Disusun Oleh :
LUSIANA
TINGKAT : 2 A
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Tujuan ........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi ........................................................................................ 2
2.2 Komplikasi-komplikasi masa nifas lainnya ................................ 4
2.3 Penanggulangan Komplikasi pada masa nifas ............................ 12
2.4 Kebutuhan Gizi ibu Nifas ........................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Diharapkan mahasiswa setelah membaca dan menyimak makalah ini
mengerti dan mengetahui tentang deteksi dini komplikasi pada masa
nifas.
2. Menambah pengetahuan penulis dan pembaca
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
1. Infeksi Puererium
Infeksi puerperium adalah infeksi bakteri yang berasal dari
saluran reproduksi selama persalinan atau puerperium. Infeksi tidak lagi
bertanggung jawab terhadap tingginya insiden mortalitas puerperium
seperti dahulu, saat ini lebih di kenal dengan demam nifas. Akan tetapi
infeksi puerperium masih tetap bertanggung jawab terhadap persentase
signifikan morbiditas puerperium.
2. Penyebab Infeksi
Situasi berikut merupakan predisposisi infeksi puerperium pada
wanita :
a. Persalinan lama, khususnya dengan pecah ketuban
b. Pecah ketuban yang lama sebelum persalinan
c. Bermacam-macam pemeriksaan vagina selama persalinan,
khususnya pecah ketuban
d. Teknik aseptik tidak sempurna
e. Tidak memperhatikan teknik mencuci tangan
f. Manipulasi intra uteri (misalnya : eksplorasi uteri, pengeluaran
plasenta manual)
g. Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka, seperti laserasi yang
tidak diperbaiki
h. Hematoma
i. Hemoragi, khususnya jika kehilangan darah lebih dari 1000 mL
j. Pelahiran operatif, terutama pelahiran melalui seksio sesaria
k. Retensi sisa plasenta atau membran janin
l. Perawatan perineum tidak memadai
m. Infeksi vagina/serviks atau penyakit menular seksual yang tidak
ditangani (misalnya : vaginosis bakteri, klamidia, gonorea)
2
3. Penyebab demam di masa puerperium
Penyebab demam yang berkaitan dengan persalinan
a. Penyebab Infektius
1) Sepsis puerperalis bergantung pada seberapa luas sepsis ini telah
menyebar, mungkin tampak sebagai :
a) Infeksi terlokalisasi pada daerah laserasi atau episiotomi.
b) Infeksi pada laserasi atau episiotomi yang telah menyebar ke
jaringan lunak dibawahnya.
c) Endometritis
d) Salpingitis
e) Parametritis
f) Peritonitis menyeluruh
g) Tromboplebitis septik
h) Abses tubo ovarium
i) Abses ligamen besar
j) Abses pada kantong douglas
k) Abses disisi lain abdumen atau dada
l) Septikemia (infeksi yang telah memasuki aliran darah dan
merupakan suatu kondisi yang serius)
2) Infeksi payudara seperti mastitis atau pada stadium lanjut abses
payudara
3) Infeksi saluran kemih / urinari track infection (UTI)
4) Infeksi luka (jaringan parut pada SC)
5) Gangguan tromboembolik, termasuk tromboplebitis superfisial
dan trombosis vena dalam, kadang-kadang menimbulkan demam
dan takhikardia.
b. Penyebab Noninfektius
Peningkatan suhu badan yang tidak banyak merupakan hal yang
sangat umum selama periode post partum terutama dalam 24 jam
pertama. Penyebab demam seperti ini antara lain dehidrasi, luka/trauma
3
pada jaringan, reaksi terhadap protein janin, engorgement payudara.
Meskipun demam yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah kelahiran
biasanya dianggap tidak berkaitan dengan infeksi, suhu tubuh sekitar
38,5 oC atau lebih selama 24 jam pertama harus menyiagakan akan
kemungkinan terjadinya sepsis puerperalis.
