Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

INFEKSI INTRAPARTUM

Disusun Oleh Kelompok 4 :

1. Tiara Deby Shafiyah ( F0G021008)


2. Adista Rani (F0G021021)
3. Nurjannah Hasibuan (F0G021022)
4. Dhea Putri Dinanti (F0G021023)
5. IntanWahyu .A. (F0G021035)
6. Risti Rusmayani (F0G021036)
7. Lala Paramita (F0G020038)

Dosen Pengampu :
Linda Yulyani , S,ST,.M.Keb

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul."Makalah Infeksi Intrapartum" dengan
tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Gadar Maternal Perinatal.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang manajemen kebidanan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Linda Yuliani,S.ST.,M.Keb Selaku Dosen


mata kuliah Gadar Maternal Perinatal. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 26 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI .................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Infeksi Intrapartum.................................................................................................3
1. Definisi ...........................................................................................................3
2. Etiologi ...........................................................................................................3
3. Patofisiologis...................................................................................................4
4. Manifestasi klinis.............................................................................................4
5. Komplikasi .....................................................................................................5
6. Penatalksanaan................................................................................................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan hal yang dapat terjadi pada wanita usia subur setelah
terjadinya konsepsi atau pertemuan antara sel telur (ovum) dan sel mani (sperma), setelah
sel telur dibuahi, sel telur akan menempel ada dinding rahim dan akan terus tumbuh dan
berkembang sekitar 40 minggu atau 280 hari dalam kehamilan normal, selama proses
kehamilan terdapat beberapa masalah infeksi datang menghampiri dan mengganggu
tumbuh kembang janin, salah satunya adalah korioamnionitis. korioamnionitis merupakan
infeksi yang menyerang selaput janin korion dan amnion, korion merupakan membran
eksternal berwarna putih yang melekat pada lapisan uterus, sedangkan amnion atau sering
disebut selaput ketuban merupakan membran internal yang membungkus janin dan cairan
ketuban, selaput ini licin, tipis, dan transparan, selaput amnion dan korion melekat erat
dengan tujuan menopang kehidupan janin selama dalam kandungan. sehingga apabila
infeksi ini terjadi, akan menimbulkan dampak buruk kepada ibu dan terutama janin.
Infeksi intrauterin ini disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme dan
merupakan penyebab paling sering pada beberapa kasus ketuban pecah, persalinan
preterm atau keduanya. Prevalensi koriaomanionitis pada wanita yang melahirkan
sebelum usia kehamilan kurang dari 30 minggu adalah sebesar 73 %. Sementara menurut
sebuah studi lain, angka kejadian infeksi intauterine pada kehamilan 23-36 minggu
sebesar 45%, 27- 30 minggu sebesar 16% dan 31-34 minggu sebesar 11%.
Insiden korioamnionitis di Amerika secara umum sekitar 1-4%. Korioamnionitis
menjadi komplikasi sekitar 40-70% terhadap persalinan preterm dengan kejadian KPD
dan sekitar 1-13% persalinan aterm. Kurang lebih 40% persalinan preterm disebabkan
oleh infeksi intrauteri. Kasus ini menjadi salah satu indikasi utama dilakukannya tindakan
seesio cesarea.
Penelitian yang dilakukan Hauth, dkk, menunjukkan adanya hubungan signifikan
antara koriomaniontis dan meningkatnya kejadian persalinan preterm spontan. Persalinan
pretem masih merupakan merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada
neonatus dan menyebabkan 75% kematian neonatal setiap tahunnya tanpa disertai
anomali kongenital sehingga korioamnionitis meningkatkan angka morbiditas dan
mortalitas neonatal. Oleh karena hal tersebut korioamnitis ini perlu mendapat perhatian

