Anda di halaman 1dari 21

PENGEMBANGAN ASUHAN NIFAS DAN MENYUSUI

“Infeksi Pada Masa Nifas Dan Penatalaksanaannya ”

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Asuhan
Nifas Dan Menyusui

Dosen Pengampu
Dr. Muhammad Alamsyah, dr., SpOG(K)

Disusun Oleh:

1. R Roro Ratuningrum (NPM : 131020200010)


2. Frenta Helena Simaibang (NPM : 131020200012)
3. Indhun Dyah Susanti, (NPM : 131020200015)
4. Nopita sari (NPM : 131020200024)
5. Youla Sarina Martua (NPM : 131020200028)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
PADJADJARAN BANDUNG
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan Yang Maha Esa. Atas segala karunia dan
izin-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan Judul “Infeksi Pada Masa
Nifas Dan Penatalaksanaanya ”. Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Pengembangan Asuhan Nifas Dan Menyusui di Program Studi
Magister Ilmu Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.
Penyusun menyadari makalah ini tersusun oleh bantuan dari berbagai pihak,
baik dari segi ide maupun sumber. Oleh karena itu, penyusun menyampaikan ucapan
terima kasih pada kesempatan kali ini kepada dosen pengampu dan teman-teman di
Program Studi Magister Ilmu Kebidanan Angkatan 23.
Makalah ini terdiri dari tiga bab. Bab I menyajikan latar belakang, tujuan, dan
manfaat dari makalah ini. Bab II menyajikan teori yang telah dikaji oleh tim
penyusun. Bab III menyajikan kesimpulan dan saran yang penyusun berikan bagi
pembaca.
Penyusun menyadari keterbatasan dari makalah ini. Keterbatasan terebut tentu
saja tidak kami sengaja. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan guna
perbaikan pada makalah ini. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun dan bagi pembaca.

Bandung, Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................................3
1.3 Manfaat..............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Infeksi Nifas...............................................................................4
2.2 Penatalaksanaan Pada Infeksi Nifas..................................................................8
2.3 Keterbaruan .......................................................................................................11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................15
3.2 Saran.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Postpartum / masa nifas merupakan masa pulih kembali mulai dari persalinan
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, yaitu kira- kira 6-8
minggu. Pada masa post partum ibu banyak mengalami kejadian seperti
perubahan fisik, psikologis untuk menghadapi masa nifas yang bila tidak
ditangani segera, akan dapat membahayakan kesehatan atau mendatangkan
kematian bagi ibu di waktu masa nifas/masa peurperium (1).
Masa peurperium/masa nifas merupakan masa mengembalikan alat genitalia
interna kedalam keadaan normal, dengan tenggang waktu sekitar 42 hari atau
enam minggu dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Puerperium dibagi menjadi 3
yaitu puerperium dini, pueperium intermedial, dan remote puerpuerium (1).
Terjadinya infeksi dapat terjadi karena manipulasi penolong yang tidak steril
atau pemeriksaan dalam berulang- ulang, alat-alat tidak steril, infeksi droplet,
sarung tangan dan alat-alat yang terkontaminasi oleh kuman dan virus, infeksi
nosokomial rumah sakit, infeksi intrapartum dan hubungan seksual akhir
kehamilan yang menyebabkan ketuban pecah dini (2).
Infeksi masa nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat genital pada waktu persalinan dan nifas.
Menurut john comittee on Maternal Weifare (Amerika serikat ). Tanda dan gejala
yang timbul pada infeksi nifas antara lain demam, sakit di daerah infeksi, warna
kemerahan, fungsi organ terganggu. Gambaran klinis infeksi nifas terbagi
menjadi 2 yaitu: Infeksi lokal dan infeksi umum. Infeksi lokal warna kulit
berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lochia bercampur nanah, mobilitas
terbatas, suhu badan meningkat. Infeksi umum sakit dan lemah, suhu badan

