Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN ANAK

STUDY KASUS ASUHAN KEPERAWATAN SEPSIS NEONATRIUM

MAKALAH

oleh

Indah Purnama Dewi

NIM 162310101042

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER
2018

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Sepsis
Neonatorum”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Anak Fakultas Keperawatan Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tentu tidak lepas dari kontribusi dan bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Peni Perdani J., M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Anak Fakultas Keperawatan Universitas Jember;
2. Ns. Lantin Sulistyorini, S.Kep,. M.Kes. selaku dosen pengajar mata kuliah
Keperawatan Anak Fakultas Keperawatan Universitas Jember;
3. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini.
Penulis juga menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 30 November 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB 1. STUDI KASUS................................................................................... 1
I.I Latar Belakang ............................................................................ 1
I.II Rumusan Masalah ..................................................................... 2
BAB 2. KONSEP PENYAKIT....................................................................... 3
2.1 Definisi ........................................................................................ 3
2.2 Etiologi ........................................................................................ 4
2.3 Patofisiologi................................................................................. 5
2.4 Manifestasi Klinis....................................................................... 6
2.5 Pemeriksaan Penunjang............................................................. 7
2.6 Pathway....................................................................................... 9
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN .......................................................... 10
3.1 Pengkajian................................................................................... 10
3.2 Analisa Data................................................................................ 12
3.3 Diagnosa Keperawatan.............................................................. 14
3.4 Intervensi Keperawatan............................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 17

iv
BAB 1.STUDI KASUS

1.1 Latar Belakang


Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan
gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan
syok septik. Sedangkan sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita
neonatus dengan gejala sistematik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan
penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak
terpantau,tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai
48 jam.
Sepsis neonatal adalah sindrom klinik penyakit sistemik, disertai bakteremia
yang terjadi pada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan (Pudjiadi et al.,
2011). Angka kejadian sepsis neonatal di Negara berkembang meningkat yaitu
(1,8-18 per 1000 kelahiran hidup), sedangkan pada negara maju sebanyak (4-5 per
1000 kelahiran hidup) (Wilar et al., 2016).
Di negara berkembang, hampir sebagian besar bayi baru lahir yang dirawat
mempunyai masalah yang berkaitan dengan sepsis. Hal yang sama juga
ditemukan di negara maju pada bayi yang dirawat di unit perawatan intensif bayi
baru lahir. Di samping morbiditas, mortalitas yang tinggi ditemukan pula pada
bayi baru lahir yang menderita sepsis (Effendi & Indrasanto, 2008).
Berdasarkan perkiraan World Health Organitation (WHO) terdapat 98% dari
5 juta kematian pada neonatal terjadi di negara berkembang. Sedangkan angka
kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran hidup bayi baru
lahir. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini dan
42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti: sepsis, tetanus neonatorum,
meningitis, pneumonia, dan diare (Putra, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari Sepsis Neonatorum?

5
2. Bagaimana etiologi dari penyakit Sepsis Neonatorum?
3. Apa saja klasifikasi dari penyakit Sepsis Neonatorum?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit Sepsis Neonatorum ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit Sepsis Neonatorum?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada penyakit Sepsis Neonatorum?

6
BAB 2 KONSEP PENYAKIT

2.1 Definisi Penyakit


Sepsis neonatorum merupakan masalah kesehatan yang belum dapat
ditanggulangi dalam pelayanan dan perawatan bayi baru lahir. Sampai saat
ini, sepsis neonatorum merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
pada bayi baru lahir. Pada bulan pertama kehidupan, infeksi yang terjadi
berhubungan dengan angka kematian yang tinggi, yaitu 13%-15% (Hartanto
et al., 2016).
Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan
dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh. Sepsis
merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan
jaringan lain (Maryunani, 2009).
Menurut pendapat lain, sepsis neonatorum adalah infeksi aliran darah
yang bersifat invasif dan ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan
tubuh seperti darah, cairan sumsum tulang atau air kemih (Aminullah, 2014).