1
lebih besar dengan dilakukannya perawatan yang baik dan intensif pada ibu dan janin
sehingga insidensi korioamnionitis dapat menurun atau bahkan tidak terjadi. diharapkan
infeksi ini dapat dideteksi secara dini dan diatasi secepatnya serta tidak sampai
menimbulkan komplikasi yang membahayakan ibu dan janin.
B. Rumusan Masalah
1. Definisi infeksi intapartum
2. Etiologi infeksi intapartum
3. Patofisiologis infeksi intapartum
4. Manifestasi klinis infeksi intapartum
5. Komplikasi infeksi intapartum
6. Penatalksanaan infeksi intapartum
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi infeksi intapartum
2. Untuk Mengetahui Etiologi infeksi intapartum
3. Untuk Mengetahui Patofisiologis infeksi intapartum
4. Untuk Mengetahui Manifestasi klinis infeksi intapartum
5. Untuk Mengetahui Komplikasi infeksi intapartum
6. Untuk Mengetahui Penatalksanaan infeksi intapartum

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Infeksi Intrapartum
1. Definisi
Infeksi intrapartum adalah infeksi yang terjadi dalam masa persalinan in partu
yang disebut juga korioamnionitis, karena infeksi ini melibatkan selaput janin.
Korioamnionitis adalah keadaan pada ibu hamil dimana korion, amnion dan cairan
ketuban terkena infeksi bakteri. Korioamnionitis merupakan komplikasi paling serius
bagi ibu dan janin, bahkan dapat berlanjut menjadi sepsis (Sarwono, 2010).
Pecahnya selaput ketuban dalam waktu lama sering berhubungan dengan
korioamnionitis. Hal ini dapat dilihat dengan menjadi keruhnya (seperti awan)
selaput membran. Selain itu bau busuk dapat tercium, tergantung jenis dan
konsentrasi bakteri. Membrana korioamnionitik terdiri dari jaringan viskoelastik.
Apabila jaringan ini dipacu oleh persalinan atau infeksi maka jaringan akan menipis
dan sangat rentan pecah yang disebabkan karena adanya aktivasi enzim
kolagenolitik. Ketika monosit dan leukosit polimononuklear (PMN) menginfiltrasi
korion, maka hal ini disebut korioamnionitis. Sel-sel tersebut berasal dari ibu.
Sebaliknya, jika leukosit ditemukan pada cairan amnion (amnionitis) atau selaput
plasenta (funisitis), sel-sakini terasal dari fetus (Goldenberg, 2000).
Infeksi pada membran dan cairan amnion dapat disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme. Bakter dapat ditemukan melalui amniosentesis transabdominal
sebanyak 20 pada wanita dengan persalinan preterm tanpa manifestasi klinis infeksi
dan dengan membran fetalis yang run. Jika terdiagnosis korioamnioniti perlu segera
dimulai upaya untuk melahirkan jamin sebaiknya pervaginam. Sayangnya, satu-
satunya indikator yang handal untuk menegakkan diagnosis ini hanyalah demam;
suhu tubuh 38°C atau lebih, air ketuban yang Kerah dan berhan yang menyertai
pecah ketuban yang menandakan infeksi (Cunningham, 2009).
2. Etiologi
Salah satu etiologi dari infeksi intrapartum adalah distosia, pemeriksaan lebih dari
2 kali, keadaan umum yang lemah, ketuban pecah dini, servisitis, dan vaginitis
Infeksi intrapartum paling sering terjadi, apalagi kalau ketuban sudah pecah dan
pemeriksaan dalam terlalu sering dilakukan terutama bila tidak suci hama. Infeksi