4
a. Uterus Atonik (terjadi karena misalnya : placenta atau selaput
ketuban tertahan).
b. Trauma genital (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat
penatalaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang
menggunakan peralatan termasuk sectio caesaria, episiotomi).
c. Koagulasi intravascular diseminata.
d. Inversi uterus.
Hemorargi Post Partum Sekunder adalah mencakup semua
kejadian Hemorargi Post Partum yang terjadi antara 24 jam setelah
kelahiran bayi dan 6 minggu masa post partum.
Penyebabnya adalah :
a. Fragmen pacenta atau selaput ketuban tertahan
b. Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi di
serviks, vagina, kandung kemih, rektum)
c. Terbukanya luka pada uterus (setelah sectio caesaria, ruptur uterus)
5
Jika perdarahan persisten dan uterus tetap relaks, lakukan kompresi
bimanual.
Jika perdarahan persisten dan uterus berkontraksi dengan baik, maka
lakukan pemeriksaan pada vagina dan serviks untuk menemukan
laserasi yang menyebabkan perdarahan tersebut.
Jika indikasi bahwa mungkin terjadi infeksi yang diikuti dengan
demam, menggigil, lokhea berbau busuk, segera berikan antibiotik
berspektruk luas.
Lakukan pencatatan yang akurat.
Penatalaksanaan Lanjutan
Pantau kondisi pasien secara seksama selama 24 – 48 jam, hal
ini meliputi :
Memeriksa bahwa uterus kenyal dan berkontraksi dengan baik.
Darah yang hilang
Suhu
Denyut nadi
Tekanan darah
Kondisi umum (Misalnya kepucatan, tingkat kesadaran)
Asupan cairan (setelah pasien stabil cairan IV harus diberikan rata-
rata 1 liter dalam 6-8 jam)
Transfusi darah harus dipantau dan volume yang ditransfusikan
harus dicatat sebagai asupan cairan
Pengeluaran urine
Membuat catatan yang akurat
6
b. Demam 38,5 oC atau lebih
c. Rabas vagina yang abnormal
d. Rabas vagina yang berbau busuk
e. Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus
Bakteri penyebab sepsis puerperalis, yaitu :
a. Streptokokus
b. Stafilokokus
c. E. Coli
d. Clostridium tetani
e. Clostridium welchi
f. Clamidia dan gonocokus
Bakteri Endogen
Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rectum tanpa
menimbulkan bahaya, bahkan jika teknik streil sudah digunakan untuk
persalinan, infeksi masih dapat terjadi akibat bakteri endogen. Bakteri
endogen dapat membahayakan dan menyebabkan infeksi jika :
a. Bakteri ini masuk ke dalam uterus melalui jari pemeriksa atau
melalui instrumen pemeriksaan pelvik.
b. Bakteri terdapat dalam jaringan yang memar, robek/ lacerasi atau
jaringan yang mati (misalnya setelah persalinan macet atau
persalinan traumatik)
c. Bakteri masuk sampai ke dalam uterus jika terjadi pecah ketuban
yang lama.
Bakteri Eksogen
Bakteri ini masuk ke dalam vagina dari luar (streptokokus
klostridium tetani, dll). Bakteri eksogen masuk ke dalam vagina :
a. Melalui tangan yang tidak bersih dan instrumen yang tidak steril.
b. Melalui substansi/bneda asing yang masuk ke dalam vagina (misal :
ramuan/jamu, minyak, kain)
7
c. Melalui aktivitas seksual.
Tanda dan gejala sepsis puerperalis
a. Demam
b. Nyeri pelviks
c. Nyeri tekan di uterus
d. Lokis berbau menyengat (busuk)
e. Terjadi keterlambatan dalam penurunan ukuran uterus
f. Pada laserasi/ luka episiotomi terasa nyeri, bengkak, mengeluarkan
cairan nanah.
