenaga kesehatan melakukan kunjungan rumah untuk melakukan pemeriksaan ANC, pemantauan
dan tataksana faktor penyulit. Jika diperlukan lakukan rujukan ibu hamil ke fasyankes untuk
mendapatkan pemeriksaan dan tatalaksana lebih lanjut, termasuk pada ibu hamil dengan HIV,
Sifilis dan Hepatitis B.
12. Pemeriksaan kehamilan trimester ketiga harus dilakukan dengan tujuan utama untuk
menyiapkan proses persalinan. Dilaksanakan 1 bulan sebelum taksiran persalinan.
13. Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan gerakan janinnya. Jika terdapat
risiko/tanda bahaya (tercantum dalam buku KIA), seperti mualmuntah hebat, perdarahan banyak,
gerakan janin berkurang, ketuban pecah, nyeri kepala hebat, tekanan darah tinggi, kontraksi
berulang, dan kejang. Ibu hamil dengan penyakit diabetes mellitus gestasional, pre eklampsia
berat, pertumbuhan janin terhambat, dan ibu hamil dengan penyakit penyerta lainnya atau
riwayat obstetri buruk maka periksakan diri ke tenaga kesehatan.
14. Pastikan gerak janin dirasakan mulai usia kehamilan 20 minggu. Setelah usia kehamilan 28
minggu, hitunglah gerakan janin secara mandiri (minimal 10 gerakan per 2 jam).
15. Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan mengonsumsi makanan bergizi
seimbang, menjaga kebersihan diri dan tetap mempraktikan aktivitas fisik

8
berupa senam ibu hamil/yoga/pilates/peregangan secara mandiri di rumah agar ibu tetap bugar
dan sehat.
16. Ibu hamil tetap minum tablet tambah darah sesuai dosis yang diberikan oleh tenaga
kesehatan. Pedoman Bagi Ibu Hamil, Nifas, Bersalin, dan Bayi Baru Lahir di Era Pandemi
COVID-19.
17.Ibu hamil dengan status PDP atau terkonfirmasi positif COVID-19 tidak
diberikan tablet tambah darah karena akan memperburuk komplikasi yang diakibatkan kondisi
COVID-19.
18. Antenatal care untuk wanita hamil yang terkonfirmasi COVID-19 pasca
perawatan,kunjungan antenatal selanjutnya dilakukan 14 hari setelah periode penyakit akut
berakhir. Periode 14 hari ini dapat dikurangi apabila pasien dinyatakan sembuh.
Direkomendasikan dilakukan USG antenatal untuk pengawasan pertumbuhan janin, 14 hari
setelah resolusi penyakit akut. Meskipun tidak ada bukti bahwa gangguan pertumbuhan janin
(IUGR) akibat COVID-19, didapatkan bahwa duapertiga kehamilan dengan SARS disertai oleh
IUGR dan solusio plasenta terjadi pada kasus MERS, sehingga tindak lanjut ultrasonografi
diperlukan.
19. Jika ibu hamil datang di rumah sakit dengan gejala memburuk dan diduga / dikonfirmasi
terinfeksi COVID-19, berlaku beberapa rekomendasi berikut: Pembentukan tim multi-disiplin
idealnya melibatkan konsultan dokter spesialis penyakit infeksi jika tersedia, dokter kandungan,
bidan yang bertugas dan dokter anestesi yang bertanggung jawab untuk perawatan pasien
sesegera mungkin setelah masuk. Diskusi dan kesimpulannya harus didiskusikan dengan ibu dan
keluarga tersebut.
20.Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya tidak melakukan perjalanan ke
luar negeri dengan mengikuti anjuran perjalanan (travel advisory) yang dikeluarkan pemerintah.
Dokter harus menanyakan riwayat perjalanan terutama dalam 14 hari terakhir dari daerah dengan
penyebaran luas COVID-19.
C. Permasalahannya
1. Penyebaran yang sangat cepat dan transmisi antar manusia dari COVID-19.
2. Belum adanya pedoman nasional terkait COVID-19 pada ibu hamil.

9
BAB III
PEMBAHASAN

A. Implementasi Atau Metode Pelayanan Ibu Hamil Dan Bersalin Di Provinsi Nusa Tenggara
Timur
1. Layanan Pemeriksaan Kehamilan (ANC)
a. Ibu hamil tanpa demam dan gejala influenza like illnesses dan tidak ada riwayat kontak erat
atau tidak ada riwayat perjalanan dari daerah yang telah terjadi transmisi lokal, serta hasil rapid
test negatif (jika mungkin,dilakukan), dapat dilayani di FKTP oleh bidan/dokter yang wajib
menggunakan APD level 1
b. Ibu hamil dengan status ODP dapat dilayani di FKTP, sedangkan PDP harus dirujuk ke
FKRTL. Beri keterangan yang jelas pada surat rujukan bahwa diagnosa PDP dan permintaan
untuk dilakukan pemeriksaan PCR serta penanganan selanjutnya oleh dokter spesialis.
c. Ibu Hamil mendapatkan Jenis layanan ANC sama dengan situasi normal (sesuai SOP), kecuali
pemeriksaan USG untuk sementara ditunda pada ibu dengan PDP atau terkonfirmasi COVID-19
sampai ada rekomendasi bahwa episode isolasinya berakhir. Pemantauan selanjutnya, ibu
dianggap sebagai kasus risiko tinggi
d. Konsultasi kehamilan dilakukan sesuai rekomendasi WHO
e. Ibu hamil diminta untuk kunjungan wajib pertama dilakukan pada trimester 1
direkomendasikan oleh dokter untuk dilakukan skrining faktor risiko (HIV, sifilis, Hepatitis B).
Jika kunjungan pertama ke bidan, maka setelah ANC dilakukan maka ibu hamil kemudian diberi
rujukan untuk pemeriksaan oleh dokter :
1) Kunjungan wajib kedua dilakukan pada trimester 3 (satu bulan sebelum taksiran persalinan)
harus oleh dokter untuk persiapan persalinan.
2) Kunjungan selebihnya dapat dilakukan atas nasihat tenaga kesehatan dan didahului dengan
perjanjian untuk bertemu.
3) Ibu hamil diminta mempelajari Buku KIA.

