Anda di halaman 1dari 25

Kegawatdaruratan Maternal Neonatal dan Basic Life Support

Asuhan Kegawatdaruratan Pada Masa Nifas


(Infeksi Nifas & Tromboplebibitis)

Dosen Pembimbing:
Esti Yuliani, S.SiT., S.Pd., M.Kes

Disusun Oleh:
Aliddi Nur Afifah (P27824519001)
Arfiana Nur Liza Aini (P27824529003)

Kelas:
Freesia

PRODI DIII KEBIDANAN KAMPUS BOJONEGORO


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SURABAYA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Penulis juga mengucapkan termakasih kepada Ibu Esti Yuliani, S.SiT., S.Pd.,
M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal dan Basic Life Support yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menyusun makalah yang berjudul “Asuhan Kegawatdaruratan pada
masa nifas”. Penulis tentunya menyadari bahwa makalah ini masih terdapat
kekurangan didalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik atau saran dari
dosen pembimbing dan teman – teman untuk makalah ini.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dan
penulis mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini.

Bojonegoro, 15 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan.......................................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Masa Nifas................................................................................................5
2.2 Infeksi Nifas..............................................................................................5
2.3 Tromboplebitis........................................................................................13
BAB 3 ASUHAN KEBIDANAN................................................................16
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan.............................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................24

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6
minggu atau 40 hari.Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada
masa nifas yang disebabkan olehmasuknya kuman-kuman ke dalam alat
genetalia pada waktu persalinan. Masa nifas merupakanmasa yang rawan bagi
ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50%dari
kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan,
diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas.
Selama ini perdarahan pascasalin merupakan penyebab kematian ibu,
terutama setelah 2 jampertama yang kemungkinannya sangat tinggi, namun
dengan meningkatnya persediaan darah danrujukan, maka infeksi menjadi
lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.Infeksi pada
masa nifas diantaranya yaitu Tromboflebitis dan Endometrisis. Tromboflebitis
yaitupenjalaran infeksi melalui vena sering terjadi dan merupakan penyebab
terpenting dari kematiankarena infeksi peurperalis, infeksi puerperalis yaitu
infeksi nifas yang mencakup semuaperadangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman – kuman ke dalam alat genetalia wanitapada waktu
persalinan dan nifas. Tromboflebitis yaitu suatu peradangan yang disebabkan
oleh infeksi atau cedera vena. Radang vena golongan 1 disebut
Pelviotromboflebitis atautromboflebitis pelvis dan infeksi vena 2 disebut
tromboflebitis femoralis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud masa nifas ?
2. Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Infeksi Nifas ?
3. Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Tromboplebitis ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud masa nifas
2. Untuk mengetahui bagaimana asuhan kebidanan pada Infeksi Nifas
3. Untuk mengetahui bagaimana asuhan Kebidanan pada Tromboplebitis

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Masa Nifas
Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu. Periode masa nifas (puerperium) adalah periode
waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan. Periode pasca partum adalah
masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode
intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak
hamil. Periode ini juga disebut periode puerperium, dan wanita yang
mengalami puerperium disebut puerpera. Proses ini dimulai setelah selesainya
persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan
sebelum hamil / tidak hamil sebagai akibat adanya perubahan fisiologi dan
psikologi karena proses persalinan. (Febi.dkk : 2017)
Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada waktu
persalinan dan nifas (Febi,dkk : 2017)
3.2 Infeksi Nifas
1. Pengertian
Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan disebut
infeksi nifas. Suhu 38°C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2 – 10 post
partum dan diukur per oral sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai
morbiditas puerperalis. Kenaikan suhu tubuh yang terjadi di dalam masa
nifas, dianggap sebagai infeksi nifas jika tidak diketemukan sebab – sebab
ekstragenital. (PPSDM : 2013)
2. Factor Presdiposisi
Beberapa faktor predisposisi infeksi masa nifas:
a. Kurang gizi atau malnutrisi
b. Anemia
c. Higiene
d. Kelelahan