3
akan lebih sering dijumpai pada partus lama dan partus terlantar. Maka terjadilah
amnionitis. plasentitis, lalu menjalar kepada janin. Infeksi dapat juga terjadi ketika
janin lahir berkontak langsung dengan kuman yang ada dalam vagina, misalnya
gonore.
Partus lama dapat menimbulkan infeksi intrapartum yang terjadi bila bakteri di
dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh
korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin.
3. Patofisiologis
Patogenesis infeksi yang menyebabkan persalinan belum jelas benar.
Kemungkinan diawali dengan aktivitas fosfolipase A2 yang melepaskan bahan asam
arakidonat dan selaput amnion janin, sehingga asam arakidonat bebas mengikat
untuk sintesis prostaglandin. Endotoksin dalam air ketuban akan merangsang sel
desidua untuk menghasilkan sitokin dan prostaglandin yang dapat menginisiasi
proses persalinan (Sarwono, 2010).
Sitokin dan sel-sel mediasi imunitas dapat teraktivasi di dalam jaringan desidual
yang membatasi membrane fetalis. Pada peristiwa ini, produk bakteri seperti
endotoksin menstimulasi monosit desidual untuk memproduksi sitokin, yang
kemudian menstimulasi asam arakidonat dan produksi prostaglandin. Prostaglandin
E2 dan F2 bekerja pada parakrin untuk menstimulasi miometrium sehingga
berkontraksi (Cox, 1996)
a. Ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsung
antara ruang intraamnion dengan dunia luar.
b. Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan
penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang
intraamnion
c. Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar
melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal).
d. Tindakan iatrogenik traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam
yang terlalu sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi
4. Manifestasi klinis
Korioamnionitis mempunyai gejala klinis yaitu:
a. Deman tidak lebih dari 38° C tidak ada sumber infeksi lain
b. Ibu takikardi (>100 denyut/menit)
c. Fetal takikardi (160x/menit)

4
d. Nyeri abdomen
e. Cairan amnion berwarna keruh dan berbau
f. Leukositosis pada pemeriksaan darah tepi 15.000/mm3 pada kehamilan atau >
20.000/mm" pada persalinan
g. Pemeriksaan penunjang lainnya adalah leukosit esterase (+), pemeriksaan gram,
kultur darah, pemeriksaan cairan amnion, pemeriksaan jaringan.
5. Komplikasi
Secara umum, komplikasi yang dapat terjadi yaitu distress pernafasan, sepsis
neonatorum, kejang, cerebral palsy, perdarahan intraventrikel, dan leukomalasia.
Menurut Stevensol (2003), komplikasi yang terjadi dibedakan antara ibu dan janin :
a. Pada ibu
Ibu dengan chorioamnionitis rentan mengalami komplikasi terutama saat
pembedahan, durasi operasi menjadi lebih lama, meningkatnya pendarahan, dan
infeksi luka. Selain itu, saat masa nifas, lokhea yang keluar dapat menyebabkan
bau busuk.
b. Pada janin
Selain komplikasi pada ibu, chorioamnionitis juga menyebabkan komplikasi
pada janin. Ibu yang mengalami chorioamnionitis, o kali lebih berisiko janin
akan mengalami sepsis, sekitar 23% berisiko janin mengalami pneumonia,
bahkan dapat juga menyebabkan respiratory distress. Komplikasi juga
dipengaruhi faktor lain. seperti waktu persalinan yang panjang.
6. Penatalaksanaan
a. Observasi jalannya persalinan dengan baik dan benar
b. Evaluasi setiap demam yang terjadi dalam periode persalinan
c. Kenali segera apabila terjadi ketuban pecah sebelum waktunya
d. Periksa dalam hanya dilakukan atas indikasi yang jelas dan ikuti jadwal evaluasi
ulang menurut partograf atau waktu yan telah ditentukan sbelumnya.
e. Terapkan prinsip kewaspadaan universal
f. Nilai dengan cermat setiap kasus rujukan dengan dugaan partus lama, macet,
atau bermasalah
g. Lakukan pengobatan profilaksis apabila persalinan diduga akan berlangsung
lama
h. Regio genitalia dan sekitarnya merupakan area resiko tinggi terjadinya infeksi
atau merupakan tempat sumber infeksi.

5
i. Antbiotik disis tinggi biasanya secara kombinasi dari preparat penisilin,
gentamisin dan metronidazol.
Persalinan pervaginam tidak memerlukan keadaan aseptik seperti kamar bedah.
Namun, perlu pendekatan 3 bersih" yaitu membuat tangan, area perineal, dan
area umbilikal bersih selama dan sesudah persalinan. Kit persalinan yang bersih
akan membantu memperbaiki keamanan persalinan dirumah untuk ibu dan bayi
baru lahir. Persalina pervaginam berhubungan dengan sejumlah faktor yang
meningkatkan resiko terhadap endometritis dan infeksi saluran kencing
Termasuk ketuban pecah lama, trauma jalan lahir, pengeluaran plasenta secara
manual, episiotomi, dan persalinan forseps tengah. Faktor lain yang berhubungan
dengan peningkatan resiko infeksi maternal adalah pemeriksaan dalam atau
pemeriksaan vagina.
Untuk mengurangi resiko ini perlu dilakukan hal-hal berikut:
1) Menggunakan sarung tangan periksa yang bersih atau sarung tangan bedah
yang disinfeksi tingkat tinggi yang sudah diproses ulang untuk setiap
pemeriksaan.
2) Hindari mendorong ujung jari pemeriksa pada pembukaan serviks sampai
persalinan aktif terjadi atau sampai diputuskan untuk melakukan induksi
persalinan.
3) Batasi pemeriksaan dalam