1
meningkat, pernafasan meningkat dan sesak, kesadaran gelisah sampai
menurun bahkan koma, gangguan involusi uteri, lochia berbau, bernanah
dan kotor (2).
Penyebaran infeksi nifas pada perineum bisa terjadi di vulva, vagina, serviks
dan endometrium. Adapun infeksi yang penyebarannya melalui pembuluh darah
yaitu: Septikemia, piemia dan tromboflebilitis (2). Di negara berkembang,
perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan
dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan
kebalikannya, oleh karena risiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi, lebih
sering terjadi sering terjadi pada masa setelah persalinan. Keadaan ini terutama
disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, di samping ketidak tersediaan pelayanan
atau rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan
kesehatan yang cukup berkualitas (2).
Menurut WHO, (2010), di seluruh dunia setiap menit seorang perempuan
meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan, dan
nifas. Sehingga, 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000
perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan, persalinan, dan nifas.
Diperkirakan bahwa kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan,
dan kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (3). Berdasarkan laporan
Depkes (2010), Angka Kematian Ibu di Indonesia 125 per 100.000 kelahiran
hidup (4).
Angka Kematian Ibu (AKI) disebabkan beberapa faktor yaitu perdarahan
karena eklamsia, infeksi, abortus dan partus. Secara nasional angka kejadian
infeksi pada kala nifas berkembang kearah infeksi akut. Asuhan pada masa
nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu
maupun bayinya. Infeksi merupakan salah satu penyebab secara langsung
terjadinya kematian ibu di Indonesia (1) .

2
Kurangnya pelayananan konseling pencegahan infeksi dan dukungan dari
petugas kesehatan, peresepsi-peresepsi sosial budaya yang menentang perilaku
pencegahan infeksi masa nifas secara tidak baik (5). Peran petugas kesehatan
dalam pencegahan infeksi masa nifas sangat diperlukan yaitu dengan
memberikan informasi mengenai pentingnya mencegah terjadinya infeksi kepada
ibu postpartum. Pemberian informasi dan edukasi pencegahn infeksi dapat
dilakukan melalui penyuluhan, konseling, dan pendampingan. Petugas kesehatan
diharapkan dapat mendukung keberhasilan dalam mencegah terjadinya infeksi
masa nifas, mengurangi kebiasaan masyarakat memberikan pendidikan kesehatan
tentang perilaku yang baik dalam mencegah terjadinya infeksi.

A. Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan infeksi masa nifas ?
b. Apa saja jenis-jenis daripada infeksi masa nifas?
c. Bagaimana penatalaksanaan dari infeksi masa nifas ?
d. Apa saja keterbaruan pada infeksi masa nifas ?

B. Tujuan Umum
a. Mengetahui pengertian atau definisi dari infeksi masa nifas
b. Mengetahui Jenis-jenis infeksi masa nifas
c. Mengetahui penatalaksanaan dari infeksi masa nifas
d. Mengetahui kebaruan dalam asuhan nifas terkait infeksi masa nifas

D. Manfaat Penelitian

a. Mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan dan pemahaman tentang


pengembangan asuhan masa nifas
b. Mahasiswa dapat mengaplikasikan pengetahuan tentang infeksi masa nifas
dalam praktek kebidanannya.

3
c. Mahasiswa dapat memberikan asuhan pengembangan nifas secara
komprehensif sesuai dengan prosedur dan standar yang ada.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Infeksi