5
e. Proses persalinan bermasalah :
- Partus lama/macet
- Korioamnionitis
- Persalinan traumatic
- Kurang baiknya proses pencegahan infeksi
- Manipulasi yang berlebihan
- Dapat berlanjut ke infeksi dalam masa nifas.
(Febi,dkk : 2017)
3. Penyebab
Penyebab Infeksi Nifas :
1) Streptococcus haemolitikus aerobicus (penyebab infeksi yang berat).
2) Staphylococcus aureus.
3) Escherichia coli.
4) Clotridium Welchii
(Febi,dkk : 2017)
4. Cara terjadinya Infeksi
1) Tangan penderita atau penolong yang tetutup sarung tangan pada
pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam
vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau
alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari
kuman-kuman.
2) Droplet infeksion. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri
yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau pembantu-
pembantunya. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas harus ditutup
dengan masker.
3) Infeksi rumah sakit (hospital infection) Dalam rumah sakit banyak sekali
kuman-kuman patogen berasal dari penderita-penderita di seluruh rumah
sakit. Kuman-kuman ini terbawa oleh air, udara, alat-alat dan benda-benda
rumah sakit yang sering dipakai para penderita (handuk, kain-kain lainnya).
4) Koitus pada akhir kehamilan sebenarnya tidak begitu berbahaya, kecuali
bila ketuban sudah pecah.

6
5) Infeksi intrapartum, sering dijumpai pada kasus lama, partus terlantar,
ketuban pecah lama, terlalu sering periksa dalam. Gejalanya adalah demam,
dehidrasi, lekositosis, takikardi, denyut jantung janin naik, dan air ketuban
berbau serta berwarna keruh 68 kehijauan. Dapat terjadi amnionitis,
korionitis dan bila berlanjut dapat terjadi infeksi janin dan infeksi umum.
(Febi,dkk : 2017)

5. Cara Penanganan
Penanganan umum
1) Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses
persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam masa
nifas.
2) Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami
infeksi nifas.
3) Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang
dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan.
4) Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
5) Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan
gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan
dengan segera.
6) Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu
yang mengalami infeksi pada saat persalinan.
7) Berikan hidrasi oral/IV secukupnya.
(Febi, dkk : 2017)

6. Jenis – Jenis infeksi pada masa nifas


1) Metritis
Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah
satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang
adekuat dapat menjadi abses pelvik, peritonitis, syok septik, thrombosis vena
yang dalam, emboli pulmonal, infeksi pelvic yang menahun, dispareunia,
penyumbatan tuba dan infertilitas. (PPSDM : 2013)

7
Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan
penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Biasanya demam mulai 48 jam
postpartum dan bersifat naik turun (remittens). His royan dan lebih nyeri dari
biasa dan lebih lama dirasakan. Lochia bertambah banyak, berwarna merah atau
coklat dan berbau. Lochia berbau tidak selalu menyertai endometritis sebagai
gejala. Sering ada sub involusi. Leucocyt naik antara 15000- 30000/mm³.
(Febi,dkk : 2017)
Sakit kepala, kurang tidur dan kurang nafsu makan dapat mengganggu
penderita. Kalau infeksi tidak meluas maka suhu turun dengan berangsur- angsur
dan turun pada hari ke 7-10. Pasien sedapatnya diisolasi, tapi bayi boleh terus
menyusu pada ibunya. Untuk kelancaran pengaliran lochia, pasien boleh 70
diletakkan dalam letak fowler dan diberi juga uterustonika. Pasien disuruh minum
banyak. (Febi, dkk : 2017)
Penanganan metritis adalah : (kolaborasi dengan dokter)
1) Berikan transfusi bila dibutuhkan . Berikan Packed Red Cell
2) Berikan antibiotika, spektrum luas, dalam dosis yang tinggi
3) Pertimbangkan pemberian antitetanus profilaksis
4) Bika dicurigai sisa plasenta, lakukan pengeluaran (digital / dengan kuret
yang lebar)
5) Bila ada pus lakukan drainase (kalau perlu kolpotomi), ibu dalam posisi
fowler

8
6) Bila tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada tanda
peritonitis generalisata lakukan laparotomi dan keluarkan pus. Bila pada
evaluasi uterus nekrotik dan septic, maka dilakukan histerektomi subtotal
oleh dokter.
(PPSDM : 2013)
2) Bendungan Payudara
Setiap ibu akan mengalami bendungan atau pembengkakan pada payudara.
Hal ini merupakan kondisi yang alamiah, bukan disebabkan overdistensi dari
saluran sistem laktasi. Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena
dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi.
(PPSDM : 2013)