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi intrapartum adalah infeksi yang terjadi dalam masa persalinan in partu yang
disebut juga korioamnionitis, karena infeksi ini melibatkan selaput janin. Korioamnionitis
adalah keadaan pada ibu hamil dimana korion, amnion dan cairan ketuban terkena infeksi
bakteri. Korioamnionitis merupakan komplikasi paling serius bagi ibu dan janin, bahkan
dapat berlanjut menjadi sepsis (Sarwono, 2010).
Pecahnya selaput ketuban dalam waktu lama sering berhubungan dengan
korioamnionitis. Hal ini dapat dilihat dengan menjadi keruhnya (seperti awan) selaput
membran. Selain itu bau busuk dapat tercium, tergantung jenis dan konsentrasi bakteri.
Membrana korioamnionitik terdiri dari jaringan viskoelastik. Apabila jaringan ini dipacu
oleh persalinan atau infeksi maka jaringan akan menipis dan sangat rentan pecah yang
disebabkan karena adanya aktivasi enzim kolagenolitik. Ketika monosit dan leukosit
polimononuklear (PMN) menginfiltrasi korion, maka hal ini disebut korioamnionitis. Sel-
sel tersebut berasal dari ibu. Sebaliknya, jika leukosit ditemukan pada cairan amnion
(amnionitis) atau selaput plasenta (funisitis), sel-sakini terasal dari fetus
.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Eka Evia Rahmawati. 2010. Infeksi Intrauterin dan Persalinan Preterm. Diakses
melalui https://karvatulisilmiah.com/makalah-presentasi-kasus-infeksi-intra-uterine-
dan-persalinan-preterm//upm_export-pdf.

Beigi, R., Silverman, N. S., & El-sayed. Y. Y. 2017. Intrapartum Management


ofIntraamniotic Infection. The American College of Obstetricians and Gynecologists.
(712).
LAMPIRAN
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN INFEKSI INTRAPARTUM

Hari/Tanggal/Jam : Senin, 20-02-2022/ 10.30 WIB

Tempat Pengkaji : PMB Harapan Bunda

Nama Pengkaji : Kelompok 4

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Namaibu : Ny. R NamaSuami : Tn. P
Umur : 25 Tahun Umur : 25 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS Pekerjaan : Swasta
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan demam, sakit kepala, dan rasa lelah selama 2 hari terakhir. Ibu
mengeluh nyeri pada perut bagian bawah dan ada keluarnya cairan dari vagina yang
berbau tidak sedap.
3. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 13 tahun
b. Siklus : 28-30 hari
c. Lama : 6-7 hari
d. Banyaknya : 2-3× ganti pembalut
e. Teratur/tidak : Teratur
f. Dismenorhoe : Tidak ada
4. Riwayat kehamilan sekarang
a. GPA : GIP0A0
b. HPHT : 27-06-2021
c. HPL : 03-03-2022
d. UK : 39 Minggu
e. Ibu mengatakan hamil pertama dan tidak pernah keguguran sebelumnya.
f. Ibu tidak pernah merasakan nyeri perut yang hebat selama hamil.
5. Riwayat kesehatan yang lalu
a. Riwayat penyakit dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular atau menahun seperti
HIV/AIDS, Sifilis, Hepatitis B, Asma, DM, Hipertensi dll
b. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular atau menahun seperti
HIV/AIDS, Sifilis, Hepatitis B, Asma, DM, Hipertensi dll
c. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga suami tidak ada yang
menderita penyakit menular atau menahun seperti HIV/AIDS, Sifilis, Hepatitis B,
Asma, DM, Hipertensi dll
6. Pemenuhan kebutuhan dasar.
a. Pola Nutrisi
1) Makan
a) Sebelum hamil : 3× sehari
b) Selama hamil : 2-3× sehari
2) Minum
a) Sebelum hamil : 7-8 gelas perhari
b) Selama hamil : 3-4 gelas perhari
b. Pola Eliminasi
3) BAK
c) Sebelum hamil : 6-7× sehari
d) Selama hamil : 4-5× sehari
4) BAB
c) Sebelum hamil : 1× sehari
d) Selama hamil : 1× sehari
c. Istirahat
1) Sebelum hamil : Tidur siang ± 2 jam sehari