1. Definisi
Infeksi pada masa nifas merupakan peradangan pada semua alat
genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan gejala awal demam
dengan suhu 38˚ C atau lebih, yang terjadi 24 jam sesudah persalinan (6).
Selain demam masing-masing jenis infeksi nifas juga mempunyai gejala
yang hampir sama, seperti adanya nyeri perut, mual, dan gejala lain.
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri yang berasal dari saluran reproduksi
selama persalinan atau puerperium (7).
Penyebab predisposisi infeksi nifas:
a. Persalinan lama, khususnya dengan pecah ketuban
b. Pecah ketuban yang lama sebelum persalinan
c. Teknik aseptik tidak sempurna
d. Bermacam-macam pemeriksaan vagina selama persalinan, khususnya
pecah ketuban
e. Tidak memperhatikan teknik mencuci tangan
f. Manipulasi intra uteri (misal: eksplorasi uteri, pengeluaran plasenta
manual)
g. Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka, seperti laserasi yang tidak
diperbaiki
h. Hematoma
i. Hemoragi, khususnya jika kehilangan darah lebih dari 1000 ml
j. Pelahiran operatif terutama pelahiran melalui seksio sesaria
k. Retensi sisa plasenta atau membran janin
l. Perawatan perineum tidak memadai
m. Infeksi vagina/serviks atau penyakit menular seksual yang tidak

5
ditangani Organisme infeksius pada infeksi puerperium berasal dari
tiga sumber yaitu organisme yang normalnya berada dalam saluran
genetalia bawah atau dalam usus besar, infeksi saluran genetalia
bawah, dan bakteri dalam nasofaring atau pada tangan personel yang
menangani persalinan atau di udara dan debu lingkungan.
2. Tanda Dan Gejala Infeksi Nifas
Tanda dan gejala infeksi umumnya termasuk peningkatan suhu tubuh,
malaise umum, nyeri, dan lokhia berbau tidak sedap. Peningkatan kecepatan
nadi dapat terjadi, terutama pada infeksi berat. Interpretasi kultur
laboratorium dan sensitivitas, pemeriksaan lebih lanjut, dan penanganan
memerlukan diskusi dan kolaborasi dengan dokter (7).
Tanda dan gejala infeksi meliputi sebagai berikut: Nyeri lokal, disuria,
suhu derajat rendah jarang, di atas 38,30C, edema, sisi jahitan merah dan
inflamasi, mengeluarkan pus atau eksudat berwarna abu-abu kehijauan,
pemisahan atau terlepasnya lapisan luka operasi.
Pencegahan terjadinya infeksi masa nifas:
1. Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat di jalan lahir.
Pada hari-hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak
dimasuki kuman-kuman dari luar. Oleh sebab itu, semua alat dan kain
yang berhubungan dengan daerah genital harus suci hama.
2. Pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat
mungkin.
3. Setiap penderita dengan tanda-tanda infeksi jangan dirawat bersama
dengan wanita-wanita dalam masa nifas yang sehat (8).
3. Jenis-Jenis Infeksi Nifas
Menurut wiknjosastro (2009) membagi jenis-jenis infeksi masa nifas
sebagai berikut (8):
a. Vulvitis

6
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan
sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan
mudah terlepas, dan luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan
pus.
b. Vaginitis
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau
melalui perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan,
terjadi ulkus, dan getah mengandung nanah yang keluar dari ulkus.
Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas.
c. Servisitis
Infeksi servik juga sering terjadi, akan tetapi biasanya tidak
menimbulkan banyak gejala. Luka servik yang dalam, meluas, dan
langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang
menjalar ke parametrium.
d. Endometritis
Jenis infeksi yang paling sering adalah endometritis. Kuman- kuman
memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan
dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi
dengan kuman yang tidak seberapa patogen, radang terbatas pada
endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah
menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keping-
keping nekrotis serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan
daerah sehat terdapat lapisan terdiri atas leukosit-leukosit. Pada infeksi
yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah
penjalaran.
e. Septikemia dan piemia
Ini merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman- kuman
yang sangat patogen biasanya Streptococcus haemolilyticus golongan A.
Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian

7
karena infeksi nifas. Adanya septikemia dapat dibuktikan dengan jalan
pembiakan kuman-kuman dari darah. Pada piemia terdapat dahulu
tromboflebitis pada vena-vena di uterus serta sinus-sinus pada bekas
implantasi plasenta.
Tromboflebitis ini menjalar ke vena uterina, vena hipogastrika
dan/atau vena ovarii. Dari tempat-tempat trombus itu embolus kecil yang
mengandung kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus
masuk ke dalam peredaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah ke
tempat-tempat lain, diantaranya paru, ginjal, otak, jantung, dan
mengakibatkan terjadinya abses-abses di tempat-tempat tersebut. Keadaan
ini dinamakan piemia.
f. Peritonitis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dalam uterus
langsung mencapai peritonium dan menyebabkan peritonitis, atau melalui
jaringan di antara kedua lembar ligamentum latum yang menyebabkan
parametritis ( selulitis pelvika).
g. Parametritis (selulitis pelvika)
Peritonitis dapat pula terjadi melalui salpingo-ooforitis atau selulitis
pelvika. Peritonitis mungkin terbatas pada rongga pelvis saja
(pelvioperitonitis) atau menjadi peritonitis umum. Peritonitis umum
merupakan komplikasi yang berbahaya dan merupakan sepertiga dari
sebab kematian kasus infeksi.
h. Mastitis dan abses
Mastitis adalah infeksi payudara. Meskipun dapat terjadi pada setiap
wanita, mastitis semata-mata komplikasi pada wanita menyusui. Mastitis
harus dibedakan dari peningkatan suhu transien dan nyeri payudara akibat
pembesaran awal karena air susu masuk ke dalam payudara. Organisme
yang biasa menginfeksi termasuk S. aureus, streptococci dan
H.parainfluenzae. Cedera payudara mungkin Karena memar karena

8
manipulasi yang kasar, pembesaran payudara, stasis air susu ibu dalam
duktus, atau pecahnya puting susu.
Bakteri berasal dari berbagai sumber diantaranya: tangan ibu, tangan
orang yang merawat ibu atau bayi, bayi, duktus laktiferus, darah sirkulasi.
Sedangkan tanda dan gejala mastitis diantaranya meliputi: peningkatan
suhu yang cepat dari 39,50C sampai 400C, peningkatan kecepatan nadi,
menggigil, malaise umum, sakit kepala, nyeri hebat, bengkak, inflamasi,
area payudara keras.
2.2 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Infeksi Nifas Secara Umum:
Antibiotika mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengobatan
infeksi nifas. Sudah barang tentu jenis antibiotika yang paling baik adalah
yang mempunyai khasiat yang nyata terhadap kuman-kuman yang menjadi
penyebab infeksi nifas. Sebelum terapi dimulai, dilakukan pembiakan getah
vagina serta serviks dan kemudian dilakukan tes-tes kepekaan untuk
menentukan terhadap antibiotik mana kuman-kuman yang bersangkutan
peka. Karena pemeriksaan ini memerlukan waktu, maka pengobatan perlu
dimulai tanpa menunggu hasilnya. Dalam hal ini dapat diberikan penicilin
dalam dosis tinggi atau antibiotika dengan spektrum luas (broad spectrum
antibiotics) seperti ampicillin, dan lainlain. Setelah pembiakan serta tes-tes
kepekaan diketahui, dapat dilakukan pengobatan yang paling sesuai. Di
samping pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk
mempertinggi daya tahan tubuh tetap perlu dilakukan. Perawatan baik sangat
penting, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan hendaknya
diberikan dengan cara yang cocok dengan keadaan penderita, dan bila perlu
transfusi darah dilakukan (9).
2. Penatalaksanaan infeksi nifas berdasarkan diagnosa
a. Metritis
Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan

9
salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat
atau kurang adekuat dapat menjadi abses pelvik, peritonitis, syok septik,
thrombosis vena yang dalam, emboli pulmonal, infeksi pelvic yang
menahun, dispareunia, penyumbatan tuba dan infertilitas. Penanganan
metritis adalah : (kolaborasi dengan dokter)
1) Berikan transfusi bila dibutuhkan. Berikan Packed Red Cell
2) Berikan antibiotika, spektrum luas, dalam dosis yang tinggi
3) Pertimbangkan pemberian antitetanus profilaksis
4) Bila dicurigai sisa plasenta, lakukan pengeluaran (digital / dengan
kuret yang lebar)
5) Bila ada pus lakukan drainase (kalau perlu kolpotomi), ibu dalam
posisi fowler
6) Bila tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada
tanda peritonitis generalisata lakukan laparotomi dan keluarkan pus.
Bila pada evaluasi uterus nekrotik dan septic, maka dilakukan
histerektomi subtotal oleh dokter.
b. Bendungan Payudara
Setiap ibu akan mengalami bendungan atau pembengkakan pada
payudara. Hal ini merupakan kondisi yang alamiah, bukan disebabkan
overdistensi dari saluran sistem laktasi. Bendungan payudara adalah
peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka
mempersiapkan diri untuk laktasi. Penanganan yang dilakukan bila ibu
menyusui bayinya :
1) Susukan sesering mungkin
2) Kedua payudara disusukan
3) Kompres hangat payudara sebelum disusukan
4) Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui
5) Sangga payudara
6) Kompres dingin pada payudara diantara waktu menyusui

10
7) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
8) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya Bila
ibu tidak menyusui :
a) Sangga payudara
b) Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi
pembengkakan dan rasa sakit
c) Bika diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4
jam
d) Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara
c. Mastitis
Mastitis adalah infeksi payudara. mastitis terjadi akibat invasi
jaringan payudara oleh organisme infeksius atau adanya cedera payudara.
cedera payudara mungkin disebabkan memar karena manipulasi yang
kasar, pembesaran payudara, stasis air susu ibu dalam duktus, atau
pecahnya atau fisura putting susu. Putting susu yang pecah atau fisura
dapat menjadi jalan masuk terjadinya infeks S. aureus. Pengolesan
beberapa tetes air susu di area putting pada akhir menyusui dapat
mempercepat penyembuhan. Tanda gejala mastitis biasanya tidak ada
sebelum akhir minggu pertama post partum. Nyeri ringan pada salah satu
lobus payudara, yang diperberat jika bayi menyusu dan gejala seperti flu:
nyeri otot, sakit kepala dan keletihan. Mastitis hampir selalu terbatas
pada satu payudara. Tanda dan gejala actual mastitis meliputi :
1) Peningkatan suhu yang cepat dari (39,5°C sampai 40°C)
2) Peningkatan kecepatan nadi
3) Menggigil
4) Malaise umum, sakit kepala
5) Nyeri hebat, bengkak, inflamasi, area payudara keras Payudara
tegang / indurasi dan kemerahan
Tindakan Yang dilakukan :

11
1) Berikan kloksasiklin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila
diberikan sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan
berkurang
2) Sangga payudara
3) Kompres dingin
4) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
5) Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada pus
6) Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
d. Abses Payudara
Mastitis yang tidak ditangani memiliki hampir 10% risiko
terbentuknya abses. Tanda dan gejala abses payudara adalah adanya
Discharge putting susu purulenta, munculnya demam remiten (suhu naik
turun) disertai menggigil dan terjadi pembengkakan payudara dan sangat
nyeri; massa besar dan keras dengan area kulit berwarna fluktuasi
kemerahan dan kebiruan mengindikasikan lokasi abses berisi pus.
Terdapat massa padat, mengeras di bawah kulit yang kemerahan
1) Diperlukan anestesi umum (ketamin)
2) Insisi radial dari tengah dekat pinggir areola, ke pinggir supaya tidak
memotong saluran ASI
3) Pecahkan kantung pus dengan tissue forceps atau jari tangan
4) Pasang tampon dan drain
5) Berikan kloksasiklin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
6) Sangga payudara
7) Kompres dingin
8) Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan
9) Ibu didorong tetap memberikan ASI walau ada pus
10) Lakukan follow up setelah pemberian pengobatan selama 3 hari
e. Hematoma
Hematoma adalah pembengkakan jaringan yang berisi darah.