Penanganan yang dilakukan bila ibu menyusui bayinya :


1) Susukan sesering mungkin.
2) Kedua payudara disusukan.
3) Kompres hangat payudara sebelum disusukan.
4) Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui.
5) Sangga payudara.
6) Kompres dingin pada payudara diantara waktu menyusui.
7) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
8) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
Bila ibu tidak menyusui :
1) Sangga payudara.
2) Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa
sakit

9
3) Bika diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
4) Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
(PPSDM : 2013)

3) Mastitis
Mastitis adalah infeksi payudara. mastitis terjadi akibat invasi jaringan
payudara oleh organisme infeksius atau adanya cedera payudara. cedera
payudara mungkin disebabkan memar karena manipulasi yang kasar,
pembesaran payudara, stasis air susu ibu dalam duktus, atau pecahnya atau
fisura putting susu. Putting susu yang pecah atau fisura dapat menjadi jalan
masuk terjadinya infeks S. aureus. Pengolesan beberapa tetes air susu di area
putting pada akhir menyusui dapat mempercepat penyembuhan. (PPSDM :
2013)
Tanda gejala mastitis biasanya tidak ada sebelum akhir minggu pertama
post partum. Nyeri ringan pada salah satu lobus payudara, yang diperberat jika
bayi menyusu dan gejala seperti flu: nyeri otot, sakit kepala dan keletihan.
Mastitis hampir selalu terbatas pada satu payudara. Tanda dan gejala actual
mastitis meliputi :
A. Peningkatan suhu yang cepat dari (39,5°C sampai 40°C)
B. Peningkatan kecepatan nadi
C. Menggigil
D. Malaise umum, sakit kepala
E. Nyeri hebat, bengkak, inflamasi, area payudara keras
F. Payudara tegang / indurasi dan kemerahan
(PPSDM : 2013)

10
Tindakan :
1) Berikan kloksasiklin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan
sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang.
2) Sangga payudara.
3) Kompres dingin.
4) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
5) Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada pus
6) Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
(PPSDM : 2013)
4) Abses Payudara
Mastitis yang tidak ditangani memiliki hampir 10% risiko terbentuknya
abses. Tanda dan gejala abses payudara adalah adanya Discharge putting susu
purulenta, munculnya demam remiten (suhu naik turun) disertai menggigil dan
terjadi pembengkakan payudara dan sangat nyeri; massa besar dan keras
dengan area kulit berwarna fluktuasi kemerahan dan kebiruan
mengindikasikan lokasi abses berisi pus,Terdapat massa padat, mengeras di
bawah kulit yang kemerahan. (PPSDM : 2013)

Cara Penanganan :

11
1. Diperlukan anestesi umum (ketamin)
2. Insisi radial dari tengah dekat pinggir areola, ke pinggir supaya tidak
memotong saluran ASI
3. Pecahkan kantung pus dengan tissue forceps atau jari tangan
4. Pasang tampon dan drain
5. Berikan kloksasiklin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
6. Sangga payudara
7. Kompres dingin
8. Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan
9. Ibu didorong tetap memberikan ASI walau ada pus
10. Lakukan follow up setelah pemberian pengobatan selama 3 hari
(PPSDM : 2013)
5) Hematoma
Hematoma adalah pembengkakan jaringan yang berisi darah. Bahaya
hematoma adalah kehilanagan sejumlah darah karena hemoragi, anemia dan
infeksi. Hematoma terjadi karena rupture pembuluh darah spontan atau akibat
trauma. Penyebab hematoma adalah :
a. Persalinan operatif
b. Laserasi yang tidak dijahit selama injeksi anesthesia lokal atau pudendus
c. Kegagalan hemostatis lengkap sebelum penjahitan laserasi atau episiotomi
d. Pembuluh darah diatas apeks insisi atau laserasi tidak dibendung atau
kegagalan melakukan jahitan pada titik tersebut
e. Penanganan kasar pada jaringan vagina kapanpun atau pada uterus selama
masase.