Faktor risiko pada sepsis puerperalis
a. Anemia/kurang gizi
b. Higiene yang buruk
c. Teknik aseptik yang buruk
d. Manipulasi yang sangat banyak pada jalan lahir
e. Adanya jaringan mati pada jalan lahir (akibat kematian janin intra
uterin, fragmen atau membran plasenta yang tertahan, pelepasan
jaringan mati dari dinding vagina setelah persalinan macet).
f. Insersi tangan, instrumen atau pembalut/tampon yang tidak steril
(praktek tradisional juga harus diperiksa)
g. Ketuban pecah lama
h. Pemeriksaan vagina yang sering
i. Kelahiran melalui SC, dan tindakan operasi lainnya
j. Laserasi vagina atau laserasi servik yang tidak diperbaiki
k. PMS yang diderita
l. Haemoragi post partum
m. Tidak diimunisasi terhadap tetanus
n. Diabetes melitus
3. Mastitis
Mastitis adalah infeksi payudara. Eskipun dapat terjadi pada
setiap wanita, mastitis merupakan komplikasi pada wanita menyusui.
8
Mastitis harus dibedakan dari peningkatan suhu transien dan nyeri
payudara akibat pembesaran awal karena air susu masuk ke dalam
payudara.
Organisme yang umum termasuk S. Aureus, streptococci dan H.
Parainfluenzae. Cedera payudara mungkin di akibatkan karena
manipulasi yang kasar, pembesaran payudara, stasis air susu ibu dalam
duktus, atau pecahnya atau fisura puting susu.
Penyebab mastitis yaitu :
1. Tangan Ibu
2. Tangan orang yang merawat ibu atau bayi
3. Bayi
4. Duktus laktiferus
5. Darah sirkulasi
Penanganan terbaik mastitis adalah dengan pencegahan yang
dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun antibakteri
secara cermat, pencegahan pembesaran dengan menyusui sejak awal
dan sering. Posisi bayi yang tepat pada payudara, penyangga payudara
yang baik tanpa kontriksi, mencuci hanya dengan air dan tanpa agens
pengering, observasi bayi terhadap adanya infeksi kulit atau tali pusat.
4. Hematoma
Hematoma adalah pembengkakan jaringan yang berisi darah.
Bahaya hematoma adalah kehilangan sejumlah darah karena hemoragi,
anemia dan infeksi. Hematoma terjadi karena ruptur pembuluh darah
spontan atau akibattrauma.
Pada siklus reproduktif, hematoma sering kali terjadi selama
proses melahirkan atau segera setelahnya, seperti hematoma vulva,
vagina atau hematoma ligamentum latum uteri. Kemungkinan penyebab
termasuk sebagai berikut :
a. Pelahiran operatif
9
b. Laserasi robekan pembuluh darah yang tidak dijahit selama injeksi
anestesia lokal atau pudendus, atau selama penjahitan episiotomi
atau laserasi
c. Kegagalan hematomasis lengkap sebelum penjahitan laserasi atau
episiotomi.
d. Pembuluh darah diatas apeks insisi atau laserasi tidak dibendung
atau kegagalan melakukan jahitan pada titik tersebut.
Tanda-tanda umum hematoma adalah nyeri ekstrem di luar
proporsi ketidaknyamanan dan nyeri yang diperkirakan. Tanda dan
gejala lain hematoma vulva dan vagina adalah sebagai berikut :
a. Penekanan perineum, vagina, uterus, kandung kemih, atau rektum
dan nyeri hebat
b. Pembengkakan yang tegang dan berdenyut
c. Perubahan warna dan jaringan kebiruan atau biru kehitaman
6. Subinvolusi
10
Subinvolusi terjadi jika proses kontraksi uterus tidak terjadi
seperti seharusnya dan kontraksi ini lama atau berhenti. Proses involusi
mungkin dihambat oleh retensi sisa plasenta, miomata atau infeksi.
Retensi sisa plasenta atau membran janin adalah penyebab yang paling
sering terjadi.