12
Bahaya hematoma adalah kehilanagan sejumlah darah karena hemoragi,
anemia dan infeksi. Hematoma terjadi karena rupture pembuluh darah
spontan atau akibat trauma. Penyebab hematoma adalah :
1) Persalinan operatif
2) Laserasi yang tidak dijahit selama injeksi anesthesia lokal atau
pudendus
3) Kegagalan hemostatis lengkap sebelum penjahitan laserasi atau
episiotomy
4) Pembuluh darah diatas apeks insisi atau laserasi tidak dibendung atau
kegagalan melakukan jahitan pada titik tersebut
5) Penanganan kasar pada jaringan vagina kapanpun atau pada uterus
selama masase. Tanda – tanda umum hematoma : nyeri ekstrem di
luar proporsi ketidaknyaman dan nyeri yang diperkirakan.
Tanda dan gejala hematoma vulva atau vagina adalah :
1) Penekanan yang lama pada perineum, vagina, uretra, kandung kemih
atau rectum dan nyeri hebat
2) Pembengkakan yang tegang dan berdenyut
3) Perubahan warna jaringan kebiruan atau biru kehitaman Hematoma vulva dapat
dengan mudah diidentifikasi. Hematoma vagina dapat diidentifikasi jika dilakukan
inspeksi vagina dan serviks dengan cermat. Hematoma ukuran – kecil dan sedang
mungkin dapat secara spontan diabsorpsi. Jika hematoma terus membesar, tidak
menjadi stabil, bidan harus kolaborasi dengan dokter untuk perawatan lebih lanjut.
f. Tromboflebitis
Tromboflebitis pascapartum lebih umum terjadi pada wanita
penderita varikositis atau yang mungkin secara genetik rentan terhadap
relaksasi dinding vena dan stasis vena. Kehamilan menyebabkan stasis
vena dengan sifat relaksasi dinding vena akibat efek progesterone dan
tekanan pada vena oleh uterus. Kompresi vena selama posisi persalinan
dapat berperan juga. Trombofelbitis superficial ditandai dengan nyeri

13
tungkai, hangat terlokalisasi, nyeri tekan atau inflamasi pada sisi tersebut
dan palpasi adanya simpulan atau teraba pembuluh darah. Tromboflebitis
vena profunda ditandai dengan gejala :
1) Kemungkinan peningkatan suhu ringan
2) Takikardia ringan
3) Nyeri sangat berat pada tungkai diperburuk dengan pergerakan atau
saat berdiri yang terjadi secara tiba tiba
4) Edema pergelangan kaki, tungkai dan paha
5) Tanda human positif
6) Nyeri saat penekanan betis
Nyeri tekan sepanjang aliran pembuluh darah yang terkena dengan
pembuluh darah dapat teraba Tanda homans diperiksa dengan
menempatkan satu tangan di lutut ibu dan memberikan tekanan
ringan untuk menjaga kaki tetap lurus. Jika terdapat nyeri betis saat
dorsofleksi, tanda ini positif. Penanganan meliputi tirah baring,
elevasi ekstremitas yang terkena, kompres panas, stoking elastic dan
analgesia jika dibutuhkan. Sprei ayun mungkin diperlukan jika
tungkai sangat nyeri saat disentuh. Rujukan ke dokter penting untuk
memutuskan penggunaan terapi antikoagulan dan antibiotik. Tidak
ada kondisi apapun yang mengharuskan masase tungkai (10).
3. Keterbaruan tentang Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Sirih Hijau
Terhadap Penyembuhan Luka Perinium Pada Ibu Post Partum.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh
pemberian rebusan daun sirih hijau terhadap penyembuhan luka perineum
pada ibu post partum, disimpulkan bahwa danya pengaruh yang signifikan
antara pemberian rebusan daun sirih hijau terhadap penyembuhan luka
perineum pada ibu post partum karena efek dari rebusan daun sirih dapat
menjadi antibiotik, yang menghambat terjadinya infeksi, sehingga
memberikan seseorang tidak nyaman (11).