12
Tanda – tanda umum hematoma : nyeri ekstrem di luar proporsi
ketidaknyaman dan nyeri yang diperkirakan.

Tanda dan gejala hematoma vulva atau vagina adalah :


a. Penekanan yang lama pada perineum, vagina, uretra, kandung kemih
atau rectum dan nyeri hebat
b. Pembengkakan yang tegang dan berdenyut
c. Perubahan warna jaringan kebiruan atau biru kehitaman
Hematoma vulva dapat dengan mudah diidentifikasi. Hematoma
vagina dapat diidentifikasi jika dilakukan inspeksi vagina dan serviks
dengan cermat. Hematoma ukuran – kecil dan sedang mungkin dapat
secara spontan diabsorpsi. Jika hematoma terus membesar, tidak
menjadi stabil, bidan harus kolaborasi dengan dokter untuk perawatan
lebih lanjut. (PPSDM : 2013)
3.3 Tromboplebitis
Tromboflebitis adalah peradangan dan pembekuan dalam pembuluh darah.
Tromboflebitis berarti bahwa gumpalan darah telah terbentuk dalam vena
dekat dengan kulit. Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan
biasanya disertai pembentukan bekuan darah (thrombus). (Ika,dkk : 2017)
Tromboflebitis pascapartum lebih umum terjadi pada wanita penderita
varikositis atau yang mungkin secara genetik rentan terhadap relaksasi dinding
vena dan stasis vena. Kehamilan menyebabkan stasis vena dengan sifat
relaksasi dinding vena akibat efek progesterone dan tekanan pada vena oleh
uterus. Kompresi vena selama posisi persalinan dapat berperan juga.
Trombofelbitis superficial ditandai dengan nyeri tungkai, hangat terlokalisasi,
nyeri tekan atau inflamasi pada sisi tersebut dan palpasi adanya simpulan atau
teraba pembuluh darah. Tromboflebitis vena profunda ditandai dengan gejala :
1. Kemungkinan peningkatan suhu ringan.
2. Takikardia ringan.
3. Nyeri sangat berat pada tungkai diperburuk dengan pergerakan atau saat
berdiri yang terjadi secara tiba tiba.

13
4. Edema pergelangan kaki, tungkai dan paha.
5. Tanda human positif.
6. Nyeri saat penekanan betis.
7. Nyeri tekan sepanjang aliran pembuluh darah yang terkena dengan
pembuluh darah dapat teraba.
Tanda homans diperiksa dengan menempatkan satu tangan di lutut
ibu dan memberikan tekanan ringan untuk menjaga kaki tetap lurus. Jika
terdapat nyeri betis saat dorsofleksi, tanda ini positif. Penanganan meliputi
tirah baring, elevasi ekstremitas yang terkena, kompres panas, stoking
elastic dan analgesia jika dibutuhkan. Sprei ayun mungkin diperlukan jika
tungkai sangat nyeri saat disentuh. Rujukan ke dokter penting untuk
memutuskan penggunaan terapi antikoagulan dan antibiotik. Tidak ada
kondisi apapun yang mengharuskan masase tungkai. (PPSDM : 2013)
Faktor Resiko :
a. Pasca bedah, perluasan infeksi endometrium.
b. Varises vena
c. Obesitas
d. Trauma
e. Adanya karsinoma
(Ika,dkk : 2017)
Pada pemeriksaan fisik umum, akan didapatkan :
1. Tromboflebitis pelvic :
a. Nyeripada bagian perut bawah.
b. Menggigil berulang kali.
c. Demam
2. Tromboflebitis femoris :
a. Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar
bergerak, lebih panas dibanding dengan kaki lainnya.
b. Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan
keras pada paha bagian atas.
c. Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.
Penatalaksanaan Tromboflebitis pelvic :

14
1. Rawat inap, guna mencegah terjadi emboli pulmonum.
2. Terapi heparin, mencegah terjadi emboli pulmonum.
3. Terapi operatif, dengan cara mengikat VCI

Penatalaksanaan Tromboflebitis femoris :


Terapi medic, pemberian antibiotic dan analgetik Konseling
dan Edukasi Kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan
kompresi pada kaki. Setelah mobilisasi kaki hendaknya tetap
dibalut elastik atau memakai kaos kaki panjang yang elastik selama
mungkin. (Ika,dkk : 2017)

15
BAB 3
ASUHAN KEBIDANAN
3.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Tromboplebitis

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. D P101A0 Dengan Tromboplebitis