Subinvolusi dapat didiagnosis selama pemeriksaan pascapartum
atau saat wanita menelepon untuk menyampaikan keluhan peningkatan
perdarahan atau perdarahan persisten. Riwayat biasanya meliputi
periode lokia lebih lama daripada periode normal, diikuit dengan
leukorea dan perdarahan banyak yang tidak teratur. Pemeriksaan
panggul akan menunjukkan uterus lunak yang lebih besar dari ukuran
normal seusai seminggu pascapartum saat wanita diperiksa.
Subinvolusi diterapi dengan ergonovin (ergotrate) atau
metilergonovin (Methergine), 0,2 mg per oral setiap 4 jam selama 3
hari; ibu dievaluasi kembali dalam dua minggu. Jika ibu tersebut
menderita endometritis, bidan akan menambahkan resep antibiotik
spektrum – luas.
7. Depresi Pascapartum
Identitifikasi depresi pascapartum adalah tanggung jawab bidan
dan ahli klinis lain yang menemui wanita sepanjang tahun pasca partum
pertama.
Depresi pascapartum juga harus dibedakan dengan tiroiditis
pascapartum, yang insidennya 5-7%. Fase tiroktoksik diikuti dengan
hipertiroidisme. Keletihan dan depresi dikaitkan dengan kedua fase
tersebut. Meskipun tiroiditas umumnya dianggap sementara, terdapat
hubungan dengan terjadinya hipotiroidisme klinis permanen dikemudian
hari.
Penapisan disfungsi tiroid pada kasus depresi dapat memberikan
terapi yang lebih baik bagi beberapa ibu.
2.3 Penanggulangan Komplikasi pada masa nifas
11
Salah satu cara menanggulangi komplikasi pasca partum (nifas) adalah
dengan :
1. Kebersihan diri
Ibu nifas dianjurkan untuk :
a. Menjaga kebersihan seluruh tubuh
b. Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun
dan air.
c. Menyarakan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi, Bak/BAB,
paling tidak dalam waktu 3-4 jam supaya ganti pembalut.
d. Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dnegan sabun dan air
sebelum menyentuh daerah kelamin.
e. Anjurkan ibu untuk tidak sering menyentuh luka episiotomi dan
laserasi.
f. Pada ibu pos sectio caesarea (SC), luka dijaga agar tetap bersih dan
kering, tiap hari diganti balutan.
2. Kebersihan bayi
Hal-hal yang perlu dijelaskan pada ibu nifas agar bayi tetap terjaga
kebersihannya, yaitu :
a. Memandikan bayi setelah 6 jam untuk mencegah hipotermi
b. Memandikan bayi 2 kali sehari tiap pagi dan sore
c. Mengganti pakaian bayi tiap habis mandi dan tiap kali basah atau
kotor karena BAB/BAK.
d. Menjaga pantat dan daerah kelamin bayi agar selalu bersih dan
kering
e. Menjaga tempat tidur bayi selalu bersih dan hangat karena ini adalah
tempat tinggal bayi
f. Menjaga alat apa saja yang dipakai bayi agar selalu bersih.
12
Anjurkan ibu untuk :
a. Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan
b. Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur
c. Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan
d. Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu
untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam
Kurangnya istirahat pada ibu nifas dapat berakibat :
a. Mengurangi jumlah ASI
b. Memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan
perdarahan
c. Depresi.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah
masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim.,
sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-
organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti
perlukaan dan lain sebagainya.
Deteksi dini pada komplikasi masa nifas (post partum) sangat perlu
untuk diperhatikan, agar tidak terjadinya infeksi atau kelainan pada ibu nifas
dan bayinya.
Beberapa cara untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi tersebut,
telah dibahas, walaupun dengan banyak kekurangan.
3.2 Saran
Untuk dapat membuat makalah lebih baik dan tidak banyak
kekurangan, agar perpustakaan menyediakan beberapa referensi untuk dapat
membandingkan dan merangkum, hingga referensi yang didapat tidak
monoton dan bervariasi atau dari berbagai sumber.
14
DAFTAR PUSTAKA
Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4 vol. 2. Penerbit Buku
Kedokteran : EGC : Jakarta, 2007