14
15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Infeksi pada masa nifas merupakan peradangan pada semua alat genitalia
pada masa nifas oleh sebab apapun dengan gejala awal demam dengan suhu 38˚
C atau lebih, yang terjadi 24 jam sesudah persalinan. Selain demam masing-
masing jenis infeksi nifas juga mempunyai gejala yang hampir sama, seperti
adanya nyeri perut, mual, dan gejala lain. Infeksi nifas adalah infeksi bakteri
yang berasal dari saluran reproduksi selama persalinan atau puerperium.
Penyebab predisposisi infeksi nifas: Persalinan lama, khususnya dengan
pecah ketuban, Pecah ketuban yang lama sebelum persalinan, Teknik aseptik
tidak sempurna, Bermacam-macam pemeriksaan vagina selama persalinan,
khususnya pecah ketuban, Tidak memperhatikan teknik mencuci tangan,
Manipulasi intra uteri (misal: eksplorasi uteri, pengeluaran plasenta manual),
Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka, seperti laserasi yang tidak
diperbaiki, Hematoma, Hemoragi, khususnya jika kehilangan darah lebih dari
1000 ml, Pelahiran operatif terutama pelahiran melalui seksio sesaria, Retensi
sisa plasenta atau membran janin, Perawatan perineum tidak memadai, Infeksi
vagina/serviks atau penyakit menular seksual yang tidak ditangani Organisme
infeksius pada infeksi puerperium berasal dari tiga sumber yaitu organisme yang
normalnya berada dalam saluran genetalia bawah atau dalam usus besar, infeksi
saluran genetalia bawah, dan bakteri dalam nasofaring atau pada tangan personel
yang menangani persalinan atau di udara dan debu lingkungan
Jenis-Jenis dalam Infeksi Nifas dapat dibagi menjadi: mastitits, vaginitis,
serviksitis, Endometritis, Tromboflebitis, bendungan pada payudara, haematoma
penentuan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan baik pemeriksaan
fisik ataupun pemeriksaan laboratorium. Dalam penatalaksanaan infeksi pada
masa nifas dibagi menjadi dua yaitu terdapat penatalaksanaan secara umum dan

16
terdapat penatalaksanaan sesuai dengan diagnosis. Namun kita sebagai bidan
harus melakukan pencegahan agar ibu tidak mengalami infeksi pada masa nifas
karena dapat membahayakan kondisi ibu nifas.

3.2 Saran
Pembahasan konsep infeksi pada masa nifas diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan sehingga kita dapat lebih jeli untuk menetukan
jenis-jenis infeksi pada masa nifas serta penatalaksanannya.

DAFTAR PUSTAKA

17
1. Indriyani, D. & A. Upaya Promotif dan Preventif Dalam Menurunkan Angka
Kematian Ibu dan Bayi. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Medika.; 2014.
2. Walyani P dan. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:
Pustaka Baru Pres.; 2015.
3. WHO (World Health Statistics). Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Bayi. 2018;
4. Depkes. Riset Kesehatan Dasar 2010. 2010;
5. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta; 2012.
6. Manuaba I. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan.: Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1998.
7. Verney. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC; 2008.
8. Wiknjosastro Hanifa. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka Sarana Prawirohardjo;
2009.
9. Winkjosastro. Tanda Bahaya Masa Nifas. . 2009;
10. Poltekkes Kemenkes. Modul Penyulit dan Komplikasi Masa Nifas. 2013.
11. Sitepu, S. A., Hutabarat, V., & Natalia K. Pengaruh Pemberian Rebusan Daun
Sirih Hijau Terhadap Penyembuhan Luka Perinium Pada Ibu Post Partum. ,. J
Kebidanan Kestra. 2020;2(2), 186–.

18

Anda mungkin juga menyukai