2.2 Etiologi
Organisme penyebab sepsis primer berbeda dengan sepsis nosokomial (Sari
Pediatri, 2009), adalah:
1)      Sepsis primer biasanya disebabkan: Streptokokus Grup B (GBS), kuman
usus Gram negatif, terutama Escherisia coli, Listeria monocytogenes,
Stafilokokus, Streptokokus lainnya (termasuk Enterokokus), kuman anaerob,
dan Haemophilus influenzae.
2)      Sepsis nosokomial adalah Stafilokokus (terutama Staphylococcus
epidermidis), kuman Gram negatif (Pseudomonas, Klebsiella, Serratia, dan
Proteus), dan jamur.

7
Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
sepsis pada neonatus adalah:
a.       Perdarahan
b.      Demam yang terjadi pada ibu.
c.      Infeksi pada uterus dan plasenta.
d.      Ketuban pecah dini (sebelum usia kehamilan 37 minggu).
e.       Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum
melahirkan).
f.       Proses kelahiran yang lama dan sulit.

2.3 Patofisiologi
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik.
Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi
miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya
fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis
yang tiba-tiba dan berat, menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel.
Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok,
yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan
kematian.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus
melalui beberapa cara (Surasmi, 2003), yaitu :
a.      Pada masa antenatal  atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman
dari ibu setelah melewati plasenta dan umpilikus masuk kedalam tubuh bayi
melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang
dapat menembus plasenta,antara lain virus rubella, herpes, situmegalo,
koksari, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini,
antara lain malaria, sifilis, dan toksoplasma.
b.      Pada masa intranatal atau saat pesalinan. Infeksi saat persalinan
terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion

8
dan amnion. Akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman
melalui umbilikus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan,
cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke
tyraktus digestivus dan trakus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi
pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diaras infeksi pada janin
dapat terjadi melalui kulit bayi  atau port de entre lain saat bayi melewati jalan
lahir yang terkontaminasi  oleh kuman (misalnya herpes genitalis, candida
albika, dan n.gonnorea).
c.       Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi
sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan
di luar rahim (misalnya melalui alat-alat: penghisap lendir, selang endotrakea,
infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain
yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi
nosokomial.Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus.

2.4 Manifestasi Klinis


1. Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi,
sklerema

2. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali

3. Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping hidung,


merintih, sianosis.

4. Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab,


hipotensi, takikardi, bradikardia.

5. Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,


pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry

9
6. Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, purpura, pendarahan.
(Kapita selekta kedokteran Jilid II,Mansjoer Arief 2008)

Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:

- Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah
dari pusar.
- Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma,
kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan
pada ubun-ubun

- Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada


lengan atau tungkai yang terkena.

- Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri


tekan dan sendi yang terkena teraba hangat.

- Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut


dan diare berdara.h

Berikut ini adalah tanda dan gejala yang dapat ditemukan dapa neonatus yang
menderita sepsis.
a.       Gangguan nafas seperti serangan apnea, takipnea dengan kecepatan
pernafasan >60x/menit, cuping hidung, sianosis, mendengus, tampak merintih,
retraksi dada yang dalam: terjadi karena adanya lesi ataupun inflamasi pada
paru-paru bayi akibat dari aspirasi cairan ketuban ibu. Aspirasi ini terjadi saat
intrapartum dan selain itu dapat menyebabkan infeksidengan perubahan paru,
infiltrasi, dan kerusakan jaringan bronkopulmonalis. Kerusakan ini sebagian
disebabkan oleh pelepasan granulosit dari protaglandin dan leukotrien.