Di BPM Bd. N Desa Ngeraseh Bojonegoro

Tanggal Pengkajian : Selasa, 16 Maret 2021 Waktu : 17.00 WIB

DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny. D Nama : Tn. A
Umur : 26 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pengacara
Penghasilan :- Penghasilan : Rp. 7.000.000
Alamat : Perumnas Mojoranu Blok Q-9 Dander, Bojonegoro
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan postpartum 4 hari yang lalu (12 Maret 2021) dan badannya
terasa panas, nyeri pada betis, kaki kiri bengkak, dan kemerahan sejak tanggal
14 Maret 2021
3. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit berat seperti jantung
berdebar-debar dan terasa sakit di dada sebelah kiri, ibu tidak pernah merasa
sesak di dada, tekanan darah tinggi.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga

16
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit kronis, menular, maupun
bawaan, dan tidak ada Riwayat kehamilan kembar.

5. Riwayat Haid
Menarche : 15 tahun
Siklus : Teratur (28 – 30 hari)
Lama : 5 – 7 hari
Karakteristik : Cair, warna kehitaman, berbau khas
Disminorhea : Pernah
Disfungsi Blooding : Tidak pernah
Fluor Albous : Tidak Pernah
HPHT : 06 - 05 – 20
TTP : 13 – 03 – 21
6. Riwayat Perkawinan
Nikah : 1 kali
Lama : 1 tahun
Usia Pertama Nikah : 25 tahun
7. Riwayat Kehamilan yang lalu
Anak Tahun Kehamilan Persalinan Nifas Keadaan
Ke Anak
UK Penyulit Jenis penolong Penyulit penyuli JK BB
Persalinan t Lahir
1 2021 40 Tidak Normal Bidan Tidak Tromb Laki 3200
ada ada oplebit – gr
is laki
8. Riwayat Kehamilan sekarang
1) Trimester 1
Ibu mengatakan periksa 1 kali pada trimester 1, pertama kali ANC pada
saat usia kandungan 10 minggu, mengeluh mual muntah, tidak mau
makan, pusing berlebihan. Diberi tablet Fe dan Vitamin oleh bidan,
diperoleh HPHT dan TTP
2) Trimester II

17
Ibu mengatakan periksa 1 kali pada trimester II, pada saat kandungan
berusia 20 minggu, keluhan pada saat trimester 1 sudah hilang, akan tetapi
kerap kali merasa kram dan nyeri di perut bagian bawah, Gerakan janin
aktif, kurang lebih 9 kali dalam 24 jam, diberi tablet Fe dan Vitamin oleh
bidan, dan dianjurkan makan makanan yang bergizi.

3) Trimester III
Ibu mengatakan periksa 2 kali pada trimester III, pada saat kandungan
berusia 30 minggu dan 42 minggu, keluhan pada saat trimester II sudah
hilang, akan tetapi ibu mengeluh sulit BAB di trimester III, ibu juga
merasa sedikit cemas saat sudah mendekati waktu persalinan, tidak di
temukan tanda bahaya trimester III, dan persalinan bisa dilakukan secara
pervaginam
9. Riwayat Persalinan Sekarang
Persalinan : 12 – 03 -21
Waktu : 21.00 WIB
1) Kala I
Ibu mengatakan kala I berlangsung kurang lebih 14 jam, TTV di periksa
setiap 4 jam, nadi dan DJJ setiap 1 jam, dilakukan VT oleh bidan setiap 4
jam, untuk memeriksa dilatasi serviks, dan penurunan kepala, ibu tidak
diperbolehkan merejan terlebih dahulu.
2) Kala II
Ibu mengatakan sudah boleh merejan sesuai instruksi bidan, yaitu saat
berbarengan dengan kontraksi uterus, berlangsung selama 2 jam, bayi laki
- laki lahir pada tanggal 12 Maret 2021 pukul 21.00 WIB, bayi menangis
spontan, berwarna kemerahan, BB 3200 Gr, PB 42 Cm.
3) Kala III
Ibu mengatakan bidan melakukan jepit jepit potong pada tali pusat bayi,
kemudian plasenta lahir utuh 15 menit setelah postpartum, bidan
menyuntikkan oksitosin di paha kiri, bayi di letakkan di dada ibu untuk
melakukan IMD.
4) Kala IV