10
4) Jika memungkinkan, konsultasi kehamilan dan edukasi kelas ibu hamil dapat menggunakan
aplikasi TELEMEDICINE (misalnya Sehati tele- CTG, Halodoc, Alodoc, teman bumil dll) dan
edukasi berkelanjutan melalui sms Bunda.
2. Layanan Persalinan:
a. Rapid test wajib dilakukan kepada seluruh ibu hamil sebelum proses persalinan (kecuali rapid
test tidak tersedia).
b. Persalinan dilakukan di tempat yang memenuhi persyaratan dan telah dipersiapkan dengan
baik.
c. FKTP memberikan layanan persalinan tanpa penyulit kehamilan/persalinan atau tidak ada
tanda bahaya atau bukan kasus ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19.
d. Jika didapatkan ibu bersalin dengan rapid test positif, maka rujuk ke RS rujukan COVID-19
atau RS mampu PONEK.
e. Penolong persalinan di FKTP menggunakan APD level-2.
f. Jika kondisi sangat tidak memungkinan untuk merujuk kasus ODP, PDP,
terkonfirmasi COVID-19 atau hasil skrining rapid test positif, maka pertolongan persalinan
hanya dilakukan dengan menggunakan APD level3 dan Ibu bersalin dilengkapi dengan delivery
chamber.
g. Bahan habis pakai dikelola sebagai sampah medis yang harus dimusnahkan dengan
insinerator.
h. Alat medis yang telah dipergunakan serta tempat bersalin dilakukan disinfetan dengan
menggunakan larutan chlorine 0,5%.
i. Pastikan ventilasi ruang bersalin yang memungkinkan sirkulasi udara dengan baik dan terkena
sinar matahari.
3. Layanan Paska Bersalin:
a. FKTP memberikan pelayanan KB (diutamakan metode kontrasepsi jangka panjang) segera
setelah persalinan. Jika ibu tidak bersedia, maka dilakukan
konseling KB serta nasihat untuk mendapatkan layanan KB paska bersalin.
b. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang bukan ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID19 pada 0-6
jam pertama, tetap mendapatkan: perawatan tali pusat, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K1,
pemberian salep/tetes mata antibiotik dan pemberian imunisasi hepatitis B dan HbIg (Hepatitis B
immunoglobulin).

11
c. Ibu dan keluarga mendapat nasihat dan edukasi tentang perawatan bayi baru lahir termasuk
ASI ekslusif dan tanda bahaya jika ada penyulit pada bayi baru lahir dan jika terjadi infeksi masa
nifas.
d. Tenaga kesehatan mengambil sampel skrining hipotiroid kongenital (SHK) pada bayi yang
dilakukan setelah 24 jam persalinan, sebelum ibu dan bayi pulang dari fasilitas kesehatan.
e. FKTP memberikan layanan kunjungan pasca bersalin pada ibu bukan PDP atau tidak
terkonfirmasi COVID-19:
1. Pemeriksaan pada ibu nifas (sesuai SOP)
2. Asuhan neonatal (sesuai Pedoman)
3. Konseling menyusui (sesuai Pedoman)
4. Edukasi hidup bersih dan sehat, termasuk tanda bahaya pneumonia

12
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Corona virus merupakam keluarga besar virus yang menyebabkan infeksi saluran pernapasam
atas ringan hingga berat. Seperti Penyakit Flu. Banyak orang terinfeksi virus ini setidaknya satu
kali dalam hidupnya. Prinsip-prinsip manajemen COVID-19 pada kehamilan meliputi isolasi
awal, prosedur pencegahan infeksi sesuai standar, terapi oksigen, hindari kelebihan cairan,
pemberian antibiotik empiris (mempertimbangkan risiko sekunder akibat infeksi bakteri),
pemeriksaan SARS-CoV- 2 dan pemeriksaan infeksi penyerta yang lain, pemantauan janin dan
kontraksi uterus, ventilasi mekanis lebih dini apabila terjadi gangguan pernapasan yang
progresif, perencanaan persalinan berdasarkan pendekatan individual / indikasi obstetri, dan
pendekatan berbasis tim dengan multidisipin.
B. Saran
Bagi Bumil dan Petugas Kesehatan. Tetaplah menjaga kesehatan dan tetap mematuhi rambu-
rambu dari pemerintah dan mengikuti protokol kesehatan yang sudah ditetapkan dari pemerintah

13
DAFTAR PUSTAKA

http://covid19.ntt.go.id.
http://repository.unimus.ac.id
Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel Coronavirus. Direktorat Jendral
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2020.
Protokol Petunjuk Praktis Layanan Kesehatan Ibu Dan Bayi Baru Lahir Selama Pandemi Covid-
19 Nomor: B-4 (05 April 2020)
Walyani. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta:Pustaka Baru Press. Kemenkes
RI

14

Anda mungkin juga menyukai