10
b.      Penurunan kesadaran, kejang, ubun-ubun besar menonjol, keluar nanah
dari telinga, ekstensor kaku: terjadi karena sepsis sudah sampai ke dalam
manifestasi umum dari infeksi sistem saraf pusat. Keadaan akut dan kronis
yang berhubungan dengan organisme tertentu. Apabila bayi sudah mengalami
infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan
penurunan kesadaran, hal tersebut juga menyebabkan ubun-ubun besar
menonjol (berisi cairan infeksi) dan keluarnya nanah dari telinga. Dalam hal
terganggunya sistem saraf pusat ini kemungkinan terjadi gangguan saraf yang
lain seperti ekstensor kaku.
c.       Hipertermia (> 37,7oC) atau hipotermi (<35,5oC) terjadi karena respon
tubuh bayi dalam menanggapi pirogen yang disekresikan oleh organisme
bakteri atau dari ketidakstabilan sistem saraf simpatik.
d.      Tidak mau minum susu dan tidak dapat minum adalah respon keadaan
psikologis bayi yang tidak menyenangkan terhadap ketidakstabilan suhu
tubuhnya, serta nanah yang keluar dari telinga
e.       Kemerahan sekitar umbilikus terjadi karena bakteri dapat bertumbuh
tidak terkendali di saluran pencernaan, apalagi jika penyebab sepsis pada bayi
terjadi dimulai dari infeksi luka umbilikus.
Berdasarkan manifestasi klinis yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan
bahwa tanda dan gejala pada bayi yang mengalami sepsis neonatorum saling
berhubungan baik dari perjalanan infeksi, proses metabolik, dan tanda
neurologi bahkan psikologinya saling berhubungan.

2.5 Pemeriksaan Penunjang


A. Radiografi pada dada seharusnya dilakukan sebagai bagian dari evaluasi
diagnostik dari bayi yang diduga sepsis dan tanda-tanda penyakit saluran
pernapasan. Dalam kasus ini, radiografi dada dapat menunjukkan difusi atau
infiltrat fokus, penebalan pleura, efusi atau mungkin menunjukkan
broncograms udara dibedakan dari yang terlihat dengan sindrom gangguan

11
pernapasan surfaktan-kekurangan. Studi radiografi lainnya dapat
diindikasikan dengan kondisi klinis spesifik, seperti diduga osteomyelitis atau
necrotizing enterocolitis.
B. Pemeriksaan labolatorium perlu dilakukan untuk menunjukan penetapan
diagnosis. Selain itu, hasil pemeriksaan tes resistensi dapat digunakan untuk
menentukan pilihan antibiotik yang tepat. Pada hasil pemeriksaan darah tepi,
umumnya ditemuksan anemia, laju endap darah mikro tinggi, dan
trombositopenia. Hasil biakan darah tidak selalu positif walaupun secara klinis
sepsis sudah jelas. Selain itu, biakan perlu dilakukan terhadap darah, cairan
serebrospinal, usapan umbilikus, lubang hidung, lesi, pus dari konjungtiva,
cairan drainase atau hasil isapan isapan lambung. Hasil biakan darah memberi
kepastian  adanya sepsis, setelah dua atau tiga kali biakan memberikan hasil
positif dengan kuman yang sama. Bahan biakan darah sebaiknya diambil
sebelum bayi diberi  terapi antibiotika. Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan,
antara lain pemeriksaan C-Reactive protein (CRP) yang merupakan
pemeriksaan protein yang disentetis di hepatosit dan muncul pada fase akut
bila terdapat kerusakan jaringan. (Surasmi, 2003).
Dalam penalaksanaannya yaitu sebagai berikut;
1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg
BB/24 jam i.v (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur < 7 hari dibagi 3
dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari
i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan
Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu
pemberian ½ sampai 1 jam pelan-pelan).
2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap,
urine, lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan
feses (atas indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal
(jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP
kuantitatif).

12
3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula
darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi,
pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka
antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.
5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong
infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari
diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari
i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi
khusus).
6. Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama
pemberian antibiotika 10-14 hari.

13
2.6 Pathway
Penyakit infeksi yang di derita ibu

Bakteri dan virus

Masuk ke neonatus

Masa anternatal Masa intranatal Pascanatal

Kuman dan virus dari Kuman di vagina dan


Infeksi nosokomial dari
ibu serviks lingkungan di luar
rahim
Naik mencapai kiroin
Melewati plasenta dan dan amelon
umbikus Melalui alat alat
Amnionitis dan penghisap lender,
korlonitis selang endo traksa,
Masuk kedalam tubuh infuse, selang
Kuman melalui nasagastrik, botol
bayi
umbilkus minuman atau dot.

melalui sirkulasi darah Masuk ke tubuh janin


janin

SEPSIS

System pernafasan Ante,Intra,Postnatal


dispneu Hipertermi
Takipneu Aktivitas lemah
Apneu Tarikan Tampak sakit
otot pernafasan Sianosis Menyusu buruk
14 Peningkatan leukosit darah
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Resiko Infeksi d.d
Ketidakefektifan pola ketubanbadan
pecah 53
dini
: Seorang bayi perempuan aterm dengan berat badan 3800 g, panjang
napas
cm, yang lahir dengan seksio sesaria oleh karena gawat janin. Saat lahir, bayi tidak
langsung menangis dan disertai asfiksia.Setelah dirawat beberapa jam bayi terdengar
merintih. Bayi telah dirawat di RSU Liukendage Tahuna selama 5 hari tanpa
menunjukkan perbaikan, kemudian bayi dirujuk ke RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou
Manado. Faktor risiko pada bayi yaitu ketuban pecah dini (12 jam) dengan air
ketuban berbau sedangkan faktor ibu ialah infeksi saluran kemih dan keputihan
selama kehamilan.Pada pemeriksaan toraks terlihat gerakan pernapasan simetris,
terdapat sesak napas disertai pernapasan cuping hidung. Riwayat kehamilan ibu
(hamil anak ke-2) secara teratur memeriksakan kehamilannya ke dokter umum. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan seorang bayi perempuan berusia 6 hari, keadaan umum
tampak sakit, aktivitas menurun, dan refleks fisiologik menurun,. Denyut jantung 136
kali/menit, frekuensi pernafasan 82 kali/menit dengan suhu badan 38,4 oC.
Ekstremitas teraba hangat dengan waktu pengisian kapiler <3 detik. Genitalia dan
anus tidak memperlihatkan kelainan

Kata-kata sulit :
Aterm : kehamilan cukup bulan atau usia kehamilan telah mencapai
37 sampai 42 minggu.
Asfiksia :Suatu kondisi dimana bayi baru lahir tidak bisa bernapas
secara spontan maupun secara teratur
Refleks fisiologik : Reflek yang terjadi pada orang yang normal
Ekstremitas :Anggota badan seperti lengan dan tungkai

15
Waktu pengisian kapiler : Tes cepat dan mudah yang dapat memberikan informasi
penting tentang perfusi kulit pada bayi atau anak

A. Pengkajian
a. Identitas
Nama Pasien :-
Usia : 6 Hari
Jenis Kelamin : Perempuan
b. Keluhan Utama
Saat lahir bayi tidak langsung menangis, Bayi terdengar merintih dan sakit,
demam.
c. Pemeriksaan Fisik
Denyut jantung : 136kali/menit
Frekuensi pernapasan : 82 kali/menit
Suhu tubuh : 38,4°C
Paru-paru :
- inspeksi : saat pemeriksaan toraks terlihat gerakan pernapasan simetris.
- auskultasi :-
Hidung :
- Inspeksi : Nafas cuping hidung
Ekstremitas :Teraba hangat dengan waktu pengisian kapiler <3 detik
Genetalia dan Anus : Tidak memperlihatkan kelainan
Pemeriksaan penunjang
d. Pemeriksaan lab :
- hemoglobin : 15,3 g/Dl
- hematokrit : 43,5%,
- leukosit : 17.140/mm3
- trombosit : 25.000/mm3

16
B. Data Abnormal
Data Subyektif Data Obyektif
- Klien mengatakan bahwa - Ketuban pecah dini (12 jam) dengan air
selama kehamilan ketuban berbau
mengalami keputihan. - Bayi tidak langsung menangis saat lahir
disertai asfiksia
- Klien tampak sakit
- Aktivitas menurun
- Refleks fisiologik menurun
- Denyut jantung 136 kali/menit
- Suhu badan 38,4 C

3.2 Analisa Data

A Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DO: Pecah ketuban Resiko Infeksi
b. Ketuban pecah dini (12 dini

jam) dengan air ketuban


berbau
c. Suhu badan 38,4 C Bakteri dan
virus
DS:
a. Klien mengatakan
bahwa selama
Masuk ke

17
kehamilan mengalami neonatus
keputihan.