18
Ibu mengatakan mengeluarkan darah kurang lebih 200 CC, terdapat laserai
derajat 1, kemudian dilakukan hecting oleh bidan, kontraksi uterus baik,
tidak terjadi perdarahan postpartum, ibu juga di motivasi oleh bidan untuk
melakukan IMD selama 1 jam, setelah 1 jam bayi di suntikkan vit K1, dan
1 jam berikutnya di suntikkan Hepatitis B, dan bayi di bedong.
10. Riwayat Keluarga Berencana
Ibu mengatakan belum pernah memakai kontrasepsi apapun
11. Nutrisi
Ibu mengatakan makan 1 hari 3 kali, dengan 1 porsi sedang terdiri dari nasi,
lauk, buah, 1 gelas air putih dan susu coklat, ibu mengatakan tidak suka
makan sayur, dan minum air putih hanya setelah makan
12. Eliminasi
BAB 1 hari 1 kali,
BAK 1 hari 3 kali
13. Istirahat
Ibu mengatakan tidur di saat bayinya tidur, terkadang harus bangun tengah
malam untuk menyusui bayinya.
14. Keadaan Spiritual
Ibu mengatakan sudah mengetahui, selama 40 hari masa nifas tidak boleh
melakukan ibadah sholat dan puasa.
15. Latar Belakang Sosial Budaya
Ibu mengatakan di dalam keluarganya tidak ada budaya pantang makanan
16. Riwayat Psikososial Ekonomi
Ibu mengatakan keluarga sangat senang dengan kehamilan ibu saat ini karena
bayi ibu adalah cucu pertama dalam keluarga suami.

DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum TTV
Keadaan umum : Baik Tekanan Darah : 110/70
mmhg
Kesadaran : Composmentis Nadi : 92 x/mnt
BB : 58 kg Respirasi : 22 x/mnt

19
TB : 157 Cm Suhu : 38,5˚C

2. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Kepala : Simetris, tidak ada benjolan dan lesi
Rambut : Bewarna hitam, lurus, bersih
Wajah : Simetris, tidak ada Chlosma Gravidarum, tidak ada
oedema
Mata : Fungsi penglihatan baik, Konjugtiva Pucat, sklera
asimetris
Hidung : Fungsi penciuman baik,, kebersihan baik, tidak ada
serumen, tidak ada polip
Telinga : Fungsi pendengaran baik, tidak ada serumen, daun telinga
ada
Mulut : Mulut bersih, tidak ada caries pada gigi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
Payudara : Simetris, putting susu menonjol, terdapat hiperpigmentasi
pada aerola mamae
Perut : Terdapat Linea Nigra, Tidak ada luka bekas operasi
Ekstremitas atas : tidak ada oedema, kuku bersih
Ekstremitas bawah : Adanya pembengkakan pada betis bewarna merah
kebiruan
2) Palpasi
Dada : simetris, tidak ada retraksi intercostalis
Leher : Tidak ada nyeri tekan pada leher
Payudara : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan,
ASI sudah keluar
Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, ada linea gravidarum,
kandung kemih kosong, kontraksi uterus baik
Genitalia : Luka jahitan belum terlalu kering, tidak ada ineksi

20
Ekstremitas atas : Tidak ada oedema, varises, kuku bersih
Ekstremitas bawah : Adanya oedema, varises, tanda homan +, adanya
nyeri tekan pada betis.
3) Auskultasi
Dada : Tidak terdengar ronchi, dan wheezing, suara nafas
baik
4) Perkusi
Reflek Patela +

RENCANA INTERVENSI
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini
R : Supaya ibu dan keluarga mengetahui tentang kondisinya saat ini
2. Ajarkan pada ibu cara mengurangi rasa nyeri
R : Supaya dapat meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan
menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah
3. Ajarkan ibu tentang ambulasi dini
R : Supaya mencegah terjadinya infeksi serta thrombosis vena yang lebih
parah
4. Libatkan keluarga dalam kegiatan ibu
R : Supaya dapat membantu melepaskan kondisi emosional ibu, dan
mempercepat pemulihan
5. Jelaskan pada ibu tentang nutrisi yang cukup bagi ibu nifas
R : Supaya pertumbuhan dan perbaikan jaringan, perkembangan otak,
produksi asi bisa baik
6. Anjurkan ibu untuk banyak minum
R : Agar bisa menurunkan demam pada ibu, karena meningkatnya
pengeluaran urin
7. Anjurkan ibu untuk control ulang jika obatnya habis
R : Agar bidan mengetahui perkembangan kondisi ibu dengan tromboplebitis