: Tidur malam ± 8 jam sehari

2) Selama hamil : Tidur siang ± 1 jam sehari

: Tidur malam ± 7 jam sehari


d. Personal Hygiene
1) Sebelum hamil : Keramas 4× seminggu, sikat gigi 3× sehari, mandi 2×

sehari, ganti pakaian 2× sehari

2) Selama hamil : Keramas 2 × seminggu, sikat gigi 3× sehari, mandi 2×

sehari, ganti pakaian 3× sehari

3) Kebersihan genetalia : Ibu membersihkan alat genetalianya setiapmandi dan


sehabis BAK dan BAB.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV
1) TD : 120/80 mmHg
2) N : 100 ×/menit
3) P : 38,5 ᵒC
4) S : 20 ×/menit
d. TB : 158 cm
e. LILA : 25 cm
f. Berat Badan
1) Berat Badan sebelum hamil : 48 kg
2) Berat badan selama hamil : 54 kg

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Simetris/tidak, rontok/tidak, bersih/tkotor,nyeri tekan ada/tidak
b. Wajah : Simetris/tidak, pucat, oedema, cloasmagravidarum
c. Mata : Simetris/tidak, conjungtiva ananemis, sklera anikterik
d. Hidung : Simetris/tidak, bersih/kotor, polip ada/tidak, nyeri tekan ada/tidak
e. Telinga : Simetris/tidak, bersih/kotor, nyeri tekan ada/tidak
f. Mulut : Simetris/tidak, bibir pucat/tidak, mulut bersih/kotor, ada caries sedikit
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid , kelenjar limfe dan vena
jugularis
h. Payudara : Simetris/tidak, areola hyperpigmentasi, puting menonjol, tidak ada
benjolan pada mammae
i. Abdomen : Perut bagian bawah teraba kencang, nyeri tekan, rahim terasa nyeri
j. Genitalia : Terdapat pengeluaran cairan pada vagina yang berwarna keruh dan
kekuningan, berbau tidak sedap, leher rahim terbuka 3 cm, janin dalam kondisi
bagus.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Leukosit : 15.000/mm3

C. ANALISA
G1P0A0 umur kehamilan 39 minggu, intrauterine, janin tunggal hidup, keadaan ibu dan
janin baik dengan infeksi intrapartum.

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Ev : Ibu sudah mengerti dengan penjelasan bidan
2. Menganjurkan ibu untuk meminum antibiotik yang sudah diberikan oleh bidan
Ev : Ibu akan meminum obat sesuai anjuran bidan
3. Melakukan pemberian cairan infus kepada ibu untuk menggantikan cairan yang hilang
dan menjaga kecukupan cairan dalam tubuh ibu karena dehidrasi akibat infeksi
Ev : Pemasangan infus sudah dilakukan
4. Memberikan pengobatan kepada ibu untuk mengatasi gejala yang timbul, seperti
demam, nyeri, atau mual.
Ev : Sudah dilakukan
5. Melakukan pemeriksaan lanjut jika infeksi tidak mereda setelah pengobatan atau
gejalanya semakin memburuk.
Ev : Pemeriksaan sudah dilakukan
6. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan di area genetalia ibu
Ev : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan akan melakukannya
7. Dokumentasi
Ev : Sudah dilakukan

Anda mungkin juga menyukai