Masa antenatal

Kuman dan
virus dari ibu

Melewati
plasenta dan
umbikikus

Masuk ke tubuh
bayi

Sepsis

Peningkatan
leukosit

Resiko Infeksi

2. DO: System Gangguan pola


a. Terdapat sesak napas pernapasan pernapasan
disertai pernapasan yang
cuping berhubungan
Dispneu
b. Terlihat gerakan dengan apnea
pernapasan simetris

18
c. Bayi tampak sakit Takipneu
d. Aktivitas menurun
e. Refleks fisiologik
Tarikan otot
menurun pernapasan
f. Denyut jantung 136
kali/menit
sianosis
g. Frekuensi pernapasan
82 kali/menit.
Pola nafas
DS:
terganggu

Gangguan pola
napas

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Resiko Infeksi yang ditandai dengan pecah ketuban dini


2. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan otot pernapasan d.d dispneu,
pernapasan cuping hidung.

3.4 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Krteria Intervensi


Keperawatan Hasil (NOC) Keperawatan (NIC)
1. Resiko Infeksi Setelah diberikan Kontrol Infeksi

19
(00004) asuhan keperawatan (6540)
selama 1x24 jam 1. Anjurkan klien
diharapkan keadaan mengenai teknik
membaik dengan KH: mencuci tangan
- Klien bebas dari dengan tepat.
tanda dan gejala 2. Gunakan keteter
infeksi untuk
- Menunjukkan mengurangi
kemampuan klien kejadian infeksi
untuk mencegah kandung kemih.
timbulnya infeksi 3. Tingkatkan
- Jumlah leukosit intake nutrisi
dengan batas yang tepat
normal 4. Dorong untuk
beristirahat.
5. Ajarkan klien
dan keluarga
mengenai tanda
dan gejala
infeksi dan
kapan harus
melaporkannya
kepada
penyedia
perawatan
kesehatan
6. Ajarkan klien
dan anggota

20
keluarga
mengenai
bagaimana
menghindari
infeksi

2. Ketidakefektifan Setelah diberikan Manajemen Jalan


pola napas (00032) asuhan keperawatan Nafas (3140)
selama 1x24 jam 1. Buka jalan
diharapkan keadaan nafas dengan
membaik dengan KH: teknik chin lift
- frekuensi pernapasan atau jaw thrust,
ditingkatkan dari skala sebagai mana
1 ke 5 mestinya
-. Irama pernapasan 2. Posisikan klien
ditingkatkan dari skala untuk
1 ke 5. memaksimalkan
- Suara perkusi napas ventilasi
ditingkatkan dari skala 3. Identifikasi
1-5 kebutuhan
- Dispnea saat istirahat actual /
ditingkatkan dari skala potensial
1 ke 5 keluarga untuk
memaksukkan
alat membuka
jalan nafas
4. Masukkan alat
nasopharyngeal

21
airway atau
oropharyngeal
airway,sebagai
mana mestinya.
5. Lakukan
sisioterapy
dada,
sebagaimana
mestinya
6. Auskultasi suara
nafas, catat area
ventilasinya
menurun atau
tidak adanya
suara tambahan
7. Posisikan untuk
meringankan
sesak napas
8. Monitori status
pernapasan dan
oksigenasi,
sebagaimana
mestinya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Aminullah A. 2014. Sepsis pada Bayi Baru Lahir. Dalam Buku Ajar Neonatologi .
Badan Penerbit IDAI, Jakarta, Indonesia. Halaman 170-187.
Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan
Media Aesculapius FKUI.
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada Neonatus.
Penerbit Buku Kesehatan: Jakarta
Mansyur R, Alasiry E &Daud D., 2013. Mannose-binding lectin sebagai predictor
sepsis neonatorum onset dini, JST Kesehatan, Oktober 2013, Vol 3
No.4 ; 372-379.
NANDA. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC. Media
ihardy:Yogyakarta
Salendu, P.M., 2012. Sepsis Neonatorum dan Pneumonia pada Bayi Aterm. Jurnal
Biomedik, Volume 4(Nomor 3), pp.S175-179.
Surasmi, Asrining. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta
Shiv Kumar Chandraker, dkk. 2016. Rapid diagnosis of neonatal sepsis in pediatric
population in tertiary care hospital, Durg. Asian Journal of Medical
Sciences. Vol 7 No.3. IAN JOURNAL OF MEDICAL SCIENCES

23
24

Anda mungkin juga menyukai