IMPLEMENTASI

21
1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini yaitu
mengalami tromboplebitis femoralis sehingga kaki ibu bengkak, tegang, dan
terasa nyeri, suhu tubuh 39˚C
2. Mengajarkan ibu tentang cara mengurangi nyeri yaitu :
a. Tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena
b. Menyediakan stoking pendukung untuk meningkatkan sirkulasi vena dan
membantu emncegah kondisi statis
c. Memakai stoking pendukung sebelum bangun pagi dan melepasnya 2x
sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya
d. Kaki dikompres air hangat
Dan memberikan antibiotic untuk mengurangi rasa nyeri yaitu Paracetamol
diminum 3x sehari setelah makan dengan jeda 4-6 jam setiap minum
3. Menjelaskan ibu untuk tidak berada pada posisi litotomi dan tidak
menggantungkan kaki lebih dari 1 jam dan memberi alas penyokong kaki
guna mencegah adanya tekanan yang kuat pada betis
4. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan melibatkan diri dalam kegiatan
ibu untuk mengatasi tromboplebitis misalnya menemani ibu ke kamar mandi,
jalan-jalan di sekitar tempat tidur, mengingatkan ibu untuk tidak
menggantungkan kaki lebih dari 1 jam, membantu ibu melakukan kompres
pada kaki yang nyeri dan membantu ibu dalam memakai stoking
5. Menjelaskan dan menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisinya, makan
minimal 3 kali sehari dengan nasi, lauk, dan sayur, derta buah dan susu
6. Menjelaskan dan menganjurkan ibu untuk minum air air putih sebanyak 3 liter
setiap hari (8-12 gelas setiap hari) untuk mencegah dehidrasi dan menurunkan
panas dengan adanya peningkatan pengeluaran urine
7. Menganjurkan ibu untuk control ulang jika obatnya habis guna melihat
perkembangan keadaannya.

EVALUASI
1. Ibu dan keluarga sudah mengetahui tentang kondisi ibu saat ini, yaitu
mengalami tromboplebitis femoris

22
2. Ibu sudah paham dan mau melakukan anjuran bidan tentang cara mengurangi
rasa nyeri, dan juga bersedia minum antibiotic 3 kali sehari dengan jeda 4 – 6
jam setiap minum
3. Ibu sudah paham dan bersedia untuk tidak berada pada posisi litotomi dan
tidak menggantungkan kakinya lebih dari 1 jam dan memberi alas penyokong
kaki guna mencegah adanya tekanan yang kuat pada betis
4. Keluarga ibu sudah paham dan bersedia untuk membantu ibu dalam kegiatan
ibu.
5. Ibu paham dan bersedia untuk memenuhi nutrisinya dengan cara makan
minimal 3 kali sehari terdiri dari nasi, ika, sayur, buah dan susu
6. Ibu paham dan bersedia untuk minum air putih sebanyak 3 liter ( 8 – 12 gelas)
per hari
7. Ibu paham dan bersedia untuk datang Kembali ke bidan saat obatnya habis.

23
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan disebut infeksi
nifas. Suhu 38°C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2 – 10 post partum dan
diukur per oral sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai morbiditas puerperalis.
Kenaikan suhu tubuh yang terjadi di dalam masa nifas, dianggap sebagai
infeksi nifas jika tidak diketemukan sebab – sebab ekstragenital.
Tromboflebitis adalah peradangan dan pembekuan dalam pembuluh darah.
Tromboflebitis berarti bahwa gumpalan darah telah terbentuk dalam vena
dekat dengan kulit. Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan
biasanya disertai pembentukan bekuan darah (thrombus).

24
DAFTAR PUSTAKA

Kurniati,Ika.dkk. 2013. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran


Universitas Muhammadiyah Semarang : Semarang

Pusdiklatnakes PPSDM. 2013. Modul 4 Penyulit Dan Komplikasi Pada Masa


Nifas. Prodi DIV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta :
Yogyakarta.

Sukma,Febi.dkk. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Fakultas
Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta : Jakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai